Anda di halaman 1dari 25

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Lanjut Usia


Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU
No.36 tahun 2009 tentang kesehatan). Di Indonesia hal-hal yang
terkait dengan usia lanjut diatur dalam satu undang-undang
yaitu Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia yang menjelaskan bahwa lansia :
a. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas
b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan
barang atau jasa
c. Lansia yang tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya
mencari mafkah sehingga hdupnya bergantung pada bantuan
orang lain.

Lanjut usia merupakan kelompok yang sedang mengalami


proses perubahan secara bertahap dalam jangka tertentu
tertentu,

menurut

WHO,

lansia dikelompokkan menjadi 4

kelompok yaitu:
1. Usia pertengahan (Middle Age)

: usia 45-59 tahun

2. Lansia (Elderly)

: 60-74 tahun

3. Lansia tua (Old)

: 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (Very Old)

: usia di atas 90 tahun

Pengertian lansia dibedakan atas 3 macam, yaitu usia lansia


kronologis (Kelender), usia biologis yang artinya menunjuk
kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam
keadaan hidup tidak mati. Sedangkan usia psikologis menunjuk
kepada kemampuan seseorang untuk melakukan penyes uaian
kepada situasi yang dihadapinya (Fatmah, 2010).
Agar proses menua tidak disertai dengan proses patologis,
timbulah gagasan untuk membuat suatu model pencapaian
tersebut dimana menua secara endogenik yang dimulai dengan
menuannya sel-sel tubuh, jaringan tubuh dan anatomi tubuh
kearah proses

menuanya

organ

tubuh.

Sedangkan faktor

eksogenik dapat dibagi dalam sebab lingkungan di mana


seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tepat
disebut gaya hidup. Faktor menua eksogenik kini lebih dikenal
dengan

faktor

kebiasaan

risiko

merokok,

antara
penyakit

lain

riwayat

yang

keluarga,

diderita

etnis,

sebelumnya,

kemiskinan, serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat


terlarang.
2.2

Permasalahan pada lanjut usia


a. Masalah kesehatan lansia
Pada dasarnya perubahan

fisiologis

yang

terjadi

pada

aktifitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung


secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek
vaskuler, hormonal dan neurologiknya (Alexander & Allison
1989 dalam Darmodjo, 2010). Pada usia lanjut terjadi
kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat
pada

kelemahan

organ,

kemunduran

fisik,

timbulnya

berbagai

macam

penyakit

degeneratif.

Hal

ini

akan

menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani


perekonomian baik usia lanjut maupun pemerintah karena
masing-masing penyakit memerlukan dukungan dana atau
biaya.
b. Masalah ekonomi lansia
Masalah usia lanjut ditandai dengan menurunya produktifitas
kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekejaan
utama. Hal ini berkaibat pada menurunnya pendapatan yang
kemudian tekait dengan pemenuhan kebutuhan hidup seharihari. Pada hal disisi lain usia lanjut dihadapkan pada berbagai
kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan
makanan, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan
bagi yang menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan
rekreasi.
c. Masalah psikologis lansia
Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan
fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai sikap
lansia

terhadap

kemunduran

fisiknya

(Disenggagement

theory) yang berati adanya penarikan diri dari masyarakat


dan diri dari pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap
terlalu lamban dengan daya reaksi yang lambat,kesigapan
dan kecepatan bertindak dan berfikir meurun (Santrock,
2002).
Menurut Partini (2011) masalah psikolgis yang dialami usia
lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari
lingkungan,

ketidakberdayan,

perasaan

tidak

beguna,

kurrang percaya diri, ketergantungan, keterlantaran terutama

bagi usia lanjut yang miskin, post power syndrome atau


semacamnya.
d. Masalah sosial budaya lansia
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa.
Orang lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia
sosialnya akan mengalami kepuasan. Aktifitas sosial yang
banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya
kondisi fisik san sosial lansia (Santrock,2002). Selain itu
perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah kepada
tatanan masyarakat individualistik, berpengaruh pada usia
lanjut yang kurang mendapat perhatian, sehingga sering
tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Untuk
mengahadapi
kelompok

kenyataan
usia

ini

lanjut

mempertemukan

para

perlu
yang

anggotannya

dibentuk

kelompok-

memiliki

kegiatan

agar

kontak

sosial

berlangsung.
2.3

Kebutuhan Hidup Minimal Penduduk Lanjut Usia


Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas :
1.
Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan,
kesehatan.
2.
Kebutuhan
dihormati

psikis

dan

sekelilingnya.
3.
Kebutuhan

yaitu

kebutuhan

mendapatkan
sosial,

yaitu

untuk

perhatian

dihargai,

lebih

kebutuhan

dari
untuk

berinteraksi dengan masyarakat sekitar.


4. Kebutuhan Ekonomi, secara ekonomi, meskipun tidak
potensial lansia juga mempunyai kebutuhan secara ekonomi
sehingga harusterdapat beberapa sumber pendanaan dati

luar, sementara untuklansia yang potensial membutuhkan


adanya

tambahan

ketrampilan,UEP

(Usaha

Ekonomi

Produktif), bantuan modal dan penguatankelembagaan.


5. Kebutuhan spiritual
Selain itu, lansia mempunyai sifat psikis yang sangat
khas yang
memberikan pengaruh terhadap perlakuan atau pelayanan
seperti apa yang
seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis tersebut
adalah :
Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampaisangat tua.
Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome,
apalagi jika pada masa

lansia

tidak

diisi

dengan

kegiatan yang dapatmemberikan otonomi pada dirinya.


Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada
tipe ini

biasanya

sangat

dipengaruhi

keluarga,

apabilakehidupan keluarga selalu harmonis maka

pada masa lansia tidakbergejolak,


hidup

meninggal

tetapi

kehidupan

jika pasangan

maka pasanganyang ditinggalkan akan

menjadi merana, apalagi jika tidak

segerabangkit dari

kedukaannya.
Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah
puas

memasuki

lansia

dengankehidupannya,

kadang-kadang

tetap

banyak

tidakdiperhitungkan

merasa

keinginan
secara

tidak
yang

seksama

sehingga menyebabkan kondisiekonominya menjadi moratmarit.


Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
7

sendiri sulitdibantu orang lain atau cenderung membuat


susah dirinya.
2.4

Permasalahan Kesehatan Lansia


Permasalahan yang sering timbul pada usia lanjut. Salah
satunya adalah depresi yang merupakan perasaan terasing
(ter-isolasi atau kesepian)adalah

perasaan

tersisihkan,

terpencil dari orang lain, karena merasa berbeda dengan


orang lain. Yang dapat disebabkan karena:
1. Tersisih dari kelompoknya,
2. Tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya,
3. Terisolasi dari lingkungan,
4.Tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman,
5. Seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan.
Hal-hal tersebut menimbulkan perasaan tidak berdayaan,
kurangpercaya

diri,

ketergantungan,

keterlantaran

terutama bagi lansia miskin,post power syndrome, perasaan


tersiksa, perasaan kehilangan, mati rasa dan sebagainya.
Seseorang

yang

menyatakan

dirinya

kesepian

cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga,


tidak diperhatikan dan tidak dicintai (Rasa kesepian akan
semakin dirasakan oleh lansia yang sebelumnya adalah
seseorang

yang

menghadirkan
banyak.
lingkungan
kedudukan
atau

aktif
atau

dalam

berbagai

berhubungan

Hilangnya perhatian
sosial
atau

yang

perannya

keguncangan.

Masalah

dan
terkait

dapat
ini

kegiatan
dengan
dukungan

yang
orang
dari

dengan hilangnya
menimbulkan

terkait

dengan

konflik
sikap

masyarakat sebagai orang Timur yang menghormati lansia


sebagai

sesepuh

seorang

lansia

produktif),

sehingga
masih

lebih

kurang

aktif

jauh

bisa menerima

dalam

dinyatakan

berbagai

bila

kegiatan

bahwa

penyebab

menurunnya kontak sosial pada lanjut usia:


1.

Ditinggalkan

oleh

semua

anaknya

karena

masing-

masing sudahmembentuk keluarga dan tinggal di rumah atau


kota yang terpisah.
2.

Berhenti

dari

pekerjaan

(pensiun

sehingga

kontak

dengan teman sekerja terputus atau berkurang).


3.

Mundurnya

dari

berbagai

kegiatan

(akibatnya

jarang bertemudengan banyak orang).


4. Kurang dilibatkannya lanjut usia dalam berbagai kegiatan.
5.

Ditinggalkan

oleh

orang

yang

dicintai:

pasangan

hidup, anak, saudara, sahabat, dll.


Kesepian akan sangat dirasakan oleh lanjut usia yang
hidupsendirian, tanpa anak, kondisi kesehatannya rendah,
tingkat pendidikannyarendah, introvert, rasa percaya diri
rendah,

kondisi

sosial

ekonomi

sebagaI

akibat

pensiun

menimbulkan perasaan kehilangan prestise, hubungan sosial,


kewibawaan dsb. Jika lebih parah dapat berlanjut menjadi
depresi.
Dalam hal ini, sebagai anggota masyarakat lansia telah
bertingkah
masyarakat

laku

sesuai

dengan

yang mengalinasi

tuntutan
mereka,

dan

opini

walaupun

konsekuensinya merasa kesepian dan depresi.

Depresi

adalah

suatu

bentuk

gangguan

emosi

yang

menunjukkanperasaan tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak


berharga, tidak berarti, sertatidak mempunyai semangat dan
pesimis menghadapi masa depan. Depresi adalah salah satu
bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif,
mood)

yang

ketiadaan
asa.

ditandai

dengan

kemurungan,

kelesuan,

gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus

Untuk

menanyakan

menduga
adakah

seseorang
perubahan

depresi

adalah

perasaan,

perubahan

tingkahlaku dan keluhan yang bersifat fisik ? Misalnya adakah:


perasaan sedih atau putus harapan; pesimis; tingkat aktivitas
rendah; kesulitan yang bersifat motivasi; kesulitan dalam
berhubungan

dengan

orang

lain;

tidak

puas

dalam

berhubungan dengan orang lain; kecemasan sosial; tidak


terlibatdalam

keluarga

atau

teman

seperti

biasanya;

kesepian; merasa berdosa; kehilangan kontrol kemampuan


kontrol rendah; kelelahan fisik; gangguan tidur; gangguan
nafsu makan; gangguan konsentrasi, gangguan membuat
keputusan;

keluhan

fisik

lainnya

seperti:

insomnia,

kehilangan

nafsu makan, masalah pencernaan, dan sakit

kepala.
Depresi merupakan kondisi yang mudah membuat lanjut usia
putus asa, kenyataan yang menyedihkan karena kehidupan
kelihatan suram dan diliputi

banyak

tantangan. Lansia

dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik


daripada keluhan emosi. Keluhan fisik sebagai akibat depresi
kurang mudah untuk dikenali, yang sering menyebabkan
keterlambatan dalam penanganannya. Sepertiga (33%) dari

10

para janda/duda akan mengalami depresi pada bulan pertama


sepeninggal pasangannya, dan separo dari mereka tetap
depresi sesudah satu tahun. Janda/duda memiliki tingkat
depresi yang lebih tinggi daripada mereka yang masih
berpasangan.
Banyak ahli dan peneliti yang menyatakan bahwa orang
yang menderita kesepian lebih sering mendatangi layanan
gawat darurat 60% lebih banyak bila dibandingkan dengan
mereka yang tidak menderitanya, dua kali lebih banyak
membutuhkan perawatan di rumah, resiko terserang influensa
sebanyak

dua

kali,

berisiko

serangan jantung dan


serangan

jantung

empat

mengalami

tersebut,

kali

mengalami

kematian

akibat

jugaberisiko meningkatkan

mortalitas dan kejadian stroke dibanding yang tidak kesepian.


Kriteria penilaian yang digunakan dalam menilai status
depresi lansia adalah Geriatric Depression Scale dan MMSE
( mini mental state examination). Bila hasil skor lebih dari 5
dinyatakan depresi.

Tabel 1 Depression Scale dalam menilai depresi

11

DAFTAR PERTANYAAN
1. Tanggal berapakah hari ini?
(bulan, tahun)

PENILAIAN
0 2 kesalahan = baik
3 4 kesalahan = ganggua

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

intelek ringan

4. Berapa nomor telepon

5 7 kesalahan = ganggua

Bapak/Ibu? (bila tidak ada

telepon, dijalan apakah rum

intelek sedang

ah

8 10 kesalahan = gangg

5. Berapa umur Bapak/Ibu?

uan

6. Kapan Bapak/Ibu lahir? (tan

intelek berat

ggal,

Bila penderita tak pernah

7. Siapakah nama Gubernur ki

sekolah , nilai kesalahan

ta?

diperbolehkan + 1 dari nila

8. Siapakah nama gubernur se

i di

belum

atas

9. Siapakah nama gadis Ibu an

Bila penderita sekolah lebi

da?
10. Hitung mundur 3-3, mulai d

ari

dari SMA, kesalahan yang

Tabel 2.

Penilaian MMSE ( Mini Mental State Examination )

12

Dari: Folstein and Folstein, 1990


Post power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana
penderitahidup

dalam

bayang-bayang

kebesaran

lalunya (entah jabatannya ataukarirnya,

masa

kecerdasannya,

kepemimpinannya atau hal yang lain), dan seakan-akan


tidak bisa memandang realita yang ada saat ini.

Dalam

mailing list konseling, sebetulnya, secara umum syndrome ini


bisa sebagai masa krisis perkembangan.
Gejala post power syndrome khususnya adalah krisis yang
menyangkut satu jabatan atau kekuasaan, terutama akan
terjadipada orang yang mendasarkan harga dirinya pada
kekuasaan.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang
yangsudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya
saja banyak orangyang berhasil melalui fase ini dengan cepat
dan dapat menerima kenyataan dengan
Tetapi

pada

kasus-kasus

tertentu,

hati

yang

lapang.

dimana seseorang

13

tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah


dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya
adalah

satu-satunya penopang

hidup

keluarga,

resiko

terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.


Permasalahan lain adalah ada beberapa penyakit yang sering
munculpada usia lanjut, yang disebut Geriatric Giant, yang
terdiri dari:
1. Imobilisasi
2. Instabilitas dan jatuh
3. Inkontinensia urin dan alvi
4. Gangguan Intelektual (demensia)
5. Infeksi
6. Gangguan penglihatan & pendengaran
7. Impaksi (konstipasi)
8. Isolasi (depresi)
9. Inanisi (malnutrisi)
10. Impecunity (kemiskinan)
11. Latrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)
12. Insomnia
13. Defisiensi imunitas
14. Impotensi

2.5

Puskesmas Santun Lanjut Usia


Mengingat kebutuhan pelayanan
masalah utama

bagi para

lanjut

kesehatan

merupakan

usia, perlu dilakukan

peningkatan upaya melalui pencegahan, pemeliharaan dan


peningkatan kesehatan disamping upya penyembuhan dan
pemulihan. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah
14

dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan berupa


peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui strategi
puskesmas santun lanjut usia. Adapun tujuan umumnya
adalah: meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap
lanjut usia dalam rangka mencapai Indonesia sehat 2010,
sedangkan tujuan khusus puskesmas santun lanjut usia
adalah:
a. Melakukan perencanaan lebih terarah dalam pelaksanaan
pelayanan kepada lanjut usia sesuai dengan kebutuhan
setempat.
b. Melakukan pelayanan proaktif serta pemberian pelayanan
yang komprehensif dan lebih berkualitas bagi penduduk lanjut
usia
c. Memberikan

kemudahan

pelayanan

sebagai

bentuk

penghargaan kepada lanjut usia


d. Menurunkan angka kesakitan pada lanjut usia di wilayah kerja
puskemas
e. Mewujudkan lanjut usia yang produktif dan bahagia
Puskesmas

santun

lanjut

usia

adalah:

puskesmas

yang

melakukan pelayanan kepada lanjut usia yang mengutamakan


aspek promotif dan pereventif disamping aspek kuratif dan
rehabilitatif, secara pro aktif baik dan sopan serta memberikan
kemudahan dan dukungan bagi lanjut usia.
Puskesmas santun lanjut usia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan.
Lanjut usia sebagai kelompok umur yang kemampuan
fisiknya sangatlah terbatas dibandignkan dengan kelompok
umur lainnya. Kerap kali mempunyai kebutuhan pelayanan
yang berbeda dengan kelompok umur lainnya. Lanjut usia

15

yang mempunyai gerak yang lamban. Kesiapan petugas


puskesmas dalam pelayanan perlu diperhatikan yaitu:
a. Kesabaran didalam menghadapi lanjut usia
b. Kemauan dan kemampuan untuk memberikan
penjelasan secara tuntas
c. Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan lanjut usia
sesuai dengan prosedur pelayanan yang berlaku
d. Menghargai
lanjut
usia
dengan
memberikan
pelayanan dengan sopan santun
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lanjut
usia. Kemudahan pelayanan bagi lanjut usia dibutuhkan
karena pada kenyataannya kondisi fisiknya lanjut usia
seringkali membutuhlan perhatian dan prioritas dalam
penangannya sepeti didahulukan dari kelompok umur
lainnya, untuk menghindari antrian yang berdesakan.
Kemudahan lainnya yang bisa diberikan kepada lanjut usia
adalah puskesmas dapat memberian pelayanan melalui
loket pendaftaran tersendiri atau antria loket khusus untuk
lansia, ruang pemeriksaan/konseling yang terpisah dengan
kelompok umur lainnya, ruang tunggu dengan tempat
duduk khusus ramah lansia, kama mandi atau toilet yang
aman bagi lanjut usia, semua fasilitas ini dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
3. Memberikan
kesehata

keringanan/penghapusan

bagi

lanjut

usia

dari

biaya

keluarga

pelayanan
miskin/tidak

mampu. Mengingat lanjut usia kebanyakan sudah pensiun


atau tidak bekeja lagi, seringkali mereka mempunyai
keterbatasan dalam pendanaan , baik dalam mencukupi
biaya

hidup

ataupun

dalam menyediakan dana

bagi

kebutuhan kesehatannya. Oleh karena itu bagi para lanjut

16

usia yang tidak mampu atau terlantar, perlu diberikan


keringanan ataupun penghapusan biaya pelayanan di
puskesmas

sesuai

ketentuan

yang

berlaku.

Untuk

mendapatkan fasilitas jamkesmas maka lanjut usia harus


mendapat prioritas dan difasilitasi oleh puskesmas untuk
mendapatkan kartu jamkesmas tersebut.
4. Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dalam
memeliharan dan meningkatkan kesehatannya agar tetap
sehat dan mandiri
Melakukan penyuluahan kesehatan dan gizi kepada
lanjut usia untuk tetap berperilaku sehat, agar dapat

lebih meningkatkan kesehatannya.


Menganjurkan untuk tetap melakukan aktifitas eharihari
sesuai kemampuan serta menjaga kebugarannya secara

rutin, antara lain dengan berolahraga/senam lanjut usia


Menganjurkan
untuk
tetap
melakukan
dan
mengembangkan hobi atau kemampuannya, terutama

bagi aktifitas yang merupakan usaha ekonomi poduktif.


Menganjurkan untuk melakukan aktifitas-aktifitas seharihari secara bersam-sama dengan lanjut usia lainnya
melalui kelompok lanjut usia di masyarakat, antara lain
dalam kegiatan keagamaan, kesenian, rekreasi. Denga
kegiatan tersebut diharapkan akan dapat merasakan
kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.

5. Melakukan

pelayanan

secara

pro

aktif

untuk

dapat

menjangkau sebanyak mungkin sasaran lanjut usia yang


ada wilayah kerja puskesmas. Sesuai dengan fungsinya
sebagai

unit

kesehatan

terdepan

masyarakat,

dalam
maka

melakukan
dalam

pembinaan

pembinaan

dan

17

pelayanan

kesehatan

kepada

lanjut

usia,

tidak

saja

dilakukan hanya dnegan melayani para lanjut usia yang


berkungjung

ke

puskemas,

teteapi

juga

membentuk,

memfasilitasi pembentukan dan melakukan pembinaan


kepada kelompok lanjut usia ini diantarannya adalah
deteksi dini, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
kepada lanjut usia pada saat kegiatan kelompok (Posyandu,
posbindu) Bagi para lanjut usia yang mendapat perawatan
di rumah sakit, sebagai tindak lanjut pengobatan kepada
lanjut usia yang sakit yang dirawat dirumah, maka petugas
puskesmas diharapkan mampu melaksanakana kunjungan
rumah untuk melaksanakan program perawatan kesehatan
masyarakat. Kegiatan lain pelayanan kesehatan lanjut usia
adalah melalui kegiatan puskemas keliling atau kunjungan
luar gedung untuk kegiatan lain yang berhubungan dengan
kesehatan lanjut usia.
6. Melakukan kerja sama dengan lintas progam dan lintas
sektor

terkait

Pembinaan

di

kecamatan

kesehatan

usia

dengan
lanjut

asa

kemitraan.

khususnnya

dalam

pembinaan kesehatan, kadang-kadng memerlukan peran


program dan sektir lain untuk membantu keberhasilan
pembinaan tersebut. Misalnya dalam kaitan kesehatan
mental dan sosial atau peningkatan peran keluarga dan
masyarakat dalam pemberdayaan lanjut usia.
2.5.1 Kegiatan Puskesmas Santun Lanjut Usia
Kegiatan yang dilakukan di puskesmas santun lanjut usia
pada prisnsipnya sama dengan kegiatan yang dilakukan di
puskemas pada umumnya. Kegiatannya:
a. Kegiatan yang dilaksanakan didalam gedung adalah:
18

1. Perencanaan
Pengumpulan data dasar melalui pendataan sasaran

lanjut usia dan melakukan pemetaan


Pendekatan dan kerjasama dengan lintas sektor dan
masyarkat

2. Pelaksanaan

Promotif: penyuluhan kepada lanjut usia, keluaga atau

masyarakat sekitarnya
Preventif: deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut

usia dengan menggunakan Kartu menuju sehat (KMS)


Kuratif: pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia
yang sakit. Bila dibutuhkan penanganan dengan fasilitas

yang lebih lengkap, dilakukan rujukan kerumah sakit.


Rehabilitatif: dapat berupa upaya medis, psikososial,
esukatif atau upaya lain yang dapat mengembalikan
seara optimal kemampuan fungsional dan kepercayaan
diri lanjut usia.

3. Monitoring dan evaluasi melalui pencatatan dan pelaporan


atau pengamatan langsung
b.

Untuk

kegiatan

diluar

gedung,

sebagai

bentuk

impelementasi dari pelayanan yang proaktif dilaksanakan


melalui

pelayanan

kesehatan

di

kelompok

lanjut

usia

(posyandu lansia).
2.6

Posyandu Lanjut Usia (Lansia)


Posyandu Lansia atau Kelompok Usia Lanjut (POKSILA) adalah
suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat,
dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan

19

oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat


(LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan
pelayanan pada upaya promotif dan preventif.
Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan
kelompok umur lainnya.
2.6.1 Sasaran
Sasaran pelaksanaan pembinaan POKSILA, terbagi dua yaitu:
a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59
tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi
(>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
b. sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana
usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut,
organisasi

sosial

yang

peduli

terhadap

pembinaan

kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani


kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani
Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas.
2.6.2 Standar Pembentukan Posyandu Lansia
1. Jumlah Lansia mencapai 50-100 orang.
2. Kader Lansia minimal 5-10 orang.
3. Tempat/waktu tersendiri, berjalan rutin berkesinambungan
4. Petugas 3-5 orang : dokter, perawat/bidan, laboran, farmasi
5. Sarana : tempat/gedung, administrasi, meja/kursi, ruang
pengambilan sampel, alat dapur
6. Kerjasama lintas sektoral RT/Kelurahan, tokoh masyarakat,
instansi terkait.
7. Penanggung jawab lurah /RT setempat.
20

Pendanaan/Donatur tersendiri
2.6.3 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan
kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat
(KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini)
atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat
perkembangannya

dalam

Buku

Pedoman

Pemeliharaan

Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi kesehatan yang


lazim digunakan di Puskesmas.
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lansia
di Posyandu adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily
living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum,

berjalan,

mandi,

berpakaian,

naik

turun

tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.


b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan
dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman
metode 2 menit
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks
Massa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter
dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu
menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin

21

f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal


adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan
dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan di atas.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan
yang dihadapi oleh individu dan atau POKSILA.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota
POKSILA

yang

tidak

datang,

dalam

rangka

kegiatan

perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing).


Selain kegiatan di atas, kegiatan lain yang dapat dilakukan
sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, seperti Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan sebagai contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari
daerah tersebut. Dapat juga dilaksanakan kegiatan olah raga
antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
Kelompok dapat melakukan kegiatan non kesehatan di bawah
bimbingan sector lain, contohnya kegiatan kerohanian, arisan,
kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan
lain-lain.
2.6.6 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia

22

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap


Lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut:
1) Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan
pelayanan.
2)

Tahap

kedua:

pencatatan

dilakukan Lansia, serta

kegiatan

sehari-hari

yang

penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan.


3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
kesehatan, dan pemeriksaan status mental.
4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah
(laboratorium sederhana).
5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling.
2.7 Kebijakan Program Puskesmas Santun Lanjut Usia
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu
yang antara lain melakukan upaya pemberdayaan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
hidup

sehat,

serta

sebagai

pusat

pengembangan

dan

peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjannya.


Kebijakan pembinaan kesehatan lanjut usia:
1. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan
manajemen

yang

baik

dan

berkesinambungan

dengan
(Helath

Approach)
2. Pembinaan progam kesehatan lanjut usia terutama ditujukan
pada upaya peningkatan kesehatan dan kemampuan untuk

23

mandiri agar selama mungkin tetap produktif dan tetap


berperan aktif dalam masyarakat
3. Pembinaan program kesehatan lanjut
sebagai

bagian

pelayanan
rujukannya
4. Pembinaan

dai

kesehatan
kesehatan

upaya
di

kesehatan

tingkat

lanjut

usia

usia

dilaksanakan

keluarga

pelayanan

melalui

dasar

dilaksanakan

dan

melalui

pendekatan holistic yaitu pendekatan terpadu yang berlainan


dengan pendekatan multidisipliner, yaitu mengobati lansia
secara tim dan bukan lansia berkonsultasi kepada masing
masing spesialis. Hal tersebut berguna untuk mengurangi
polifarmasi.
5. Upaya pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara
terpadu dengan meningkatkan peran lintas program dan
lintas sektor
6. Upaya promotif dan preventif dalam menyelenggarakan
pembinaan
komprehensif

kesehatan

usia

bersama-sama

lanjut
dengan

dilaksanakan
upaya

secara

kuratif

dan

rehabilitatif.
7. Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta
dan partisipasi lanjut usia sendiri diarahkan dan dilakukan
atas dasar kekeluargaan dan kegotongroyongan serta dibina
oleh pemerintah pada semua tingkat adminstrasi.
8. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan seperti pendataan,
pemanfaatan pelayana, pengenalan, pengenaan dini masalah
kesehatan pada lanjut usia, pengaturan transportasi dan
pendanaan bagi rujukan yang diperlukan.
9. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan

dengan

menerapkan kendali mutu pelayanan di setiap jenjang dan


penerapan standar pelayanan.
10.
Pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan sesuai
dengan situasi, kondisi serta kebutuhan daerah setempat.

24

Adapun aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan ini adalah:


a. Aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan
1) Promotif
Pembinaan pada lanjut usia dibagi atas komponen kegiatan
pokok:
Sasaran

langsung,

dengan

menyelenggarakan

paket

pembinaan terhadap kelompok lanjut usia bedasarkan

umur
Sasaran

tidak

langsung,

pembinaan

melalui

upaya

penyuluhan (KIE)
2) Preventif
Meliputi Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan
berkala.
3) Kuratif
Pengobatan terhadap lanjut usia, termasuk rujukan ke rumah
sakit
4) Rehabilitatif
Merupakan upaya

untuk

mengembalikan

semaksimal

mungkin kemampuan fungsional serta kemandirian lanjut


usia.
b. Aspek managerial
Pengelolaan program kesehatan lanjut usia di Puskesmas
dilaksanakan melalui perencanaan, penggerakan sasaran dan
pemantauan

evaluasi.

Upaya

ini

melibatkan

partisipasi

masyarakat, instansi lintas sektoral serata sangat diharapkan


dapat melibatkan peran swasta dengan asas kemitraan.

25

III. PEMBAHASAN
Puskesmas Rawat Inap Panjang merupakan puskesmas santun lanjut usia karena
melakukan pelayanan kepada lanjut usia yang mengutamakan aspek promotif dan
preventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro aktif baik dan sopan
serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lanjut usia.
Puskesmas Rawat Inap Panjang memiliki data pasien usia lanjut usia melalui
pengumpulan data dasar melalui pendataan sasaran lanjut usia dan melakukan
pemetaan. Untuk aspek promotif, dilakukan penyuluhan kepada lanjut usia, keluarga
atau masyarakat sekitarnya. Untuk aspek preventif dilakukan deteksi dini dan
pemantauan kesehatan lanjut usia dengan menggunakan berkas keluarga. Lalu untuk
aspek kuratif dilakukan pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yang sakit. Bila
dibutuhkan penanganan dengan fasilitas yang lebih lengkap, dilakukan rujukan
kerumah sakit. Setelah itu dilakukan monitoring dan evaluasi melalui pencatatan dan
pelaporan atau pengamatan langsung.
Untuk kegiatan diluar gedung, dilaksanakan posyandu lansia, 1 bulan sekali di setiap
desa. Di puskesmas panjang sendiri memiiliki 8 posyandu lansia yaitu daerah panjang
utara, panjang selatan, karang maritim, srengsem, pidada, ketapang, kuela ketapang
dan way lunik.
Jenis pelayan kesehatan yang dapat diberikan kepada lanjut usia di puskesmas
Panjang berupa :
Senam lansia dilakukan sebelum memulai pemeriksaan posyandu
Pemeriksaan fisik (tanda-tanda vital, head to toe)

26

Pemeriksaan status gizi yaitu pemeriksaan tinggi badan dan berat badan
Pemeriksaan laboratorium (hb, gula darah, kolestrol, asam urat)
Pengobatan
Penyuluhan.

Setiap dilaksanakan program posyandu lansia ini antusiasme masyarakat cukup baik,
hampir disetiap kesempatan selalu ramai. Posyandu lansia panjang selatan, karang
maritim dan srengsem adalah yang paling ramai. Menurut ketua program posyandu
lansia tidak ada kendala dalam pelaksanaan posyandu lansia ini.

27

Anda mungkin juga menyukai