Dokumenter
II. PRODUKSI
Yang dimaksud dengan tahap Produksi adalah saat pelaksanaan shooting. Secara singkat,
saya hanya mengingatkan :
1. Siapkan kaset (TAPE STOCK) sesuai rasio durasi film yang diinginkan. Untuk durasi 10
menit, setidaknya butuh 2 kaset berdurasi 60 menit.
2. Set atau atur posisi record pada mode SP.
3. Biasakan setting manual karena lebih menghemat baterei.
4. Usahakan membawa baterei lebih dari 1, jika tidak, jangan lupa selalu membawa adaptor
dan kabel panjang yang ready jika sewaktu-waktu baterei habis.
5. Jika diperlukan, buatlah reflektor dari polyfoam. lembaran gabus dengan ketebalan
minimal 2 centimeter dengan ukuran minimal 1 X 1 meter.
6. Jika harus shooting pada malam hari, gunakan lampu sebanyak mungkin. Tidak harus
lampu khusus shooting video. Saya sering mengakali ‘kurangnya cahaya’ pada waktu
shooting malam dengan bantuan petromax, lampu-lampu neon yang sengaja dibikin
portable, bahkan senter, lilin, lampu sepeda motor dan lampu templek.
7. Gunakan tripot yang mulus pergerakan panning dan tilt nya.
8. Aktifkan fitur STEADY SHOT jika Kamera video yang anda gunakan menyediakan fasilitas
itu.
9. Handheld gunakan 30 % dari total durasi 2 kaset, yang lain saya sarankan memakai
tripot atau apapun agar gambar terekam dengan stabil dan tenang.
10. Selalu ingat teori 3 Shot dasar: Master (established shot / Long shot), Cover 1 (Medium
Shot). Cover 2 (Close up) untuk setiap obyek yang direkam.
11. Perhatikan headroom (ruang atas obyek) jangan sampai terlalu rendah atau bahkan
memotong bagian kepala orang yang sedang di shooting.
12. Fungsikan dengan benar SUDUT-SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR
Berikut Makna-Makna Shots primer yang WAJIB dipahami :
- EYE LEVEL (Efek kedekatan, akrab, terlibat)
- HIGH ANGLE (efek membantu penonton memahami dengan jelas geografi sebuah
tempat, secara psikologis: mengurangi tinggi superioritas dari sebuah obyek. dengan
angle ini penonton akan merasa lebih superior dibanding dengan subyek yang terlihat
dalam gambar. untuk obyek yang bergerak cepat, high angle memberi kesan obyek lebih
lambat dari sesungguhnya.)
- LOW ANGLE (Merangsang rasa kagum, membangkitkan gairah, meningkatkan
ketinggian dan kecepatan subyek, mengurangi latar muka (foreground) atau latar
belakang (background) yang tidak anda sukai, mendistorsi garis-garis komposisi guna
menciptakan perspektif yang lebih kuat, membuat efek dramatis, lebih berwibawa, lebih
dominan, lebih gagah)
- DUTCH ANGLE (Adalah angle dengan kemiringan gila-gilaan, dengan poros vertikal dari
kamera yang membentuk sudut terhadap poros vertikal dari subyek. Ini menghasilkan
kemiringan pada gambar di layar, hingga membentuk lereng diagonal di luar
keseimbangan. Efek kengerian, kekerasan, tidak stabil, efek-efek impresionistik, cocok
untuk jenis angle ini.
Memperlihatkan sebuah malapetaka, gempa atau kondisi emosi yang tidak rasional layak
menggunakan tipe angle ini.Shot-shot yang banyak menggunakan dutch angle adalah
shot yang membutuhkan dinamika penggambaran dari sejumlah besar action dalam
waktu yang singkat. Berguna sebagai sisipan dalam proses editing.
- Jika menggunakan angle ini jangan memiringkan kamera hanya sedikit dari levelnya,
karena akan mengesankan ketidaksengajaan atau anda dianggap amatiran. Juga jangan
terlalu miring sehingga berkesan anda seolah hendak menumpahkan semua isi gambar.
13. Eksplorasi gerakan kamera agar gambar lebih dinamis :
- PAN
- TILT
- TRACK
- ZOOM
14. Tips sebelum shooting:
- Putar fast forward kemudian rewind kaset yang masih baru. Usahakan dengan
rewinder.
- pastikan head video camcorder dalam keadaan bersih. Gunakan cleaning head khusus
untuk membersihkannya.
- pastikan baterei telah di charge penuh, jika perlu siapkan baterei cadangan.
- siapkan external mic plus kabel jika diperlukan.
V. POST PRODUKSI
Mengingat cukup rumit dan banyak hal teknis yang akan dijelaskan di tahapan ini. Saya akan
menjelaskan di kesempatan lain.
Namun demikian, saya harus menyampaikan setidaknya dua hal penting :
1. Mata manusia baru bisa mengenali obyek dengan baik setidaknya untuk setiap 10 detik.
Karenanya usahakan materi shot-shot yang mendeskripsikan sebuah obyek/subyek
setidaknya tidak kurang dari 10 detik, baru berpindah shot ke obyek lain.
2. Durasi video Dokumenter yang ideal adalah tidak lebih dari 10 menit. Ini adalah merujuk
hasil riset bahwa jarang manusia atau penonton yang bertahan menonton satu topik lebih
dari 10 menit. Karena selain secara fisik mata akan mengalami kelelahan dan bathin
mengalami kebosanan. Jika ada pertimbangan lain, silahkan di diskusikan terlebih dahulu
dengan pihak-pihak sponsor atau produser.
VI. SCREENING
Pada tahap ini, hasil akhir dari keseluruhan proses produksi akan dinilai oleh semua
penonton. Tidak peduli saat perencanaan di Pra Produksi bagus, saat Shooting yang berat dan
penuh pengorbanan, hingga editing video yang dahsyat, semuanya bermuara ke tahap ini :
Screening.
Screening adalah kegiatan pemutaran karya film atau video di tempat yang cukup luas hingga
bisa diakses atau ditonton oleh banyak orang.
Idealnya, selalu pilih gedung atau tempat tertutup yang cukup luas karena pertimbangan
akustik gedung yang bisa mensirkulasi suara film dengan baik. Gedung atau tempat tertutup
juga lebih mudah di’sulap’ menjadi ruang bioskop yang gelap meski pada siang hari sekalipun.
Namun jika memilih lapangan terbuka, usahakan menyewa sound system berkekuatan
minimum 3000 watts, rekomendasi saya 5000 watts. Lumens proyektor cari yang minimal
5000 atau diatasnya. Pilih layar/ giant screen yang merupakan satu paket dengan proyektor.
Karena tipe serat kainnya lebih padat.
Selalu test materi film, putar terlebih dulu sebelum Screening yang sesungguhnya. Hal ini
agar bisa mengantisipasi kesalahan teknis yang mungkin terjadi, seperti misalnya audio tidak
keluar, Head DVD/VCD Player kotor dll.
Semakin besar areal yang digunakan, atau semakin banyak penonton, idealnya semakin besar
pula giant screen atau layar yang harus disediakan untuk Screening. Apabila screen atau
layar besar, saya sangat merekomendasi master edit film yang diputar sebaiknya dalam format
DVD.
Sebelum memulai acara Screening, ada baiknya menyiapkan kondisi penonton agar nyaman
dan tenang. Caranya mungkin dengan memberi sedikit pengantar tentang film apa yang
sebentar lagi akan diputar, mengumumkan nama surtdara, tim produksi dan crew yang
terlibat, menyebutkan nama donatur dll. Dengan cara ini setidaknya penonton akan terlebih
dulu tenang dan lebih menyiapkan diri menonton karya film kita.
Demikian semoga bermanfaat, dan selamat berkarya!! ***
Juslifar M. Junus
-Aktivis Video Dokumenter DOCNET
-Pimpinan UJDS Digital Video Production
-Penulis & Sutradara Video Dokumenter Kampung-kampung Surabaya 2004, Sutradara Video
Malang Tempo Doeloe 2006, Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe 2008, Sutradara Video
Dokumenter Festival Seni Surabaya 2002, Festival Cak Durasim 2001-2003, Festival Topeng
Nusantara 2004, Festival Teater 2004, Festival Budaya 2004, Penulis program documenter
televisi Rumah Nusantara Kementerian Perumahan Rakyat 2008.
http://docnetters.wordpress.com/2008/12/21/step-by-step-membuat-video-dokumenter/