Anda di halaman 1dari 9

BIOLOGI REPRODUKSI:

BIOLOGI SEL
Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes
Website: www.schoolrack.com/medikes atau www.medikes.dikti.net
E-mail: heruswn@gmail.com

PENDAHULUAN

Beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami untuk mempelajari sel


adalah:
1. Organisme atau individu adalah suatu unit kehidupan. Manusia, hewan
dan tumbuhan adalah sebuah organisme. Organisme tersusun atas
berbagai sistem organ yang membentuk satu kesatuan di antaranya
sistem integumen, pencernaan, sirkulasi, respirasi, ekskresi,
muskuloskeletal, endokrin, reproduksi dan lainnya.
2. Sistem organ tersusun oleh beberapa organ, misalnya sistem
reproduksi wanita tersusun atas organ ovarium, tuba uterina fallopii,
uterus, vagina, vulva dan lainnya. Sistem reproduksi pria tersusun atas
penis, testis, prostat, vesikula seminalis dan lainnya.
3. Organ tersusun atas jaringan-jaringan, misalnya uterus memiliki
jaringan otot bernama miometrium, jaringan endotel bernama
endometrium, jaringan saraf, jaringan ikat berupa ligamen-ligamen yang
menopang uterus. Penis tersusun atas jaringan kulit, mukosa, jaringan
otot, jaringan saraf dan lain-lain.
4. Jaringan merupakan sekumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi
yang sama. Misalnya jaringan kulit merupakan sekumpulan sel-sel
berstruktur pipih dan memiliki fungsi pokok yang sama yaitu sebagai
penutup tubuh. Jaringan saraf tersusun atas sekumpulan sel-sel panjang
bernama neuron dan berfungsi sebagai penyalur impuls saraf.
5. Sel merupakan unit terkecil dari kehidupan. Tubuh manusia dewasa
memiliki kira-kira 100 triliun sel. Namun di alam ini ada organisme yang
hanya memiliki beberapa sel saja, bahkan ada pula yang hanya memiliki
satu sel saja, misalnya bakteri.

Sel merupakan kesatuan hidup terkecil yang sungguh-sungguh ada.


Organisme hidup ada yang bersel satu disebut protozoa dan ada yang
multiseluler yang disebut metazoa. Dari berbagai jenis sel yang ada di
dalam tubuh manusia ada yang berumur pendek dan akhirnya digantikan
oleh sel yang baru, namun ada juga yang bertahan sampai dengan akhir
kehidupan misalnya sel-sel saraf.

STRUKTUR SEL

Beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami untuk mempelajari sel


adalah:

Sebuah sel adalah setitik massa protoplasma yang tersusun atas:

1. Membran sel atau membran plasma (A)

Membran plasma merupakan suatu membran yang berfungsi untuk


mempertahankan komposisi yang tepat dari protoplasma karena
merupakan membran semipermeabel yang selektif sehingga mampu
menyaring bahan-bahan yang masuk. Pada permukaan membran sel
terdapat tonjolan-tonjolan disebut mikrofili (R). Dengan adanya mikrofili,
permukaan sel menjadi semakin luas.
2. Sitoplasma/sitosol (B)

Sitoplasma merupakan bahan koloid yang kompleks tempat struktur


yang lain terendam dan berfungsi dalam kegiatan anabolik dan sintetik.
Di dalam sitoplasma terdapat struktur-struktur penting yang disebut
organela-organela, antara lain:

a. Nukleus atau inti sel (C)


Nukleus terdiri dari massa protoplasma yang lebih pekat dan
dipisahkan dari sitoplasma oleh membran inti (D) yang selektif
terhadap bahan-bahan yang masuk ke dalam nukleus. Nukleus
mengendalikan sel dan kegiatannya. Di dalam nukleus terhadap
kromosom yang penting artinya dalam genetika. Di dalam kromosom
terdapat bahan genetik yang disebut DNA. Di dalam nukleus juga
terdapat inti yang disebut nukleolus atau anak inti (E). Fungsi dari
nukleolus adalah membentuk ribosom, yang selanjutnya dibawa
keluar dari nukleus menuju retikulum endoplasma granulosun.

b. Mitokondria (F)
Mitokondria berbentuk tongkat-tongkat kecil yang berfungsi dalam
proses katabolisme dan respirasi sel dalam rangka membentuk
energi. Termasuk di dalam proses tersebut antara lain Siklus Kreb,
oksidasi piruvat dan oksidasi beta.

c. Kompleks Golgi (G)


Kompleks golgi merupakan saluran-saluran yang terletak di dekat
nukleus dan terlibat dalam proses sekresi. Sekresi sel misalnya
hormon dan neurotransmitter dipak berupa vesikel sekretori (Q)
kemudian dibawa menuju permukaan sel untuk dilepaskan.

d. Lisosom (H)
Lisosom merupakan organela yang berperan dalam kegiatan
pencernaan karena di dalamnya terdapat enzim hidrolitik. Sel darah
putih dapat menelan bakteri, selanjutnya isi lisosom dibawa dengan
hati-hati menuju vakuola membunuh dan mencerna bakteri tersebut.
Pelepasan isi lisosom yang tak terkontrol justru akan mematikan sel
(nekrosis).

e. Retikulum endoplasma (I)


Ada dua jenis retikulum endoplasma yaitu retikulum endoplasma
agranulosum dan retikulum endoplasma granulosum yang
mengandung ribosom (J).
- Retikulum endoplasma agranulosum berfungsi dalam proses
sintesis lipid dan hormon steroid, detoksikasi racun yang larut
dalam lipid di hati, dan pengendalian pelepasan Kalsium dalam
mekanisme kontraksi otot.
- Retikulum endoplasma granulosum berfungsi mengumpulkan
protein yang disintesis oleh ribosom, dan selanjutnya
menyalurkannya keluar dari sel.

f. Sentrosom (K)
Merupakan organela yang berperan dalam pembelahan sel.
Sentrosom terdiri atas dua sentriol (L). Pada saat pembelahan sel,
sentrosom mengalami replikasi (penyalinan) menjadi dua sentriol.
Masing-masing belahan akan menuju belahan sel yang berbeda.

g. Sitoskeleton atau kerangka sel (M)


Sitoskeleton terdiri atas mikrotubulus (N) dan mikrofilamen (O).
Fungsi dari sitoskeleton adalah berperan dalam motilitas sel dan
mempertahankan bentuk sel.

h. Vakuola (P)
Vakuola adalah kantong yang berfungsi dalam pencernaan intrasel
dan membuang produks sampah sel.

i. Peroksisom (S)
Peroksisom melindungi sel dari produk sel yang beracun yaitu H2O2
(hidrogen peroksida). Sebagai contoh adalah hidrogen peroksida
yang dihasilkan oleh lekosit untuk membunuh bakteri. Enzim
oksidatif dari peroksisom memecah hidrogen peroksida menjadi H2O
(air) dan oksigen.
PEMBELAHAN SEL

Sel bertambah banyak dengan cara membelah diri. Sel-sel tubuh (sel
somatis) misalnya sel otot, sel saraf, sel kulit, sel darah putih dan lain-lain
membelah diri dengan cara mitosis. Sedangkan sel-sel kelamin (sel gamet)
yaitu ovum dan spermatozoa membelah diri dengan cara meiosis.

1. Pembelahan mitosis
Setiap 1 sel mengalami pembelahan mitosis akan dihasilkan 2 sel baru
yang sama dengan sel semula. Jadi dalam proses ini terjadi proses copy
(penyalinan). Dengan demikian dapat dihasilkan salinan-salinan sel baru
seperti induknya hingga menjadi triliunan jumlahnya. Pembelahan
mitosis terdiri atas 7 fase yaitu:
a. Interfase adalah fase terpanjang, dengan ciri-ciri:
- Sel tampak tidak aktif, tetapi memiliki arah berlawanan
- Terjadi proses replikasi DNA
- Sentriol membelah
- Protein disintesis secara aktif
b. Profase adalah tahap pertama mitotik, dengan ciri-ciri:
- Nukleolus kabur dan kromatin (gabungan hasil replikasi DNA
dengan protein) terkondensasi menjadi kromosom. Masing-
masing kromosom hasil replikasi mengandung 2 kromatid yang
mengandung informasi genetik yang sama.
- Mikrotubulus sitoskeleton berubah fungsi dari mempertahankan
bentuk sel menjadi fungsi membangun spindel mitotik dari bagian
sentrosom.
c. Prometafase, dengan ciri-ciri:
- Membran inti menghilang
- Terjadi elongasi sebagian spindel mitotik dari sentrosom menuju
kinetokor, berkas protein pada sentromer kromosom masing-
masing pasangan bergabung.
- Terjadi elongasi spindel lainnya menuju kromosom, tumpang
tindih di pusat sel.
d. Metafase, dengan ciri-ciri:
- Tegangan serat spindel membuat kromosom berada satu bidang
pada pusat sel
e. Anafase, dengan ciri-ciri:
- Spindel memendek, kinetokor memisah, kromatid ditarik ke kutub
berlawanan
f. Telofase, dengan ciri-ciri:
- Kromosom tiba di kutub dan spindel yang telah ditarik berlawanan
tak tampak
g. Sitokenesis
- Spindel yang tak terikat pada kromosom mulai menghilang
sampai hanya bagian overlap saja yang tampak
- Mikrotubulus diorganisasikan kembali menjadi sitoskeleton baru
menuju ke tahap interfase kembali
2. Pembelahan meiosis
Jika 1 sel gamet mengalami pembelahan meiosis secara sempurna akan
dihasilkan 4 sel baru yang memiliki set kromosom hanya separuh dari
sel induknya. Jadi dalam proses ini terjadi penggandaan namun tidak
dengan cara copy (penyalinan). Dengan demikian dihasilkan sel-sel baru
namun semuanya hanya memiliki setengah dari kromosom sel semula.
Pembelahan meiosis terdiri atas 2 tahap utama yaitu meiosis I dan
meiosis II. Pada kedua tahap tersebut terjadi fase-fase pembelahan
sebagaimana halnya pembelahan mitosis. Sel yang bakal membelah
secara meiosis adalah spermatogonium dan oogonium, yang memiliki 2
set kromosom atau diploid (2N) namun memiliki 4 set DNA atau
tetraploid (4N). Kromosom selanjutnya digandakan menjadi sister
chromatids atau homologous dyads. Langkah selanjutnya adalah:
a. Profase I
- Pasangan dyads membentuk tetrads, kromatid non homolog
berhubungan menyilang membentuk chiasma (crossing over)
b. Metafase I
- Spindel mengikat dyad pada kinetokor
- Tegangan spindel membuat tetrad berada di ekuator (pusat sel)
c. Anafase I
- Chiasmata menghilang dan kromatid homolog bergerak ke kutub
berlawanan
d. Telofase I
- Mulai proses sitokinesis (pembelahan) menghasilkan 2 sel anak
haploid (1N)
e. Profase II
- Pembentukan spindel dimulai
- Sentrosom mulai bergerak ke kutub berlawanan
f. Metafase II
- Tegangan spindel membuat kromosom ada di bidang ekuator
(pusat sel)
g. Anafase II
- Kromatid memisah dan menuju kutub berlawanan
h. Telofase II
- Mulai terjadi sitokinesis
i. Gamet yang bersifat haploid (1N) terbentuk
- Membran inti terbentuk
- Kromosom terdispersi sebagai kromatin
- Meiosis menghasilkan 4 sel anak, masing 1N kromosom dan 1N
DNA.
- Lebih lanjut, dalam fertilisasi gamet spermatozoa dan gamet
ovum bersatu membentuk zigot dengan sifat diploid (2N)
REFERENSI
Anonim, Mitosis And Meiosis: Cell Division
http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/ illustrations/mitosismeiosis.jpg,
2009
Basmajian J.V., Slonecker C.E., Grant’s Method of Anatomy, Jilid 1, Edisi
XI, Williams and Wilkins, 1993.

Kahle W., Leonhardt H., Platzer W., Atlas Berwarna dan Teks Anatomi
Manusia, Jilid 1 Sistem Lokomotor Muskuloskeletal dan
Topografi, Edisi IV, Penerjemah Syamsir H.M., Hipokrates, Jakarta,
1995.

Lones Michael, Biological Representation, http://www-


users.york.ac.uk/~mal503/common/ thesis/jpegimages/meiosis.jpg,
2003

Sullivan Jim, Cells Alive, http://www.cellsalive.com, 2006

Tortora G.J., Principles of Human Anatomy, Edisi IV, Harper and Row
Publisher, New York, 1986.

Anda mungkin juga menyukai