Disusun sebagai salah satu syarat mengikuti responsi praktikum mata kuliah
Oseanografi Geofisika dan Kimia di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Jenderal Soedirman
Oleh :
Muhammad Riski Ardianto
NIM. H1K013050
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
Afrilia Putri Maharani yang telah banyak membantu kami memberikan arahan-
serta kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Kami menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga dapat memberi
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
Penulis
I. PENDAHULUAN
wilayah Kabupaten Jepara – Jawa Tengah, dan berada pada posisi 5' 40" – 5' 57"
LS dan 110' 4" – 110' 40" BT, Barat laut Kabupaten Jepara. Pulau ini berjarak
sekitar 45 mil atau sekitar 74 km dari pelabuhan Kartini – Jepara, Jawa Tengah.
Karimunjawa merupakan sebuah Taman Nasional Laut yang menjadi salah satu
sejak tahun 1988, dengan luas wilayahnya yang berupa daratan 7.033 ha dan
104.592 ha perairan laut sehingga total luas keseluruhan Taman Nasional Laut
perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Selain sebagai
tempat tujuan wisata dalam dan luar negeri Karimunjawa seharusnya juga sebagai
salah satu objek penelitian secara berkala yang khususnya dalam hal ini adalah
karakteristik dari berbagai parameter baik fisika, kimia dan geologi di daerah
1.2 Tujuan
Karimunjawa;
2.1.1 Sedimen
terakumulasi secara luas dan bentuknya tak beraturan (Duxbury and Duxbury,
1993 dalam Manenkey, 2010). Sekitar 70,8% permukaan bumi ditutupi oleh laut,
bagian muka bumi yang sangat luas ini merupakan lingkungan tumpahan
yang satu sama lain akan berinteraksi membentuk berbagai macam variasi
dasar perairan memiliki berbagai variasi dalam bentuk partikel komposisi ukuran,
maupun tumbuhan yang sudah mati disebut juga sedimen organik atau organogen
atau biolit (Kohongia, 2002 dalam Manenkey 2010). Secara umum, pendeposisian
material organik karbon dan keadaannya (material yang bersumber dari cangkang
dan karang) lebih banyak terdapat didaerah dekat pantai dan lingkungan laut lepas
Material sedimen yang terdeposisi di daerah pentai dan laut dalam dikontrol
oleh dua faktor. Faktor tersebut adalah transpor material pelapukan di daratan ke
laut dan transpor yang terjadi di dalam laut itu sendiri (Djamaluddin, 1993 dalam
dan arahnya mengikuti arah arus tersebut (Thornbury, 1964 dalam Manenkey,
2010).
2.2.1 Kecerahan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Perairan alami
Kecerahan air laut dipengaruhi oleh substensi material organik dan anorganik
yang larut didalamnya, dan organisme renik seperti plankton. Air yang
terkontaminasi oleh berbagai jenis material akan berubah warna sehingga menjadi
keruh (Abdullah,2011).
mempengaruhi cahaya yang menembus kedalam air laut. Dimana saat pagi atau
kedalam laut dan sebagian lagi akan dipantulkan. Namun ketika sudut datang
cahaya adalah 90 derajat atau pada saat jam 12 siang maka seluruh cahaya akan
masuk kedalam laut. Kecerahan juga dipengaruhi oleh adanya awan yang dapat
Faktor kedalaman perairan dan kecerahan air laut di perairan studi tidak
oleh faktor kondisi ekosistem laut yang tergolong zona oseanik dan ekosistem
pantai yang berdekatan dengannya. Tingkat kecerahan yang tinggi ini sangat
2.2.2 Arus
Arus adalah pergerakan massa air yang disebabkan oleh angin, perbedaan
densitas air laut, atau oleh pasang surut. Faktor-faktor pembangkit arus
permukaan adalah Angin, bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada
disekitarnya selain itu arus dapat disebabkan oleh gaya Coriolis yang timbul
sebagai akibat perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis akan mengalami
A. Arus Euler adalah gerakan massa air yang timbul akibat adanya perubahan
C. Arus Antitropik adalah arus yang terdapat pada perairan dangkal atau
D. Arus Termohaline adalah arus yang timbul akibat perubahan suhu dan
salinitas.
2.2.3 Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air yang membentuk kurva sinusoidal. Gelombang laut adalah
penjalaran energi yang membawa energi dari laut lepas ke tepi pantai. Adapaun
yang disebabkan oleh gerakan kapal. Namun ada juga istilah gelombang
permukaan laut memiliki peran yang penting dalam proses distribusi panas
oleh tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ini mempunyai periode yang
Pasang Surut, merupakan gelombang yang disebabkan oleh gaya tarik bumi
terhdap benda-benda langit, benda langit yang paling besar pengaruhnya adalah
matahari dan bulan, gelombang pasut lebih mudah diprediksi karena terjadi secara
gelombang yang diakibatkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung api di
dasar laut. Tsunami merupakan gelombang yang sangat besar dan tinggi
oleh tiga faktor yaitu kecepatan angin, semakin cepat angin bertiup makaakan
durasi tiupan angin makan semakin tinggi gelombang yang terbentuk; dan jarak
dari tiupan angin pada perairan terbuka (fetch), semakin panjang jarak fetch-nya,
ketinggian gelombangnya akan semakin besar (Hutabarat dan Evans, 2008 dalam
Kurniawan et al, 2011). Selain ketiga hal tersebut, persistensi arah tiupan juga
berpengaruh terhadap kondisi gelombang laut, semakin seragam arah tiupan angin
di suatu wilayah makan gelombang yang terjadi akan semakin besar. Hal ini
terjadi karena arah tiupan yang sama akan menyebabkan terbentuknya gelombang
2.2.4 Suhu
suhu merupakan derajat panas suatu benda yang dapat berubah ruang dan
waktu dimana penyebarannya disebabkan oleh gerakan air seperti arus dan
turbulensi (Sidjabat ,1973 dalam Rosmawati, 2004). Suhu memiliki fungsi yang
sangat urgen di dalam lingkungan laut. Secara langsung, suhu mempengaruhi laju
mempengaruhi daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya
larut oksigen akan berkurang jika suhu perairan naik (Brown et al, 1989).
Suhu air laut dipengaruhi oleh cuaca, kedalaman air, gelombang, waktu
(Herunadi, 1996 dalam Farita, 2006). dan suhu air laut di suatu perairan juga
dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, dan intensi tas penyinaran matahari yang
masuk ke laut (Offi cer, 1976). Selain itu, suhu air laut juga dipengaruhi oleh
faktor geografis dan dinamika arus (Sijabat, 1974). Kenaikan suhu dapat
musim (iklim), angin, serta fenomena yang terjadi di laut seperti upwelling, arus,
dan lain-lain.
mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas.
Karena dekat dengan daratan, pada siang hari suhu di pantai umumnya lebih
tinggi jika dibandingkan dengan daerah laut terbuka karena pada siang hari
daratan lebih mudah menyerap panas matahari. Sedangkan laut relatif sulit untuk
melepaskan panas bila suhu di lingkungannya tidak berubah. Begitu juga pada
malam hari sehingga di daerah lepas pantai suhunya lebih rendah dan lebih stabil
2.3.1 Nitrat
terutama fitoplankton (Risamasu dan Prayitno, 2011 dalam Dewi et al, 2015).
Karena nitrat memiliki peran vital bagi pertumbuhan fitoplankton atau alga yang
biasa digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat kesuburan suatu
perairan (Fachrul et al., 2005 dalam Fonny dan Hanif, 2011). Nitrat dihasilkan
nitrogen sebagai bahan utama (Mustiawan et al., 2014 dalam Dewi et al,2015).
nitrat yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh
2.3.2 Klorofil-a
yang merupakan organisme tumbuhan yang paling primitif (Prasetyo et al, 2011)
dan pengertian fitoplankton itu sendiri adalah organisme satu sel mikroskopik
mengandung klorofil-a yang beratnya kira-kira 1-2% dari berat kering alga
(Realino et al., 2005). Klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat
et al., 2005).
matahari, dan konsentrasi nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan. Di Laut,
sebaran klorofil-a lebih tinggi konsentrasinya pada perairan pantai dan pesisir,
perairan pantai dan pesisir disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah
diperairan lepas pantai karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara
konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan
oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air,
dimana massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan
2.3.3 Fosfat
Karena fosfat berfungsi dalam sistem genetis dan sebagai penyimpan dan transfer
energi dalam sel. Secara alami ketersediaan fosfat tidak banyak di kulit bumi
(Susatyo et al, 2014). Menurut Chaniago (1994) dalam Dedi et al, (2013) sumber
utama fosfat terlarut dalam perairan adalah hasil pelapukan, mineral yang
Fosfat yang terdapat dalam air laut berasal dari hasil dekomposisi organisme, run-
off dari daratan (erosi tanah), banyak teori dan penelitian yang mengkaji tentang
kondisi lamun sebagian besar mengaitkannya dengan kondisi substrat dan
Tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan yaitu
sedimen. Umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi
kolom air (Paytan dan McLaughlin, 2007 dalam Fonny dan Hanif, 2011).
2.3.4 Salinitas
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per
mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung
dalam 1 kg air laut. Salinitas menurupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu
perairan, selain suhu, pH, Substrat dan lain-lain. Salinitas dipengaruhi oleh pasang
surut, curah hujan, penguapan, dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas
suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya (Wibisono,2004).
maka salinitas juga akan bertambah tinggi. Maka dari itulah salinitas di daerah
laut tropis (daerah di sekitar khatulistiwa) lebih rendah daripada salinitas di laut
subtropis. Daerah yang memiliki salinitas paling tinggi berada pada daerah lintang
antara 30°LU dan 30°LS kemudian menurun ke arah lintang tinggi dan
meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/oo. Air
samudera yang memiliki salinitas lebih dari 34 o/oo ditemukan di Laut Banda dan
Laut Arafuru yang diduga berasal dari Samudera Pasifik (Wyrtki,1961). Sebaran
salinitas secara horizontal tersebut terjadi karena faktor-faktor utama yaitu run off,
presipitasi, evaporasi dan pola sirkulasi air namun selain itu ada beberapa faktor
lainnya yang ternyata mempengaruhi distribusi secara horizontal yaitu angin dan
Pola distribusi vertikal menurut Ross (1970) dalam Rosmawati (2004), sebaran
minimum.
Salinitas merupakan jumlah gram garam yang trelarut dalam satu kilogram
air laut (Huboyo, 2007). Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang
mengalami pelapukan, tipe tanah dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas
air drai satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah
dipengaruhi bebereapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut
secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi
berkisar antara 34-35% (Huboyo, 2007). Variasi salinitas di permukaan air sangat
merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan terutama yang berada pada
maka akan semakin tinggi pula nilai salinitas suatu perairan. Meningkatnya
salinitas, sehingga oksigen diperairan laut cenderung lebih rendah dari perairan
tawar. Nilai salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh masukan air
2.3.5 pH
perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang
perairan dianggap sebagai variabel tersier karena pada umumnya diperairan, nilai
Caldeira dan Wickett dalam Wood et al (2008), pH air laut berkisar anatra 7,8 dan
menambahkan kisaran pH di daerah teluk 7,5 hingga 8,5 tergantung pada habitat.
Perhitungan pH, air memiliki derajat keasaman (pH) 7. air bersih memiliki
pH berkisar 6,5 sampai 9,0. air minum memiliki pH 7,06 dan pH air laut berkisar
9,0 – 10. zat-zat pencemar yang bersifat asam menyebabkan pH air kecil dari pada
6,5. air hujan yang tercemar gas SO3 dan gas NO2 memiliki pH lebih kecil atau
sama dengan 5. zat yang bersifat alkalis seperti soda api ((Na)H) menyebabkan
konsentrasi ion H+ dalam air dan menghasilkan pelepasan elektron oleh logam
pada reaksi anodik. Pada saat air mempunyai pH < 5 , tembaga terkorosi cepat dan
merata, sedangkan saat pH > 9 tembaga terproteksi. Antara 5 < pH < 9, korosi
lubang akan terjadi jika tidak terdapat lapisan film pelindung pada permukaan
3.1.1 Alat
No Alat Kegunaan
1 Alat Tulis Mencatat data hasil praktikum
2 Plastik Sebagai wadah sampel salinitas
3 Botol aqua 600ml Sebagai alat bantu untuk mengukur arus dan gelombang
4 Tali rafia Sebagai alat bantu untuk mengukur arus dan gelombang
5 Ember Sebagai wadah untuk menyimpan sampel atau air
6 Kertas anti air Untuk mencatat hasil dari sampel dan tahan air
7 Label Untuk memberikan tanda pada sampel
8 Kamera Untuk mendokumentasikan
9 Stopwatch Untuk mengukur lama waktu pengukuran
10 Handrefraktometer Untuk mengukur salinitas
11 Sechi disk Untuk mengukur kecerahan perairan
12 Termometer Untuk mengukur suhu perairan saat pengambilan sampel
13 Keresek hitam Tempat menyimpan sediman
14 Botol Aqua 1,5L Untuk menyimpan sampel nitrat, posfat dan klorofil
dilapisi lakban
hitam
15. Saringan Untuk menyaring dan mengklasifikasikan jenis sedimen
bertingkat
16 Timbangan Untuk menimbang berat sedimen
17 Oven Untuk mengoven sedimen dalam waktu tertentu
18 Tabung reaksi Tempat menyimpan sampel untuk proses spektofotometri
19 Mikropipet Untuk mengambil larutan sebanyak 1 ml
20 Gelas kimia Untuk tempat menghomogenkan aseton dan klorofil
tersaring
21 Pipet ukur Untuk memindahkan larutan terukur
22 Labu erlenmeyer Untuk menghomogenkan larutan pada erlenmeyer kecil
dan labu erlenmeyer besar untuk menampung sampel saat
disaring menggunakan filter holder yang dibantu dengan
vacuum pump
23 Freezer Untuk menyimpan sampel klorofil yang telah diberi
perlakuan sebelum di analisis dalam spektofotometri
24 Spektofotometri Untuk menghitung kadar posfat, nitrat dan klorofil baik
nilai absorbansi ataupun konsentrastinya (ppm)
26 Kertas Untuk menyaring klorofil dari sampel
Saring/filter
27 Filter holder Untuk mempercepat menyaring sampel dalam proses
penyaringan klorofil
28 Alumunium foil Untuk membungkus tabung reaksi sampel klorofil
29 Pengaduk Untuk mengusap kertas saring dalam gelas kimia saat
dilarutkan dengan aseton agar klorofil yang menempel
dalam kertas saring luruh
30 Kuas Untuk mengulas sedimen ketika proses penyaringan
bertingkat
31 Vacuum pump Untuk membantu penyaringan agar air laut lebih cepat
terhisap kedalam erlenmayer
3.1.2 Bahan
No Bahan Kegunaan
1 Sampel Air Laut Untuk uji analisis kandungan klorofil, posfat
dan nitrat
2 Sampel Sedimen Untuk diidentifikasi
3 Larutan Fenopthalein Untuk mengetahui sifat asam basa sampel
4 Aseton
5 Larutan Kontrol
6 Asam Sulfat
7 Air Untuk membilas sedimen dalam saringan
3.2 Metode
(dengan GPS), catat waktu dan kedalaman stasiun. Ada beberapa kaidah dari
kantong plastik yang telah disediakan dengan menggunakan alat atau manual
dibarengi oleh di tuangkannya air tawar pada sieve shaker. Pengulasan dihentikan
apabila sekiranya sedimen sudah tidak tersaring lagi. Sedimen yang sudah tidak
sedimen yang berasal dari berbagai ukuran penyaringan. Selanjutnya beri tanda
menggunakan label dan masukkan ke oven untuk di keringkan. Setelah kering,
mencelupkan secchi disk di tempat yang telah ditentukan. Secchi disk yang
dicelupkan di amati hingga warna hitam dan putih pada secchi disk tidak terlihat.
disk tidak terlihat (a cm). Kemudian secchi disk diangkat hingga keping secchi
disk terlihat jelas. Ukur kedalaman dengan menggunakan penggaris sampai batas
keping secchi disk terlihat jelas (b cm). Hitung nilai kecerahan dengan
kecerahan.
mengikatkan tali rafia pada sebuah botol yang nantinya akan dibiarkan terbawa
gelombang. Siapkan botol 600 ml, masukkan air sekitar 80% dari botol tersebut.
Kemudian ikat dengan tali rafia sepanjang 10 meter. Pegang tali rafia dan biarkan
botol tersebut hanyut sepanjang 10 meter. Hiutng berapa lama waktu yang
tancapkan tongkat tersebut pada lokasi yang telah di tentukan. Kemudian ikat dan
bentangkan tali rafia (tali rafia menempel dengan permukaan air) pada tongkat
berskala. Amati gelombang yang melintas dan hitung tinggi (H), Amplitudo (A),
panjang gelombnag (L), dan kecepatan gelombang (v). Catat data yang di dapat.
Siapkan botol 1,5 liter yang telah di lapisi oleh lakban hitam. Ambil sampel
air laut di bagian permukaan perairan. Kemudian tutup rapat botol yang telah
berisi sampel air laut. Sampel air ini akan digunakan untuk menguji kandungan
Pengujian nitrat pada sampel air laut dilakukan dengan menyiap empat
sampel air laut terlebih dahulu. Kemudian masukkan empat sampel air tersebut
kedalam gelas ukur yang masing-masing sebanyak 50 ml. Pindahkan air laut pada
gelas ukur pada labu erlenmeyer. Selanjutnya teteskan asam sulfat sebanyak 1 ml
sampel air laut terlebih dahulu. Masukkan 1 liter air laut kedalam gelas ukur.
Selanjutnya tuangkan sedikit demi sedikit sampel air laut pada gelas ukur kedalam
filter holder yang berisi kerta saringan. Kemudian kertas saringan dilepaskan dari
sampel air laut tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi yang dibungkus
sampel air laut tersebut kedalam kuvet untuk di uji dengan menggunakan
Pengujian fosfat pada sampel air laut dilakukan dengan menyiap empat
sampel air laut terlebih dahulu. Kemudian masukkan empat sampel air tersebut
kedalam gelas ukur yang masing-masing sebanyak 50 ml. Pindahkan air laut pada
larutan berwarna merah muda (pink) untuk menguji sifat asam/basa sampel
kembali berwarna bening. Tuangkan keempat sampel air tersebut kedalam kuvet
Selanjutnya masukkan beberapa mili sampel air laut dengan menggunakan pipet,
dilakukan di tiga pulau di sekitar pulau menjangan besar yaitu pulau Menjangan
Kecil dan Pulau Cemara Besar. Praktikum juga dilakukan pada hari Kamis, 26
Soedirman.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
wilayah Kabupaten Jepara – Jawa Tengah, dan berada pada posisi 5' 40" – 5' 57"
LS dan 110' 4" – 110' 40" BT, Barat laut Kabupaten Jepara. Pulau ini berjarak
sekitar 45 mil atau sekitar 74 km dari pelabuhan Kartini – Jepara, Jawa Tengah.
Karimunjawa merupakan sebuah Taman Nasional Laut yang menjadi salah satu
sejak tahun 1988, dengan luas wilayahnya yang berupa daratan 7.033 ha dan
104.592 ha perairan laut sehingga total luas keseluruhan Taman Nasional Laut
4.2.1.1 Sedimen
analisa yang berdasarkan ukuran butir sebagai materi analisa. Analisa ini umum
digunakan dalam bidang keilmuan yang berhubungan dengan tanah atau sedimen.
Analisa ini mencangkup beberapa hal yang biasa dilakukan seperti pengukuran
rata-rata, pengukuran sorting atau standar deviasi, pengukuran skewness dan
kurtosis.
berada di lokasi pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar merupakan sedimen
dengan jenis pasir. Hal ini menunjukkan pengaruh lautan sangat dominan pada
(1992) menyatakan bahwa perairan yang berarus kuat umumnya tekstur sedimen
berpasir. Transport sedimen pada kawasan hilir dapat disebabkan oleh arus
Ada hubungan antara ukuran butir dan sortasi dalam batuan sedimen.
Hubungan ini terutama terjadi pada batuan sedimen berupa pasir kasar sampai
pasir sangat halus. Pasir dari berbagai macam lingkungan air menunjuk bahwa
pasir halus mempunyai sortasi yang lebih baik daripada pasir sangat halus.
Sedangkan pasir yang diendapkan oleh angin sortasi terbaik terjadi pada ukuran
Tinggi Gelombang
Kecerahan (m) Arus (m/s) Suhu (oC)
(m)
U1 U2 U3 U4 U1 U2 U3 U4 U1 U2 U3 U4 U1 U2 U3 U4
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
5 5 5 5 32 30 33 35
9 7 3 3 1 5 2 2
4.2.2.1 Kecerahan
Berdasarkan nilai kecerahan dari dua lokasi yang telah di ukur pada tempat
mencapai 5 meter (500 cm) juga. Hal ini bisa disebabkan karena adanya
permukaan air. Selain itu, adanya awan dan debu diudara dapat mengurangi
jumlah dan intensitas cahaya yang sampai di permukaan air setelah menjelajahi
4.2.2.2 Arus
Berdasarkan data pengukuran kecepatan arus yang diperoleh dari dua lokasi
yaitu Pulau Menjangan Besar dan Cemara Besar masing-masing memiliki nilai
yang berkisar 0,04-0,07 m/s untuk Menjangan Besar dan 0.03 – 0.09 m/s untuk
Cemara Besar. Proses pembelokan arah aliran arus ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, jika angin bertiup cukup seragam dari arah barat, maka
akan menggerakan arah yang menuju ke arah timur. Akan tetapi karena pengaruh
karakteristik dari gesekan angin (wind stress), maka angin tersebut pada lapisan
permukaan dapat membangkitkan arus yang membentuk sudut 450 dengan arah
angin. Dengan demikian, angin yang dominasi dari arah barat akan terbelokan,
barat daya. Faktor berikutnya, pola pergerakan arus juga dipengaruhi oleh
batimetri atau topografi perairan yang dapat menyebabkan berubahnya arah arus
4.2.2.3 Gelombang
Gelombnag ini tergolong keci. Kuat lemahnya gelombang ini dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu kecepatan angin, semakin cepat angin bertiup makaakan semakin
tiupan angin makan semakin tinggi gelombang yang terbentuk; dan jarak dari
tiupan angin pada perairan terbuka (fetch), semakin panjang jarak fetch-nya,
ketinggian gelombangnya akan semakin besar (Hutabarat dan Evans, 2008 dalam
4.2.2.4 Suhu
berkisar sama yaitu 30º- 35º C. Temperatur air yang ada di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh siklus perubahan musim. Selain oleh musim, temperatur air di
suatu perairan juga dipengaruhi oleh intensitas matahari, kedalaman dan daratan
di sekelilingnya (Dewi,2009). Hutabarat (1985) menambahkan beberapa hal
Lokasi
Parameter
P. Menjangan Besar P. Cemara Besar
Fisika
Kecerahan (m) 100 % 100 %
Arus (m/s) 0.17 0.05
Gelombang (m) 0.02 0.02
Suhu (oC) 33 32
Kimia
Nitrat (ppm) 0.43185 0.4347
Fosfat (ppm) 0.03045 0.0082
Klorofil-a (ppm) -0,00713 -0,00163
Salinitas (o/oo) 22 22
Derajat Keasaman (pH) 8 8
4.2.3.1 Nitrat
Berdasarkan Uji Nitrat yang telah dilakukan didapatkan nilai yang tidak
jauh berbeda antara Menjangan Besar dan Cemara Besar yang berturut-turut
memiliki nilai 0.43185 ppm dan 0.4347 ppm. Menurut Hutagalung dan Rozak
(1997) yang menyatakan bahwa peningkatan pada kadar nitrat di suatu perairan
4.2.3.2 Klorofil-a
Menjangan Besar dan Cemara Besar yakni -0,00713 dan -0,00163. Sebaran
klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun berdasarkan kedalaman
disebabkan karena adanya suplai nutrien dalam jumlah besar melalui run-off dari
karena tidak adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun pada
dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya
konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, dimana massa
air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan (Valiela,
4.2.3.3 Fosfat
Cemara Besar menghasilkan nilai yang cukup signifikan yakni 0.03045 ppm
untuk Menjangan Besar dan 0.0082 ppm untuk Cemara Kecil. Tempat
penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan yaitu sedimen.
Umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi dan
senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Paytan
4.2.3.4 Salinitas
Nilai salinitas dari pulau Menjangan Besar dan Cemara Kecil menunjukkan
hasil yang sama yaitu sebesar 32 ppt. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
4.2.3.5 pH
Nilai pH dari pulau Menjangan Besar dan Cemara Kecil menunjukkan hasil
yang sama yakni mempunyai nilai 8. Nilai pH pada suatu perairan mempunyai
biologi perairan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
adalah substrat pasir. Faktor arus dalam keadaan pasang dan surut sangat
5.2 Saran