Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A GAWAT JANIN INTAUTERIN (FETAL DISTRESS)
Definisi
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub
akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi).1,2
Etiologi
Penyebab dari fetal distress diantaranya :1
a.

Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun,


penyakit kardiovaskuler, anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis
dan dehidrasi.

b.

Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu


lama, degenerasi vaskuler.

c.

Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.

d.

Tali pusat : kompresi tali pusat.

e.

Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.

Pembagian gawat janin


a. Gawat janin sebelum persalinan
Gawat janin sebelum persalinan biasanya merupakan gawat janin
yang bersifat kronik berkaitan dengan fungsi plasenta yang menurun atau
bayi sendiri yang sakit.3,4
Data subyektif dan obyektif
Gerakan janin menurun. Pasien mengalami kegagalan dalam
pertambahan berat badan dan uterus tidak bertambah besar. Uterus yang
lebih kecil daripada umur kehamilan yang diperkirakan memberi kesan
retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion. Riwayat dari satu
atau lebih faktor-faktor resiko tinggi, masalah-masalah obstetri, persalinan

prematur atau lahir mati dapat memberikan kesan suatu peningkatan resiko
gawat janin.1,4
1).

Faktor predisposisi
Faktor-faktor resiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes

mellitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, dan


lain-lain.
2).

Data diagnostik tambahan


Pemantauan denyut jantung janin menyingkirkan gawat janin

sepanjang (a) denyut jantung dalam batas normal (b) akselerasi sesuai
dengan gerakan janin (c) tidak ada deselerasi lanjut dengan adanya
kontraksi uterus.
Ultrasonografi : Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat
mengungkapkan bukti dini dari retardasi pertumbuhan
intrauterin. Gerakan pernafasan janin, aktifitas janin dan
volume cairan ketuban memberikan penilaian tambahan
kesekatan janin. Oligihidramnion memberi kesan anomali
janin atau retardasi pertumbuhan.
Kadar estriol dalam darah atau urin ibu memberikan suatu
pengukuran fungsi janin dan plasenta, karena pembwentukan
estriol memerluakn aktifitas dari enzim-enzim dalam hati dan
kelenjar adrenal janin seperti dalam plasenta.
HPL (Human Placental Lactogen) dalam darah ibu : kadar 4
mcg/ml atau kurang setelah kehamilan 3 minggu member
kesan fungsi plasenta yang abnormal.
Amniosintesis : adanya mekonium di dalam cairan amnion masih
menimbulkan kontroversi. Banyak yang percaya bahwa
mekonium dalam cairan amnion menunjukkan stress
patologis atau fisiologis, sementara yang lain percaya bahwa
fasase mekonium intrauterin hanya menunjukkan stimulasi
vagal temporer tanpa bahaya yang mengancam. Penetapan

rasio lesitin sfingomielin (rasio L/S) memberikan suatu


perkiraan maturitas janin.
Penatalaksanaan5,6,7

3).

Keputusan harus didasarkan pada evaluasi kesehatan janin


inutero dan maturitas janin. Bila pasien khawatir mengenai gerakan
janin yang menurun pemantauan denyut jantung janin atau
dimiringkan

atau

oksitosin

challenge

test

sering

memberika

ketenangan akan kesehatan janin. Jika janin imatur dan keadaan


insufisiensi plasenta kurang tegas, dinasehatkan untuk mengadakan
observasi tambahan. Sekali janin matur, kejadian insufisiensi plasenta
biasanya berarti bahwa kelahiran dianjurkan. Persalinan dapat
diinduksi jika servik dan presentasi janin menguntungkan. Selama
induksi denyut jantung janin harus dipantau secara teliti. Dilakukan
sectio secaria jika terjadi gawat janin, sectio sesaria juga dipilih untuk
kelahiran presentasi bokong atau jika pasien pernah mengalami
operasi uterus sebelumnya.
b. Gawat janin selama persalinan
Gawat janin selama persalinan menunjukkan hipoksia janin. Tanpa
oksigen yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan variabilitas
dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH
janin yang menurun.1,2,7
1).

Data subyektif dan obyektif


Gerakan janin yang menurun atau berlebihan menandakan

gawat janin. Tetapi biasanya tidak ada gejala-gejala subyektif.


Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan
dalam pola denyut jantung janin (bradikardia, takikardia, tidak
adanya variabilitas, atau deselerasi lanjut). 3,8,9

Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau


kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan
dapat menyebabkan asfiksia janin.1,7
2).

Faktor-faktor etiologi 4,5,10

a. Insufisiensi uteroplasental akut

aktivitas uterus berlebihan.

hipotensi ibu.

solutio plasenta.

plasenta previa dengan pendarahan.

b. Insufisiensi uteroplasental kronik

penyakit hipertensi.

diabetes mellitus.

isoimunisasi Rh.

postmaturitas atau dismaturitas

c. Kompresi tali pusat


d. Anestesi blok paraservikal
3).

Data diagnostik tambahan 4,5,10

Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin


yang segera dan kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus
memberika suatu penilaian kesehatan janin yang sangat membantu
dalam persalinan.
Indikasi-indikasi kemungkinan gawat janin adalah:
1. bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.
2. takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (>
160) dapat dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder
terhadap terhadap infeksi intrauterin. Prematuritas dan atropin
juga dihubungkan dengan denyut jantung dasar yang
meningkat.
3. variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti
depresi sistem saraf otonom janin oleh mediksi ibui (atropin,

skopolamin, diazepam, fenobarbital, magnesium dan analgesik


narkotik).
4. pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin
yang disebabkan oleh insufisiensi uteroplasental. Deselerasi
yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus
adalah lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi
sementara waktu saja dari pembuluh darah umbilikus.
Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah deselerasi
lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang
menetap dan pola gelombang sinus.
Contoh darah janin memberikan informasi objektif tentang status
asam basa janin. Pemantauan janin secara elektronik dapat menjadi
begitu sensitif terhadapt perubahan-perubahan dalam denyut
jantung janin dimana gawat janin dapat diduga bahkan bila janin
dalam keadaan sehat dan hanya menber reaksi terhadap stess dari
kontraksi

uterus

selama

persalianan.

Contoh

darah

janin

diindikasikan bila mana pola denyut jantung janin abnormal atau


kacau memerlukan penjelasan.
Mekonium dalam cairan ketuban : arti dari mekoneum dalam
cairan ketuban adalah tidak pasti dan kontroversial sementara
beberapa ahli berpendapat bahwa pasase mekoneum intrauterun
adalah suatu tanda gawat janin dan kemungkinan kegawatan, yang
lainya merasakan bahwa adanya mekoneum tanpa kejadian asfiksia
janin lainnya tidak menunjukan bahaya janin. Tetapi, kombinasi
asfiksia janin dan mekoneum timbul untuk mempertinggi potensi
asfirasi mekoneum dan hasil neonatus yang buruk.
4).

Penatalaksanaan 4,5,10

Prinsip-prinsip umum
a. bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b. perbaiki aliran darah uteroplasental.

c. menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau


terminasi kehamilan merupakan indikasi. Rencana kelahiran
didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat
obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a. posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai
usaha untuk memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan
aliran darah uteroplasental. Perubahan dalam posis juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
b. oksigen diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan
penggantian oksigen fetomaternal.
c. oksitosi dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu
sirkulasi darah keruang intervilli.
d. hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi
darah dapat diindikasikan pada syok hemorragik.
e. pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara
lembut dapat merupakan suatu prosedur yang bermanfaat.
f. pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir
mengurangi resiko asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala
bayi lahir, hidung dan mulut dibersikan dari mekoneum dengan
kateter penghisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus
dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk
menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hariadi R. 2004. Ilmu Kedokteran Fetomaternal.
Edisi Perdana Himpunan Kedokteran Fetomaternal
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia,
Surabaya, hal : 364-382, 392-393, 426-443
2. Melfiawati S. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta, hal 368-371
3. Sumapraja, S; Rachimhadhi, T. 1999. Perdarahan Antepartum. Dalam
Wiknjosastro H, Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 497-521
4. Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997.
Williams Obstretics 20th edition. Prentice-Hall International Inc. Pp : 773-818
5. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 269-72
6. Allan, H., et all. 1994. Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis and
Treatment. 8th edition. Appleton, Norwak, Connecticut.
7. Hudono, S.T; Samil, R.S. 1999. Penyakit kardiovaskuler. Dalam Wiknjosastro
H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 429-43
8. Price & Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. EGC. Pp : 722-23
9. Wibowo, B; Rachimhadhi, T. 1999. Pre-eklampsia dan Eklampsia. Dalam
Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Keenam. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-300
10. Neville, F; Hacker, J; Geroge Moore. 2001. Esential Obstetri dan
Gynecologi. Hipokrates, Jakarta. Pp : 20-30

Anda mungkin juga menyukai