Anda di halaman 1dari 2

Apakah Menulis Itu Mudah (?

)
Oleh : Hendrikus Menasa Boro

Apakah menulis itu mudah? Sebuah pertanyaan yang aneh menurut


ku. Aku bisa menulis sejak SD, ketika kurikulum pendidikan masih
membombardir hari-hari ku dan semua teman ku dengan keharusan untuk
mencatat dan mendengar. Sebuah kurikulum terburuk yang pernah ada di
muka bumi ini tentunya. Sebab akhirnya banyak melahirkan manusia
bermental instant.
Kembali ke pokok permasalahan. Indonesia merupakan salah satu
negara yang sangat dipandang dalam bidang penulisan. Kita lihat saja
seorang Pramoedya Ananta Toer sang legenda Indonesia yang begitu
didewakan sebagai penulis besar diberbagai negara. Ia mendapatkan banyak
penghargaan yang turut mengharumkan nama Indonesia, meskipun ia tak
pernah dihargai di negaranya sendiri. Itu merupakan sebuah bukti bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa berdarah penulis.
Semenjak pendidikan dasar ( Sekolah Dasar ) kita telah diajari cara
menulis yang baik dan benar. Dimulai dari menyalin catatan, kita secara tak
sadar telah diajari untuk tau bagaimana menulis yang baik dari buku-buku
yang kita salin. Karena itu tak ada alasan untuk bertanya : apakah menulis itu
mudah?
Sebaiknya kita bertanya begini : bagaimana caranya menulis sebuah
tulisan? Itu pertanyaan yang tepat. Karena menulis bisa berarti menyalin atau
mencatat atau belajar tulis tapi menulis sebuah tulisan adalah bukan menyalin
atau mencatat apalagi belajar tulis. Ia lebih spesifik, lebih pada bagaimana
menuangkan ide. Ide kemudian dikembangkan menjadi sebuah tulisan yang
utuh dan logis yang berdiri diatas ide tersebut. Tapi menulis sebuah tulisan
tidaklah sulit. Sangat gampang mengingat bahwa kita telah belajar banyak
semenjak menempuh jenjang pendidikan. Contoh simpelnya dari menyalin
catatan. Kita telah melakukan itu sehingga kita tau bagaimana menulis, tapi
kita malah menciptakan kerumitan dengan bertanya-tanya karena
menganggap diri tidak tau apa-apa.
Dasar atau fondasi untuk memulai sesuatu yang baru adalah hal
terpenting. Seperti juga menulis sebuah tulisan. Kita telah mempunyai dasar
yang baik yaitu bisa menulis. Sisanya adalah mengetahui dan mau
mempelajari hal-hal teknis dalam menulis tulisan yang baik dan benar. Hal-hal
teknis tersebut adalah :

1. Mengetahui apa jenis tulisan yang mau ditulis. Karena jenis tulisan
sangat mempengaruhi teknik penulisannya. Misalnya kita ingin menulis
cerpen berarti kita harus tau bagaiman teknik-teknik dasar juga syarat-
syarat penulisan cerpen yang baik. Begitu pula bila kita ingin menulis
sebuah tulisan ilmiah, laporan penelitian, makalah, puisi, novel ataupun
skenario.
2. Mencari dan menemukan ide. Ide untuk menulis sesuatu ada di mana-
mana dan dengan sangat mudah untuk didapatkan. Tinggal
bagaimana kita berusaha untuk mencarinya, mendapatkannya dan
menuangkannya ke dalam sebuah tulisan. Ide-ide tersebut bisa
didapat dari lingkungan pergaulan kita, buku yang dibaca, koran,
majalah, film, musik dan masih banyak lagi.
3. Observasi terhadap objek kajian. Point ini lebih tertuju pada penulisan
ilmiah, meskipun dipakai juga dalam penulisan non-fiksi lainnya
misalnya penulisan skenario. Observasi sebelum proses penulisan
menjadi sangat penting karena turut memberi jiwa atau nilai tambah
dari sebuah tulisan khususnya tulisan ilmiah. Karena itu bila ingin
menulis sebuah tulisan yang membutuhkan observasi jangan
disepelekan atau dianggap sebagai hal sepele – sepele. Itu bisa
menjadi bom bagi tulisan kita.
4. Berpikir positif. Jangan memulai sebuah tulisan dengan otak penuh
tetek-bengek yang mengganggu pikiran, misalnya apakah tulisan saya
akan dibaca? Cobalah untuk berpikir : saya menulis untuk diri saya
karena saya mencintai diri saya. Itu lebih penting. Karena kepuasan
dari menghasilkan tulisan bukan hanya karena dibaca tapi juga karena
bisa menyelesaikannya.
5. Terakhir, belajar. Kunci keberhasilan dari menulis tulisan adalah
belajar, belajar, dan belajar.

Begitu gampangnya menulis sebuah tulisan. Sehingga dengan tersenyum


pun kita bisa menemukan sebuah ide untuk sebuah tulisan. Sangat
sederhana. Hanya kita sendiri yang terjebak dalam stigma yang sulit untuk
kita hancurkan. Jangan biarkan lagi kita bertanya : apakah menulis itu
mudah? Karena seorang murid kelas satu SD akan menjawab : pagi tadi
aku diajarkan menulis di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai