Pembimbing :
dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked., M.Sc., Sp.KK
Disusun Oleh :
Mirzania Mahya Fathia
G4A015035
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
ERITRODERMA
Disusun oleh :
Mirzania Mahya Fathia
G4A015035
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Purwokerto,
Juni 2016
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas berkat,
rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga presentasi kasus dengan judul
Eritroderma ini dapat diselesaikan.
Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas di SMF Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik untuk
perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. Thianti Sylviningrum, M.Pd.Ked., M.Sc., Sp.KK selaku dosen
pembimbing
2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
3. Orangtua serta keluarga penulis atas doa dan dukungan yang tidak pernah
henti diberikan kepada penulis
4. Rekan-rekan ko-assisten Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dari FK
Unsoed dan FK UPN atas semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di
dalam maupun di luar lingkungan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Purwokerto,
Juni 2016
DAFTAR ISI
3
Halaman Pengesahan.....................................................................................2
Kata Pengantar...............................................................................................3
Daftar Isi..........................................................................................................4
I. PENDAHULUAN
A. Identitas Pasien......................................................................................5
B. Anamnesis..............................................................................................5
....................................................................................................................C.
Status Generalis..........................................................................................6
D. Status Dermatologi................................................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................7
F. Resume....................................................................................................7
G. Diagnosis Kerja......................................................................................8
H. Diagnosis Banding.................................................................................8
I. Pemeriksaan Anjuran..............................................................................9
J. Penatalaksanaan.....................................................................................9
K. Prognosis................................................................................................10
L. Efloresensi..............................................................................................11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi...................................................................................................12
B. Sinonim..................................................................................................12
C. Etiopatogenesis dan Patofisiologi..........................................................12
D. Epidemiologi..........................................................................................14
E. Gejala Klinis...........................................................................................15
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................17
G. Diagnosis...............................................................................................18
H. Diagnosis Banding.................................................................................18
I. Penatalaksanaan......................................................................................20
J. Prognosis................................................................................................20
III. PEMBAHASAN.......................................................................................22
IV. KESIMPULAN.........................................................................................29
Daftar Pustaka................................................................................................30
4
I.
A.
B.
PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. BM
Jenis Kelamin
: Laki laki
Usia
: 56 tahun
Pendidikan
: Sarjana (S1)
Alamat
Agama
: Islam
No. CM
: 00277806
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Kulit kemerahan seluruh tubuh terutama di tangan dan
kaki
Keluhan Tambahan : Kulit yang kemerahan terasa gatal, kering, bersisik
dan kaku.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien Tn BM, laki-laki, usia 56 tahun datang ke IGD RSMS
Margono dengan keluhan kulit kemerahan, gatal, bersisik, dan mengelupas
di seluruh badan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Pasien merasakan kulit yang kemerahan tersebut terasa amat gatal, kering,
dan terasa kaku dan memberat sejak 2 hari SMRS. Awalnya timbul
lenting-lenting merah di seluruh tubuh lalu mngelupas dan menjadi gatal.
Menurut pasien, keluhan semakin berat terutama saat pasien sedang
memiliki beban pikiran. Gatal tidak diperberat dengan berkeringat ataupun
saat malam hari. Gatal juga tidak muncul bila pasien memakan makanan
tertentu (telur, daging, seafood) atau bersentuhan dengan sesuatu (deterjen,
pupuk, sarung tangan karet). Gatal juga tidak dipengaruhi oleh kondisi
suhu maupun cuaca. Pasien sebelumnya sudah menggunakan krim dari
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Margono Soekardjo sehingga
5
: Sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Vital Sign
: Tekanan Darah
Kepala
: 140/90 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37,5 oC
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Thorax
KGB
Ekstremitas
D.
STATUS DERMATOLOGI
Lokasi
pleimorfik,
kronik residif,
tersebar
generalisata
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (Darah lengkap, GDP, GD2PP, GDS, Total
Protein, dan Elektrolit tubuh)
2. EKG
F.
RESUME
Pasien Tn BM, laki-laki, usia 56 tahun datang ke IGD RSMS Margono
dengan keluhan kulit kemerahan, gatal, bersisik, dan mengelupas di
seluruh badan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Pasien
merasakan kulit yang kemerahan tersebut terasa amat gatal, kering, dan
terasa kaku dan memberat sejak 2 hari SMRS. Awalnya timbul lentinglenting merah di seluruh tubuh lalu mngelupas dan menjadi gatal. Menurut
pasien, keluhan semakin berat terutama saat pasien sedang memiliki beban
pikiran. Gatal tidak diperberat dengan berkeringat ataupun saat malam
hari. Gatal juga tidak muncul bila pasien memakan makanan tertentu
(telur, daging, seafood) atau bersentuhan dengan sesuatu (deterjen, pupuk,
sarung tangan karet). Gatal juga tidak dipengaruhi oleh kondisi suhu
maupun cuaca. Pasien sebelumnya sudah menggunakan krim dari
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Margono Soekardjo sehingga
7
DIAGNOSA KERJA
Eritroderma akibat perluasan psoriasis.
H.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis Kontak Iritan
Predileksi: tungkai bawah, lengan bawah, badan dan punggung
tangan.
UKK: eritema, edema, vesikel, bulla, pustula, sampai dengan nekrosis
dan ulkus. Fase subakut dan kronik: hiperkeratosis, fisura, lesi
berbatas tegas (sirkumskripta) pada area pajanan.
2. Dermatitis Kontak Alergika
Predileksi: hampir di semua bagian tubuh kecuali scalp, telapak
tangan, dan telapak kaki.
UKK:
Pada
tipe
akut:
bercak
eritematosa
yang
berbatas
tegas
scalp. Tengkuk,
interskapula,
lumbosakral,
bagian
PEMERIKSAAN ANJURAN
-
J.
PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
a. Rawat Inap
b. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
c. Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
9
b. Topikal:
1) Krim
Desoksimetason cream oles 2x/hari
Fuson cream oles 2x/hari
Soft uderm oles 2x/hari
10
PROGNOSIS
L.
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad kosmeticam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
EFLORESENSI
11
12
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di
seluruh atau hampir seluruh permukaan tubuh (universalis, 90-100%) yang
dapat disertai dengan skuama (Siregar, 2005; Bruno and Grewal, 2009).
Apabila eritema mengenai 50-90% permukaan tubuh maka disebut sebagai
pre-eritroderma (Djuanda, 2011).
B. Sinonim
Sinonim dari penyakit eritroderma adalah dermatitis eksfoliativa,
namun perbedaan yang mendasar adalah skuama pada dermatitis eksfoliativa
yang berlapis-lapis (Djuanda, 2011).
C. Etiopatogenesis & Patofisiologi
Etiologi eritroderma yang paling sering muncul adalah idiopatik
(30%), alergi obat (28%), dermatitis seboroik (2%), dermatitis kontak (3%),
dermatitis atopik (10%), limfoma dan leukemia (14%), dan psoriasis (8%).
Penyebab eritroderma tersebut dibagi menjadi tiga golongan. Golongan I
adalah alergi obat sistemik, golongan II adalah perluasan penyakit kulit
(misalnya psoriasis, penyakit leiner, dermatitis kontak, dll.), serta bisa juga
disebabkan oleh golongan III yaitu penyakit sistemik yang ada pada penderita
(misalnya keganasan dan sindroma Sezary) (Prakash et al., 2009; Yuan et al.,
2010; Umar and Elston, 2015). Beberapa etiologi yang akan dibahas sekilas
adalah sebagai berikut.
1. Alergi obat
Alergi obat dapat terjadi akibat obat yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui mulut, hidung, parenteral, per rectal, per vagina, obat mata, obat
kumur, tapal gigi, bahkan melalui kulit. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma tercantum dalam tabel 1.1. sebagai berikut (Umar and Elston,
2015).
13
Allopurinol
Aminoglutethimide
Amiodarone
Amitriptyline
Amoxicillin
Ampicillin
Arsenic
Aspirin
Atropine
Auranofin
Aurothioglucose Barbiturates
Benactyzine
Beta-blockers
Beta carotene
Bumetanide
Bupropion
Butabarbital
Butalbital
Captopril
Carbamazepine
Carbidopa
Chloroquine
Chlorpromazine
Cimetidine
Ciprofloxacin
Clofazimine
Clofibrate
Co-trimoxazole
Cromolyn
Cytarabine
Dapsone
Demeclocycline
Desipramine
Diazepam
Diclofenac
Diflunisal
Diltiazem
Doxorubicin
Doxycycline
Enalapril
Etodolac
Fenoprofen
Fluconazole
Fluphenazine
Flurbiprofen
Furosemide
Gemfibrozil
Gold
Griseofulvin
Imipramine
Indomethacin
Isoniazid
Isosorbide
Ketoconazole
Ketoprofen
Ketorolac
Lithium
Meclofenamate
Mefenamic Acid
Meprobamate
Methylphenidate
Minocycline
Nalidixic Acid
Naproxen
Nifedipine
Nitrofurantoin
Nitroglycerin
Nizatidine
Norfloxacin
Omeprazole
Penicillamine
Penicillin
Pentobarbital
Perphenazine
Phenobarbital
Phenothiazines
Phenylbutazone Phenytoin
Piroxicam
Primidone
Prochlorperazine
Propranolol
Pyrazolones
Quinapril
Quinidine
Quinine
Retinoids
Rifampin
Streptomycin
Sulfadoxine
Sulfamethoxazole
Sulfasalazine
Sulfisoxazole
Sulfonamides
Sulfonylureas
Sulindac
Tetracycline
Tobramycin
Trazodone
Trifluoperazine Trimethoprim
Vancomycin
Verapamil
Chlorpropamid
e
Hydroxychloroquin
e
2. Psoriasis
Psoriasis dapat menyebabkan eritroderma melalui dua mekanisme, yaitu
oleh karena psoriasis itu sendiri, atau karena efek pengobatan yang
terlalu kuat, misalnya penggunaan ter topikal dengan konsentrasi yang
terlalu tinggi. Penyebab psoriasis terkadang baru dapat diketahui setelah
14
15
D. Epidemiologi
Insidensi eritroderma meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan insidensi kausa yang juga meningkat, yaitu
psoriasis. Pada studi Sigurdsson et al. ditemukan angka mortalitas sebesar
43% dimana 18% di antaranya disebabkan langsung oleh eritroderma,
sedangkan 74% sisanya disebabkan oleh penyebab lain yang tidak langsung
dari eritroderma. Eritroderma dijumpai lebih sering pada pria dengan rasio 2-4
kali lipat dibanding perempuan. Umunya eritroderma dijumpai pada pasien
berusia lebih dari 40 tahun, atau pada usia yang lebih muda jika pasien
memiliki penyakit kulit primer misalnya dermatitis atopik, psoriasis,
dermatitis seboroik, staphylococcus scalded skin syndrome, atau iktiosis
herediter (Sigurdsson et al., 1996; Bruno and Grewal, 2009; Umar and Elston,
2015).
E. Gejala Klinis
Secara umum, gejala klinis yang dapat dijumpai adalah eritema
generalisata s.d. universal, disertai timbulnya skuama setelah 2-6 hari yang
mulai muncul dari daerah lipatan (fleksura). Jika eritroderma berlangsung
berminggu-minggu dapat terjadi kerontokan rambut dan kuku, perubahan
pigmentasi kulit (misalnya makula hipopigmentasi mirip vitiligo) (Prakash et
al., 2009; Bruno and Grewal, 2009; Umar and Elston, 2015).
16
17
klinis
pasien
eritroderma
dapat
bervariasi,
kadang
18
4. Sindroma Sezary
Didapatkan eritema berwarna merah membara universal disertai skuama
dan rasa gatal yang teramat sangat. Didapat pula infiltrat dan edema pada
kulit. Pada sepertiga pasien dijumpai splenomegali, limfadenopati
superfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris plantaris,
dan distrofik kuku.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien eritroderma yang bukan disebabkan oleh Golongan I dan
II, perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh antara lain pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap) dan foto thorax untuk mengetahui apakah
terdapat penyakit sistemik seperti keganasan dan sindroma Sezary. Pada
pemeriksaan darah dapat dijumpai peningkatan laju endap darah, anemia,
hipoalbuminemia, dan hiperglobulinemia. IgE yang meningkat dapat
mengarahkan penyebab eritroderma menuju dermatitis atopik. Apusan darah
tepi dan pemeriksaan sum-sum tulang dapat menunjukkan adanya
kemungkinan leukemia, sedangkan imunofenotip, flow cytometry, dan analisis
sel limfosit B dan T dapat menunjukkan adanya kemungkinan limfoma.
Kerokan kulit dapat menunjukkan adanya scabies atau hifa jamur. Kultur
dapat menunjukkan pertumbuhan bakteri berlebih dan adanya infeksi virus
herpes simpleks. Pemeriksaan HIV dan hitung CD4+ dapat menunjukkan
adanya kemungkinan infeksi HIV. Biopsi dapat digunakan untuk mengetahui
adanya kemungkinan limfoma sel T kutaneus dan sindroma Sezary (Jih et al.,
2003; Bruno and Grewal, 2009; Yuan et al., 2010; Djuanda, 2011; Umar and
Elston, 2015).
G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang (Prakash et al., 2009).
1. Anamnesis
Pasien umumnya mengeluh gatal. Kadang dapat dijumpai demam,
menggigil, dan malaise sebagai efek sekunder dari gangguan regulasi
19
suhu tubuh. Perlu digali mengenai riwayat meminum obat dalam waktu
sekitar 10 hari yang lalu, adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya
(misalnya psoriasis, dermatitis atopik), serta adanya penyakit sistemik
seperti keganasan dan lain-lain. Penurunan berat badan dan seringnya
menderita infeksi mungkin mengarahkan diagnosis pada keganasan.
Penyakit berlangsung secara akut apabila disebabkan oleh alergi obat,
limfoma, leukemia, atau S4. Sedangkan onset gradual terjadi pada pasien
yang sebelumnya memiliki psoriasis, dermatitis atopik, atau penyakit
primer yang menyebar (Jih et al., 2003; Djuanda, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada penyakit eritroderma, efloresensi yang dapat dijumpai adalah
makula eritema generalisata sampai dengan universalis disertai skuama
halus-kasar. Skuama dapat timbul 2-6 hari pasca munculnya makula
eritematosa, dimana kemunculan skuama dimulai dari daerah fleksura.
Kerontokan rambut, penebalan dan pembentukan tekstur kuku dapat
dijumpai pada eritroderma dengan onset beberapa minggu. Kulit
periorbita dapat mengalami inflamasi dan edema yang menyebabkan
ektropion dan epifora sebagai konsekuensinya. Perubahan pigmen
berbentuk makula hipopigmentasi (khususnya pada penderita ras afroamerika dan sebagainya) juga dapat dijumpai pada eritroderma kronis
(Jih et al., 2003; Djuanda, 2011).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui etiologi eritroderma khususnya
pada golongan III antara lain pemeriksaan laboratorium darah lengkap,
foto thoraks, dan biopsi infiltrat maupun biopsi kelenjar getah bening
pada sindroma Sezary (Jih et al., 2003; Djuanda, 2011).
20
H. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding yang menyerupai eritroderma dan dapat
menjadi etiologinya antara lain (Prakash et al., 2009):
1. Psoriasis
Psoriasis memiliki efloresensi plakat eritema berbatas tegas berukuran
miliar s.d. numular, berbentuk arsinar, sirsinar, polisiklis, geografis yang
ditutupi oleh skuama tebal berlapis putih mengkilat seperti mika.
Predileksi psoriasis antara lain di siku, lutut, kulit kepala, plantar dan
palmar, femur, cruris, serta area cubiti (Siregar, 2005).
2. Dermatitis seboroik
Efloresensi yang khas adalah makula eritematosa yang tertutup oleh
papula miliar berbatas tidak tegas (difus) disertai skuama halus putih
berminyak. Dapat pula dijumpai erosi dengan krusta mengering yang
berwarna kekuningan. Dermatitis seboroik dapat dijumpai di area dengan
distribusi kelenjar sebasea yang tinggi misalnya di kulit kepala,
retroauriculer, alis mata, cuping hidung, ketiak, dada, interscapularis,
serta suprapubis (Siregar, 2005).
3. Dermatitis kontak
Tampak eritema berukuran numular s.d. plakat, vesikel, bula, disertai
erosi berukuran numular s.d. plakat yang timbul di daerah pasca paparan
zat tertentu (dapat berupa iritan atau alergen). Pada dermatitis kontak
alergika, kadang hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama halus
(Siregar, 2005).
4. Liken Planus
Tampak lesi yang khas berupa papula kecil, datar, poligonal permukaan
mengkilap, warna keunguan, berangulasi dengan anyaman garis keabuabuan (wickhams striae) pada permukaannya. Di atasnya terdapat
skuama halus. Predileksi paling sering adalah permukaan fleksor
pergelangan tangan, batang tubuh, kaki, glans penis, medial paha, selaput
lendir dan vagina (Siregar, 2005).
21
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eritroderma mencakup terapi nonmedikamentosa dan terapi
medikamentosa sebagai berikut.
1. Terapi Nonmedikamentosa
Diet yang dianjurkan bagi pasien eritroderma adalah diet tinggi protein
untuk memperbaiki kondisi hipoalbuminemia akibat lepasnya skuama
dari tubuh, sehingga diharap dapat mengurangi edema jaringan
interstisial. Hal yang harus diperhatikan pada pasien eritroderma adalah
kemungkinan perlunya rawat inap karena perlunya monitoring fungsi
tubuh ketat, termasuk input dan output cairan. Pertimbangan ini perlu
diperhatikan, khususnya pasien pediatri dengan eritroderma dan demam
karena kemungkinan terjadi hipotensi dan sindroma syok toksik. Penting
bagi pasien eritroderma untuk menjaga kelembaban kulit, mencegah
garukan, dan mencegah faktor pencetus. Pasien dapat diberikan wet
dressing untuk menjaga kelembaban kulitnya (Umar and Elston, 2015).
2. Terapi Medikamentosa
Kortikosteroid merupakan terapi utama bagi pasien eritroderma. Dosis
kortikosteroid per oral yang digunakan adalah sebanyak 10-15 mg yang
diulang 3-4 kali sehari. Terapi topikal yang dapat diberikan adalah
emolien lanolin 10% untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh
eritema. Krim tiamsinolon 0,025%-0,5% dapat digunakan sebagai
kortikosteroid topikal yang diberikan di bawah wet dressing. Pemberian
antihistamin peroral seperti hydroxyzine, cetirizine dan loratadine dapat
membantu mengurangi gejala pruritus yang timbul (Siregar, 2005; Sarkar
and Garg, 2010; Umar and Elston, 2015). Adapun metotreksat dosis
rendah dapat digunakan sebagai terapi lini pertama untuk eritroderma
golongan III terutama yang disebabkan limfoma sel T kutaneus (CTCL)
stadium awal-tengah (Zackheim et al., 1996).
22
J. Prognosis
Eritroderma golongan I memiliki prognosis baik dengan waktu
penyembuhan yang paling singkat dibanding golongan lainnya. Sedangkan
pada eritroderma idiopatik, pengobatan menggunakan kortikosteroid hanya
dapat
mengurangi
gejala
dan
justru
menyebabkan
ketergantungan
23
III.
PEMBAHASAN
24
Pasientubuh
datang
dengan keluhan kulit kemerahan dan bersisik di seluruh tubuh sejak
lalu pecah
Keluhan
berat
terutama
saatgatal,
pasienkering,
sedang memiliki
beban
1 bulan
yang semakin
lalu yang
terasa
amat
dan terasa
kaku serta memberat 2
pikiran
misalnya
saat
ujian
tengah
semester.
hari SMRS. Pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sejak 5 tahun yang
Anamnesis
Pasien sebelumnya sudah menggunakan krim dari Poliklinik Kulit dan
lalu dan
kambuh-kambuhan
dansehingga
beberapa
kali mendapatkan
Kelamin
RS Margono Soekardjo
menurutnya
keluhan sudah terapi berupa pil
membaik
kuning
yang diminum tiga kali setiap minggunya.
RPD
RPK
Status
Dermatologis
Penatalaksanaan
25
Pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sejak 5 tahun yang lalu
dan kambuh-kambuhan dan beberapa kali mendapatkan terapi berupa pil
kuning yang diminum tiga kali setiap minggunya, hal ini menandakan
adanya kemungkinan eritroderma berasal dari penyakit kulit yang sudah
ada sebelumnya, yaitu psoriasis.
Status Dermatologis
Makula eritematosa berbatas tidak tegas dengan skuama kasar dan erosi,
pleimorfik, kronik residif, tersebar generalisata .
Sesuai dengan Siregar pada Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Djuanda
pada Ilmu Penyakit Kulit FKUI :
Terapi
Diet tinggi protein
Sistemik : IVFD RL 20 tpm, Inj. Ceftriaxon 2x1 amp , Inj. Metilprednisolone 125mg0-125 mg, Inj Ranitidin 2x1 amp, Inj. Difenhidramin 2x1 amp, PO Metrotrexat tab 2,5
mg PO Asam folat 1x1 tab, PO Curcuma 1x1 tab, PO Loratadine 10 mg 2x1 tab.,
Topikal : Desoksimetason cream, Fuson cream, Soft uderm, Asam salisilat 3%,
Vaselin albumin, mf cream da in pot, 2 x oles pagi dan malam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
Sesuai dengan Umar dan Elston (2015) bahwa eritroderma golongan II yang
terkait penyakit kulit lain memiliki prognosis yang sedikit lebih baik
dibandingkan golongan III. Pasien dapat mengalami kekambuhan gejala dan sulit
untuk sembuh total. Secara umum, mortalitas eritroderma berkisar antara 20-40%.
Duapuluh persen diantaranya memiliki penyebab kematian yang tidak
berhubungan dengan eritroderma.
VI. KESIMPULAN
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29