Anda di halaman 1dari 2

Siang itu matahari bersinar sangat terik, namun tidak menghentikan kegembiraan anak-anak sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah untuk mengisi waktu istirahat mereka. Diantara mereka ada yang
berlarian saling berkejaran, ada yang bermain bola dilapangan tepat didepan gedung sekolah yang
sekaligus biasa dipakai untuk upacara setiap hari senin. Untuk anak-anak perempuan, mereka tidak
melupakan kesenangannya yaitu bermain loncat karet gelang atau biasa disebut eye-eyean… riuh
rendah suara anak-anak semakin menghidupkan suasana gedung sekolah tua yang hampir roboh.
Sekolah itu memiliki satu gedung dengan tiga kelas, dimana anak kelas satu, dua tiga dan empat mereka
masuk pagi sedangkan untuk kelas lima dan kelas enam mereka masuk setelah shalat duhur

Jam menunujukan pulul tiga sore, diamana anak-anak kelas lima dan kelas enam tengah menikmati
waktu istirahat mereka.

“Ajun…ayo oper bola nya kesini….”. teriak seorang anak laki-laki yang memiliki tinggi badan yang
lumayan dengan postur tubuh yang kurus. Seorang anak yang tengah menggiring bola kegawang lawan
langsung melihat kearah suara yang berteriak. Dan langsung membagikan bolanya kearah Piyan.

“Juli…nih”. Piyan langsung menendang bolanya kerarah seorang anak yang memiliki postur tubuh yang
pendek dan kurus. Juli pun langsung menahan bola dengan kakinya dan menggiring bola kearah gawang,
sang lawanpun kebingungan dengan trik mereka yang lumayan terkoordinasi dengan baik.

Juli pun menendang bolanya tepat didepan gawang, sang kiperpun dibuat kecolongan dan bola pun.
“Goooollllll”. Ajun, Piyan dan Julipun serempat berteriak.

Tiba-tiba dari arah pintu keluar seorang lelaki setengah baya dengan kumis menutupi bibir bagian
atasnya. Kami sebut Sang pahlawan tanpa tanda jasa itu Pak Sibli. Guru Agama sekaligus guru sejarah
kami.

“Anak-anak…masuk... “. Teriak Pak sibli sambil melihat kearah arloji ditangannya.

Anak-anak yang sedang bermain pun langsung masuk setelah mendengar teriakan pak Sibli. Maklum
disekolah itu tidak terlihat adanya bel yang bisa dipencet untuk memberi tahu waktunya masuk
pelajaran. Hanya dengan teriakan sang guru yang berdiri diatas pintu, semua anak-anak langsung masuk
kekelas nya masing-masing. Suara riuh gemuruh anak-anak yang masih semangat untuk membayar skor
permainanpun terdengar.

“sekarang waktunya kamu menang…besok kalian sudah harus siap menanggung malu…”. Teriak
Menung, team yang tadi kalah.

“hmmm…jangan sombong kawan, lebih baik nikmatilah kekalahan kalian sekarang…hahahaha…” Ujar
Juli dengan tertawanya yang menggema.

Anak-anak pun sudah duduk dibangkunya masing-masing. Ruangan yang tanpa kipas angin dan
ventilasinya yang kurang bagus, semakin membuat mereka tersiksa dengan cucuran keringat setelah
mereka bermain bola.
Namun tidak pernah menyurutkan semangat mereka untuk belajar, apalagi sekarang adalah pelajaran
Pak Sibli, guru favorit mereka.

“Anak-anaku sekalian…hari ini Bapak ingin mengajarkan kepada kalian cara berwudhu yang benar,
karena siapa tahu diantara kalian ada yang masih belum tartib dalam berwudhu…”.

Anda mungkin juga menyukai