Anda di halaman 1dari 9

CHAP

Challenge Handshake Authentication Protocol (CHAP) merupakan salah satu protocol


Point -to-Point yang menyediakan layanan otentikasi dengan menggunakan suatu
identifier yang berubah-ubah dan suatu variabel challenge. CHAP digunakan secara periodik
untuk memverifikasi pengguna atau host network menggunakan suatu metode yang
dinamakan 3-way handshake. Proses ini dilakukan selama inisialisasi link establishment. Dan
sewaktu-waktu bisa saja diulang setelah hubungan telah terbentuk.

CHAP direkomendasikan sebagai metoda authentication PPP protocol, yang


memberikan suatu authentication terenkripsi dua arah yang mana lebih secure daripada PAP.
Jika jalur sudah tersambung, kedua server di masing-2 ujung saling mengirim pesan ‘Challenge’.
Segera setelah pesan ‘Challenge’ terkirim, sisi remote yang diujung akan merespon dengan
fungsi ‘hash’ satu arah menggunakan Message Digest 5 (MD5) dengan memanfaatkan user dan
password mesin local. Kedua sisi ujung router harus mempunyai konfigurasi yang sama dalam
hal PPP protocol ini termasuk metoda authentication yang dipakai.
CHAP memberikan perlindungan terhadap serangan pemutaran oleh peer melalui
penggunaan secara bertahap mengubah identifier dan nilai-tantangan variabel. CHAP
membutuhkan baik klien dan server mengetahui plaintext dari rahasia, meskipun tidak pernah
dikirim melalui jaringan.

Challenge Handshake Authentication Protocol (CHAP) adalah metode otentikasi yang


didukung secara luas di mana sebuah representasi dari password user, bukan password itu
sendiri, akan dikirim selama proses otentikasi. Dengan CHAP, server remote access
mengirimkan tantangan untuk klien akses remote. Klien akses remote menggunakan algoritma
hash (juga dikenal sebagai fungsi hash) untuk menghitung pesan Digest-5 (MD5) hasil hash
berdasarkan tantangan dan hasil hash dihitung dari password user. Klien akses remote
mengirimkan hasil hash MD5 ke server akses remote. Server akses remote, yang juga memiliki
akses ke hasil hash dari password user, melakukan perhitungan yang sama dengan
menggunakan algoritma hash dan membandingkan hasilnya dengan yang dikirim oleh klien. Jika
hasil pertandingan, kepercayaan dari klien akses remote dianggap otentik. Algoritma hash
menyediakan enkripsi satu arah, yang berarti bahwa perhitungan hasil hash untuk blok data
mudah, tetapi menentukan blok data asli dari hasil hash secara matematis tidak layak.

Berikut di bawah ini proses yang terjadi pada protokol CHAP :


1. Setelah fase link establishment selesai, otentikator mengirimkan sebuah
pesanchallenge ke peer atau pasangan usernya.
2. Peer meresponnya dengan menghitung suatu nilai hash-nya.
3. Otentikator merespon nilai hash tersebut, kemudian membandingkannya. Jika nilai hash-
nya sama, maka otentikasi valid, sebaliknya koneksi bisa saja diputus.
4. Pada interval tertentu (ditentukan secara acak), otentikator mengirimkan
suatuchallenge baru kepada peer dan peer meresponnya seperti pada tahap (2).
5. Begitupun dengan otentikator merespon nilai hash tersebut seperti pada tahap (3).

ii. Fitur
Dengan CHAP yang authenticator (yaitu server) mengirim sebuah `` tantangan''string
secara acak kepada klien, bersama dengan nama host. Klien menggunakan nama host untuk
mencari rahasia yang sesuai, menggabungkan dengan tantangan, dan mengenkripsistring
menggunakan hashing satu arah fungsi. Hasilnya dikembalikan ke server bersama dengan
namahost klien. server sekarang melakukan perhitungan yang sama, dan mengakui klien jika
tiba pada hasilyang sama.

1. Three way handshake


2. Menggunakan metode hashing dan MD5 untuk mengencrypt password
3. Local remote mengatur frekuensi dan timing login attempt
4. Dinegosiasikan secara periodek selama jalur masih aktif
Fitur lain dari CHAP adalah bahwa hal itu tidak hanya memerlukan klien untuk otentikasi
itu sendiri pada waktu startup, tapi mengirimkan tantangan secara berkala untuk memastikan
klien belum diganti oleh penyusup, misalnya dengan hanya switching saluran telepon.

iii. Spesifikasi

A. Persyaratan Desain
Algoritma CHAP mensyaratkan bahwa panjang nilai secret minimal harus delapan
oktet (64-bit). Dan juga nilai secret tersebut diusahakan tidak terlalu pendek serta
susah untuk ditebak (tidak bersifat umum, contoh : root, 123456, dan lain-lain).
Nilaisecret tersebut disarankan minimal sepanjang nilai hashnya (hal ini tergantung
dari algoritma hash yang dipilih) atau dengan kata lain panjangnya tidak kurang dari
nilai hashnya. Hal ini dimaksudkan agar cukup tahan terhadap exhaustive search
attack. Masing - masing nilai challenge harus unique (tidak sama satu sama lain),
karena perulangan dari nilai challenge tersebut dalam hal ini untuk nilai secret yang
sama, akan memberikan peluang bagi attacker untuk melakukan replay attack. Oleh
karena itu diharapkan bahwa untuk nilai secret yang sama yang digunakan untuk
melakukan otentikasi dengan server – server pada wilayah yang berbeda-beda,
nilai challenge-nya harus menunjukkan keunikan. Disamping itu juga,
nilai challenge harus bersifatunpredictable. Karena dengan nilai challenge yang
bersifat unpredictable, dapat melindungi dari serangan – serangan aktif dengan
jangkauan yang luas.

Kelebihan
CHAP memberikan perlindungan terhadap playback attack yang dilakukan
olehpeer. Kegunaan dari challenge yang diulang-ulang adalah dimaksudkan untuk
membatasi waktu pembukaan untuk suatu single attack. Otentikator bertugas
mengontrol frekuensi dan waktu dari challenges. Metode otentikasi ini tergantung
pada suatu nilai secret yang hanya diketahui oleh otentikator danpeer yanag
bersangkutan dimana nilai secret tersebut tidak dikirimkan lewat jaringannya. Walaupun otentikasinya
bersifat satu arah (one way), melalui negosiasi CHAP pada
kedua arah, maka nilai secret yang sama dapat dengan mudah digunakan
untuk mutual authentication.

Kekurangan
Disamping memiliki kelebihan, CHAP juga memiliki kekurangan yakni nilaisecret-nya
harus tersedia dalam bentuk plaintext. Basis data untuk passwordyang terenkripsi satu
arah, ada yang tidak bisa digunakan. Sehingga hal tersebut membuat CHAP tidak baik
untuk jaringan yang lebih luas. Hal ini karena akan membuat instalasi yang besar yang
harus dikelola di kedua pihak (peer) dalam jaringan.

Konfigurasi
1) one-way CHAP authentication
nurannisa (config) # username annisanur password 123
nurannisa (config) # int s1 / 0
nurannisa (config-if) # encapsulation ppp
nurannisa (config-if) # ppp authentication chap
annisanur (config) # int s1 / 0
annisanur (config-if) # encapsulation ppp
annisanur (config-if) # ppp chap hostname annisanur
annisanur (config-if) # ppp chap password 123
Test results:
annisanur # ping 10.1.1.1
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.1.1.1, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5 / 5), round-trip min / avg / max = 8/18/36 ms

2) two-way CHAP authentication


nurannisa (config) # username annisanur password 123
nurannisa (config) # int s1 / 0
nurannisa (config-if) # encapsulation ppp
nurannisa (config-if) # ppp authentication chap
annisanur (config-if) # username nurannisa password 123
annisanur (config) # int s1 / 0
annisanur (config-if) # encapsulation ppp
annisanur (config-if) # ppp authentication chap
Test results:
annisanur # ping 10.1.1.1
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.1.1.1, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5 / 5), round-trip min / avg / max = 8/18/36 ms FRAME RELAY

Pengertian
Frame-Relay merupakan salah satu protocol WAN yang bekerja pada transmisi packet
data antar perangkat seperti DTE dengan DCE. Sama halnya dengan protocol x.25, Frame-Relay
salah satu pengembangan dari teknologi packet switching yakni suatu teknologi
WAN disamping Circuit Switching (ISDN) dan Cell Circuit untuk ATM.
Frame relay merupakan protocol WAN yang mempunyai performance tinggi yang bisa
memberikan koneksi jaringan WAN sampai 2,048 Mbps (dan bahkan bisa lebih tinggi) ke
berbagai belahan dunia. Frame relay menggunakan circuit virtual untuk koneksi site-2 dan
memberikan lebar pipa bandwidth berskala yang bisa dijamin (dengan menggunakan apa yang
disebut sebagai CIR- committed information rate). Frame relay begitu popular karena
penawaran bandwidth yan berskala melalui jalur digital. Dengan menggunakan konfigurasi
standard frame relay akan merupakan cara yang sederhana untuk meminimalkan masalah
jaringan-2 frame relay.
Frame relay didesign untuk transmisi digital melalui medium yang sudah handal, yang
pada umumnya adalah fiber optic, bandingkan dengan jaringan yang menggunakan X.25 yang
pada awalnya didesign untuk jaringan transmisi analog melalui medium yang dianggap tidak
handal seperti standard line telpon.

ii. Keuntungan
1. Frame Relay menawarkan alternatif bagi teknologi Sirkuit Sewa lain seperti jaringan X.25
dan sirkuit Sewa biasa. Kunci positif teknologi ini adalah:
Sirkuit Virtual hanya menggunakan lebar pita saat ada data yang lewat di dalamnya,
banyak sirkuit virtual dapat dibangun secara bersamaan dalam satu jaringan transmisi.
2. Kehandalan saluran komunikasi dan peningkatan kemampuan penanganan error pada
perangkat-perangkat telekomunikasi memungkinkan protokol Frame Relay untuk
mengacuhkan Frame yang bermasalah (mengandung error) sehingga mengurangi data
yang sebelumnya diperlukan untuk memproses penanganan error.

iii. Prinsip kerja


1. Aliran data pada dasarnya pengarahannya berbasis pada header yang memuat DLCI,
yang mendeskripsikan tujuan frame-nya. Jika jaringan mempunyai masalah dalam
menangani sebuah frame, baik yang disebabkan oleh kesalahan jaringan atau
kemacetan secara praktis ia akan membuang frame tersebut.
2. Frame Relay membutuhkan jaringan dengan laju kesalahan yang rendah (low error rate)
untuk mencapai kinerja yang baik. Jaringannya tidak mempunyai kemampuan untuk
mengoreksi kesalahan, maka Frame Relay tergantung pada protokol-protokol pada
lapisan yang lebih tinggi di dalam piranti-piranti pengguna yang memiliki kecerdasan
untuk memulihkannya dengan mentransmisikan ulang frame-frame yang hilang. 3. Pemulihan
kesalahan oleh protokol-protokol lapisan yang lebih tinggi, walaupun itu
otomatis dan andal, adalah tidak ekonomis dipandang dari sudut penundaan
pemrosesan dan lebarpita. Maka mau tidak mau jaringannya harus meminimumkan
terjadinya pembuangan frame.

iv. Identitas

Sebuah jaringan frame relay terdiri dari “endpoint” (PC, server, computer host),
perangkat akses frame relay (bridge, router, host, frame relay access device/FRAD) dan
perangkat jaringan (packet switch, router, multiplexer T1/E1). Perangkat-perangkat
tersebut dibagi menjadi dua kategori yang berbeda:

• DTE: Data Terminating Equipment


DTE adalah node, biasanya milik end-user dan perangkat internetworking.
Perangkat DTE ini mencakup “endpoint” dan perangkat akses pada jaringan Frame Relay.
DTE yang memulai suatu pertukaran informasi.

• DCE: Data Communication Equipment


DCE adalah perangkat “internetworking” pengontrol “carrier”.
Perangkatperangkat ini juga mencakup perangkat akses, teatpi terpusat di sekitar
perangkat jaringan. DCE merespon pertukaran informasi yang dimulai oleh perangkat DTE.

Dikarenakan Prinsip- membangun frame-frame merupakan tugas utama dari


lapisan data link, maka ketika lapisan data link tidak dapat menyelsaikan beit-bit eror
pesan akan diteruskan kepada lapisan yang lebih tinggi yaitu lapisan Transport. Untuk itu
pada pengolahan data berbasis Frame Relay perlu kita deteksi seberapa besar kesalahan
yang terjadi, untuk mendeteksi kesalahan-keasalahan tersebut terdapat pendeteksi yang
secara prosedur bekerja dengan urutan: 1. Cyclic Redundancy Check (CRC)
2. Pemulihan Oleh Protokol pada Lapisan yang Lebih Tinggi
3. Pembuangan Frame yang Dilakukan oleh Kesalahan Bit
4. Pembuangan Frame yang disebabkan oleh Kemacetan

v. Implementasi
Frame Relay dapat digunakan untuk jaringan publik dan jaringan “private” perusahaan
atau organisasi.

1. Jaringan Publik
Pada jaringan publik Frame Relay, “Frame Relay switching equipment” (DCE) berlokasi di
kantor pusat (central) perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi. Pelanggan hanya
membayar biaya berdasarkan pemakain jaringan, dan tidak dibebani administrasi dan
pemeliharan perangkat jaringan Frame Relay.
2. Jaringan “Private”
Pada jaringan “private” Frame Relay, administrasi dan pemeliharaan jaringan adalah
tanggungjawab perusahaan (private company). Trafik Frame Relay diteruskan melalui
“interface” Frame Relay pada jaringan data. Trafik “Non-Frame Relay” diteruskan ke jasa
atau aplikasi yang sesuai (seperti “private branch exchange” *PBX+ untuk jasa telepon
atau untuk aplikasi “video-teleconferencing”).

vi. Konsep Cara Data ditransmisikan


1. Router membuat koneksi ke switch frame relay baik langsung maupun lewat CSU/DSU
2. Jaringan Frame relay mensimulasikan suatu koneksi “selalu on” dengan PVC
3. Outer pengirim mulai mengirim data segera tanpa membentuk suatu sesi
4. Switch frame relay melaksanakan pemeriksaan error tapi tidak memperbaiki error
tersebut
5. Paket yang corrupt akan di jatuhkan tanpa notifikasi
6. Paket akan menjelajah melalu cloud frame relay tanpa adanya acknowledgement
7. Piranti pengirim dan penerima lah yang akan melakukan koreksi error
8. Switch frame relay akan mulai menjatukan paket jika kemapetan jalur mulai terbentuk
9. Kebanjiran atau kemampetan jaringanlah penyebab dari kehilangan paket secara umum
pada jaringan frame relay
10. Paket akan dihilangkan berdasarkan informasi pada bit Discard Elligable (DE)
11. Switch frame relay mengirim notifikasi Backward explicit congestion notification (BECN)
untuk mengisyaratkan menurunkan rate transfer data.

Fitur
Fitur utama dari frame relay:
a) Frame relay memberikan deteksi error tapi tidak memberikan recovery error.
b) Frame relay memberikan transfer data sampai 1.54Mbs
c) Frame relay mempunyai ukuran paket yang bervariable (disebut frame)
d) Frame relay bisa dipakai sebagai koneksi backbone kepada jaringan LAN
e) Frame relay bisa dimplementasikan melalui berbagai macam koneksi sambungan
(56K, T1, T3)
f) Frame relay beroperasi pada layer physical dan layer Data link pada model OSI

viii. Konfigurasi
A. Router 1
Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface serial 1/0
Router(config-if)#ip address A. Konfigurasi pada Router 1

Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface serial 1/0
Router(config-if)#ip address 19.19.19.1 255.255.255.0
Router(config-if)#encapsulation frame-relay
Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 102
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.2 102
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 103
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.3 103
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 104
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.4 104
Router(config-if)#no shutdown
B.Router 2
Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface serial 1/0
Router(config-if)#ip address 19.19.19.2 255.255.255.0
Router(config-if)#encapsulation frame-relay
Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 201
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.1 201
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 203
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.3 203
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 204
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.4 204
Router(config-if)#no shutdown

C. Router 3
Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface serial 1/0
Router(config-if)#ip address 19.19.19.3 255.255.255.0
Router(config-if)#encapsulation frame-relay
Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 301
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.1 301
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 302
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.2 302
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 304
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.4 304
Router(config-if)#no shutdown

D. Router 4
Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#interface serial 1/0
Router(config-if)#ip address 19.19.19.4 255.255.255.0
Router(config-if)#encapsulation frame-relay
Router(config-if)#frame-relay lmi-type ansi
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 401 Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.1 401
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 402
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.2 402
Router(config-if)#frame-relay interface-dlci 403
Router(config-if)#frame-relay map ip 19.19.19.3 403
Router(config-if)#no shutdown

Apabila konfigurasi pada masing-masing router telah selesai dilaksanakan,


langkah selanjutnya adalah mengkonfigurasi Cloud (awan) sebagai Frame-Relay
Connection. Untuk dapat melakukannya harus dilakukan konfigurasi secara manual, pada
Cloud terdapat settingan untuk Frame-Relay. Akan tetapi jangan lupa membuat routing
tabel pada masing-masing router agar transmisi packet data dapat dilakukan. Routing
tabel dapat dibuat dengan carastatic routing maupun dinamic routing tergantung kondisi
dan tingkat kesulitan.
Jika semua telah terkonfigurasi secara baik, lakukan percobaan pada tiap-tiap
router untuk menguji apakah Frame-Relay bekerja dan dapat berkomunikasi dengan
router yang lain dengan Cloud dengan cara “show frame-relay map”.

Anda mungkin juga menyukai