“AKHLAK TERPUJI”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan Nabi
bantuan berupa bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada semua pihak
yang turut membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan mereka kepada penulis
Akhirnya, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua. Kepada Allah-
Penulis,
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
makhluk lainnya selain manusia.. Manusia yang mulia dihadapan Allah bukanlah
manusia yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, pangkat atau jabatan yang
tinggi, ketampanan atau kecantikan yang menakjubkan, kekuatan atau kesaktian yang
hebat. Tetapi manusia yang mulia dihadapan Allah adalah manusia yang beriman dan
bertaqwa yang dihiasi dengan akhlak al-karimah atau budi pekerti yang mulia.
gampang, karena memerlukan berbagai macam persiapan dan latihan yang tidak
gampang. Islam sebagai agama yang mempunyai konsep paling hebat dan paling
dan Al-Hadits. Rasulullah SAW adalah sebagai contoh teladan yang paling pantas
untuk diteladani, karena dalam sepanjang sejarah umat manusia tidak pernah
ditemukan seorang yang lebih tinggi akhlaknya daripada Rasulullah SAW. Allahpun
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Secara linguistik akhlak berasal dari kata bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata
أخلق يخلق أخلقاyang berarti perangai, tabi’at, kelakuan, tingkah laku. Tetapi ada
yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlak ada yang mengatakan
isim jamid atau ghairu mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata
mengatakan kata akhlak jamak dari kata خلللقyang berarti budi pekerti,
perangai, tabi’at. 2
yang dibiasakan, yakni suatu kehendak bila dibiasakan terhadap sesuatu, sehingga
Yang dimaksud dengan akhlak adalah Adat al-Iradah atau kehendak yang
11
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h.1.
22
Ahmad Warsono Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997), h. 364.
33
A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 11.
4
Ibid., h. 13.
5
A. Mustofa bahwa, “akhlah adalah hal/sifat diri yang mendorong diri itu
الخلق عبارة عن هيئة فى النفس راسخة عنهلا تصللدر الفعلال بسلهولة ويسلر ملن
.غير حاجة إلى فكر وروية
Keseluruhan definisi akhlak tersebut nampak tidak ada pertentangan
melainkan memiliki kemiripan antara satu dan yang lainnya, dan saling
melengkapi, dan di sini akhlak memiliki lima ciri, adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dikerjakan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara.
5. Perbuatan khusunya akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan secara
ikhlas semata-mata karena Allah swt.6
tabi’at anak melalui kegiatan latihan dan pendidikan yang terprogram dengan baik
Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri
seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan
seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, dan sebaliknya, pemarah, pembenci,
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak Islam adalah perangkat tata nilai
yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai cara berpikir, bersikap dan
sedangkan azali berarti bahwa akhlak Islam tersebut bersifat tetap, tidak berubah,
pada posisi yang terhormat dan tinggi. Akhlak secara umum dapat dibagi menjadi
dua yaitu akhlak al-karimah dan akhlak mazmumah. Akhlak al-karimah adalah
budi pekerti yang luhur seperti yang telah diteladankan Rasulullah SAW.
Sedangkan akhlak mazmumah adalah budi pekerti atau perangai yang tercela.
tetapi merupakan salah satu dari demensi kehidupan seseorang muslim yang
mencakup aqidah, ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu akhlak ruang
7
Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masarakat), Media Dakwah,
Jakarta, 1994, h. 5
8
Ibid., h. 11
7
bil haq serta kelengkapan Uluhiyan dan Rububiyah, seperti terhadap Rasul-kasul
1. Ethis, yang mengatur sikap seseorang terhadap dirinya dan terhadap sesamanya
2. Moral, yang mengatur hubungan sesamanya, tetapi yang berlainan jenis dan
kesempurnaan.9
Dari uraian ditas dalam istilah yang lebih cendrung kepada Islam maka
akhlak Islami secara umum dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak kepada Allah
baik secara zahir atau bathin, baik prilaku anggota tubuh ataupun prilaku hati
dalam hubungan dengan Allah baik dalam shalat dan lainnya. Sedangkan akhlak
kepada makhluk Allah adalah sikap dan tingkah laku yang dipraktekkan dalam
lain-lain.
9
Musthafa Muhammad Tahhan, Muslim Ideal Masa Kini, Cendikia Centra Muslim, Jakarta,
2000, h. 175
8
C. Sumber-sumber Akhlak
tingkah laku manusia yang bermacam-macam, yang satu berbeda dengan yang
lain, bahkan dalam sebuah penelitian, tingkah laku itu berbeda, tergantung
pada batasan baik dan buruk suatu masyarakat, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan norma. 10
ditentukan oleh norma yang berlaku di dalam masyarakat dimana seseorang itu
hidup. Norma itulah yang menjadi akhlak seseorang. Ahli kemasyarakatan melihat
hidayah (petunjuk) Allah, dalam bentuk ayat-ayat Al-Qur’an dan pelaksanaan atau
ُ
ن
ْ مـ
َ ِة ل
ٌ َ س ـن
َ ح َ ٌ س ـوَةْ ل الل ّـهِ أ ِ سوُ م ِفي َر ْ ُ ن ل َك َ لقد
َ كا
َ ّ خَر وَذ َك ََر الل
ه ك َِثيًرا ِ م اْل
َ ْه َوال ْي َو
َ ّ جو الل ُ ن ي َْر َ
َ كا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
10
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, 88
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-
Qur’an, 1999, h. 670.
9
adalah hidayah atau petunjuk Allah yang berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
Seperti telah disinggung ditas bahwa akhlak seorang muslim pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak kepada Allah sebagai Khaliq dan
akhlak kepada makhluk Allah. Sebagai seoarang muslim setiap individu muslim
harus bertindak, bertingkah laku dan berakhlak kepada Allah dengan akhlak yang
diemplementasikan dalam bentuk prilaku anggota badan yang zhahir dan gerak
hati atau bathin yang selalu mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan Allah dan
Dengan menta’ati segala nilai-nilai yang diajarkan itu maka setiap individu
Allah. Seperti melaksanakan kewajiban shalat, puasa dan lain-lain yang bersifat
zahir dan ingat selalu kepada Allah yang bersifat bathin dalam hati.
Di antara akhlak kepada Allah adalah ridha terhadap apa yang telah
ditaqdirkan-Nya, syukur atas ni’mat-Nya, shabar atas segala ujian-Nya dan ta’at
serta ibadat kepada-Nya. Masih banyak lagi nilai-nilai yang termasuk akhlak
kepada Allah yang tidak dapat penulis uraikan dalam kesempatan ini.12
12
Ahmad Libaru dan M.A. Daud, Tashilul Mubtadi, Hasanu, Banjarmasin, 1986, h. 93
10
Akhlak kepada makhluk Allah, adalah sikap atau tingkah laku yang
manusia, kepada binatang, kepada tumbuhan dan lainnya. Akhlak kepada manusia
melainkan dalam kondisi yang dibenarkan agama, tidak membabat dan menebangi
dalam kehidupan beliau sehari-hari, karena Rasulullah adalah seorang Nabi dan
Rasul yang mempunyai akhlak yang sungguh sangat mulia dan patut dicontoh.
Allah SWT memuji ketinggian akhlak Rasulullah Saw dalam sebuah Firman-Nya:
ُ ُ ك ل ََعلى
َ ّ وَإ ِن
ٍ ظيم
ِ َق ع
ٍ خل
Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.13
telah Allah SWT gariskan dan juga Rasul SAW emplementasikan dalam hidup
dan kehidupan beliu sehari-hari. Muslim yang mengikuti Rasulullah SAW itulah
muslim yang berakhlakul karimah. Dengan akhlak al-karimah atau mulia seorang
akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT dan juga disisi makhluk-Nya,
13
Ibid., h. 960.
11
E. Akhlak Terpuji
akhlaknya baik, maka baiklah nama orang tersebut. Begitu juga sebaliknya,
kalau akhlaknya buruk, maka buruk pulalah harkat dan martabatnya. Karena
itu, memelihara dan memakai akhlak yang baik sangat penting dalam
kecerdasan, sebab kejujuran itu akan selalu membawa kepada kebaikan dan
kepintaran atau kecerdasan itu terkadang digunakan untuk berbuat kejahatan. Hal
ِ ه عَل َْيــ
ه ُ ّ صّلى الل َ ِل الل ّه ُ سو ُ ل َر َ ل َقا َ ن ع َب ْد ِ الل ّهِ َقا ْ َع
دي ِ ن ال ْب ِـّر ي َهْ ـ ّ ِ دي إ ِل َــى ال ْب ِـّر وَإ ِ ْصد ْقَ ي َه ّ ن ال ّ ِم إ َ ّ سل َ َو
ديًقا ّ صـ ِ ب َ حت ّــى ي ُك ْت َـ َ ُصد ُق ْ َ ل ل َي َ ج ُ ن الّر ّ ِ جن ّةِ وَإَ ْ إ َِلى ال
دي ِ جــوَر ي َهْ ـ ُ ن ال ُْف ّ ِ جــورِ وَإ ُ دي إ َِلى ال ُْف ِ ْب ي َه َ ِ ن ال ْك َذ ّ ِ وَإ
ذاًبا ّ ب ك َـ َ حت ّــى ي ُك ْت َـ َ ب ُ ِل ل َي َك ْـذَ جـ ُ ن الّر ّ ِ إ ِل َــى الن ّــارِ وَإ
()متفق عليه
Artinya : Dari Abdullah katanya : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya
kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa
ke jalan menuju surga. Seseorang yang senantiasa bersifat jujur, maka
ia tercatat (di sisi Allah dan pandangan manusia) sebagai seorang yang
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan
kejahatan itu membawa kepada jalan menuju neraka. Seseorang yang
senantiasa bersifat dusta, maka ia tercatat (di sisi Allah dan pandangan
manusia) sebagai seorang yang pendusta. (Muttafaq ‘Alaih)
kehidupan sehingga orang yang jujur selamanya akan dinilai baik, dan orang yang
12
pendusta selamanya tidak akan dipercaya orang. Dalam hadis yang lain Nabi
SAW bersabda:
ما
َ ْ د َع: ل ُ ن رسول الله صلى الله عليه وسلم ي َُقو َ كاَ
ْ ُ ك فَـإن الصـدق ط
ن
ّ ِ ة وَإ
ٌ مأِنين َـ
َ َ ْ ّ ّ ِ ِ َ مــا َل ي
َ ريب ُـ َ ك إ ِل َــىَ ُ ريب
ِ َي
(ة )رواه أحمد ٌ َ ب ِريبَ ِال ْك َذ
Artinya : Rasulullah SAW senantiasa bersabda : Jauhilah dan tinggalkanlah
olehmu hal-hal yang membingungkan kepada hal-hal yang tidak
membingungkan, sebab sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan
dan dusta itu adalah kebimbangan/ kebingungan. (H. R. Ahmad)
membawa kepada ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga orang yang jujur
hidupnya selalu merasa damai, jauh dari stress dan beban pikiran serta kecemasan.
Sebaliknya orang yang pendusta, ia merasa selalu dihantui oleh perasaan bersalah,
takut kalau orang yang didustainya marah dan menyakitinya serta berbagai
Allah SWT dan dari manusia, sedangkan orang yang pendusta akan mendapat
laknat dari Allah dan permusuhan dari manusia. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi
ِ ه عَل َي ْـ
ه ُ صّلى الل ّـ َ ِل الل ّه
ُ سو ُ ل َر َ ت َقا ْ َ ة َقال َ ش َ ِ عائ
َ ن ْ َع
َ ل مـ
نَ ميِ ِ سـل
ْ م ُ ْ مـرِ الْ نأ ْ ِ ّ جـ َ َه ع َّز و ُ ّ ن وَّلهُ الل ْ م َ م َ ّ سلَ َو
َ
يَ سـ ِ َن ن ْ ِ ق ف َ ـإ
ٍ ْ صد ُ َل ل
ِ ه وَِزيَر َ َجع َ خي ًْرا َ ِشي ًْئا فَأَراد َ ب ِه َ
(ه )رواه أحمد ُ َ عانَ َ ن ذ َك ََر أ ْ ِ ذ َك َّره ُ وَإ
Artinya : Dari Aisyah, katanya : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa
13
senantiasa ditolong Allah dalam segala hal. Jika ia lupa, maka Allah akan
membuatnya ingat, dan jika ia ingat maka Allah akan lebih menolongnya dalam
berlaku jujur harus menanggung resiko yang merugikan, seperti berlaklu jujur
terhadap penjahat. Karena itu Nabi SAW pernah bersabda yang artinya :
“Katakanlah yang benar itu walaupun pahit”. Ringkasnya, kita harus berlaku dan
bersifat jujur semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keamanan diri,
sebab dalam hal-hal yang membahayakan kita boleh saja tidak berlaku jujur.
14
BAB III
PENUTUP
Setelah penulis membahas tentang topik akhlak seorang muslim pada bab II
1. Akhlak Islam adalah perangkat tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang
mewarnai cara berpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya,
2. Akhlak mencakup aqidah, ibadah, akhlak dan syari’ah. Karena itu akhlak ruang
3. Akhlak berdasarkan objeknya pada dasarnya dapat dibagi menjadi akhlak kepada
Allah sebagai Khaliq dan akhlak kepada makhluk Allah, seperti sesamam
akhlak menurut baik dan buruknya dapat dibagi menjadi akhlak al-karimah dan
akhlak mazmumah.
yang telah dilakonkan oleh Rasul SAW yang bersumber dari Al-Qur’an dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masarakat), Media
Dakwah, Jakarta, 1994.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997).
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
Ahmad Libaru dan M.A. Daud, Tashilul Mubtadi, Hasanu, Banjarmasin, 1986.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci
Al-Qur’an, 1999.
Musthafa Muhammad Tahhan, Muslim Ideal Masa Kini, Cendikia Centra Muslim,
Jakarta, 2000.