Anda di halaman 1dari 20

Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-14/PJ/2010

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Dirjen


Pajak Nomor PER-146/PJ/2006 (SPT Masa PPN)

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2010
MATERI
1. Policy Statement
2. Dasar Hukum
3. Muatan Pasal
4. Tanggal berlaku

2
1. Policy Statement

1. Menyelaraskan dengan ketentuan UU KUP


2. Mengakomodir perubahan ketentuan UU PPN
3. Formulir SPT Masa PPN (Formulir 1107) tetap
berlaku tanpa mengalami perubahan, namun
beberapa bagian petunjuk pengisian dalam
formulir tersebut diubah, dengan pertimbangan:
 Kesiapan aplikasi e-SPT;
 Pengadaan dan pendistribusian formulir dan
aplikasi e-SPT.
2. Dasar Hukum

• Pasal 3 ayat (6) UU No 6 Tahun 1983 stdtd UU No 16


Tahun 2009 (Undang-Undang KUP)
• UU No 18 Tahun 2000 stdtd UU No 42 Tahun 2009
(Undang-Undang PPN dan PPnBM)
• PMK 181/PMK.03/2007
• Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-146/PJ/2006
stdtd PER-14/PJ/2010

4
3. Muatan Pasal
 Penyesuaian Definisi KP4 dan SPT
Ketentuan • KP4 adalah Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan dalam
Lama wilayah KPP.
• SPT adalah Surat Pemberitahuan, yaitu:
a.bagi PKP yang menerbitkan tidak lebih dari 30 FP Standar dalam 1 Masa Pajak
adalah SPT Masa PPN baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) maupun
dalam bentuk data elektronik;
b.bagi PKP yang menerbitkan lebih dari 30 FP Standar dalam 1 Masa Pajak
adalah SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik.

Ketentuan • KP4 adalah Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan dalam
Baru wilayah KPP yang sekarang menjadi Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan.
• SPT adalah Surat Pemberitahuan, yaitu:
a. Bagi PKP yang menerbitkan tidak lebih dari 30 FP yang memuat keterangan
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN dalam 1
Masa Pajak adalah SPT Masa PPN baik dalam bentuk formulir kertas (hard
copy) maupun dalam bentuk data elektronik;
b. bagi PKP yang menerbitkan lebih dari 30 FP yang memuat keterangan
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN dalam 1
Masa Pajak adalah SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik.

5
3. Muatan Pasal
 Batas Waktu Penyetoran PPN Kurang Bayar dan
Pelaporan SPT Masa PPN
Ketentuan Lama Batas waktu penyetoran PPN Kurang Bayar:
paling lambat 15 (lima belas) hari setelah Masa Pajak
berakhir
Batas waktu pelaporan SPT Masa PPN:
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir
Ketentuan Baru Batas waktu penyetoran PPN Kurang Bayar:
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan
Batas waktu pelaporan SPT Masa PPN:
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak

6
3. Muatan Pasal
 Penyesuaian Formulir 1107A
 Bagian Ekspor

Ketentuan Diisi hanya untuk ekspor BKP


Lama
Ketentuan Diisi untuk ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan
Baru ekspor JKP

7
3. Muatan Pasal
 Penyesuaian Formulir 1107A
 Bagian Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur
Pajak
Ketentuan Diisi untuk Faktur Pajak Standar, Dokumen tertentu, dan nota retur
Lama (BKP)
Ketentuan Diisi untuk Faktur Pajak, Dokumen tertentu, Nota Retur (BKP), dan
Baru Nota Pembatalan (JKP)

8
3. Muatan Pasal
 Penyesuaian Formulir 1107A
 Bagian Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak Sederhana

Ketentuan Diisi dengan Faktur Pajak sederhana


Lama
Ketentuan Diisi dengan:
Baru a.Faktur Pajak yang tidak diisi nama dan NPWP Pembeli;
b.Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar
negeri (Pasal 16E UU PPN)

Catatan: ...
9
3. Muatan Pasal
Catatan:
1.PKP toko retail yang ditunjuk wajib membuat rincian penyerahan
BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri dengan
format sesuai Lampiran PER-14/PJ/2010.
2.Rincian penyerahan BKP tersebut dilampirkan dalam SPT Masa
PPN dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
3.Bagi PKP toko retail yang ditunjuk, yang melakukan penyerahan
BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri, Faktur
Pajak yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN hanya Faktur Pajak
Khusus (kode transaksi 06).

10
3. Muatan Pasal
 Menghapus petunjuk pengisian SPT Masa PPN bagi Pengusaha Toko
Emas Perhiasan
Ketentuan o Penyerahan dilaporkan di 1107A dg DPP sebesar 20%
Lama dari penjualan, dan PPN sebesar 2% dari Penjualan.
o PM dilaporkan di 1107B bagian “PM yang tidak dapat
dikreditkan”.
(Sesuai KMK 83/KMK.03/2002)

Ketentuan Contoh pengisian SPT Masa PPN bagi Pengusaha Toko Emas
Baru Perhiasan dihapus dan diberlakukan ketentuan umum
sesuai konsep deemed Pajak Masukan.
(Sesuai PMK 79/PMK.03/2010)

Contoh: ...
11
3. Muatan Pasal
Contoh : Pengusaha Toko emas perhiasan:
•Melakukan penjualan emas perhiasan sebesar Rp 50.000.000
•Membeli emas perhiasan sebesar Rp 30.000.000 (PPN Rp. 3.000.000)
Sesuai KMK
83/KMK.03/2002
PK
(1107A)

PM
(1107B)

12
3. Muatan Pasal
Contoh : Pengusaha Toko emas perhiasan:
•Melakukan penjualan emas perhiasan sebesar Rp 50.000.000
•Membeli emas perhiasan sebesar Rp 30.000.000 (PPN Rp. 3.000.000)
Sesuai PMK
79/PMK.03/2010
PK
(1107A)

PM
(1107B)

13
3. Muatan Pasal
 Penyesuaian Formulir 1107B
 Bagian Hasil Penghitungan Kembali PM yang Telah Dikreditkan
CATATAN:
Dengan terbitnya PMK No 78/PMK.03/2010 yang mencabut KMK
575/KMK.04/2000, maka petunjuk penghitungan kembali Pajak
Masukan yang telah dikreditkan (eks KMK 575/KMK.04/2000) pada
lampiran PER-146/PJ/2006 menjadi tidak berlaku.
Dengan demikian, tata caranya disesuaikan dengan penghitungan kembali
sebagaimana diatur dalam PMK No 78/PMK.03/2010.

Berdasarkan PMK No 78/PMK.03/2010, hasil penghitungan kembali PM


yang telah dikreditkan dapat bernilai minus, sehingga menambah
Pajak Masukan pada Masa Pajak dilakukannya penghitungan kembali
tersebut.

14
3. Muatan Pasal

 Penyesuaian Formulir 1107


 Kolom “Dikembalikan (Restitusi)”
Ketentuan Dalam hal LB, PKP dapat mengajukan restitusi pd setiap Masa Pajak.
Lama
Ketentuan • PKP hanya dapat mengajukan restitusi pada akhir tahun buku.
Baru • PKP yang dapat mengajukan restitusi pada setiap Masa Pajak hanya
PKP sesuai Pasal 9 (4b) UU PPN, yaitu PKP yang:
a.melakukan ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, atau
ekspor JKP;
b.melakukan penyerahan kepada Pemungut PPN;
c.melakukan penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut;
d.dalam tahap belum berproduksi.
15
3. Muatan Pasal

 Penyesuaian Formulir 1107


 Kolom “Kegiatan Tertentu”
Ketentuan Diisi jika PKP yg mengajukan restitusi melakukan kegiatan tertentu
Lama (ekspor BKP, dan/atau penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut
PPN).
Ketentuan Diisi jika PKP yg mengajukan restitusi adalah PKP sbgm dimaksud
Baru dlm Pasal 9 ayat (4b) UU PPN, yaitu PKP yang:
a.melakukan ekspor BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud,
atau ekspor JKP;
b.melakukan penyerahan kepada Pemungut PPN;
c.melakukan penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut;
d.dalam tahap belum berproduksi.
16
3. Muatan Pasal

 Penyesuaian Formulir 1107


 Kolom “Prosedur Biasa”
Ketentuan Diisi jika Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu menginginkan
Lama restitusinya diproses dengan prosedur biasa (pemeriksaan).
Ketentuan Diisi jika Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu (Pasal 17C UU KUP)
Baru atau Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 17D
UU KUP) menginginkan restitusinya diproses dengan prosedur
biasa (pemeriksaan).

17
3. Muatan Pasal

 Penyesuaian Formulir 1107


 Kolom “Pengembalian Pendahuluan (Pasal 17C KUP)”
Ketentuan Diisi jika Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu menginginkan restitusinya
Lama diproses dengan pengembalian pendahuluan.

Ketentuan Diisi jika Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu (Pasal 17C UU KUP), PKP
Baru yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 17D UU KUP), atau PKP
berisiko rendah (Pasal 9 ayat (4c) UU PPN), menginginkan restitusinya
diproses dengan pengembalian pendahuluan.

Dalam hal yang mengajukan permohonan adalah:


a.PKP berisiko rendah, wajib melampirkan SK Penetapan sbg PKP berisiko rendah.
b.PKP yang memenuhi persyaratan tertentu, wajib melampirkan surat keterangan/pernyataan yang
menyatakan bahwa permohonan pengembalian yang diajukannya berdasarkan Pasal 17D UU KUP.
18
4. Tanggal berlaku
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai
berlaku pada tanggal 1 April 2010

19
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai