Anda di halaman 1dari 74

PENENTUAN WILAYAH RAWAN DEMAM

BERDARAH DENGUE
DI KABUPATEN KEPAHIANG
DAN ANALISIS PENGARUH IKLIM
(SUHU DAN CURAH HUJAN)
TERHADAP KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE
DI KABUPATEN KEPAHIANG TAHUN
2013-2016
Program Dokter Internsip Indonesia Puskesmas Pasar Kepahiang
Periode November 2015 Maret 2016

Disusun Oleh:
dr. Sidik Ismail
dr. Rinal Dhuhri
dr. Liyan Eko Kurnia
dr. Nursanti Oktarini Putri
dr. Dera Fakhrunnisa
dr. Mayandra Mahendrasti

Pendahuluan

Pada tahun 2004, WHO


menetapkan penyakit
yang sangat rentan
terhadap perubahan
iklim salah satunya
adalah DBD.

Perubahan iklim adalah


perubahan pada pola
variabel iklim yang telah
terjadi dalam jangka
waktu lama, setidaknya
puluhan tahun

Indonesia merupakan
negara yang berada di
wilayah tropis, sehingga
merupakan daerah
penyebaran sekaligus
daerah endemis.

Kementerian Kesehatan
mencatat hingga
pertengahan bulan
Desember 2014 ini, angka
kejadian penyakit DBD
telah terjadi di 34 provinsi
di Indonesia

Dinas kesehatan kabupaten Kepahiang


mencatat kejadian DBD sejak tahun
20132016, yang terjadi di 8 kecamatan
salah satunya di kecamatan Kepahiang.

Dari jumlah total orang yang tertular


penyakit DBD sebanyak 314 orang, 22
orang pada tahun 2013,
29 orang pada tahun 2014,
121 orang pada tahun 2015
pada tahun 2016 hingga akhir Februari
tercatat 142 orang,
5 orang meninggal dikarenakan
komplikasi.

Click icon to add picture

Kecamatan mana
sajakah di Kabupaten
Kepahiang yang
merupakan daerah
rawan DBD ?

Rumusan Masalah

Apakah terdapat
pengaruh iklim (suhu
dan curah hujan)
terhadap kejadian
DBD di Kabupaten
Kepahiang tahun
2013-2016?

Tujuan
Menentukan daerah rawan
DBD di Kabupaten
Kepahiang

Menganalisis pengaruh
iklim (suhu dan curah
hujan) terhadap kejadian
demam berdarah dengue di
Kabupaten Kepahiang
tahun 2013-2016

Bagi Puskesmas dan


Dinas Kesehatan

Manfaat Praktis

Manfaat Teoritis

informasi mengenai
penentuan wilayah
rawan kejadian DBD
pengaruh iklim
terhadap kejadian
DBD

penentuan kebijakan
pelaksanaan program
kesehatan yang
berkaitan dengan DBD

Bagi Masyarakat
antisipasi kejadian
DBD

Bagi Peneliti
melatih kemampuan
dalam melaksanakan
penelitian di masyarakat
pengetahuan tentang
hubungan kejadian DBD
dengan iklim.

Analisis Situasi

Profil Komunitas Umum


Kabupaten Kepahiang terletak pada dataran
tinggi pegunungan Bukit Barisan, dengan
ketinggian antara 500 meter s/d 1000 meter
dpl.

Penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2014


sebesar 131.016 jiwa

Persebaran penduduk Kabupaten Kepahiang


relatif tidak merata

Data Geografis
Kabupaten Kepahiang juga beriklim tropis

Curah hujan rata-rata 233,5 mm/bl

Jumlah bulan beriklim tinggi dengan curah hujan rata-rata 233,5


mm/bl dengan jumlah bulan kering selama 3 bulan, bulan basah 9
bulan

Kelembaban nisbi rata-rata >85%

Suhu harian berkisar antara 19,60C hingga 29,70C.

Jumlah Kejadian DBD

Curah Hujan Rata-Rata

Suhu Rata-Rata

Tinjauan Pustaka

DBD
Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan
ketinggian > 1000 meter dpl.
Masa inkubasi berkisar antara waktu 3 s/d 15 hari

Angka kematian dari penderita DBD dengan renjatan


yang tidak diobati atau dengan manajemen yang salah
adalah sebesar 40 50 %
Dengan terapi cairan fisiologis yang cepat, angka ini
menurun menjadi 1 2 %.

Klasifikasi WHO
Klinis
demam mendadak tinggi 27 hari
perdarahan (termasuk uji
bendung +) seperti
perdarahan epistaksis,
hematemesis dan lain-lain
hepatomegali
syok: nadi kecil dan cepat
dengan tekanan nadi <20,
atau hipotensi disertai
gelisah dan akral dingin

Laboratorium
trombositopenia
(<100.000/l)
hemokonsentrasi (Ht >
20% dari normal).

Derajat Penyakit
derajat I:

derajat II

demam
satu-satunya manifestasi
perdarahan ialah uji tourniquet.

derajat I ditambah perdarahan


spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.

derajat III:

derajat IV

kegagalan sirkulasi yaitu nadi


cepat dan lemah,
tekanan nadi <20 mmHg,
hipotensi, akral dingin, sianosis
di sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab dan pada anak, tampak
gelisah.

syok berat (profound shock),


nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.

Virus Dengue
Virus dengue termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil yaitu 35-45 nm.
Virus ini dapat bertahan hidup melalui dua
mekanisme.
Mekanisme pertama: penularan vertikal dalam tubuh
nyamuk, dimana virus ditularkan oleh nyamuk betina
telurnya nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk
jantan nyamuk betina melalui kontak seksual.
Mekanisme kedua: transmisi virus dari nyamuk manusia
dan kelompok kera tertentu.

Virus dengue terdapat di daerah tropik dan subtropik.


Dikenal 4 tipe virus dengue yang menyebabkan DBD
Setelah nyamuk Aedes aegypti menghisap darah
penderita dengue, maka darah berada di dalam tubuh
nyamuk selama 8-14 hari menjadi infektif.

Iklim

Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca


selama kurun waktu yang panjang, yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai
statisik yang berbeda dengan keadaan pada setiap
saatnya

Perubahan iklim merupakan perubahan pada


variabel iklim, khususnya suhu udara dan
curah hujan yang terjadi secara berangsurangsur dalam jangka waktu yang panjang

Kini perubahan tersebut disebabkan oleh


kegiatan manusia (anthropogenic)
peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK)
di atmosfer

Parasit dan vektor penyakit sangat peka


terhadap faktor-faktor iklim

IPCC (1998): semakin lebarnya interval


suhu di mana vektor dan parasit penyakit
dapat hidup peningkatan jumlah kasus
DBD hingga 47% di Asia

Aedes aegypti dewasa


dan telur mampu
bertahan hidup pada
interval suhu 50420C

< 200C mencegah telur


untuk menetas.

Suhu juga
mempengaruhi waktu
yang dibutuhkan untuk
perkembangan embrio,
larva, dan pupa, dan
frekuensi gigitan
nyamuk.

Selain itu, suhu juga


mempengaruhui periode
inkubasi ekstrinsik (PIE).
Pada suhu yang rendah,
PIE membutuhkan waktu
yang lama

DBD biasanya
berhubungan dengan
cuaca lebih hangat.

curah hujan
memperluas
habitat larva yang
ada tempat
breeding baru.

Curah hujan lebat


banjir
mengurangi habitat
larva

Musim kemarau
sungai melambat
habitat ideal
bagi vektor
penyakit DBD

Click icon to add picture

Kerangka Teori

Iklim:
Suhu
Curah Hujan

Kerangka Konsep

Angka
Kejadian
DBD

Terdapat pengaruh iklim


(suhu dan cuaca) terhadap
kejadian demam berdarah
dengue di Kabupaten
Kepahiang tahun 2013-2016.

Hipotesis

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan


menggunakan rancangan penelitian studi ekologi time
series.
Diharapkan dapat mengetahui model prediksi dan
pengaruh faktor iklim (suhu dan curah hujan) terhadap
kejadian DBD di Kabupaten Kepahiang

Populas
i

Semua penduduk
Kabupaten Kepahiang
yang didiagnosis DBD
pada bulan Januari 2013
Maret 2016

Sampel

Penduduk Kabupaten
Kepahiang yang
didiagnosis DBD pada
bulan Januari 2013
Februari 2016 dan
tercatat di Dinas
Kesehatan Kabupaten
Kepahiang

Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder.
Data angka kejadian DBD di Kabupaten Kepahiang tahun
2013 2016 diperoleh dari Dinkes Kabupaten Kepahiang.
Data faktor iklim dalam periode yang sama didapatkan dari
BMKG Kabupaten Kepahiang.
Data jumlah penduduk Kabupaten Kepahiang pada masingmasing kecamatan yang digunakan untuk pemetaan
daerah rawan DBD didapatkan dari Dinkes Kabupaten
Kepahiang.

Click icon to add picture

Definisi Operasional Variabel

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2016 di
Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu.

Tahap pra penelitian


Pengurusan perizinan penelitian kepada Dinkes dan BMKG
Melakukan pengambilan data di Dinkes.
Melakukan pengambilan data di BMKG

Tahap penelitian
Penentuan dan penyusunan peta sebaran tingkat kerawanan DBD
Pengolahan data untuk mengalisis pengaruh iklim terhadap kejadian
DBD di Kabupaten Kepahiang pada tahun 2013 hingga tahun 2016.

Penyusunan laporan penelitian

Menentukan Daerah Rawan


DBD
Menentukan Indikasi Kerawanan (IK) tiap kecamatan
dilakukan analisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

IK = (0,3 x IRR) + (0,3 x FKR) + 0,4 x DKDBR

Hasil Penelitian

Incidence Rate

Incidence Rate Rata-Rata

Frekuensi Kejadian Rata-Rata

Deret Tahun Kejadian

Indeks Kerawanan

Aman jika IK = Q0
Agak aman jika Q0 < IK Q1
Agak rawan jika Q1 < IK Q2
Rawan jika Q2 < IK Q3
Sangat rawan jika IK > Q3

Q0
Q1
Q2
Q3

=
=
=
=

0.588
1.058
1.216
1.611

Klasifikasi Kerawanan Daerah

Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memberi gambaran
distribusi faktor iklim yaitu suhu dan curah hujan serta
distribusi angka kejadian DBD di Kabupaten Kepahiang
tahun 2013-2016

Angka Kejadian DBD


Ke jadian D B D di Kabupate n Ke pahiang
Tahun 2013-2016
2013

2014

2015

2016

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Ja n

Fe b

Ma r

Apr

Me i

Ju n

Jul

Ag s t

S ep

O kt

Nov

De s

Suhu Rata-Rata
S uhu R ata-R ata (C) Wilayah Kabupate n Ke pahiang
Tahun 2013-2016
2013

2014

2015

2016

Me i

Ju n

Ju l

Agt

25

24.5

24

23.5

23

22.5

22

Ja n

Fe b

Ma r

Apr

S ep

O kt

Nov

DE S

Curah Hujan Rata-rata


Curah Hujan R ata-R ata (mm) Wilayah Kabupate n Ke pahiang
Tahun 2013-2016

700

2013

2014

2015

2016

600
500
400
300
200
100
0

Ja n

Fe b

Ma r

Ap r

Me i

Ju n

Jul

Ag t

S ep

O kt

Nov

De s

Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada masing-masing faktor
iklim dengan menggunakan metode analisis regresi
time series untuk mengetahui pengaruh variabel faktor
iklim yaitu curah hujan (X1) dan suhu (X2) terhadap
jumlah kejadian DBD (Y).

Persamaan Regresi Time Series

Ket:
Y = Kejadian DBD
X1 = Curah Hujan
X2 = Suhu

peningkatan curah hujan sebesar 1 mm akan


meningkatkan jumlah kejadian DBD sebesar
0.293 atau peningkatan curah hujan sebesar 4
mm menambah sekitar 1 jumlah kejadian DBD
peningkatan suhu sebesar 1 C akan
meningkatan jumlah kejadian DBD sebesar 0.514
atau peningkatan suhu sebesar 2 C menambah
sekitar 1 jumlah kejadian DBD.

Model Summary

Nilai R Square 0.230, artinya variabel curah hujan (X1),


suhu(X2) memberikan kontribusi atau mampu
menjelaskan 23% variasi dari jumlah kejadian dbd,
sementara 77% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.

Uji F (Fisher)

P value 0.05 atau 0.010 0.05 sehingga dengan


tingkat kepercayaan sebesar 95%, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh dari satu variabel atau
semua variabel yaitu antara variabel curah hujan (X1),
suhu(X2) terhadap jumlah kejadian DBD(Y)

Uji Parsial

hasil uji parsial menunjukkan p value curah hujan 0.05 yaitu


0.079, bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel curah hujan (X1) terhadap kejadian DBD (Y)

Sementara itu pada variabel suhu didapatkan p value 0.05


yaitu sebesar 0.03 terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel variabel suhu (X2) dengan kejadian DBD (Y)

Pembahasan dan Diskusi

Wilayah Rawan DBD


Hampir semua kecamatan di Kabupaten Kepahiang
berstatus rawan.
Kecamatan Merigi dan Kecamatan Kepahiang
merupakan daerah yang sangat rawan
Kecamatan Kabawetan merupakan satu-satunya
daerah yang relatif aman terhadap kejadian DBD

Setiap tahunnya, kejadian DBD di Kabupaten


Kepahiang selalu didominasi oleh penduduk
Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Merigi.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa faktor
yang mempengaruhi kejadian DBD tidak hanya faktor
iklim saja

Faktor lingkungan seperti keberadaan industri, dan


perdagangan, pemanasan global, kehidupan modern,
dan perubahan penggunaan tanah dari lingkungan
alamiah menjadi perumahan atau fasilitas lainnya juga
mempengaruhi perkembangbiakan vektor.
Kualitas pemukiman, jarak antar rumah, dan konstruksi
rumah juga mempengaruhi penularan dan
peningkatan kasus DB.

Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kepahiang


tahun 2013 menuju 2014 berubah dari 1,95 jiwa/Km 2
menjadi 1,97 jiwa/Km2
Kepadatan tertinggi:

Kecamatan Kepahiang sebesar 5,99 jiwa/Km2

Kecamatan Merigi sebesar 4,22 jiwa/Km2

Kecamatan Kabawetan merupakan daerah dataran


tinggi di Kabupaten Kepahiang dengan ketinggian
antara 1000-1600 mdpl.

Hasil analisis pengaruh faktor iklim yaitu suhu


dan curah hujan dengan menggunakan
regresi time series menunjukkan bahwa
peningkatan
peningkatan
curah hujan
suhu sebesar
sebesar 4
2 C
milimeter
menambah 1
menambah 1
jumlah
jumlah
kejadian DBD
kejadian DBD,

curah hujan
dan suhu
memberikan
kontribusi
atau mampu
menjelaskan
23% variasi
dari jumlah
kejadian DBD

sementara
77%
dijelaskan
oleh variabel
lain diluar
model.

suhu
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
kejadian DBD,
sementara
curah hujan
tidak memiliki
pengaruh
yang
signifikan

Hal yang bisa ditindaklanjuti


dengan memanfaatkan hasil
penelitian ini:
Upaya untuk mengurangi kejadian DBD yang dilakukan dapat
lebih difokuskan pada daerah yang rawan

Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakat


terutama untuk masyarakat di daerah rawan

Dinas Kesehatan dapat bekerjasama dengan BMKG untuk


mendapatkan informasi berbagai faktor iklim diantaranya
suhu dan curah hujan Dinas Kesehatan dapat
mengantisipasi lebih awal kejadian DBD

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Merigi merupakan daerah
sangat rawan
Kecamatan Kabawetan merupakan daerah aman dari kejadian
DBD
Terdapat pengaruh yang signifikan antara suhu dengan kejadian
DBD di Kabupaten Kepahiang tahun 2013-2016.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara curah hujan
dengan kejadian DBD di Kabupaten Kepahiang tahun 20132016.

Peningkatan curah hujan sebesar 4 milimeter menambah


sekitar 1 jumlah kejadian DBD, dan
peningkatan suhu sebesar 2 C menambah sekitar 1
jumlah kejadian DBD, dimana
curah hujan dan suhu memberikan kontribusi atau
mampu menjelaskan 23% variasi dari jumlah kejadian
DBD,
77% dijelaskan oleh variabel lain.

Saran
Kepada Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan bagi pengelola program P2M penentuan
strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
dengan bekerjasama dengan BMKG
Kepada Puskesmas Pasar Kepahiang
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk
meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD terutama di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Kepahiang

Kepada Masyarakat Kabupaten Kepahiang


Diharapkan masyarakat menjadi semakin waspada terhadap
kejadian DBD
ikut berperan aktif dalam upaya untuk mencegah dan
memberantas penyakit DBD.
Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menganalisis faktor
iklim yang lain selain suhu dan curah hujan dan variabel lain
diluar faktor iklim
Selain itu diharapkan pula penelitian dilakukan dalam
rentang waktu yang lebih panjang.

Click icon to add picture

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai