Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM WARGA MADANI

(Program Pemberdayaan Masyarakat)

I. PENDAHULUAN

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Tap.


MPR RI) Nomor VI/MPR/2002, yang memberikan rekomendasi atas
laporan pelaksanaan Putusan MPR RI antara lain oleh Presiden,
menyebutkan bahwa eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan hidup
telah menyebabkan semakin buruknya kualitas lingkungan hidup. Hal ini
disebabkan tidak konsistennya pelaksanaan manajemen lingkungan hidup
dan sumber daya alam, khususnya dalam masalah pengawasan dan
pengembangan mekanisme dan kelembagaannya.

Dengan memperhatikan permasalahan sumber daya alam dan lingkungan


hidup dewasa ini, pengelolaan di bidang pelestarian lingkungan hidup
mempunyai beberapa ciri khas, yaitu tingginya potensi konflik, tingginya
potensi ketidaktentuan (uncertainty), kurun waktu yang sering cukup
panjang antara kegiatan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan, serta
pemahaman masalah yang tidak mudah bagi masyarakat luas. Karena
ciri-ciri ini, usaha pelestarian akan selalu merupakan suatu usaha yang
dinamis, baik dari segi tantangannya yang dihadapi maupun jalan
keluarnya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Tap. MPR RI Nomor


VI/MPR/2002 antara lain merekomendasikan untuk menerapkan prinsip-
prinsip good environmental governance secara konsisten dengan
menegakkan prinsip-prinsip rule of law, tranparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi masyarakat. Dalam hubungan ini, perlu diusahakan agar
masyarakat umum sadar dan mempunyai kesadaran pada kelestarian
lingkungan hidup, mempunyai informasi yang cukup tentang masalah-
masalah yang dihadapi, dan mempunyai keberdayaan dalam berperan
serta pada proses pengambilan keputusan demi kepentingan orang
banyak. Sejalan dengan otonomi daerah, pelimpahan wewenang kepada
pemerintah daerah di bidang pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan mengandung maksud untuk meningkatkan peran
masyarakat lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta dalam
intensitas tinggi oleh masyarakat umum inilah yang dapat menjamin
dinamisme dalam pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan ini
mampu menjawab tantangan tersebut di atas. Mekanisme peran serta
masyarakat ini perlu termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari
melalui mekanisme demokrasi.
II. MASALAH, TANTANGAN DAN PELUANG

2.1. Masalah

Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia pada masa depan akan


dihadapkan pada berbagai kompleksitas, dinamika dan keragaman
persoalan social ekonomi, dan politik yang bersifat kontradiktif yang
memerlukan perhatian dan penanganan dari pemerintah dan
pemerintah daerah, serta seluruh potensi masyarakat di berbagai
daerah.

Pola pikir yang terbentuk sebagai akibat pengalaman selama ini


dengan sistem pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik,
lemahnya pengawasan, ketidaktanggapan dalam mengubah
pendekatan dan strategi pembangunan, serta ketidak selarasan
antara kebijakan dan pelaksanaan pada berbagai bidang
pembangunan dan terjadinya krisis ekonomi telah menyebabkan
melemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan
tugas secara otonom, tidak terdesentralisasinya kegiatan pelayanan
masyarakat, ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah,
dan ketidakberdayaan masyarakat dalam proses perubahan sosial
bagi peningkatan kesejahteraan di berbagai daerah.

Di samping itu, pembangunan sektoral yang terpusat cenderung


kurang memperhatikan keragaman kondisi sosial ekonomi daerah
menyebabkan ketergantungan pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, lemahnya pertanggungjawaban kinerja pemerintah
daerah kepada masyarakat, dan kurang efektifnya pelayanan
pemerintah daerah kepada masyarakat dalam meningkatkan
kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Di pihak lain, kondisi lingkungan hidup sudah mencapai tingkat yang


memprihatinkan dengan kecenderungan yang terus menurun.
Penyebab utamanya adalah, karena pada tingkat pengambilan
keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan. Hal ini terjadi
mengingat kelemahan kekuatan politik dari pihak-pihak yang
menyadari pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Seperti
diketahui, pada saat ini perjuangan untuk melestarikan lingkungan
hanya didukung sekelompok kecil kelas menengah yang kurang
mempunyai kekuatan politik dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pengawasan pembangunan selama ini yang lebih
menekankan pada pendekatan sektor dan cenderung terpusat,
menyebabkan pemerintah daerah kurang mendapat kesempatan
untuk mengembangkan kapasitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat secara
optimal. Oleh karena itu,
(1) kekuatan pelestarian lingkungan perlu mendapat dukungan dari
kekuatan-kekuatan politik primer;
(2) demi keberhasilan usaha pelestarian lingkungan, masyarakat
luas perlu mempunyai keberdayaan, mampu dan aktif berperan
serta secara efektif melalui mekanisme demokrasi;
(3) pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah, perlu memiliki
kemampuan ketataprajaan di bidang lingkungan hidup (good
environmental governance), agar mampu menjawab tantangan
dari masyarakat yang sudah diberdayakan.
(4) usaha peningkatan penaatan dalam pengelolaan lingkunan
hidup adalah penting. Penegakan hukum merupakan salah satu
aspek utama dalam peningkatan penaatan di samping
pemanfaatan instrumen-instrumen pengelolaan lainnya.

2.2. Tantangan

Upaya pemberdayaan masyarakat telah mendapat perhatian besar


dari berbagai pihak yang tidak terbatas pada aspek pemberdayaan
ekonomi sosial, tetapi juga menyangkut aspek pemberdayaan politik.
Pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses bagi
masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat dalam
memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi peningkatan
kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab itu, pemberdayaan
masyarakat amat penting untuk mengatasi ketidak mampuan
masyarakat yang disebabkan oleh keterbatasan akses, kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, adanya kondisi kemiskinan yang
dialami sebagaian masyarakat, dan adanya keengganan untuk
membagi wewenang dan sumber daya yang berada pada pemerintah
kepada masyarakat.

Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan


keswadayaan ternyata telah meningkat akibat kemajuan sosial
ekonomi masyarakat. Pada masa depan perlu dikembangkan lebih
lanjut potensi keswadayaan masyarakat, terutama keterlibatan
masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dalam memcahkan
masalah kemasyarakatan.

Potensi masyarakat tersebut di atas, dalam hal ini diartikan sebagai


“Masyarakat Madani” yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan
secara berkelanjutan. Keberdayaan masyarakat Warga Madani
dicirikan dengan timbulnya kesadaran bahwa, meraka paham akan
haknya atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta sanggup
menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya
kualitas lingkungan hidup yang dituntutnya. Kemudian, berdaya yaitu
mampu melakukan tuntutan mendapatkan lingkungan yang baik dan
sehat. Selanjutnya, mandiri dalam kemampuan berkehendak
menjalankan inisiatif lokal untuk menghadapi masalah lingkungan di
sekitarnya. Dan, secara aktif tidak saja memperjuangkan aspirasi dan
tuntutan kebutuhan lingkungan yang baik dan sehat secara terus
menerus, tetapi juga melakukan inisiatif lokal.

Pola pendekatan pemberdayaan masyarakat menuntut (demand)


kepada pemerintah daerah melayani (supply) masyarakat untuk
memperoleh lingkungan yang baik dan sehat dapat digambarkan
sebagai berikut :

Prasyarat untuk terwujudnya Warga Madani adalah bahwa,


masyarakat :
(1) sadar dan paham lingkungan;
(2) mendapatkan informasi yang benar;
(3) memotivasi untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan
untuk kepentingan umum sebagai pencerminan sumbangan
individu/kelompok terhadap nasionalisme lingkungan;
(4) tahu caranya;
(5) tidak ada risiko;
(6) mendapat respons yang cukup dari Pemerintah Derah dan
DPRD.

Mewujudkan Warga Madani adalah upaya yang perlu dilakukan


secara terus menerus (processual). Untuk itu perlu dikembangkan
suatu kondisi yang kondusif antara DPRD sebagai reperesentasi
berbagai kekuatan politik, mayarakat yang merupakan fokus kegiatan
pemberdayaan, dan pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik
dalam perwujudan lingkungan yang baik dan sehat.

Agar DPRD kondusif, maka prasyarat untuk termanifestasikannya


anggota DPRD yang aktif memperjuangkan pelestarian lingkungan
adalah :
(1) sadar dan paham lingkungan;
(2) peran popularitas menunjang terpilihnya kembali sebagai anggota
DPRD untuk masa bakti berikutnya;
(3) insentif
2.3. Peluang

Masalah dan tantangan di atas mengharuskan pemerintah mengubah


paradigma dalam mewujudkan setiap kebijakan dengan
mengutamakan pola-pola keberpihakan pada msyarakat.

Melalui perwujudan good governance, di mana salah satu


karakteristiknya adalah mendorong partisipasi dan kemitraan dengan
masyarakat, maka pembangunan harus melibatkan masyarakat.
Tanpa partisipasi masyarakat, tidak akan ada strategi yang mampu
bertahan lama. Peran masyarakat madani harus dipandang sebagai
hal yang dinamis dan memberikan suatu peluang bagi pemerintah
yang bermaksud membangun kredibilitas negara (goog governance)
melalui potensinya dalam membangun koalisi dan aksi kolektif.

Demikian pula halnya dalam pengelolaan lingkungan hidup, yang


merupakan faktor penting untuk mencapai tujuan pembangunan yang
berkelanjutan. Keterlibatan dan peran berbagai kelompok/organisasi
masyarakat dalam penyaluran aspirasi masyarakat ke DPRD melalui
mekanisme demokrasi telah menciptakan suatu momentum menuju
suatu rasa memiliki dan berkehendak serta berkelanjutan bagi
pelaksanaan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan
perwujudan good environmental governance.

III. MISI

1. Menciptakan tuntutan (demand) dari masyarakat untuk mendapatkan


lingkungan hidup yang baik dan sehat;
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan inisiatif
lokal dalam menghadapi permasalahan lingkungan hidup.

Pencapaian misi tersebut di atas dilakukan melalui: (a) pengarusutamaan


isu lingkungan hidup dalam pengambilan keputusan; (b) pendekatan
proses tanpa mengabaikan orientasi produk (out put); (c) penentuan target
lokasi berdasarkan “cluster”

IV. TUJUAN

Tujuan dari Program Warga Madani adalah agar masyarakat :

a. Melakukan tuntutan (demand) secara aktif untuk mendapatkan


lingkungan yang baik dan sehat, dengan indikator :

• peningkatan jumlah dan kualitas anggota masyarakat yang peduli


dan mampu mengelola SDA dan melestarikan LH; dan
• meningkatkan keberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan
SDA dan pemeliharaan lingkungan hidup melalui pendekatan
keagamaan, adat dan budaya.
b. Melakukan inisiatif lokal dalam menghadapi masalah lingkungan hidup
di sekitarnya, dengan indikator :

• pola kemitraan yang berkembang di antara berbagai lembaga


masyarakat dan pemasyarakatan pembangunan berwawasan
lingkungan,
• hak-hak adat dan ulayat yang terlindungi dalam pengelolaan SDA
dan pelestarian lingkungan hidup,
• pengkajian keadaan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat adat
dan lokal, pemanfaatan kearifan tradisional dalam pemeliharaan
lingkungan hidup, serta perlindungan terhadap teknologi tradisional
dan ramah lingkungan, serta
• peningkatan kepatuhan dunia usaha dan kesadaran masyarakat
terhadap peraturan perundang-undangan dan tata nilai masyarkat
lokal yang berwawasan lingkungan hidup.

V. SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai dalam Program Warga Madani adalah :


a. Terwujudnya masyarakat yang mampu mengartikulasikan/menyatakan
kehendaknya untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat, melalui antara lain:
- Penyediaan dukungan politik untuk mengurangi segala bentuk
eksploitasi;
- Penghapusan berbagai aturan yang menghambat pengembangan
lembaga dan organisasi keswadayaan masayarakat.

b. Meningkatnya gerakan dan jumlah masyarakat peduli lingkungan


melalui pengembangan akses bagi masyarakat untuk dapat
berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup secara
substansial, melalui antara lain:
- Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang
berkelanjutan dan peningkatan kehidupan sosial-ekonomi kelompok
masyarakat dan keluarga miskin secara terpadu.
- Peningkatan kemitraan pemerintah, masyarakat dan swasta dalam
pembangunan kota;
- Peningkatan upaya penanggulangan masalah kemiskinan dan
kerawanan sosial;
- Penyediaan prasarana dan sarana sosial ekonomi penyediaan
pendampingan miskin dan untuk mengembangkan kemampuan
usaha dan kebiasaan hidup produktif;
- Pengembangan system perlindungan social yang sudah ada di
masyarakat, usaha swasta dan pemerintahan;
- Pengembangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan
keswadayaan;
- Pengembangan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan
keswadayaan;
c. Meningkatkan jumlah masyarakat yang menjalankan dan melakukan
inisiatif lokal dalam menghadapi masalah lingkungan hidup di
sekitarnya, melalui antara lain :
- Penyediaan bantuan pendampingan;
- Penyediaan informasi kepada organisasi social dan ekonomi
masyarakat;
- Pengembangan forum lintas pelaku dalam komunikasi dan
konsultan baik antara pemerintah dan lembaga masyarakat,
maupun antar-lembaga masyarakat dalam kegiatan pengambilan
keputusan publik;
- Peningkatan kapasitas daerah untuk mengelola bantuan sistem
perlindungan sosial;
- Pengembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan.

VI. STRATEGI

Agar Warga Madani dapat terwujud, maka keberdayaan masyarakat perlu


ditingkatkan melalui mekanisme demokrasi dan berbagai saluran dalam
kehidupan masyarakat dilakukan dalam konteks :

(1) Penguatan inisiatif, yang mengarah pada upaya agar


aspirasi timbul dari dalam masyarakat sendiri dan
mendorong aspirasi tersebut untuk tersalurkan;
(2) Posisi tawar dari masyarakat sebagai manifestasi
kemampuan untuk mengorganisasikan kepentingannya,
kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan
informasi yang benar, sadar dan paham akan haknya
sert mengerti bagaimana menggunakan haknya
tersebut;
(3) Orientasi “gerakan” melalui penemukenalan simpul-
simpul startegis pada masyarakat, sehingga sesuatu
rangsangan akan kebutuhan lingkungan yang baik dan
sehat dapat menjalar dan menggerakkan seluruh
masyarakat serta terus bergulir dan masyarakat terus
berusaha agar tujuan tercapai;
(4) Peran serta aktif, yang dilakukan masyarakat secara
kontinu untuk mengartikulasikan tuntutannya secara
sistematis melalui saluran-saluran demokrasi dan
melakukan inisiatif lokal untuk menangani masalah
lingkungan di sekitarnya.
Untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat, startegis yang ditempuh
adalah :

6.1. Mengembangkan komunikasi lingkungan

Pengembangan komunikasi lingkungan meliputi berbagai pendekatan


seperti penemukenalan tokoh masyarakat (public figure) yang mampu
menyampaikan pesan pemberdayaan masyarakat, pembentukan “kantor
berita” lingkungan hidup, pengembangan kelompok penyunting hijau
(green editor club), dan pemberian insentif kepada kalangan jurnalis.

6.2. Mengintegrasikan aliansi mitra strategis ke dalam program


lingkungan

Pengintegrasian aliansi mitra strategis ke dalam program lingkungan


dilakukan melalui pendekatan yang melibatkan peran kelompok
masyarakat secara aktif. Hal tersebut dilaksanakan dengan cara
memberikan dukungan dan pengakuan kepada kelompok-kelompok
masyarakat yang mempunyai potensi tawar (barganing power) untuk
mengarusutamakan isu lingkungan.

6.3. Melakukan pendekatan langsung kepadal kelompok sasaran

Pendekatan langsung kepada kelompok sasaran dilakukan kepada :


kelompok profesi (pekerja/buruh, petani, nelayan, pengusaha) melalui
masing-masing asosiasi dengan membuat nota kesepahaman untuk
bekerjasama; DPR/DPRD – melalui jalinan hubungan kerjasama dengan
Kaukus Lingkungan; dan organisasi kemasyarakatan – melalui dialog,
pendidikan dan pelatihan pelestarian lingkungan hidup.

VII. KEBIJAKAN

Dengan memperhatikan masalah dan tantangan yang dihadapi serta


peluang yang ada dan berdasarkan misi yang diemban, maka
kebijakan pemberdayaan masyarakat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada penyelenggaraan


mekanisme demokrasi;
(2) Pemberdayaan masyarakat didasarkan atas sumber daya
organisiasi dan budaya lokal;
(3) Untuk menghadapi masalah lingkungan di sekitarnya
pemberdayaan masyakat dilakukan melalui pengembangan
inisiatif local;
(4) Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dijalankan dengan cara
fasilitasi, komunikasi, penguatan inisiatif, dan pemberian
penghargaan;
(5) Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab, DPRD didorong untuk
melaksanakan fungsi dan peranannya.
VIII. FOKUS KEGIATAN

Fokus kegiatan Program Warga Madani adalah memberdayakan


masyarakat untuk memperoleh lingkungan yang baik dan sehat, baik
dengan cara penyampaian tuntutan melalui mekanisme demokrasi
maupun dengan cara melakukan inisiatif local.

Dalam hal pemberdayaan mekanisme demokrasi, keberdayaan


masyarakat ini dimanifestasikan dengan penyaluran aspirasi
lingkungan kepada DPRD untuk selanjutnya disampaikan kepada
Pemerintah Daerah. Aspirasi masyarakat harus mempunyai kekuatan
legislasi supaya efektif. Oleh karena itu, dengan posisi dan fungsi
strategisnya DPRD perlu menginkorporasikan secara proporsional
aspirasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Untuk itu, diperlukan anggota Dewan yang memiliki visi lingkungan dan
secara konsisten memihak kepada kepentingan unum pelestarian
lingkungan. Dewan menampung, memahami, dan secara konsisten
menyalurkan kepada Pemerintah untuk menerjemahkan tuntutan
masyarakat atas lingkungan yang baik dan sehat secara operasional
ke dalam program dan kegiatan pembangunan.

Dalam hal penyelenggraan inisiatif local, keberdayaan masyarakat ini


dimanifestasikan dengan kiprah dan kinerja dari berbagai individu atau
kelompok masyarakat dalam penanganan masalah lingkungan hidup di
sekitarnya. Pengakuan terhadap motivasi mereka untuk mengambil
inisiatif dan caranya melakukan penanganan masalah akan
menguatkan daya replikasi inisiatif individu atau kelompok masyarakat
lain.

Di samping itu, kelompok-kelompok representatif yang bersentuhan


secara langsung dengan pentingnya kelestarian lingkungan seperti
komunitas masyarakat nelayan, petani, petani, pekerja, hunian, dan
pengusaha, perlu menambil inisiatif local untuk secara aktif
memberikan “tekanan” (pressure) kepada para pengambil keputusan.
Pada akhirnya, masyarakat dapat menilai bahwa, anggota yang duduk
di legislatif adalah mereka yang mampu membawa aspirasi
masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang baik dan sehat (green
legislator).

IX. RENCANA KEGIATAN

Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, kegiatan yang perlu dilakukan


adalah :
(1) Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui diseminasi dan
sosialisasi informasi tentang prosedur dan tata cara untuk
kepentingan umum;
(2) Mengadakan dialog dan mendorong pembentukan kakukus
lingkungan di DPRD.
(3) Melakukan penilaian sensitivitas Pemerintah Daerah dan DPRD
terhadap tuntutan masyarakat;
(4) Membentuk parliament watch;
(5) Memberikan penghargaan kepada masyarakat dan mitra strategis;
(6) Meningkatkan akses informasi kepada masyarakat;
(7) Menetapkan kebijakan yang membuka peluang akses dan kontrol
masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup;
(8) Pengakuan kelembagaan adat dan local dalam kepemilikan dan
pengelolaan sumber daya alam.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan terhadap setiap kelompok


sasaran adalah sebagai berikut:

1. Kelompok profesi seperti pekerja/buruh, petani, nelayan :

(i) melalui masing-masing asosiasi, mengadakan “nota


kesepahaman/piagam kerja sama” (memorandum of
understanding);
(ii) menyusun buku panduan masing-masing profesi, yang
berisikan antara lain penjelasan mengenai:
• kondisi lingkungan yang cenderung terus menurun;
• kesejahteraan hidup masyarakat sangat tergantung
kepada kualitas lingkungan hidupnya;
• hak akan lingkungan hidup yang baik dan sehat; dan
• apa (prosedur) yang akan dilakukan;
(iii) mendorong pemberian inisiatif/penghargaan sebagai
recognition atas kegiatan pelestarian lingkungan yang telah
dilakukan.

2. Kelompok masyarakat

(i) mempublikasikan hasil kegiatan pelestarian lingkungan, baik


secara langsung maupun melalui media massa, yang
didukung pembentukan green journalist “kantor berita”
lingkungan
(ii) memberikan penghargaan dan inisiatif secara recognition
atas kegiatan pelestarian lingkungan yang telah dilakukan;
(iii) mengadakan kerja sama dengan instansi pembina
(misalnya, Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal
pengajaran susbstansi lingkungan untuk anak sekolah),
lembaga terkait (misalnya, Pramuka)

3. DPRD

(i) mengadakan komunikasi dengan wakil partai politik;


(ii) memelihara hubungan yang intensif dengan Kaukus
Lingkungan di DPR/DPRD melalui komunikasi berkala,
penyampaian informasi lingkungan dan buku Laporan
Tahunan Kualitas Lingkungan;
(iii) mengadakan dialog dengan para anggota DPRD;
(iv) melibatkan secara aktif anggota DPR/DPRD melalui :
• pengikutsertaan atau pengiriman ke luar negeri untuk
menghadiri konferensi internasional;
• penokohan anggota DPR/DPRD yang membela
kepentingan pelestarian lingkungan.

4. Partai politik:

• dialog untuk meningkatkan pemahaman para kader akan


lingkungan hidup.

5. Organisasi kemasyarakatan:

(i) dialog untuk meningkatkan pemahaman para anggota


organisasi akan lingkungan hidup;
(ii) pemaparan isu lingkungan hidup;
(iii) pelatihgan dan study tour masalah lingkungan hidup.

X. LOKASI KEGIATAN

Oleh karena Program Warga Madani dan Program Bangun Praja


merupakan program kembar dalam konteks mendorong
penyelenggaraan tata praja lingkungan dalam otonomi daerah, maka
kegiatan Program Warga Madani akan dilaksanakan di lokasi-lokasi
tempat berlangsungnya kegiata Program Bangun Praja.

Di samping itu, Program Warga Madani akan diarahkan pada daerah-


daerah strategis pemberdayaan masyarakat di luar lokasi Program
Bangun Praja. Derah-daerah ini merupakan sentra-sentra wilayah yang
menjadi basis kelompok masyarakat yang dapat meningkatkan posisi
tawar masyarakat dalam memperoleh lingkungan yang baik dan sehat.
Daerah-daerah strategis ini meliputi antara lain kabupaten/kota di
sepanjang Pantai Utara Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan
Papua.

Anda mungkin juga menyukai