Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh timbulnya atau
terbukanya serviks yang diikuti dengan lahirnya bayi dan placenta melalui jalan lahir.
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala atau
ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat atau penolong istimewa, serta tidak melalui ibu
maupun bayi ( kecuali episiotomy), berangsur dalam waktu kurang dari 24 jam.
Partus abnormal adalah bayi lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat
seperti versi atau ekstraksi, cunam, vakum, dekapitasi, embriotomi, atau lahir
perabdominan dengan sectic cesarea, yang disebabkan karena bayi besar, letak
sungsang, letak utang, panggul sempit, kekuatan mengejan ibu yang lemah.
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan ,meninggal setiap tahun
karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan, angka kematian bayi di
negara maju seperti di Inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran hidup. Sebagian
besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan persalinan,
termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi, dan persalinan
lama. (anonym, 2005)
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas atau morbiditas ibu bersalin
adalah hipertensi yang karena tidak ditangani dengan benar berujung pada
preeklamsia dan ekslampsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyakit
kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaaan
sindroma preekslampsia ringan dengan hipertensi, odema da protein urine harus
benar-benar dipahami dan ditangani dengan hal benar oleh semua tenaga medis (Prof.
dr. HMuh Dikman Angsar, SpOg, tahun 2006).
Insiden preekslampsia sangatdipengaruhi oeh paritas, de bosque end dengan ras
dan etnis. Disamping itu juga dipengaruhi oleh predispoisi genenik, dan juga faktor
lingkungan. Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado
meningkatkan preeclampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida di
bandingkan dengan multigravida. Faktor resiko lain yang menjadi predisposisi
terjadinya preeclampsia meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor pembekuan,
diabetes, penyakit ginjal, penyakit autoimun seperti lupus, usia ibu yang terlalu muda
atau terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga. (Cunningham, 2003)
Preeklampsia berat merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh
kehamilan walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Dalam memberikan asuhan
kebidanan bidan berperan sebagai pendidik, konselor, dan bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, pentingnya peranan ibu untuk mengurangi atatu
mencegah resiko terjadinya preeclampsia menjadi eklampsia.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mempelajari memahami dan menggunakan management kebidanan ini
diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang ada yang telah di dapat dengan
kasus yang ada di lapangan sehingga mampu memberikan pelayanan yang
bermutu dengan mendukung peran, tugas dan tanggungjawab bidan pada ibu
bersalin.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian data yaitu mengumpulkan data subjektif
dan objektif pada Ny S .
b. Mampu mengidentifikasi masalah dan diagnosa pada pasien Ny S.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin
dapat terjadi pada Ny S.
d. Mampu mengantisipasi tindakan segera atau kolaborasi yang diperlukan
oleh Ny S.
e. Mampu membuat dan mengembangkan rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh (komprehensif) Ny S.
f. Mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah diberikan pada Ny S.
g. Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny S.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi penulis
Untuk menambah pengalaman dan wawasan keilmuan serta dapat
menerapkan semua ilmu yang telah didapatkan selama masa perkuliahan,
khususnya tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,
nifas normal.
1.3.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Hasil asuhan kebidanan diharapkan dapat menjadi manfaat guna untuk
kemajuan baik bagi pemberi pelayanan kesehatan maupun klien di masa
mendatang.
1.3.3 Bagi pendidikan
Diharapkan mampu menjadi tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan kebidanan dan membuat laporan, dapat digunakan
untuk perbandingan dengan penulis lainnya dalam hal penguasaan serta untuk
menambah sumber pustaka bagi kelancaran perkembangan keilmuan.
1.3.4 Bagi klien
Klien mendapatkan pelayanan maksimal yang berkesinambungan mulai dari
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain (synopsis obstetric).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (obstetric fisiologi).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Ilmu
kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana 1998).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. (ilmu kebidanan, 2006).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dari janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir.(Sarwono, 2001).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi
pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
`serta tidak melukai ibu dan bayi pada umumnya berlangsung kurang dari 24
jam. (Rustam Mochtar, 1998).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 28 jam, tanpa kompilkasi baik pada
ibu maupun pada janin. (Prawiroharjo,2001).
Persalinan normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan placenta dari
dalam uterus dengn presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
menggunakan alat pertolongan pada usia kehamilan 30-40 minggu atau lebih
dengan berat badan bayi 2500 gram atau lebih dengan lama persalinan kurang
dari 24 jam yang dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga
mengejan.
Persalinan fisiologis adalah persalinan dengan proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal
persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42
minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik
(WHO).
2.1.2 Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan
Sebab-sebab yang menimbulkan terjadinya persalinan (partus) sampai
saat ini masih merupakan teori-teori yang kompleks, antara lain :
a. Teori penurunan hormone
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan mulai terjadi penurunan kadar
hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim. Akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b. Teori placenta tua
Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan ischemia otot-otot
rahim , sehingga menggangu sirkulasi utero plasenter.
d. Teori iritasi mekanis
Di belakang serviks terletak ganglion serviks (pleksus frankenhauses) bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus (Induction of Labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan:
1. Gabang laminasia : beberapa laminaria dimasukkan kanalis serviks
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauses.
2. Amniotomi : pemecahan ketuban
3. Oksitosis drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persalinan
a. Passage (jalan lahir) terdiri dari : jalan lahir, panggul, dan otot-otot dasar
panggul.
b. power : terdiri dari his dan tenaga mengejan ibu.
c. Passanger :terdiri dari janin, air ketuban dan placenta.
d. Respon psikologis.
e. Penolong.
2.1.4 Tanda-tanda permulaan persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulan/minggu/hari nya yang disebut kala pendahuluan
(prepamotory stage of labour) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Lightening/setting/dropping : kepala turun memasuki PAP , terutama pada
primigravida, pada multipara tidak begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering / susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit pada bagian perut bawah dan pinggang karena adanya
kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut fase labo
pains.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresi bertambah bisa
bercampur darah (blood show).
2.1.5 Tanda-tanda inpartu (persalinan)
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar, pembukaan telah ada.
2.1.6 Pembagian tahap dalam persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
A. Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah
(blood show) karena serviks muali membuka (dilatasi) dan mendatar
(effelement). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan
berlangung cepat menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan 10 cm atau lengkap. Fase-fase yang ditulis diatas di
jumpai pada primigravida pada multigravidapun menjadi demikian
tetapi terjadi lebih pendek, perbedaannya sebagai berikut :
1. Primigravida
a. Serviks mendatar (effacement) dulu baru
dilatasi berlangusng 13-14 jam
2. Multigravida
a. Mendatar dan membuka bisa berlangsung bersamaan
b. Berlangsung selama 6-7 jam
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
B. Pada kala pengeluaran janin his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih aman
kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris, menimbulkan rasa ibu merasa seperti BAB karean tekanan
pada rectum dengan tanda anus terbuka pada waktu his, kepala janin mulai
tampak atau kelihatan, vulva membuka dan perineum menonjol.
Dengan his memerah yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1,5 2 jam sedangkan pada
multi 0,5 1 jam
C. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusat, berisi placenta yang menjadi
tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian dating his. Pelepasan dan
pengeluaran ini dalam waktu 5 15 menit. Seluruh placenta terlepas di
dorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan diatas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta di sertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100 200 cc. Untuk tanda-tanda dari
lepasnya placenta adalah sebagai berikut :
Uterus globuler (menjadi bundar)
Uterus terdorong ke atas
Tali pusat bertambah panjang
Terjadi perdarahan atau semburan darah tiba-tiba.
D. Kala IV ( 2 jam post partum)
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam post partum. Observasi yang
dilakukan adalah :
Tingkat kesadaran klien
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan

Lamanya persalinan pada primi dan multi gravid:


Kala Primigravi Multigravi
da da
Kala I 10 12 jam 6 8 jam
Kala II 1,5 2 jam 1,5 1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat 10 12 jam 6 10 jam
observatif)

2.1.7 Mekanisme persalinan normal


Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk
menerima kepala janin terutama pada primi dan juga pada multi pada saat-saat
partus mulai. Untunglah bahwa 98% janin adalah letak kepala. Kenapa lebih
banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori akan hal itu, yaitu:
a. Teori Akomodasi
Bentuk rahim yang memungkinkan bokong dan ekstremitas yang
volumenya besar berada diatas keapal dibawah diruang yang lebih sempit.
b. Teori Gravitasi
Karena kepala yang relative besar dan berat turun kebawah oleh karena itu
his yang kuat, teratur dan sering makan kepala janin turun memasuki PAP
(engagement)karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala
bertambah menekuk (fleksi maskimal) sehingga lingkaran kepala yang
memasuki panggul.
Gerakan-gerakan utama proses kelahiran bayi adalah :
1. Turunnya kepala, dibagi dalam :
a. Masuknya kepala ke PAP
Pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tapi
pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan pesalinan.
b. Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baeru mulai pada kala II. Pada
multipara maju dan masuknya kepala ke rongga panggul
bersamaan.
Yang menyebabkan majunya kepala yaitu :
Tekanan cairan intra uteri
Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
Kekuatan mengejan
Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk Rahim
2. Fleksi
Keuntungan dari bertambahnya fleksi adalah bahwa ukuran kepala
yang lebih kecil melalui jalan lahir diameter sub occipitu bregmatika
(9,5 cm) menggantikan diameter sub occipitu frontalis (11 cm).
3. Putar paksi dalam
Lalah pemutaran dari bagian depan memutar ke depan, ke bawah
simpisis.
4. Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala yang disebabkan karena
sumbu jalan lahir mengarah ke depan dan atas sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
5. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir, maka kepala akan memutar kembali kea rah
punggung anak untuk menghindarkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah simphysis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian bahu
depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan bayi lahir searah paksi
jalan lahir
2.1.8 Ruptura Perineum dapat terjadi pada persalinan normal
Ruptura perineum dapat dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
a. Tingkat I : Robekan hanya mengenai kulit dan mukosa sekita 1 1,5 cm
b. Tingkat II : Robekan lebih dalam sudah mengenai mukosa levatorani
c. Tingkat III : Robekan pada kulit, mukosa, perineal body, mukosa
sphincterani.
Ruptura perinei inkompleta : tingkat I II
Ruptura perinea kompleta : tingkat III
Sebab-sebab rupture perineum yaitu :
Partus presipitalis
Kepala janin besar dan janin besar
Pada presentasi defleksi (dahi, muka)
Pada primigravida (para)
Pada letak sungsang dan after loming head
Pimpinan persalinan yang salah
Pada obsteri operatif pervaginam : ekstraksi vakum, ekstraksi
forcep, versi, dan eksistensi dan embriotomi
2.2 Konsep Dasar Pre- eklampsia eklampsia
2.2.1 Pengertian
Pre- eklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas dengan disertai
proteinuria dan edema yang timbul akibat kehamilan setelh usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan tanpa disertai
kejang (Kapita Selekta Jikid I, 2001).Pre eklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah 20
minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeclampsia
yang disertai kejang dan atau koma yang timbul akibat kelainan
neurologi (kapita selekta kedokteran edisi ke 3).
Pre- eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28
minggu atau lebih (Rustam Muchtar, 1998). Pre-eklampsia adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang
timbul karena kehamilan. (Ilmu kebidanan, 2005. Pre-eklampsia adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang
timbul akibat kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke
-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mula
hidafidosa (Sarwono Prawiroharjo : 2006 : 282). Pre-eklampsia berat
merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan
walaupun belum jelas bagaimana terjadi di Indonesia preeclampsia,
eklampsia, disamping perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab
utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang tinggi (Prof. Dr.
Sarwono Prawiroharjo, Ds06)
Pre-eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg, atau lebih disertai
proteinuria dan atau diserati edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih (Asuhan Patologi Kebidanan : 2009). Eklampsia berasal dari
Yunani yang berarti halilintar karena gejala eklampsia dating dengan
mendadak dan mendatangkan suasana gawat dalam kebidanan.
Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian
preeclampsia dan eklampsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif
dan preventfi ( Manuaba : 2009). Pre-eklampsia dibagi dalam 2
golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau
lebih tanda gejala di bawah ini :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic
110 mmHg atau lebih.
2) Protein uria 5 g atau lebih dalam 24 jam : 3 atau 4 + pada
pemeriksaan kualitatif.
3) Oligouria, air kencing 400ml atau kurang dalam 2-4jam
4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
5) Edema paru dan sianosis. (Ilmu kebidanan : 2005)
2.2.2 Etiologi
Apa yang menyebabkan pre-ekslampsia dan ekslampsia samapi
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab-sebab yang member jawaban yang memuaskan.
Teori yang harus dapat menerangkan hal-hal sebagai berikut :
Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, keha
primigravida, hamil ganda dan molahidasidosa.
Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya usia kehamilan.
Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin.
2.2.3 Patofisiologi
Pada pre-ekslampsia terjadi spasme pembuluh darah di sertai
dengan retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola glomerulus, pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat di lalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah kan naik. Sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisia belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Protein uria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus. bahan pada organ-organ :
a) Otak
Pada pre-ekslampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap
dalam batas-batas normal.
b) Placenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke placenta dan menyebabakan gangguan
janin dank arena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
ekslampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya
terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
c) Ginjal
Filtrasi glomelurus berkurang oleh karena aliran keginjalan
menurun, hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomelurus
menurun. Sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air. Filtrasi
glomelurus dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada
keadaan lanjut dapat terjadi oligouria dan anuria.
d) Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan
karena bronkopneumonia sebagai akibat Milan ganda, hidraminion,
dan molahidatidosa.
2.2.4 Tanda atau gejala pre-ekslampsia berat
Pre-ekslampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini
ditemukan :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati atau icterus
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria < 400 ml / 24 jam
f. Protein uria > 30 / liter
g. Nyeri epigastrium
h. Perdarahan retina
i. Edema pulmonum
j. Gangguan cerebral dan virus
k. Pandangan mata kabur
l. Bengkak pada muka dan tangan
Ekslampsia ditandai oleh gejala-gejala pre-ekslampsia berat dan kejang :
a. Kejang dapat terjadi tidk tergantung dari beratnya hipertensi
b. Kejang bersifat tonik klonik, menyerupai kejang pada epilepsy
grand mal
c. Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-jam).
(Sarwono, pelayanan kesehatan matemal dan neonatal)
2.2.5 Klasifikasi Pre-ekslampsia
a. Pre-ekslampsia ringan
Gejala dan tanda :
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih seminggu
4. Protein uria 0,3 gram atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1-2
pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.
b. Pre-ekslmapsia berat
Gejala dan tanda :
1. Tekanan darah 160 / 110 mmHg
2. Oligo uria, urine kurang dari 400 cc / 24 jam
3. Protein uria lebih dari 3 gram/liter
4. Keluhan subjektif :
a) Nyeri epigastrium
b) Gangguan penglihatan
c) Nyeri kepala
d) Edema paru dan sianosis
e) Gangguan kesadaran
c. Ekslampsia
Menjelang kejang-kejang dapat didahului gejala subjektif yaitu nyeri
kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, penglihatan semakin
kabur dan terdapat mual dan muntah dan pemeriksaan menunjukkan
hiperfleksia atau makin terangsang.
2.2.6 Gambaran klinik
Biasanya tanda-tanda timbul dalam urutan pertambahan berat
badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi dan akhirnya protein
uria. Pada pre-ekslampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala
subjektif. Pada berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal.Skotama,
diplopia. Penglihatan kabur nyeri di daerah epigastrium, mual dan
muntah. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada TD yang meningkat
dan merupakan petunjuk bahwa ekslampsia akan timbul. TD pun
meningkat lebih tinggi, edema menjadi lebih umum dan protein uria
bertambah banyak.
2.2.7 Diagnosis
Pada umumnya diagnosis didasarkan atas adanya 2 dari tanda utama
yaitu : hipertensi, edema, dan protein uria. Hal ini memang berguna
untuk kepentingan statistik, tapi dapat merugikan penderita karena tiap
tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan sendiri. Adanya
satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan, apalgi karena cepat
tidaknya penyakit tidak dapat diramalkan dan bila ekslampsia terjadi,
maka prognosis bagi ibu maupun bayi menjadi jauh lebih buruk.
2.2.8 Pencegahan
Pengobatan hanya dapat dilakukan simtomatis karena etiologi
preeclampsia, dan faktor-faktor apa saja dalam kehamilan yang
menyebabkannya. Tujuan utama penanganan mencegah terjadinya pre
eklampsia berat dan eklampsia, melainkan janin hidup dan melahirkan
janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya pengobatan atau penanganan preeclampsia
terdiri atas pengobatan medic dan penanganan obstetrik. Penanganan
obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat optimal, yaitu
sebelum janin dalam kandungan , akan tetapi sudah cukup matur untuk
hidup di luar kandungan dari pada di dalam uterus.
Pengobatan preeklmapsia yang tepat ialah pengakhiran
kehamilan karena tindakan tersebut mengingat sebabnya dan
mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih prematur
penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
eklampsia dan kematian janin. Pada janin dengan berat badan rendah
kemungkinan hidup pada preeclampsia berat lebih baik di luar dari
pada di dalam uterus. Cara pengobatan dapat dilakukan dengan
induksi persalinan atau persalinan atau section cesarean menurut
keadaan pada umumnya.
a. Penanganan pre eklampsai ringan
Instirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk
penanganan. Istirahat dengan berbaring pada posisi tubuh
menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat, aliran darah
ke ginjal juga banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah turun
dan resorbsi cairan dari daerah tersebut bertambah. Selian itu juga
mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Oleh sebab itu
dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema
berkurang. Pemberian fernobarbital 3 x 3 mg sehari akan
menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
b. Penanganan pre eklampsia berat
Para penderita yang masuk sudah ada tanda-tanda dan
gejala PEB segera harus diberi sedative yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Apabila sudah 12 24 jam bahaya akut
dapat diatasi dapat dilakukan cara terbaik untuk menghentikan
kehamilan, tindakan ini perlu untuk mencegah eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat
diberikan:
Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 gr)
disuntikkan IM bokong kiri dan kanan sebanyak dosis permulaan
dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan
sulfus magnesium hanya diberikan jika dieresis baik, reflek patela
+ dan kecepatan pernafasan lebih dari 16x per menit. Obat tersebut
akan menenangkan, menurunkan tekanan darah, kemungkinan
kejang dan eklampsia. Apa bila terjadi oligouria, sebaiknya
penderita diberi glukosa 20% secara IV. Obat diuretika tidak
diberikan secara rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobatan
tersebut diatas menjadi lebih baik, akan tetapi umunya pada PEB
sesudah bahaya akut sebenarnya sebaiknya di pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian
harapan janin untuk hidup terus tidak besar dan adanya janin dalam
uterus menghambat sembuhnya penderita dan penyakitnya.
Indikasi untuk pengakhiran kehamilan ialah ringan dengan
kehamilan lebih dari cukup bulan, dengan hipertensi atau protein
uria menetap selama 10 14 hari, dan janin cukup matur untuk
dilahirkan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Identitas klien
Nama Klien : Ny. S Nama Suami : Tn. I
Umur : 35 tahun Umur : 39tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : sopir
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jl. Sunan Giri, Gresik Menikah : 22 tahun
Lama Menikah : 13 tahun
A. DATA SUBJEKTIF
Subjektifnya mana? Ibu datang ke puskesmas dengan keluhan .....
1. Riwayat menstruasi
Klien mengatakan menarche pada umur 14 tahun, siklus menstruasi 28
hari/bulan, lama mensstruasi 7 hari/bulan,warna merah, bau anyir,
disminorhea tidak pernah, fluor albus tidak ada, HPHT :11-06-2015 , TP :
18-03-2016
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan,merasakan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah
mulai jam 09.00 WIB.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No Suami UK Jns pers Penol BB/PB penyul umur L/ menyusui KB
P
1 1 9bln Spontan Bidan 3000/ 47 - 13 th L 2 tahun Suntik1bln

2 1 9bln Spontan Bidan 3100/48 - 8 th P 1 tahun 5 bulan Suntik


1bln
3 1 9bln Spontan Bidan 3125/ 47 - 4 th L 1 tahun Suntik 3
bulan
5 1 Hamil Ini

4. Riwayat kehamilan ini


Klien mengatakan bahwa ini adalah kehamilannya yang ke 4. Usia
kehamilan 9 bulan , gerakan anak mulai terasa pada usia kehamilan 5
bulan, tidak pernah periksa kehamilan di bidan bpm dan puskesmas.
keluhan selama kehamilan ini sering BAK pada trimester III dan kenceng
pada perut bagian bawah, dan mengeluh sering pusing.
5. Riwayat penyakit yang pernah di alami
Klien mengatakan pernah menderita penyakit Hipertensi.
6. Riwayat penyulit keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak pernah ada yang menderita
penyakit yang menular, menurun dan menahun seperti IMS, asma,
jantung, DM, dan Hipertensi.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
BB/TB : 85 kg/155 ccm
Nadi : 100 x/menit
TD : 180/120 mmHg
RR : 20 x/menit
S : 36,5c
Inspeksi
a. Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak marasmus, tidak
rontok.
b. Muka :
Cloasma gravidarum : tidak ada
Conjungtiva : merah muda, tidak anemis
Sklera : tidak ada ikterus, tidak pucat
c. Mulut :
Gigi : tidak ada caries gigi
Stomatitis : tidak ada
Bibir kering : Tidak ada
Lidah pucat : tidak ada
d. Leher
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
Pembesaran kelenjar linfe : tidak ada
Struma : tidak ada
e. Payudara
Bentuk : simetris
Areola : hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Pengeluaran : colostrum
f. Perut
Pembesaran : sesuai dengan usia kehamilan
Striae : livide
Linea : nigra
Luka parut : tidak ada
g. Vulva
Warna : merah kehitaman
Luka parut : tidak ada
Keluaran : lendir bercampur darah
Varises : tidak ada
Odema : tidak ada
Kelainan : tidak ada
h. Anus
Hemoroid : tidak ada
i. Ekstremitas atas dan bawah
Varises : tidak ada
Odema : tidak ada
j. Palpasi
Leopold I : TFU 33 cm, pada fundus teraba bulat, lebar,
besar, lunak, tidak melenting ( bokong)
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar,
keras, seperti papan (punggung) sedangkan pada bagian kiri
perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin dan kosong, bersela
(ekstremitas)
Leopold III : teraba bulat, keras, tidak melenting (kepala)
karena sudah masuk PAP
Leopold IV : kepala sudah masuk PAP (convergen), teraba
1/5 bagian
His : 3x1035 ( 3 kali dalam 10 menit selama 35
detik)
k. Auskultasi
DJJ : 137 x/menit
Teratur / tidak : teratur
l. Perkusi / reflek
Reflek patella : tidak di lakukan
i. Pemeriksaan khusus
Vagina toucher (VT)
Tanggal : 11 Maret 2016 jam : 17.30 WIB
Porsio : Lunak, Tipis
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : belakang kepala
Penurunan : Hodge 3
C. Analisa
Ibu : G4P3A0 Hamil 39 minggu dengan PEB
Janin : Hidup, tunggal, presentasi kepala
Masalah : - TD : 180/120 mmhg
- Protein urine : +3
Diagnosa potensial : - Eklampsia, fetal distress
Kebutuhan Segera :
Persiapan Rujukan
Pemberian 10 ml MgSO4 40 % 4gr dilarutkan dengan aquadest
Pemberian dosis rumatan 6 gr MgS04 dalam 6 jam.
B. Penatalaksanaan
1. Melakukan Pemberian Nifedipin 4 x 10-30 mg per oral
2. Melakukan pemasangan Infus RL dengan 4 gram larutan MgSO4 (10 ml
larutan MgS04 40% dilarutkan dengan aquadest.
3. Memberikan 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgS04 40% dan larutkan dengan
RL diberikan secara IV.
4. Melakukan pemasangan Dower Kateter.
5. Melakukan Rujukan ke RSUD Cengkareng.
DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo,sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta. Yayasan Bina Pustaka


Manuaba, ida bagus gede. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta.EGC
Manuaba, ida bagus gede Prof. SPoG. 2001.Kapita Selekta
Prawiroharjo, S.Preekslampsia dan Ekslampsia. Jakarta.YBP. 1976
Buku Ilmu Kebidanan. Edisi ke 3 Fior. Dr. Hanifah Wikojosantro, SpoG
Obsteri Ginekologi. Fak. Kedokteran UNJ Jakarta Indonesia.
Prawiroharjo,sarwono.2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal.
YBP-SP. Jakarta.
Santyawan, Prof. Sulaiman.1993. Obsteri fisiologi.Bandung
Varney, Hellen. 1997. Management Asuhan Kebidanan. Jakarta. RPKC

Anda mungkin juga menyukai