Hendrik MB
Untitled II
KAU (I)
Hendrik MB
KAU (II)
Kemarin kau datang.
Lalu semakin sering, semakin perih
Kalau cinta berarti aku tahu ia begitu menyakaitkan
kau tahu perihnya seperti belati, belati yang selalu tak terlihat
Kau bukan seseorang, kau sesuatu
Menyiksaku untuk mengenalmu, menyimpanmu di hati
Sesuatu yang teramat indah, tapi aku harus selalu sendiri dengan rasa yang biru
Semestinya kau ada, jadikan sesuatu itu utuh
Tapi selalu kau ciptakan fragmen-fragmen penuh belati tajam
Selalu, semakin sering, semakin perih
Dan aku selalu kalah oleh bibirmu
Hendrik MB
Sudahlah!
Biar semuanya pergi, toh tak ada sesuatu dan tak pernah
Hendrik MB
BLUE BALLAD
Hendrik MB
MALINGI AKU
Kau!
Malingi hatiku
Kutunggu kau dengan jendela hari yang terbuka
Dan pintu hati tak terkunci
Hendrik MB
SAYAP-SAYAP PATAH
Dia pergi!
Dan sayap-sayapku patah
Sebab bidadari pergi
Sisakan gambar yang masih sketsa
Hendrik MB
TUTI
Tuti,
Sudah selesai kau dengan laki-laki itu?
Tidak seperti kemarin aku tunggu kau
Di pelataran parkir ini telah kuletakan sebuah meja kecil
Lilin kecil. Mawar merah kecil
Dan dua kursi kecil
Tak ada mobil kecil dan besar di sini
Hanya akan ada moment kecil yang indah
Hanya ada nada kita yang kecil
Tuti,
Mamimu yang cerewet itu sudah kusumpal dengan duit
Tadinya pikirku duit itu untuk menghabiskan semalam kecil denganmu
Aku mau malam yang besar denganmu
Bukankah kita sudah sedemikian kecil dalam hidup ini?
Tuti,
Bisakah ku cium bibirmu tidak untuk sebentar?
Aku tak mau pipimu
Hanya ingin habiskan lebih lama denganmu
Tidak hanya di lekuk bibirmu yang tak merah itu
Aku mau kita buat hari-hari menjadi cemburu
Bukan dicibir karena kau baru kubeli dari mamimu
Tuti,
Aku mau bulan dan matahari menjadi milik kita
Karena aku tau kau selalu menutupi wajahmu di siang hari
Katamu kau malu
Tak malukah mereka yang membuatmu begitu?
Meniduri mu setiap isteri mereka datang bulan,
Di ludahi karena frigid dan suami pulang dengan wangi parfum lain?
Tuti,
Aku mau tembok-tembok runtuh oleh kita
Dimulai di malam kecil ini
Lilin kecil ini. Meja kecil ini
Mawar merah yang kecil ini. Kursi yang kecil ini
Dan kita yang kecil ini
Tuti,
Aku tak mau lagi meniduri mu
Aku mau memilikimu
Sudah selesaikah dengan laki-laki terakhirmu?
Hendrik MB
Hendrik MB
AKU DAN TUHAN
Kembali lagi :
Aku mau Tuhan itu imajinasi
Ku dapati saat kucari ide
Ia bukan sosok yang tertelan dalam pencaharian
Di antara semak-semak
Atau sampah-sampah jalanan yang menggambar bayangan dengan air mata
Hendrik MB
TAK ADA JUDUL
Hendrik MB
TERIMA KASIH KECIL
Aku tak punya kertas surat. Hanya punya pembalut yang tak pernah terpakai
Sering kutulis banyak kata-kata
Jawaban-jawaban, pertanyaan-pertanyaan
Kuongokan sedemikian
Sedikit sesak; lemariku hanya penuh kondom
Terima kasih Tuhan masih sempat kau bercakap dengan ku
Di kamar kecil dan lembab
Penuh bau-bauan, sebuah ranjang yang tak bisa untuk berdua
Terima kasih mau membaca surat-surat kecil ku; lemariku sedikit longgar
Terima kasih Tuhan akan nafas yang begitu murah kau beri
Tak sungkan pintu rumahmu kuketuk, sesekali
Satu dua kali, satu dua hari. Kau ada menyuguhi ku senyum dari balik pintu kusen
sederhana
Aku tetap sibuk dengan kesibukan biasa
Dengan orang-orang yang biasa
Dengan hari-hari biasa
Masih sempat Kau suguhi teh bila ku bertamu
Sedikit berceritera; bercengkarama Ayah dan anak
Tuhan kalau aku pulang aku janji tak akan bawa kondom
Aku hanya akan bawa ceritera-ceritera setiap kali ku bertamu.
Hendrik MB