BIOLOGI SEL
Heru SWN, S.Kep, Ns, M.M.Kes
Website: www.schoolrack.com/medikes atau www.medikes.dikti.net
E-mail: heruswn@gmail.com
PENDAHULUAN
STRUKTUR SEL
b. Mitokondria (F)
Mitokondria berbentuk tongkat-tongkat kecil yang berfungsi dalam
proses katabolisme dan respirasi sel dalam rangka membentuk
energi. Termasuk di dalam proses tersebut antara lain Siklus Kreb,
oksidasi piruvat dan oksidasi beta.
d. Lisosom (H)
Lisosom merupakan organela yang berperan dalam kegiatan
pencernaan karena di dalamnya terdapat enzim hidrolitik. Sel darah
putih dapat menelan bakteri, selanjutnya isi lisosom dibawa dengan
hati-hati menuju vakuola membunuh dan mencerna bakteri tersebut.
Pelepasan isi lisosom yang tak terkontrol justru akan mematikan sel
(nekrosis).
f. Sentrosom (K)
Merupakan organela yang berperan dalam pembelahan sel.
Sentrosom terdiri atas dua sentriol (L). Pada saat pembelahan sel,
sentrosom mengalami replikasi (penyalinan) menjadi dua sentriol.
Masing-masing belahan akan menuju belahan sel yang berbeda.
h. Vakuola (P)
Vakuola adalah kantong yang berfungsi dalam pencernaan intrasel
dan membuang produks sampah sel.
i. Peroksisom (S)
Peroksisom melindungi sel dari produk sel yang beracun yaitu H2O2
(hidrogen peroksida). Sebagai contoh adalah hidrogen peroksida
yang dihasilkan oleh lekosit untuk membunuh bakteri. Enzim
oksidatif dari peroksisom memecah hidrogen peroksida menjadi H2O
(air) dan oksigen.
PEMBELAHAN SEL
Sel bertambah banyak dengan cara membelah diri. Sel-sel tubuh (sel
somatis) misalnya sel otot, sel saraf, sel kulit, sel darah putih dan lain-lain
membelah diri dengan cara mitosis. Sedangkan sel-sel kelamin (sel gamet)
yaitu ovum dan spermatozoa membelah diri dengan cara meiosis.
1. Pembelahan mitosis
Setiap 1 sel mengalami pembelahan mitosis akan dihasilkan 2 sel baru
yang sama dengan sel semula. Jadi dalam proses ini terjadi proses copy
(penyalinan). Dengan demikian dapat dihasilkan salinan-salinan sel baru
seperti induknya hingga menjadi triliunan jumlahnya. Pembelahan
mitosis terdiri atas 7 fase yaitu:
a. Interfase adalah fase terpanjang, dengan ciri-ciri:
- Sel tampak tidak aktif, tetapi memiliki arah berlawanan
- Terjadi proses replikasi DNA
- Sentriol membelah
- Protein disintesis secara aktif
b. Profase adalah tahap pertama mitotik, dengan ciri-ciri:
- Nukleolus kabur dan kromatin (gabungan hasil replikasi DNA
dengan protein) terkondensasi menjadi kromosom. Masing-
masing kromosom hasil replikasi mengandung 2 kromatid yang
mengandung informasi genetik yang sama.
- Mikrotubulus sitoskeleton berubah fungsi dari mempertahankan
bentuk sel menjadi fungsi membangun spindel mitotik dari bagian
sentrosom.
c. Prometafase, dengan ciri-ciri:
- Membran inti menghilang
- Terjadi elongasi sebagian spindel mitotik dari sentrosom menuju
kinetokor, berkas protein pada sentromer kromosom masing-
masing pasangan bergabung.
- Terjadi elongasi spindel lainnya menuju kromosom, tumpang
tindih di pusat sel.
d. Metafase, dengan ciri-ciri:
- Tegangan serat spindel membuat kromosom berada satu bidang
pada pusat sel
e. Anafase, dengan ciri-ciri:
- Spindel memendek, kinetokor memisah, kromatid ditarik ke kutub
berlawanan
f. Telofase, dengan ciri-ciri:
- Kromosom tiba di kutub dan spindel yang telah ditarik berlawanan
tak tampak
g. Sitokenesis
- Spindel yang tak terikat pada kromosom mulai menghilang
sampai hanya bagian overlap saja yang tampak
- Mikrotubulus diorganisasikan kembali menjadi sitoskeleton baru
menuju ke tahap interfase kembali
2. Pembelahan meiosis
Jika 1 sel gamet mengalami pembelahan meiosis secara sempurna akan
dihasilkan 4 sel baru yang memiliki set kromosom hanya separuh dari
sel induknya. Jadi dalam proses ini terjadi penggandaan namun tidak
dengan cara copy (penyalinan). Dengan demikian dihasilkan sel-sel baru
namun semuanya hanya memiliki setengah dari kromosom sel semula.
Pembelahan meiosis terdiri atas 2 tahap utama yaitu meiosis I dan
meiosis II. Pada kedua tahap tersebut terjadi fase-fase pembelahan
sebagaimana halnya pembelahan mitosis. Sel yang bakal membelah
secara meiosis adalah spermatogonium dan oogonium, yang memiliki 2
set kromosom atau diploid (2N) namun memiliki 4 set DNA atau
tetraploid (4N). Kromosom selanjutnya digandakan menjadi sister
chromatids atau homologous dyads. Langkah selanjutnya adalah:
a. Profase I
- Pasangan dyads membentuk tetrads, kromatid non homolog
berhubungan menyilang membentuk chiasma (crossing over)
b. Metafase I
- Spindel mengikat dyad pada kinetokor
- Tegangan spindel membuat tetrad berada di ekuator (pusat sel)
c. Anafase I
- Chiasmata menghilang dan kromatid homolog bergerak ke kutub
berlawanan
d. Telofase I
- Mulai proses sitokinesis (pembelahan) menghasilkan 2 sel anak
haploid (1N)
e. Profase II
- Pembentukan spindel dimulai
- Sentrosom mulai bergerak ke kutub berlawanan
f. Metafase II
- Tegangan spindel membuat kromosom ada di bidang ekuator
(pusat sel)
g. Anafase II
- Kromatid memisah dan menuju kutub berlawanan
h. Telofase II
- Mulai terjadi sitokinesis
i. Gamet yang bersifat haploid (1N) terbentuk
- Membran inti terbentuk
- Kromosom terdispersi sebagai kromatin
- Meiosis menghasilkan 4 sel anak, masing 1N kromosom dan 1N
DNA.
- Lebih lanjut, dalam fertilisasi gamet spermatozoa dan gamet
ovum bersatu membentuk zigot dengan sifat diploid (2N)
REFERENSI
Anonim, Mitosis And Meiosis: Cell Division
http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/ illustrations/mitosismeiosis.jpg,
2009
Basmajian J.V., Slonecker C.E., Grant’s Method of Anatomy, Jilid 1, Edisi
XI, Williams and Wilkins, 1993.
Kahle W., Leonhardt H., Platzer W., Atlas Berwarna dan Teks Anatomi
Manusia, Jilid 1 Sistem Lokomotor Muskuloskeletal dan
Topografi, Edisi IV, Penerjemah Syamsir H.M., Hipokrates, Jakarta,
1995.
Tortora G.J., Principles of Human Anatomy, Edisi IV, Harper and Row
Publisher, New York, 1986.