Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,
kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar
atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40), (Adriaansz, 2010).
2. Diagnosa Kehamilan
Diagnosis atau ikhtisar pemeriksaan meliputi ada tidaknya tanda
kehamilan. Ada tidaknya tanda kehamilan dapat ditetapkan melalui
tanda pasti (terdengar DJJ, terlihat/terdengar/terasa gerakan janin oleh
pemeriksa, dan terdapat rangka janin melalui hasil rontgen) dan tanda
yang dapat diketahui secara objektif dan subjektif. Tanda subjektif
melalui amenore, mual dan muntah, gerakan janin terasa oleh ibu, serta
polakisuri (sering berkemih). Tanda objektif meliputi tanda Piskacek
(Pembesaran dan perubahan bentuk rahim yang lebih besar di tempat
nidasi), tanda Hegar (konsistensi rahim yang lunak, terutama di daerah
ismus uteri, jika periksa dalam sampai forniks anterior dan tangan
lainnya pada dinding perut, seolah-olah ismus negati), tanda Chadwick
(pada vagina terlihat daerah livida dan keunguan karena kongesti vena,
kontraksi Braxton Hicks, balotemen (minggu keempat atau kelima [ada
yang menganggap tanda pasti]), dan tanda Goodell (Saminem, 2009).
3. Perubahan Anatomi dan Fisiologi

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian


besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap
janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai, (Rachimhadhi, Trijatmo 2010).
Menurut Saminem, 2009 Perubahan fisiologis terbagi menjadi dua
yaitu perubahan yang dapat dilihat dan tidak dapat dilihat
Perubahan yang dapat dilihat meliputi:
a. Perubahan pada kulit
Perubahan pada kulit terjadi karena hiperpigmentasi, yaitu
kelebihan pigmen di tempat tertentu seperti wajah, pipi dan hidung
sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma
gravidarum). Daerah sekitar aerola juga akan berwarna kehitaman.
Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada
area suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis
sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul
garis baru yang memanjang di tengah atas pusat (linea nigra). Pada
perut selain hiperpigmentasi, terjadi striae gravidarum yang merupakan
garis pada kulit.
b. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti
leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada ibu hamil.
c. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan
semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk
memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang
terlihat pada payudara adalah:
1)
Payudara membesar, tegang, dan sakit.
2)
Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
3)
Hiperpigmentasi pada aerola mamae dan puting susu serta
muncul aerola mamae sekunder

4)

Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai dari 16


minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16
minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air
susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak
lahir, carian yang keluar berwarna lebih kental, berwarna
kuning, dan banyak mengandung lemak uang disebut dengan

kolostrum.
d. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar,
biasanya hingga kehamilan empat bulan, pembesaran perut belum
kelihatan. Setelah kehamilan lima bulan, perut mulai kelihatan
membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol
ke luar. Timbul striae gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea
alba dan linea nigra.
e. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar tampak kebiruan karena adanya kongesti
pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah
membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan
kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin.
Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna
hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
f. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada
hamil tua, sering kali terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema
terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena vena
femoralis sebelah kanan atau kiri.
g. Perubahan sikap tubuh
Sikap tubuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perubahan yang tidak dapat dilihat:

a. Perubahan pada alat pencernaan


Alat pencernaan lebih kendur, peristaltik kurang baik, terjadi
hipersekresi kelenjar dalam alat pencernaan sehingga menimbulkan
rasa mual, muntah, hipersalivasi, dan lain-lain. Peristaltik yang
kurang baik dapat menimbulkan konstipasi atau obstipasi.
b. Perubahan pada peredaran dan pembuluh darah
1) Perubahan pada darah
volume darah semakin meningkat karena jumlah
serum lebih besar daripada pertumbuhan sel darah sehingga
terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Masa puncak
terjadi pada umur kehamilan 32 minggu. Serum darah
(volume darah) bertambah 25-30%, sedangkan sel darah
bertambah 20%. Curah jantung akan bertambah 30%.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur
kehamilan 16 minggu. Jumlah sel darah merah semakin
meningkat, hal ini untuk mengimbangi pertumbuham janin
dalam rahim. Namun, pertambahan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodelusi yang disertai dengan anemia fisiologis.
2) Perubahan pada jantung
Selama hamil, jantung memompa untuk dua orang,
yaitu ibu dan janin. Bertambahnya cairan darah menambah
volume darah, tetapi kepekatan darah berkurang dan
pembuluh darah membesar. Oleh karena itu, kerja jantung
bertambah berat.
3) Perubahan tekanan darah
Biasanya tekanan darah tidak tinggi meskipun
volume darah bertambah, bahkan sedikit turun. Turunnya
tekanan darah ini disebabkan oleh kepekatan darah yang
berkurang.
4) Perubahan pada paru
Paru juga bekerja lebih berat karena mengisap zat
asam untuk kebutuhan ibu dan janin. Pada kehamilan tua,
posisi paru terdesak ke atas akibat uterus yang membesar.
5) Perubahan pada perkemihan

a)

Ginjal bekerja lebih berat karena menyaring ampas

b)

dua orang, yaitu ibu dan janin.


Ureter tertekan oleh uterus apabila uterus keluar

c)

dari rongga panggul


Pada bulan kedua kehamilan, ibu lebih sering
berkemih karena ureter lebih antefleksi dan

membesar
6) Perubahan pada tulang
Keadaan tulang pada kehamilan juga mengalami perubahan,
bentuk tulang belakang menyesuaikan diri dengan keseimbangan
badan karena uterus membesar. Oleh karena itu, pada kehamilan
lebih dari enam bulan, sikap tubuh ibu tampak menjadi lordosis
7) Perubahan pada alat kelamin dalam
Perubahan pada alat kelamin dalam sudah pasti terjadi karena
lat kelamin dalam merupakan alat reproduksi.
4. Standar Asuhan
Pada kehamilan ibu disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan agar mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ibu
dan janin selama kehamilan. Kemampuan dasar seorang bidan
adalah mengidentifikasi ibu hamil, memberikan pelayanan
antenatal berkualitas, deteksi dini komplikasi kehamilan dan
memastikan bahwa persalinan dilakukan dilingkungan yang aman
dengan pertolongan bidan atau tenaga kesehatan. Asuhan antenatal
yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena
sebagian besar dar kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan
antenatal, intranatal dan postnatal yang bermutu tinggi. (Megasari,
dkk 2015)
Menurut Kemenkes RI (2013) Untuk mengetahui risiko
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, ibu dianjurkan untuk
melakukan kunjungann antenatal komprehensif yang berkualitas
minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantas
suami/pasangan atau anggota keluarga, sebagai berikut:
Tabel 2.1

10

.
Trimester

Jumlah Kunjungan
Minimal

Waktu kunjungan
yang dianjurkan

1x

Sebelum minggu ke 16

II

1x

Antara minggu ke 24-28

III

2x

Antara minggu 30-32


Antara minggu 35-38

Pemeriksaan kehamilan dilakukan dengan beberapa cara meliputi


anamnesis, inspeksi dan palpasi. Pada anamnesis, yang perlu diketahui
adalah informasi mengenai perkawinan, keluhan, amenore, dan riwayat
kehamilan sebelumnya. Inspeksi dilakukan untuk mengetahui keadaan
yang berhubungan dengan kehamilan, mulai dari kepala sampai kaki
(Saminem, 2009).
Menurut Depkes RI, 2010 Standar Minimal Asuhan kehamilan adalah
sebagai berikut:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Pemeriksaan tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
d. Pemeriksaan puncak rahim (ukur tinggi fundus uteri)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining satatus imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
g.
h.
i.
j.

Toksoid bila diperlukan.


Pemberian Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Tatalaksana kasus
Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

Menurut Varney, 2004 pemeriksaan fisik dalam bentuk penapisan


lengkap dilakukan selama pemeriksaan antepartum pertama untuk

11

memastikan apakah wanita tersebut mengalami kelainan medis atau


penyakit tertentu. Selain pemeriksaan fisik bidan perlu melakukan
pemeriksaan abdomen pada wanita hamil. Hal-hal berikut tercakup
pada pemeriksaan ini:
a. Observasi setiap luka parut atau memar dan sedikit guna
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

memperoleh penjelasan mengenai luka-luka tersebut


Observasi linea nigra
Observasi striae abdomen
Penentuan letak, presentasi, posisi, dan jumlah janin
Pengukuran tinggi fundus
Evaluasi secara mendasar cairan amnion
Auskultasi denyut jantung janin
Perkirakan berat janin
Observasi atau palpasi pergerakan janin

5. Ciri-ciri Kehamilan Normal


Kehamilan normal atau fisiologis adalah kehamilan dimana kondisi
ibu dan janin berjalan dengan baik tanpa keluhan-keluhan yang
mengganggu aktivitas dan pertumbuhan janin. Jadi, ada dua
penilaian yang menentukan kehamilan sehat yaitu kondisi ibu dan
pertumbuhan janin (Saminem, 2009). Ciri-ciri kehamilan yang
normal menurut Saminem, 2009 antara lain sebagai berikut:
a. Bebas Keluhan
Keluhan yang dimaksud disini adalah keluhan yang tidak normal
yang mengganggu aktivitas ibu. Misalnya pingsan, pendarahan,
nyeri berat pada bagian ulu hati, mata berkunang-kunang, mualmuntah berlebih sehingga badan lemas, dan jantung berdebardebar. Akan tetapi, apabila keluhan yang dirasakan dalam batas
normal seperti mual di pagi hari, mudah lelah, atau susah buang air
besar hal itu merupakan hal yang wajar atau normal.
b. Tanda Vital Normal
Tanda-tanda vital merupakan penilaian awal dalam menentukan
kesehatan ibu hamil. Penilaian tanda-tanda vital meliputi tekanan
darah, suhu, nadi, dan respirasi. Pemeriksaan ini wajib dilakukan
setiap ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Apabila terjadi
kelainan kehamilan akan terlihat dari abnormalitas tanda vital
tersebut, baik hanya salah satu maupun semua.

12

c. Tinggi Fundus Uteri (TFU) sesuai masa kehamilan


Pembesaran perut sesuai kehamilan adalah sebagai berikut,
Tabel 2.1
Usia Kehamilan
12 Minggu
16 Minggu
20 Minggu
24 Minggu
28 Minggu
32 Minggu
36 Minggu
40 Minggu

Tinggi Fundus Uteri


3 jari diatas simpisis
Pertengahan simpisis dan pusat
3 jari dibawah pusat
Setinggi pusat
3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat dan prosesus xiphoideus
3 jari di bawah prosesus xiphoideus
Pertengahan pusat dan prosesus xiphoideus

Apabila pembesaran perut tidak sesuai dengan usia kehamilan,


maka akan mengindikasikan kelainan seperti bayi besar, kembar,
atau polyhidroamnion. Sedangkan pembesaran perut yang kurang
dari semestinya bisa dicurigai sebagai malnutrisi atau IUGR (Intra
Uterine Growth Retardation), dan kehamilan ektopik terganggu.
Menurut Sulistyawati, 2009 penambahan berat badan pada ibu
hamil trimester III adalah 0,5 kg per minggu. Sedangkan untuk
jumlah penambahan berat badan pada ibu hamil totalnya 8 sampai
12 kg. Akan tetapi, biasanya pada ibu hamil dengan anemia akan
mengalami gangguan penyerapan nutrisi. Hal ini terjadi karena ibu
hamil yang mengalami anemia mengalami kekurangan hemoglobin
dimana hal ini akan memepengaruhi jumlah oksigen yang
membawa sari-sari makanan ke seluruh tubuh.
d. Denyut Jantung Janin
Pada keadaan normal, denyut jantung janin antara 120-160 kai
permenit. Apabila terjadi gangguan kehamilan, DJJ akan berubah
menjadi lebih cepat atau lebih lambat, hal ini menandakan adanya
stres janin atau gawat janin.
e. Tes Laboratorium

13

Ibu hamil perlu melakukan beberapa tes laboratorium. Tiga tes


yang wajib dijalani ibu adalah tes kadar hemoglobin, tes protein
urin dan kadar gula dalam darah.
f. Gerakan janin
Gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu usia kehamilan sampai
melahirkan
Sedangkan menurut Saifuddin, 2010 ibu hamil dikategorikan
dalam kehamilan normal apabila ibu sehat fisik maupun rohani,
tidak ada riwayat obsetri, misalnya penyakit menurun atau
menular, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan,
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.

6. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil


Kehamilan yang menyenangkan adalah dambaan semua ibu
hamil, tetapi terkadang beberapa wanita mengalami perasaan
khawatir dan gelisah karena faktor tertentu, sehingga mengalami
kesulitan beradaptasi pada perubahan psikologis. Sehingga
dukungan emosional dalam kehamilan harus dilakukan oleh semua
pihak untuk memenuhi berbagai kebutuhan psikologis bagi ibu
hamil. Berikut kebutuhan psikologis ibu hamil:
a. Motivasi suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan
menjadi

seorang

kemampuannya

ayah

adalah

mempunyai

timbulnya

keturunan

kebanggan

bercampur

atas

dengan

keprihatinan atas kesiapannya menjadi seorang ayah dan pencari


nafkah untuk keluarganya. Bentuk dukungan yang diberikan oleh
suami lebih pada saling berkomunikasi dari sejak awal dan
menempatkan

nilai-nilai

penting

dalam

mempersiapkan menjadi orang tua (Sari, 2015).


b. Dukungan keluarga

keluarga

untuk

14

Wanita hamil seringkali merasakan ketergantungan terhadap orang


lain, tetapi mungkin bisa menjadi lebih kuat setelah bayinya lahir.
Hal ini bisa dipahami karena pada masa kehamilan wanita
memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang dominan
baginya.

Memberikan

dukungan

dalam

bentuk

perhatian,

pengertian, kasih sayang pada wanita dari ibu, terutama dari suami,
anak jika sudah punya anak dan keluarga-keluarga lainnya serta
kerabatnya untuk membantu ketenangan jiwa ibu hamil (Megasari,
2015).
c. Dukungan tenaga kesehatan
Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal kehamilan sampai
akhir kehamilan tentang kecemasan dan ketakutan sering
dipengaruhi

oleh

cerita-cerita

yang

menakutkan

mengenai

kehamilan berbentuk konseling, penyuluhan, dan pelayananpelayanan kesehatan lainnya. Menganjurkan ibu latihanlatihan
fisik seperti senam hamil untuk memperkuat otot-otot dasar
panggul, melatih pernafasan, teknik mengejan yang baik, dan
latihan-latihan relaksasi, serta adaptasi pada lingkungan tempat
bersalin

dengan

memperkenalkan

ruang

bersalin,

alat-alat

kebidanan, dan tenaga kesehatan (Sari, 2015).


B. Anemia pada kehamilan
Sebelum kehamilan untuk beberapa alasan tubuh wanita membutuhkan
zat besi seperti untuk membuat hemoglobin, yaitu protein di dalam sel
darah merah yang megangkut oksigen ke sel-sel lainnya dalam tubuh.
Zat besi juga berguna untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
yang sehat, (Carter, 2014).
Saat kehamilan wanita membutuhkan lebih banyak zat penting ini
karena jumlah darah di dalam tubuh selama kehamilan meningkat
hampir lima puluh persen daripada biasanya sehingga wanita
membutuhkan lebih banyak zat besi untuk membuat hemoglobin.
Tubuh membutuhkan tambahan zat besi untuk pertumbuhan bayi dan
plasenta, khususnya pada trimerster kedua dan ketiga, (Carter, 2014).

15

1. Pengertian
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin
sehingga

tidak

mampu

memenuhi

fungsi-fungsinya

sebagaipembawa oksigen ke seluruh jaringan (Tarwoto dan


Wasnindar, 2007). Menurut WHO (World Health Organization)
anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
<11gr/dL pada trimester I dan III, serta <10,5 gr/dL pada
trimester II. Jika anemia pada ibu hamil tidak segera ditangani,
maka anemia tersebut akan menjadi anemia yang lebih parah
yaitu anemia sedang yang dapat berlanjut menjadi anemia
berat. (Manuaba, 2010).
Derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut Sari
(2015)
Ringan
Sedang
Berat

: Hemoglobin 10,4gr/dL sampai 9,6gr/dL


: Hemoglobin 8,9gr/dL sampai 8,1gr/dL
: Hemoglobin < 7,5 gr/dL

2. Patofisiologi
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi
meningkat sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan
seperti itu terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan
300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan
32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg
dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan
demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang
maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
kekurangan zat besi (Riswan, 2003).
Gangguan percernaan dan absorbs

zat

besi

bisa

menyebabkan seseorang mengalami anemia defisiensi besi.


Walaupun cadangan zat besi di dalam tubuh mencukupi dan
asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien
mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak
bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh (Riswan, 2003).
3. Penyebab Anemia
a. Kurang gizi (malnutrisi)

16

Pada status gizi yang kurang pada ibu hamil akan


meningkatkan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi
dan

sebagian

anemia

pada

ibu

hamil

disebabkan

kekurangan gizi (Manuaba, 2009).


b. Kurang zat besi
Kurang zat besi dapat disebabkan oleh kurang masuknya
unsur besi dalam makanan, gangguan resopsi atau karena
terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari dalam tubuh
(Wiknjosastro, 2005).
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan, haid dan lainlain
e. Penyakit-penyakit kronik
Seorang wanita yang menderita anemia karna malaria,
cacing tambang, penyakit ginjal menahun, penyakit hati,
tuberculosis, ketika hamil anemianya menjadi lebih berat
dan mempunyai pengaruh tidak baik pada ibu dalam masa
kehamilan, persalinan, nifas serta bagi janin yang
dikandungnya (Wiknjosastro, 2005).
4. Jenis Anemia
Menurut Proverawati (2011) dan Tarwoto (2007) jenis-jenis
anemia pada ibu hamil antara lain sebagai berikut:
a. Anemia defiensi zat besi
Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan terjadi karena
kekurangan zat besi. Penyebab anemia ini biasanya karena
asupan

makanan

yang

kurang

memadai,

gangguan

penyerapan atau absorpsi dan banyak zat besi yang


terbuang, misalnya pada kasus pendarahan. Diagnosa untuk
anemia defisiensi zat besi biasanya dengan melakukan
pemeriksaan Hct 30%, penurunan kadar besi dan feritin
serum (zat besi total dalam tubuh).
b. Anemia megaloblastik
Merupakan anemia yang terjadi karena defisiensi asam
folat atau B12. Defisiensi asam folat ini akan meningkatkan
resiko kecacatan pada tabung saraf (medulla spinalis) di
sum-sum tulang belakang. Anemia ini bisa dicegah dengan

17

memberikan asam folat 0,4 mg/hari sedangkan untuk


wanita yang memiliki janin dengan spina bifida harus
minum 4mg/hari dimulai sebelum konsepsi. Diagnosa
anemia ini dapat ditegakkan dengan jumlah serum folat
yang rendah.
c. Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang terjadi akibat ketidaksanggupan
sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan
tersebut

disebabkan

kerusakan

primer

sistem

sel

mengakibatkan anemia, leukopennia dan thrombositopenia


(pansitopenia).
d. Anemia Hemolitik
Merupakan jenis anemia dimana sel darah merah
mengalami hemolisis sebelum waktunya atau penghancuran
sel darah merah sebelum 120 hari.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejala yang berkaitan
dengan anemia adalah:
Gejala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik (misalnya
kelelahan, kelemahan, pusing, dispnea ringan dengan tenaga).
Gejala dan tanda lain mungkin termasuk pucat dan, jika terjadi
anemia berat akan mengalami takikardi atau hipotensi.
6. Diagnosa
Menurut Manuwaba, 2009 Untuk menegakkan diagnosis
anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-muntah lebih hebat
dari pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Pemeriksaan darah dilakukan minimal
dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan Trimester
III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe
sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di puskesmas.

18

7. Dampak atau Resiko


Dampak pada anemia tergantung dari beratnya anemia. Jika
anemia masih ringan biasanya hanya mudah lelah, akan tetapi
jika anemia yang dialami sudah berat, maka akan lebih
beresiko misalnya kerusakan pada otak, gangguan fungsi
jantung bahkan bisa menyebabkan kematian (Manuaba, 2009).
Dampak atau pengaruh menurut Mauaba, 2009 antara lain
sebagai berikut.
a. Saat Hamil
1) Abortus atau keguguran
2) Persalinan prematuritas
3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4) Mudah terjadi infeksi
5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6gr/dL)
6) Mola Hidatidosa
7) Hiperemesis Gravidarum
8) Pendarahan antepartum
9) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Pada ibu hamil dengan anemia jumlah eritrosit atau sel
darah merah akan berkurang, hal ini akan mempengaruhi
jumlah hemoglobin yang membawa oksigen sari-sari makanan
ke janin. Apabila jumlah oksigen yang dibawa tidak mencukupi
maka pembuluh darah akan mengalami atrofi atau pengecilan,
klasifikasi bahkan infark yang akan menyebabkan gangguan
pada fungsi plasenta. Hal tersebut mengakibatkan jumlah
oksigen

dan

sari-sari

makanan

yang

dibawa

melalui

hemoglobin tidak mampu mencukupi untuk pertumbuhan dan


perkembangan janin serta janin kekurangan oksigen.
b. Saat bersalin
1) Inersia Uteri
Inersia uteri ini terjadi karena jumlah oksigen yang
dibawa ke uterus kurang atau tidak mampun

19

mencukupi

untuk

kontraksi

uterus

sehingga

kontraksi tidak adekuat.


2) Partus Lama
Partus lama terjadi karena adanya inersia uteri yang
menyebabkan pembukaan berlangsung lebih lama.
3) Fetal Distress
Proses pembukaan yang lama tersebut akan
mengakibatkan fetal distress, karena janin terlalu
lama dalam panggul. Selain itu ibu yang bersalin
dalam kondisi anemia jumlah tenaganya juga lebih
sedikit dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak
anemia.
4) Persalinan dengan tindakan
Persalinan dengan tindakan dibutuhkan jika partus
sudah melewati garis batas bertindak pada patograf,
untuk mencegah terjadinya kegawatdaruratan.
5) Pendarahan Post Partum sekunder karena Atonia uteri.
6) Saat Post Partum
7) Subinvolusio uteri
8) Infeksi masa nifas
9) Pengeluaran ASI berkurang
10) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah
persalinan
11) Anemia kala nifas
12) Mudah terjadi infeksi mamae
13) Bahaya terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Akibatnya anemia dapat terjadi gangguan dalam
bentuk:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Abortus
Terjadi kematian intrauterin
Persalinan prematuritas tinggi
Berat Badan Lahir Rendah
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
Inteligensia rendah

20

8. Penatalaksanaan Anemia
Menurut Proverawati, 2011 dan Tarwoto dan Wasnindar (2007)
penatalaksanaan anemia dilakukan dengan cara:
a. Melakukan anamnesa apakah ibu sudah benar cara
mengkonsumsi tablet Fe
b. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi baik yang berasal dari

tumbuhan

maupun hewan seperti bayam, tomat, kacang hijau,


kentang, daging merah, telur, dan hati ayam.
c. Memaksimalkan penyerapan Fe atau zat besi dengan cara
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe dengan
makanan atau minuman yang mengandung vitamin C
misalnya air jeruk atau strawberry agar penyerapan zat besi
bisa maksimal. Serta tidak menganjurkan atau melarang ibu
meminum tablet Fe dengan teh atau kopi, karena
kandungan tanin dalam teh dan kopi akan menghambat
penyerapan zat besi.
d. Memberikan terapi obat, yaitu kombinasi dari 60mg elemen
zat besi dan 500g asam folat untuk anemia ringan 1x1,
anemia sedang 2x1 dengan melakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis kandungan dan anemia berat maka dirujuk
ke instansi yang lebih tinggi untuk dilakukan transfusi
darah.
C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
1. Varney
Varney menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah dapat
digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney mengatakan dalam
manajemen yang dilakukannya, bidan harus lebih kritis untuk
mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial ini. Kadang, bidan
harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan
mungkin juga melakukan kolaborasi, (Saminem, 2009).
Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, yang
setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh
langkah

tersebut

membentuk

kerangka

lengkap

yang

dapat

21

diaplikasikan dalam situasi apapun. Berikut ketujuh langkah


manajemen kebidanan menurut Varney.
a. Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan pasien secara lengkap.
Langkah pengumpulan data dasar meliputi:
1) Identitas (nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat baik istri maupun suami).
2) Anamnesa (alasan kunjungan, keluhan
perkawinan,

riwayat

haid,

riwayat

utama,

riwayat

obsetrik,

riwayat

kontrasepsi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan sekarang,


pola kebutuhan sehari-hari, personal hygiene, data psikologis,
data sosial).
3) Data obyektif (pemeriksaan umum atau TTV, pemeriksaan
khusus

atau

pemeriksaan

fisik,

pemeriksaan

Leopold,

pemeriksaan TFU dan DJJ, pemeriksaan panggul luar, dan


reflek patella).
b. Langkah II (Interpretasi data dasar)
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data secara benar terhadap
diagnosis atau masalah kebutuhan pasien, masalah atau diagnosis
yang spesifik.
Contoh:
Subjektif: ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama, tidak
pernah keguguran sebelumnya merasa mudah lelah dan
pusing.
Objektif : Usia kehamilan 36 minggu, HPHT 16 Juni 2015
Leopold I

: Pada bagian bawah teraba bulat, lunak,


tidak melenting. TFU 32 cm

Leopold II

: Pada bagian kiri teraba keras memanjang


seperti papan, dan pada bagian kanan teraba
bagian bagian kecil (ekstremitas).

Leopold III

: Pada bagian bawah teraba bulat, keras,


tidak melenting.

22

Leopold IV : Kepala telah masuk panggul 1/5 bagian.


Janin hidup DJJ (+) 136x/menit.
Kadar Heamoglobin 9gr/dL.
Diagnosa: Ibu G1P0A0 UK 36 minggu dengan anemia ringan
c. Langkah III (Identifikasi diagnosis atau masalah potensial)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau
diagnosis masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan
diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses
pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan
tindakan segera. Misalnya diagnosa potensial dari ibu hamil yang
mengalami anemia ringan adalah IUGR dan BBLR.
d. Langkah IV (Identifikasi tindakan segera)
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan maslah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi,

dan

melakukan

rujukan.

Misalnya

melakukan

kolaborasi dengan pihak gizi untuk melakukan konseling tentang


mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi,
seperti bayam, kangkung, telur dll.
e. Langkah V (Perncanaan asuhan menyeluruh)
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan,

diperlukan

perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis


yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh
juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. Misalnya:
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya.
b. Memberikan konseling pada ibu tentang anemia.
c. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
d. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan.
e. Membertitahu ibu kunjungan ulang.
f. Langkah VI (Penatalaksanaan atau implementasi)
Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosis yang

23

ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara


mandiri ataupun kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Contoh:
a. Memberitahu hasil pemeriksaan, Ibu dan Janin dalam keadaan
baik. Namun ibu mengalami anemia ringan.
b. Memberitahu ibu cara mengkonsumsi tablet Fe, yaitu diminum
dengan air putih atau air jeruk agar penyerapan Fe dapat
maksimal serta tidak boleh meminum Fe dengan kopi atau teh,
karena tannin yang terkandung dalam minuman tersebut akan
mengganggu penyerapan Fe.
c. Memberitahu ibu dampak anemia, yaitu IUGR (Intra Uterine
Growth Retardation), inersia uteri, partus lama, pendarahan dan
lain-lain.
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu

tidur

malam minimal 6-7 jam dan tidur siang 1 jam jika sempat.
e. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan
yaitu pandangan mata menjadi kabur, sakit kepala yang sangat
dan tidak bisa hilang jika di istirahatkan, nyeri pada ulu hati,
merasakan pergerakan janin berkurang, terdapat oedema pada
wajah, tangan, dan kaki, perdarahan pervaginam.
g. Langkah VII (evaluasi)
Merupakan tahap terakhir dalam manejemen kebidanan yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
2. SOAP
Menurut Megasari dkk, 2015 SOAP adalah cara mencatat
informasi tentang pasien yang berhubungan dengan masalah pasien
yang terdapat pada catatan kebidanan. Konsep SOAP adalah
sebagai berikut.
S
: Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang

24

berhubungan dengan diagnosis (data subjektif). Pada orang yang


bisa data dibelakang S diberi tanda Nol atau X, sedangkan
pada bayi atau anak kecil data subjektif ini diperoleh dari orang
tua. Data subjektif ini dapat digunakan untuk menguatkan
diagnosis yang akan dibuat.
O
: Data inimemberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis. Data fisiologis, hasil observasi
yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium , sinar X,
rekaman CTG, USG dan lain-lain) dapat digolongkan pada
kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi
komponen penting dari diagnosis yang akan ditegakkan.
A
: Analisis atau assessment pengkajian yaitu masalah atau
diagnosis yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif dan objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Oleh
karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru
baik subjektif dan objektif, serta sering diungkapkan secara
terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu yang
penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin
sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga
dapat diambil tindakan yang tepat.
P
: Plan/Planning/perencanaan yaitu membuat rencana
tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan
mencapai

kondisi

mempertahankan

pasien

sebaik

kesejahteraannya.

mungkin
Proses

atau

menjaga/

ini

termasuk

kriteriatujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai


dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang diambil harus
membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan atau proses
persalinannya, serta harus mendukung rencana dokter apabila
rencana tindakan tersebut dalam manajemen kolaborasi atau
rujukan.

Anda mungkin juga menyukai