LINGKUNGAN
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Hukum Lingkungan Internasional
Disusun Oleh :
Oktagape Lukas B2A004179
Yoseph Hiskia B2A004266
Bayu Herdianto B2A605289
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
DOMINASI NEGARA DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
BAGIAN II ANALISA
Teori Modernisasi dan Proses Westernisasi di Negara-Negara Dunia
Ketiga
Sebelum memahami dan menganalisa artikel ini lebih jauh,
selayaknya kita mengkaji dahulu apa yang dimaksud dengan Teori
Modernisasi, dan apa hubungannya dengan Westernisasi.
Teori Modenisasi pada dasarnya merupakan teori perubahan sosial
yang dikembangkan di Eropa Barat. Teori ini berusaha mengkaji faktor-
faktor yang dianggap penting dalam proses perkembangan masyarakat
dan transformasi sosial yang turut menyertainya. Teori ini pada awalnya
dianggap sebagai suatu “Grand Theory” yang berlaku universal1.
Namun dalam kenyataannya teori ini sendiri tidak lepas dari kritik.
Karena landasannya didasarkan atas pengalaman dan perubahan sosial
masyarakat Eropa, seringkali teori ini mengalami bias budaya. Teori
modernisasi seakan melakukan generalisasi bahwa setiap budaya dan
masyarakat memiliki faktor-faktor sosial dan kebutuhan yang sama seperti
masyarakat Barat. Hingga akhirnya ketiga teori ini diterapkan di Negara
Dunia Ketiga di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang memiliki
kebutuhan dan faktor sosial yang berbeda, teori ini dapat dianggap gagal
dan sulit atau bahkan tidak dapat diterapkan2.
Kritik lain menyebutkan bahwa Modernisasi tidak dapat dipisahkan
dari Westernisasi. Hal ini dikarenakan bahwa untuk tercapainya proses
Modernisasi, maka harus dilakukan suatu rekayasa sosial dan
pembentukan faktor-faktor yang identik dengan situasi dan kondisi sosial
1
Wikipedia, the free encyclopedia, Modernization,
2
Wikipedia, the free encyclopedia, Modernization Theory
masyarakat Eropa. Buruknya jika hal ini dilakukan, maka secara otomatis
budaya dan nilai masyarakat lokal harus digeser dan digantikan dengan
nilai dan budaya Eropa. Akibatnya mau tidak mau masyarakat yang
sebelumnya bukan Barat harus bertransformasi dan berubah menjadi
“Barat.”3
Hal-hal seperti inilah yang seringkali terjadi pada Negara Dunia
Ketiga. Hingga proses modernisasi seringkali gagal dan bahkan memakan
biaya yang sangat besar. Bahkan Negara-Negara Asia yang dianggap
“Macan Ekonomi Asia” pun, sepert Jepang, Korea Selatan, dan Singapura
seringkali mengalami transformasi sosial besar hingga muncul ungkapan
bahwa mereka lebih tepat dikategorikan sebagai “Barat” daripada Asia.
3
Martina Schuster, Modernization theory and dependencia: Why did they fail?,
4
Joseph E Stiglitz, Making Globalization Work: Menyiasati Globalisasi Menuju Dunia Yang Lebih Adil,
p.276
multinasional memperkenalkan mereka dengan teknologi dan taraf hidup
yang lebih tinggi. Serta nilai dan budaya yang beriringan bersama itu.
Peran perusahaan multinasional di negara dunia ketiga sendiri
kemudian berkembang menjadi sedemikian penting. Bagi negara dunia
ketiga, perusahaan multinasional tidak hanya memberikan taraf hidup
yang layak dan kesempatan bagi produk mereka mencapai negara maju.
Perusahaan multinasional juga memberi lapangan kerja, menghidupkan
perekonomian, sumber investasi dan penanaman modal asing, serta
berbagai penghasilan dan insentif lainnya yang memberi keuntungan.
Maka tidak heran apabila perusahaan mutinasional menjadi pondasi
ekonomi di banyak negara dunia ketiga.
5
Joseph E Stiglitz, Op.cit, p.279
Penggunaan pengaruh politik ini tidak hanya terjadi di negara dunia
ketiga, tapi juga terjadi di negara maju. Sebagai perbandingan
perusahaan-perusahaan farmasi Amerika lewat proses lobi yang
memakan biaya lebih dari 759 juta Dollar Amerika berhasil mempengaruhi
sekitar 1400 keputusan Kongres Amerika agar berpihak pada mereka6.
Situasi yang lebih parah justru terjadi di negara dunia ketiga.
Dimana perusahaan multinasional mengunakan pengaruh politiknya untuk
mengendalikan kebijakan pemerintah. Salah satu sektor yang mengalami
dampak parah adalah sektor lingkungan. Di negara dunia ketiga,
kerusakan lingkungan yang terjadi sangat parah. Hal ini disebabkan oleh
perusahaan multinasional yang menolak bertanggung jawab atas dampak
kerusakan lingkungan yang terjadi akibat proses produksi dan eksplorasi
yang mereka lakukan. Sementara dari pihak pemerintah negara dunia
ketiga sendiri menghadapi dilema. Disatu sisi pemerintah harus
menegakkan kebijakkan lingkungan yang melindungi kepentingan
masyarakatnya, namun disisi lain pemerintah harus melindungi
kepentingan modal asing dan perusahaan multinasional yang menopang
ekonominya.
Korupsi yang terjadi di negara dunia ketiga juga memperparah
kondisi yang terjadi. Perusahaan multinasional memilih untuk menyuap
penjabat-penjabat pemerintahan daripada membayar biaya sosial yang
lebih besar. Perusahaan multinasional sendiri juga sering mengunakan
kekuatan kapitalnya sebagai alat tawar terhadap pemerintah. Termasuk
dengan mengancam akan memindahkan kapitalnya keluar dari satu
negara ke negara lain.
Hal seperti inilah yang terjadi di Papua Nugini, tambang besar
timah dan tembaga Ok Tedi membuang 80.000 ton material beracun
setiap hari ke sungai Ok Tedi dan sungai Fly selama dua belas tahun,
dalam kegiatan ekstraksi yang bernilai sekitar 6 miliar dollar. Ketika bahan
tambang habis, perusahaan yang mayoritas kepemilikannya dipegang
oleh Australia itu, begitu saja meninggalkan pertambangan tersebut
setelah mengakui bahwa perusahaannya tidak begitu memerhatikan
dampak kerusakan lingkungan cukup besar. Perusahaan itu mengalihkan
kepemilikannya kepada pemerintah, dan membiarkan pemerintah yang
kebingungan mencari dana untuk mengatasi kerusakan yang ditimbulkan.
Jumlah pasti kerugian yang dialami sangat sulit untuk ditentukan, tapi
sangat jelas bahwa jumlah tersebut sangat besar dan harus ditanggung
oleh masyarakat Papua Nugini7.
6
Joseph E Stiglitz, Op.cit, p.280
7
Joseph E Stiglitz, Op.cit, p.285
SUMBER UTAMA :
FX Adji Samekto, Dominasi Negara dan Kerusakan Lingkungan ; Harian
Suara Merdeka, Rabu 5 Juni 2002
SUMBER PENDAMPING :
1. Wikipedia, the free encyclopedia, Modernization Theory, diambil
dari http://en.wikipedia.org/wiki/Modernization_theory
2. Wikipedia, the free encyclopedia, Modernization, diambil dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Modernization
3. Martina Schuster, Modernization theory and dependencia: Why did
they fail?, diambil dari
http://qahar.wordpress.com/2008/04/03/modernization-theory-and-
dependencia-why-did-they-fail
4. Joseph E Stiglitz, Making Globalization Work: Menyiasati
Globalisasi Menuju Dunia Yang Lebih Adil, PT Mizan Pustaka,
2007