Wahai manusia! Perempuan berkekurangan dalam iman, kekurangan dalam pembagian, dan
kekurangan dalam akal. Kekurangan dalam iman karena pantangan mereka dari shalat
dan puasa dalam masa haidnya. Kekurangan dalam akal adalah karena kesaksian dua
perempuan sama dengan satu laki-laki. Berhati-hatilah Anda bahkan dari antara
mereka yang (dikabarkan sebagai yang) baik. Jangan Anda mengikuti mereka (secara
membuta) sekalipun dalam hal-hal yang baik supaya mereka tidak menyeret Anda
kepada kemungkaran. �
[1] 'Amirul Mukminin mengucapkan khotbah ini setelah kerusakan yang ditimbulkan
oleh Perang Jamal. Karena kerusakan itu adalah akibat mengikuti perintah seorang
wanita dengan membuta, dalam khotbah ini ia menggambarkan kekurangan fisik wanita
serta sebab dan akibatnya. Demikianlah, kelemahan mereka yang pertama ialah selama
beberapa hari dalam sebulan mereka tak boleh salat dan puasa, dan larangan
beribadah ini sendiri merupakan tanda kekurangan mereka dalam agama. Walaupun
makna iman yang sesungguhnya ialah pem-benaran hati dan keyakinan batin, namun
secara kias hal itu pun mengandung makna tindakan dan watak. Karena perbuatan
adalah pantulan keimanan maka tindakan dan watak itu juga merupakan bagian dari
iman. Maka, diriwayatkan dari Imam 'AII ibn Musa ar-Ridha a.s. bahwa:
Iman adalah pembenaran oleh hati, ikrar dengan lidah dan tindakan dengan anggota
badan.
... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari dua orang lelaki. Jika tak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua perempuan dari saksi-saksi
yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa yang seorang lagi mengingatkannya ....
(QS. 2:282)
Kelemahan yang ketiga ialah bagian mereka dalam warisan setengah dari bagian
warisan lelaki,
Ini menunjukkan kelemahan wanita. Karena penyebab bagiannya dalam warisan hanya
setengah ialah tanggung jawab nafkah untuk wanita terletak pada lelaki. Karena
kedudukan lelaki ialah pemberian nafkah dan pengurusan wanita, maka jelaslah
posisi lelaki yang memberi nafkah dan mengurusi kebutuhan wanita itu.