Anda di halaman 1dari 2

Metode Pembelajaran di Singapura Patut Dicontoh

Sabtu, 8 Mei 2010 18:49 WIB

Medan, (tvOne).

Setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa di Singapura diasuh oleh tiga orang
guru yang masing-masing terdiri atas satu guru kepala dan dua asistennya. "Dengan
sistem ini proses penyampaian ilmu dari guru kepada siswa akan lebih mudah," kata
Executive Director Jamiyah Business School Singapura, DR Isa Hassan, di Medan,
Sabtu, (8/5).

Berbicara pada seminar internasional "Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Sister


School and Twinning Program" dia mengatakan, di Singapura sistem pendidikan
didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa memiliki bakat dan minat yang unik.

Singapura memakai pendekatan yang fleksibel untuk membantu perkembangan potensi


para siswa. Evaluasi yang dilakukan terhadap siswa juga terus menerus bahkan sejak
siswa duduk di kelas tiga sekolah dasar.

Seorang anak di Singapura menjalani pendidikan dasar selama enam tahun, yakni empat
tahun tahap dasar pertama sekolah dasar kelas satu sampai empat dan tahap orientasi
tahun kedua sekolah dasar kelas lima sampai kelas enam.

Pada tahap dasar, kurikulum inti terdiri atas pengajaran bahasa Inggris, bahasa ibu dan
Matematika dengan mata pelajaran tambahan seperti musik, kesenian, kerajinan tangan,
pendidikan fisik dan pembelajaran sosial. Untuk memaksimalkan potensinya, siswa
diarahkan menurut kemampuan belajar mereka sebelum menguasai masa orientasi.

Pada akhir kelas enam SD, siswa diwajibkan mengikuti ujian kelulusan seperti halnya
siswa kelas enam SD di Indonesia yang harus menjalani ujian akhir seperti Ujian Akhir
Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).

Kurikulum sekolah dasar di Singapura telah digunakan sebagai model internasional


khususnya metode pengajaran matematika. Siswa asing dari negara manapun diterima di
sekolah dasar menurut ketersediaan lowongan tempat yang ada.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Medan, Matsyuhito Solin dalam kesempatan yang sama
mengatakan, pola pembelajaran di Singapura dapat menjadi contoh yang baik bagi proses
pembelajaran di Indonesia. "Dalam ketersediaan guru misalnya, satu bidang studi diasuh
oleh tiga orang guru. Di Indonesia, jangankan satu mata pelajaran diasuh tiga guru,
terkadang satu guru justru mengajar tiga kelas sekaligus," katanya.

Ketua Tim Pengembang Kurikulum Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK)


Dinas Pendidikan Sumut, Rivolan Priyanti, mengatakan, upaya untuk menghasilkan SDM
yang handal telah dilakukan melalui beberapa program pendidikan baik formal maupun
informal dengan mutu yang terus ditingkatkan. "Indikator utama mutu SDM Indonesia
dicerminkan oleh indeks pembangunan manusia, tingkat produktivitas, daya saing SDM
dan daya tarik investasi suatu negara," katanya. (Ant)

at
Share

Anda mungkin juga menyukai