Anda di halaman 1dari 6

STEP BY STEP membuat Video 

Dokumenter

Posted on Desember 21, 2008 by ujds


Oleh: Juslifar M. Junus*
(Naskah ini khusus ditulis untuk Workshop Video Dokumenter Mata Kuliah Sejarah Kota
Departemen Sejarah Universitas Airlangga Surabaya)
I. PRA PRODUKSI
II. PRODUKSI
III. POST PRODUKSI
IV. SCREENING
I. PRA PRODUKSI
Yang dimaksud dengan Pra Produksi adalah semua kegiatan awal menjelang proses Shooting
(Produksi) dilakukan.
Biasanya kegiatan ini berupa 7 jenis:
1. Penentuan ide dasar film/video yang hendak dibuat.
2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.
3. Pembuatan script atau naskah.(WAJIB)
4. Merancang design produksi, story board (jika diperlukan)
5. Breakdown schedule atau penyusunan jadwal produksi.
6. Penyusunan budget anggaran.
7. Pembentukan tim kreatif dan tim Produksi.

1. Penentuan ide dasar film-video yang hendak dibuat


Semuanya berawal dari sini. Harus jelas apa yang ingin disampaikan. Atau dengan kata lain :
membuat film / video untuk apa dan siapa?
Pilihlah ide yang simple alias sederhana saja.
Ingat, orang jenius adalah orang yang mampu menyederhanakan sesuatu hal yang rumit.
Kalau membuat sederhana jadi tambah ruwet, itu sudahbanyak dilakukan orang-orang yang
sok pintar.
Kejelasan ide sangat membantu fokus sebuah penyampaian film.
Wajah sebuah Desa sekecil apapun, memiliki puluhan bahkan ratusan elemen kompleks yang
cuma akan memperumit paparan dalam film.
Jangankan sebuah Desa, dalam sebuah keluarga saja, dibutuhkan waktu berjam-jam bahkan
berhari-hari jika untuk mendeskripsikan semua elemen masing-masing anggota keluarga.
Oleh karena itu, sekali lagi: Make it simple!
(PILIH YANG PENTING SAJA)

2. Riset : observasi, survey lapangan, studi pustaka dll.


Setelah dari berbagai input, masukan dan kontribusi pikiran dari berbagai pihak terkait /
perangkat desa, cobalah membuat semacam draft yang bisa menyederhanakan pesan apa
yang harus muncul dalam film nantinya.
Cara yang paling gampang:
Dari setiap project, carilah satu atau dua orang yang dianggap ‘Punya Hajat’ atau Person in
charge alias PRODUSER yang membiayai sebuah project. Biasanya orang ini punya jabatan
tertinggi atau menjadi opinion leader bagi anggota masyarakat yang lain.
Keuntungan jika kamu mengikuti pola pikir bahkan taste atau selera Tokoh ini, maka karya
film kamu biasanya otomatis dianggap layak dan mewakili semua orang yang dipimpinnya.
Cara yang lain, adalah mendengarkan, kalau perlu mencatat, setiap input yang disampaikan
oleh perangkat desa selain tokoh tersebut. Ini saya sebut sebagai sikap yang akomodatif dan
berpeluang menjadikan karya film dokumenter menjadi karya yang obyektif. Karena bisa
menampung banyak pesan sekaligus opini yang ingin diselipkan dalam film.
Setelah itu barulah riset data, interview, observasi lapangan dll. Biasanya akan lebih efektif
dan efisien, karena kamu akan melakukan riset pada HAL-HAL PENTING YANG SUDAH
DISEPAKATI BERSAMA.
TIPS: STAY FOCUS!
Jika di lapangan, atau saat riset kamu menemukan banyak hal baru dan menarik, segera
lupakan. Buang, tinggalkan selama semua itu tidak ada kaitannya dengan keperluan riset film
saat itu.

3. Pembuatan script atau naskah


Sebelum membuat script atau naskah, sering saya menyusun draft pertanyaan untuk
memancing proses penulisan.
Contoh:
Misalkan ada project pembuatan profile sebuah Fakultas.
Segera susun draft berupa pertanyaan-pertanyaan dasar :
1. Apa yang menarik, unik-khas-berbeda, potensial, dari desa tsb.?
- Apakah kondisi geografisnya? Bentuk arsitektur rumah, bahan material yang digunakan
sebagai rumah?
- Kesenian, adat yang unik, kebiasaan warga ?
- Potensi yang dimiliki desa? Sumber daya alam yang melimpah?
- Sumber daya manusia yang terampil dan kreatif?
- Kurukunan antar umat beragama?
- Aktivitas PKK, Pengajian, Remaja Masjid, Karang Taruna yang menonjol?
2. Untuk siapa film ini nantinya ditayangkan? Untuk warga desa setempat ataukah akan juga
disebar ke desa-desa lain?
Dalam menyusun narasi atau naskah, Perhatikan factor usia dan pendidikan penonton.
Jika anak kecil hingga manula, sarjana maupun yang tidak tamat SD ikut nonton film ini,
maka pesan baik verbal (naskah/narasi) maupun non verbal (video/foto) hendaknya dibuat
selugas mungkin.
Hindari penggunaan kalimat yang terlalu sastra atau kalimat yang bersifat data-data mentah
yang belum dintepretasikan dalam bahasa tutur yang mudah dimengerti.
Penonton akan bosan dan akhirnya ramai sendiri jika pesan film sama sekali tak mereka
mengerti.
Gunakan bahasa Indonesia yang lugas, sederhana dan mudah dimengerti. Gunakan gambar /
video yang Indah, Beauty, dan konvensional.
3. Salah satu hal terpenting untuk diingat saat menulis sebuah narasi adalah : JANGAN
HANYA MENDESKRIPSIKAN APA YANG TELAH TERLIHAT PADA LAYAR.
Ini yang disebut dengan Double Information.
Contoh: jika di layar terlihat Pak Lurah memotong tumpeng, hindarkan untuk membuat
narasi:
“Ini adalah Pak Lurah sedang memotong tumpeng..”
Narasi ini tidak ada gunanya karena penonton sudah melihat sendiri apa yang sedang
dilakukan pak Lurah. Akan lebih menarik jika menyampaikan seperti:
“Sebagai acara puncak Peresmian Balai desa, seluruh warga Desa melepas rasa syukur
dengan memotong tumpeng yang diwakili oleh Pak Lurah..”
Selalulah mencoba untuk mengatakan cerita melalui narasi, jangan sekedar menyampaikan
rangkaian fakta. Jelaskan sesuatu yang berkaitan dari apa yang terlihat pada layar dan apa
yang tidak.
TIPS MENYUSUN NARASI:
1. Hindarkan menyampaikan data-data statistik yang kaku sebagai narasi.
2. Kumpulkan semua informasi tentang subyek, obyek yang akan disampaikan. Namun
jangan hanya menggunakan apa yang anda pikir menarik. Selalu yakinlah bahwa yang
anda sampaikan adalah benar. Tak ada yang yang lebih buruk daripada menyampaikan
informasi yang salah pada video anda.
3. Anda boleh mengutip kalimat-kalimat dalam brosur pariwisata, temukan apa yang akan
menarik penonton, namun usahakan anda olah dengan gaya kalimat anda sendiri.
4. Jika terpaksa menggunakan informasi statistik, anda harus menulis ulang dengan kalimat
yang terasa enak untuk dibacakan.
5. Baca dengan keras draft narasi anda. Rangkaian kalimat yang anda susun mungkin sudah
benar, tapi belum tentu enak ketika dibacakan.
6. Jangan terpaku untuk mengucapkan kalimat atau kata yang sesuai dengan apa yang
digambarkan oleh sebuah data. Sederhanakanlah. Kata-kata sederhana lebih memberi
dampak yang kuat kepada penonton.
7. Jangan terlalu memikirkan kalimat baku. Bahasa tutur akan menjadi lebih enak
digunakan.
8. Upayakan untuk tidak memberikan komentar yang bertele-tele. Secukupnya saja. Biarkan
gambar-gambar anda lebih banyak menyampaikan cerita.
9. Narasi harus mengisi ruang-ruang kosong dalam video. Jangan menyisipkan narasi pada
bagian video yang sangat menarik.
Untuk item-item Merancang design produksi, story board, Breakdown schedule atau
penyusunan jadwal produksi, Penyusunan budget anggaran, dan Pembentukan tim kreatif
dan tim Produksi insyaAllah akan saya sampaikan pada Workshop berikutnya.

II. PRODUKSI
Yang dimaksud dengan tahap Produksi adalah saat pelaksanaan shooting. Secara singkat,
saya hanya mengingatkan :
1. Siapkan kaset (TAPE STOCK) sesuai rasio durasi film yang diinginkan. Untuk durasi 10
menit, setidaknya butuh 2 kaset berdurasi 60 menit.
2. Set atau atur posisi record pada mode SP.
3. Biasakan setting manual karena lebih menghemat baterei.
4. Usahakan membawa baterei lebih dari 1, jika tidak, jangan lupa selalu membawa adaptor
dan kabel panjang yang ready jika sewaktu-waktu baterei habis.
5. Jika diperlukan, buatlah reflektor dari polyfoam. lembaran gabus dengan ketebalan
minimal 2 centimeter dengan ukuran minimal 1 X 1 meter.
6. Jika harus shooting pada malam hari, gunakan lampu sebanyak mungkin. Tidak harus
lampu khusus shooting video. Saya sering mengakali ‘kurangnya cahaya’ pada waktu
shooting malam dengan bantuan petromax, lampu-lampu neon yang sengaja dibikin
portable, bahkan senter, lilin, lampu sepeda motor dan lampu templek.
7. Gunakan tripot yang mulus pergerakan panning dan tilt nya.
8. Aktifkan fitur STEADY SHOT jika Kamera video yang anda gunakan menyediakan fasilitas
itu.
9. Handheld gunakan 30 % dari total durasi 2 kaset, yang lain saya sarankan memakai
tripot atau apapun agar gambar terekam dengan stabil dan tenang.
10. Selalu ingat teori 3 Shot dasar: Master (established shot / Long shot), Cover 1 (Medium
Shot). Cover 2 (Close up) untuk setiap obyek yang direkam.
11. Perhatikan headroom (ruang atas obyek) jangan sampai terlalu rendah atau bahkan
memotong bagian kepala orang yang sedang di shooting.
12. Fungsikan dengan benar SUDUT-SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Berikut Makna-Makna Shots primer yang WAJIB dipahami :
- EYE LEVEL (Efek kedekatan, akrab, terlibat)
- HIGH ANGLE (efek membantu penonton memahami dengan jelas geografi sebuah
tempat, secara psikologis: mengurangi tinggi superioritas dari sebuah obyek. dengan
angle ini penonton akan merasa lebih superior dibanding dengan subyek yang terlihat
dalam gambar. untuk obyek yang bergerak cepat, high angle memberi kesan obyek lebih
lambat dari sesungguhnya.)
- LOW ANGLE (Merangsang rasa kagum, membangkitkan gairah, meningkatkan
ketinggian dan kecepatan subyek, mengurangi latar muka (foreground) atau latar
belakang (background) yang tidak anda sukai, mendistorsi garis-garis komposisi guna
menciptakan perspektif yang lebih kuat, membuat efek dramatis, lebih berwibawa, lebih
dominan, lebih gagah)
- DUTCH ANGLE (Adalah angle dengan kemiringan gila-gilaan, dengan poros vertikal dari
kamera yang membentuk sudut terhadap poros vertikal dari subyek. Ini menghasilkan
kemiringan pada gambar di layar, hingga membentuk lereng diagonal di luar
keseimbangan. Efek kengerian, kekerasan, tidak stabil, efek-efek impresionistik, cocok
untuk jenis angle ini.
Memperlihatkan sebuah malapetaka, gempa atau kondisi emosi yang tidak rasional layak
menggunakan tipe angle ini.Shot-shot yang banyak menggunakan dutch angle adalah
shot yang membutuhkan dinamika penggambaran dari sejumlah besar action dalam
waktu yang singkat. Berguna sebagai sisipan dalam proses editing.
- Jika menggunakan angle ini jangan memiringkan kamera hanya sedikit dari levelnya,
karena akan mengesankan ketidaksengajaan atau anda dianggap amatiran. Juga jangan
terlalu miring sehingga berkesan anda seolah hendak menumpahkan semua isi gambar.
13. Eksplorasi gerakan kamera agar gambar lebih dinamis :
- PAN
- TILT
- TRACK
- ZOOM
14. Tips sebelum shooting:
- Putar fast forward kemudian rewind kaset yang masih baru. Usahakan dengan
rewinder.
- pastikan head video camcorder dalam keadaan bersih. Gunakan cleaning head khusus
untuk membersihkannya.
- pastikan baterei telah di charge penuh, jika perlu siapkan baterei cadangan.
- siapkan external mic plus kabel jika diperlukan.

15. Tips saat shooting:


- Untuk menghemat menggunakan baterei, tombol power on/off gunakan saat awal atau
selesai shooting. Jika ingin istirahat sebentar, cukup menggunakan tombol lock/stand
by.
- Sebelum berpindah obyek/subyek, pastikan audio dan video yang barusan anda rekam
benar-benar terekam dan tersimpan dalam kaset. Rewind sebentar lalu playback.
- Saat perpindahan kaset, biasakanlah memberi label pada kaset sesuai deskripsi isi
kaset.
- Pindahkan tuas di pojok kaset dari posisi rec ke posisi save, agar hasil shooting
terhindar dari kecelakaan tertimpa rekaman baru secara tak sengaja.
- Jika di lokasi rawan air/ hujan, siapkan selalu trash bag, plastik untuk melindungi
camcorder dan equipment lainnya.
- Bawalah air putih sebanyak-banyaknya.

V. POST PRODUKSI
Mengingat cukup rumit dan banyak hal teknis yang akan dijelaskan di tahapan ini. Saya akan
menjelaskan di kesempatan lain.
Namun demikian, saya harus menyampaikan setidaknya dua hal penting :
1. Mata manusia baru bisa mengenali obyek dengan baik setidaknya untuk setiap 10 detik.
Karenanya usahakan materi shot-shot yang mendeskripsikan sebuah obyek/subyek
setidaknya tidak kurang dari 10 detik, baru berpindah shot ke obyek lain.
2. Durasi video Dokumenter yang ideal adalah tidak lebih dari 10 menit. Ini adalah merujuk
hasil riset bahwa jarang manusia atau penonton yang bertahan menonton satu topik lebih
dari 10 menit. Karena selain secara fisik mata akan mengalami kelelahan dan bathin
mengalami kebosanan. Jika ada pertimbangan lain, silahkan di diskusikan terlebih dahulu
dengan pihak-pihak sponsor atau produser.

VI. SCREENING
Pada tahap ini, hasil akhir dari keseluruhan proses produksi akan dinilai oleh semua
penonton. Tidak peduli saat perencanaan di Pra Produksi bagus, saat Shooting yang berat dan
penuh pengorbanan, hingga editing video yang dahsyat, semuanya bermuara ke tahap ini :
Screening.
Screening adalah kegiatan pemutaran karya film atau video di tempat yang cukup luas hingga
bisa diakses atau ditonton oleh banyak orang.
Idealnya, selalu pilih gedung atau tempat tertutup yang cukup luas karena pertimbangan
akustik gedung yang bisa mensirkulasi suara film dengan baik. Gedung atau tempat tertutup
juga lebih mudah di’sulap’ menjadi ruang bioskop yang gelap meski pada siang hari sekalipun.
Namun jika memilih lapangan terbuka, usahakan menyewa sound system berkekuatan
minimum 3000 watts, rekomendasi saya 5000 watts. Lumens proyektor cari yang minimal
5000 atau diatasnya. Pilih layar/ giant screen yang merupakan satu paket dengan proyektor.
Karena tipe serat kainnya lebih padat.
Selalu test materi film, putar terlebih dulu sebelum Screening yang sesungguhnya. Hal ini
agar bisa mengantisipasi kesalahan teknis yang mungkin terjadi, seperti misalnya audio tidak
keluar, Head DVD/VCD Player kotor dll.
Semakin besar areal yang digunakan, atau semakin banyak penonton, idealnya semakin besar
pula giant screen atau layar yang harus disediakan untuk Screening. Apabila screen atau
layar besar, saya sangat merekomendasi master edit film yang diputar sebaiknya dalam format
DVD.
Sebelum memulai acara Screening, ada baiknya menyiapkan kondisi penonton agar nyaman
dan tenang. Caranya mungkin dengan memberi sedikit pengantar tentang film apa yang
sebentar lagi akan diputar, mengumumkan nama surtdara, tim produksi dan crew yang
terlibat, menyebutkan nama donatur dll. Dengan cara ini setidaknya penonton akan terlebih
dulu tenang dan lebih menyiapkan diri menonton karya film kita.
Demikian semoga bermanfaat, dan selamat berkarya!! ***

Juslifar M. Junus
-Aktivis Video Dokumenter DOCNET
-Pimpinan UJDS Digital Video Production
-Penulis & Sutradara Video Dokumenter Kampung-kampung Surabaya 2004, Sutradara Video
Malang Tempo Doeloe 2006, Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe 2008, Sutradara Video
Dokumenter Festival Seni Surabaya 2002, Festival Cak Durasim 2001-2003, Festival Topeng
Nusantara 2004, Festival Teater 2004, Festival Budaya 2004, Penulis program documenter
televisi Rumah Nusantara Kementerian Perumahan Rakyat 2008.

http://docnetters.wordpress.com/2008/12/21/step-by-step-membuat-video-dokumenter/

Anda mungkin juga menyukai