OLEH:
YEPY HESTI RIANI
115070207131007
HALAMAN PENGESAHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN MANAGEMEN STIGMA PADA GANGGUAN JIWA
DI PUSKESMAS BANTUR
Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN
Oleh:
YEPY HESTI RIANI
115070207131007
: Minggu
Perseptor Klinik
Perseptor Akademik
NIP. 198009142005022001
Pokok Bahasan
Sasaran
Tempat
Hari/Tanggal
Waktu
: 30 menit
Penyuluh
A. Latar Belakang
Dalam
mengatasi
masalah
kesehatan
jiwa,
keperawatan
melaksanakan
Maret 2014
didapat data track record pasien konsumen jiwa sehat sebanyak 202 orang yang
tersebar di 5 Desa yaitu Desa Bantur 66 orang, Wonorejo 14 orang, Srigonco 30
orang, Sumber Bening 17 orang, dan Bandung Rejo 61 orang.
Banyaknya konsumen jiwa sehat di Kecamatan Bantur disebabkan banyak
faktor, salah satunya disebabkan oleh stigma. Stigma didefinisikan sebagai penolakan
lingkungan terhadap seseorang atau kelompok (Jones & Corrigan, 2012). Gangguan
jiwa yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk mendapatkan stigma yaitu jenis
gangguan yang menunjukkan abnormalitas atau penyimpangan (deviasi) pada pola
perilakunya. Stigma masyarakat terhadap kelompok konsumen jiwa sehat juga terjadi
di Desa Bantur. Oleh karena itu diperlukan stigma masyarakat pada kelompok
konsumsi jiwa sehat supaya tidak terjadi perburukan kondisi pada konsumen jiwa
sehat yang ada di Desa Bantur.
D. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Pembukaan
Waktu
5 menit
Kegiatan Penyuluhan
Membuka dengan salam
Kegiatan peserta
Mendengarkan
Memperkenalkan diri
Memperhatikan
Menjawab
tujuan penyuluhan
Metode
Ceramah
Media
-
Mendengarkan
Ceramah,
Leaflet
Memberikan
Tanya
Dan
jawab
lembar
pertanyaan
Kontrak waktu
Menggali pengetahuan
peserta sebelum
Penyajian
15 menit
dilakukan penyuluhan
Menjelaskan pengertian
Stigma Gangguan Jiwa
Menjelaskan Faktor
tanggapan dan
Penyebab Stigma
pertanyaan
Gangguan Jiwa
mengenai hal
Menjelaskan Dampak
yang kurang
dimengerti
balik
Menjelaskan Stigma
Gangguan Jiwa
Menjelaskan Strategi
untuk Mengubah Stigma
Memberi kesempatan
untuk bertanya/diskusi
tentang materi
Penutup
penyuluhan
10 menit Menggali pengetahuan
peserta setelah dilakukan
penyuluhan
Menyimpulkan hasil
kegiatan penyuluhan
Menutup dengan salam
E. Evaluasi
Menjawab
Ceramah,
Leaflet
pertanyaan
Tanya
dan
Memberikan
jawab
lembar
tanggapan balik
balik
1. Struktur :
Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana yang akan
digunakan
2. Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
f.
Pelaksanaan pre dan post test dapat terlaksana dengan cukup baik.
F. Materi (lampiran 1)
G. Daftar Pustaka (lampiran 2)
H. Lampiran 3 (Pre Test dan Post Test)
Lampiran 1
Materi Penyuluhan
KONSEP MANAGEMEN STIGMA PADA GANGGUAN JIWA
A. Definisi Stigma Gangguan Jiwa
Seringkali penderita gangguan jiwa justru dihindari atau dikucilkan oleh
masyarakat. Istilah penghindaran pada dasarnya berbeda dengan stigma. Label
penghindaran
mengacu
pada
keadaan
dimana
individu
memilih
tidak
jiwa
yang
memiliki
kecenderungan
lebih
besar
untuk
terduga dibandingkan dengan seseorang yang sehat secara jiwa. Selain itu,
kepercayaan terhadap kekuatan jahat atau hal-hal yang gaib sebagai penyebab
gangguan jiwa merupakan salah satu alasan munculnya ketakutan dan
diskriminasi pada penderita gangguan jiwa (Davey, 2013).
Beberapa faktor yang menjadi sebab terjadi atau munculnya stigma
gangguan jiwa antara lain sebagai berikut:
a. Adanya miskonsepsi mengenai gangguan jiwa yang disebabkan kurangnya
pemahaman tentang gangguan jiwa sehingga muncul anggapan bahwa
gangguan jiwa identik dengan istilah gila
b. Adanya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap hal-hal gaib sehingga
ada asumsi bahwa gangguan jiwa disebabkan hal-hal yang bersifat
supranatural, seperti makhluk halus, setan, roh jahat, atau akibat terkena
pengaruh sihir.
C. Dampak Stigma Gangguan Jiwa
Stigmatisasi pada orang yang mengalami gangguan jiwa dapat berdampak
pada penanganan gangguan
Watson (2002), dampak stigma dapat dibagi menjadi dua, yaitu dampak stigma
publik dan dampak stigma diri (self-stigma). Stigma publik dapat diartikan
sebagai reaksi masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa. Sedangkan selfstigma merupakan penilaian penderita gangguan jiwa terhadap dirinya sendiri.
Baik stigma public dan self-stigma dapat digambarkan dalam tiga komponen,
yaitu stereotip, anggapan (prejudice), dan diskriminasi. Perbedaan ketiga
komponen tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Stereotipe
Stigma Publik
keyakinan negatif tentang kelompok (seperti berbahaya,
ketidakmampuan, kelemahan karakter)
Prejudice
Diskriminasi
respon
terhadap
prejudice
(menghindari,
mengucilkan
Stereotipe
Prejudice
Diskriminasi
Jika dilihat dari stigma yang dialami oleh penderita gangguan jiwa, maka
dampak yang muncul dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok
pertama penanganan pada klien dengan stigma bahwa orang yang menderita
gangguan jiwa karena kesurupan sedangkan stigma yang kedua adalah bahwa
penderita gangguan jiwa merupakan aib keluarga.
Perlakuan yang terjadi pada penderita gangguan jiwa dengan stigma
bahwa mereka mengalami penyakit yang berhubungan dengan kekuatan
supranatural yaitu mereka akan segera diberi pengobatan dengan memanggil
dukun atau kyai yang dapat mengusir roh jahat dari tubuh penderita. Waktu
penyembuhan tersebut bisa memakan waktu sebentar ataupun lama. Dampak
yang ditimbulkan adalah bahwa gangguan jiwa yang terjadi pada penderita
tersebut akan semakin berat tanpa pertolongan dengan segera.
Sedangkan perlakuan
adalah aib yaitu dengan cara menyembunyikan keadaan gangguan jiwa tersebut
dari masyarakat. Mereka tidak segera membawa orang yang mengalami
gangguan jiwa tersebut ke profesional tetapi cenderung menyembunyikan atau
merahasiakan keadaan tersebut dari orang lain ataupun masyarakat. Hal ini
berdampak pada pengobatan yang terlambat dapat memeperparah keadaan
gangguan jiwanya.
Dengan adanya stigma di masyarakat, penderita gangguan jiwa lebih
memilih
tidak
memberitahukan
kondisinya
pada
masyarakat,
sehingga
cenderung menarik diri dan hal ini akan memperparah keadaannya. Disamping
itu, terjadi pengucilan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pasien
gangguan jiwa baik yang baru ataupun yang sudah sembuh dari gangguan. Hal
ini dapat berakibat pada gangguan yang lebih parah yang dapat berdampak
pada kekambuhan yang lebih cepat.
Stigma yang diciptakan oleh masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa
secara tidak langsung menyebabkan keluarga atau masyarakat di sekitar
penderita gangguan jiwa enggan untuk memberikan penanganan yang tepat
terhadap keluarga atau tetangga mereka yang mengalami gangguan jiwa.
Sehingga tidak jarang mengakibatkan penderita gangguan jiwa yang tidak
tertangani ini melakukan perilaku kekerasan atau tindakan tidak terkontrol yang
meresahkan keluarga, masyarakat serta lingkungan.
para
antara
penderita
gangguan
jiwa
dengan
kelompok
yang
masyarakat,
seperti
seseorang
yang
memiliki
jabatan
dalam
Lampiran 2
DAFTAR PUSTAKA
Commonwealth of Australia, 2005, Challenging Stigma, www.Responseabilty.org.
diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.
Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Gaya Baru. Jakarta
Depkes. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. Jakarta
Fauzi Muzaham. 1995. Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. UI Press Jakarta
Juliansyah. 2009. Stigma Penderita Gangguan Jiwa. Pontianak Post
Kompas. 2008. Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Merata di Indonesia. www.
Kompas.Com. Diakses tanggal 20 Desember 2009.
SANE Research. 2007. Stigma and Mental Illness. www.sane.org. diakses
tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.
SANE Research. 2009. Stigma, The Media and Mental Illness. www.sane.org.
diakses tanggal 2 Mei 2014 Pukul 06.00 WIB.
Thornicroft, Graham. Et al. 2008. Reducing Stigma and Discrimination:
Candidate Intervention. British International Journal Of Mental Health
Lampiran 3
PRE & POST TEST
1. Apa yang dimaksud dengan STIGMA gangguan jiwa?
a. Penolakan lingkungan
b. Penerimaan masyarakat
c. Penganiayaan fisik
2. Yang merupakan faktor penyebab STIGMA gangguan jiwa adalah...
a. Kepercayaan terhadap hukum
b. Kepercayaan terhadap hal-hal ghaib
c. Kepercayaan terhadap pemerintah
3. Yang merupakan dampak dari STIGMA gangguan jiwa adalah...
a. Penghormatan terhadap penderita gangguan jiwa
b. Dukungan terhadap penderita gangguan jiwa
c. Diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa
4. Di bawah ini yang merupakan kegiatan atau program yang dapat dilakukan
untuk mengurangi stigma gangguan jiwa antara lain...
a. Bersih desa
b. Kampanye sehat jiwa
c. Kampanye partai politik
5. Berikut ini yang merupakan salah satu dari lima prinsip dalam strategi
mengubah stigma gangguan jiwa dalam masyarakat adalah...
a. Perpisahan
b. Perjanjian
c. Kontak/hubungan orang lain
NAMA PESERTA
TANDA TANGAN
LEMBAR OBSERVER
Kegiatan
Hari/tanggal
Sasaran
Tempat
Waktu
Jam
: Penyuluhan
: Minggu, 9 Agustus 2015
: Ibu ibu Tahlil RT 3
: RT 3 Desa Bantur
: 30 menit
Kegiatan
Pembukaan
Penyampaian materi
1.
2.
Diskusi
Pertanyaan
1) Nama penanya :
Pertanyaan
: ...
Jawab
2) Nama penanya :
Pertanyaan
: ...
Jawab
3) Nama penanya :
Pertanyaan
: ...
Jawab
4) Nama penanya :
Pertanyaan
Jawab
: ...
5) Nama penanya :
Pertanyaan
Jawab
: ...
(...)