Secara defenitif bursa saham atau bursa efek dapat dikatakan sebagai
tempat diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar modal yang
didirikan oleh suatu badan usaha 1. Sedangkan yang dimaksud pasar modal
adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek 2. Lebih umumnya pasar modal
dikatakan sebagai sebuah tempat di mana modal diperdagangkan antara orang
yang memiliki kelebihan modal dengan orang yang membutuhkan modal untuk
investasi yang mereka butuhkan (Al Habshi,). Pasar modal di Indonesia misalnya
Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya,(BES).
1
Anoraga dan Pakarti, 2001
2
UU Pasar Modal No. 8 1995
kelebihan dana, tapi faktanya tidaklah demikian. Transaksi-transaksi yang riil
mencerminkan aliran dana dari investor kepada badan usaha yang perlu dana
hanya terjadi di pasar perdana. Itupun belum tentu investor yang membeli saham
atau obligasi di pasar perdana motifnya untuk investasi, tetapi bisa saja (sebagian
besar) mereka memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek
dari selisih nilai saham di kemudian hari (di pasar sekunder). Bahkan belum
tentu orang-orang yang membeli saham tersebut memiliki kelebihan dana, sebab
dengan dukungan sistem perbankan ribawi mereka dengan modal cekak bisa
menguasai saham yang jumlahnya berkali-lipat dari kekayaan riil yang dia
miliki, apalagi dengan mekanisme transaksi pasar modal yang memang
memungkinkan spekulasi menjadi permainan sehari-hari.
Saham diterbitkan oleh sebuah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
baik badan usaha milik swasta maupun milik pemerintah dengan tujuan untuk
mendapatkan tambahan modal dalam memperluas kegiatan usaha ataupun tujuan
lainnya. Sebagai akibatnya, maka si pembeli saham memiliki perusahaan dengan
komposisi sesuai besar saham yang dia miliki dan hak suara dalam menentukan
dewan direksi (pimpinan perusahaan) yang biasanya dipilih pada RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham). Di samping itu, pembeli saham juga mendapatkan
deviden dari bagian keuntungan usaha perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham.
3
An Nabhani, 2000.
pemegang saham bisa saja mengangkat dirinya sendiri sebagai pimpinan dan
manajemen perusahaan atau memilih pihak lain yang dianggap profesional.
Hal ini bertentangan dengan nash-nash syara’ yang menyuruh manusia untuk
memenuhi hak orang lain secara penuh atas aqad-aqad muamalah yang telah
dilakukannya.
“Siapa saja yang mengambil harta orang dan bermaksud untuk melunasinya,
maka Allah akan menolongnya untuk melunasinya. Dan siapa saja yang
mengambil harta orang dan bermaksud merusaknya, maka Allah akan merusak
orang itu.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)
“Sungguh hak-hak itu pasti akan ditunaikan kepada para pemiliknya pada hari
kiamat nanti, hingga seekor domba betina tak bertanduk akan mendapat
kesempatan membalas karena pernah ditanduk oleh domba betina bertanduk.”
(HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah).
“…Sebaik-baik orang di antara kalian, adalah yang paling baik dalam penunaian
hak (pembayaran utang, dan lain-lain).” (HR. Imam Bukhari).
Adapun obligasi merupakan salah satu alat yang digunakan oleh Perseroan
Terbatas untuk menambah permodalan selain dengan cara penerbitan saham baru
dan pinjaman bank. Obligasi bisa dikeluarkan oleh pemerintah yang kemudian
disebut Obligasi Negara atau Surat Utang Negara (SUN), BUMN dan swasta.
Obligasi yang dikeluarkan dapat dalam bentuk satuan mata uang lokal seperti
rupiah (obligasi dalam negeri) dan dalam mata uang asing seperti dollar (obligasi
internasional).
Jika dalam saham keuntungan yang diperoleh oleh para pemegangnya berupa
deviden, maka dalam obligasi para pembeli obligasi mendapatkan keuntungan
berupa bunga obligasi. Berbeda dengan saham yang merupakan tanda
kepemilikan seseorang atas perusahaan yang menerbitkannya, para pembeli
obligasi hanya memiliki tagihan kepada perusahaan penerbit sebesar nilai
nominal yang tertera dalam obligasi tersebut ditambah dengan bunganya dengan
jangka waktu tertentu.
Jadi taktik yang dilakukan para pemain saham di bursa efek adalah bagaimana
cara mendapatkan keuntungan (capital gain), baik dengan jalan menghembuskan
berita-berita bagus atas saham perusahaan tertentu sehingga para pemain lainnya
tertarik terhadap saham perusahaan tersebut, melakukan transaksi semu antara
dua tiga broker atas permintaan perusahaan tertentu (insider trading) sehingga
harganya terangkat, dan lain-lainnya. Sebaliknya, untuk mendapatkan harga yang
murah dari saham perusahaan yang sebenarnya memiliki kinerja yang bagus,
maka berbagai cara dilakukan untuk menekan harga saham tersebut (manipulasi
pasar).
Para pemain di lantai bursa sendiri belum tentu memiliki modal yang cukup
untuk membeli saham dalam jumlah yang banyak. Di sinilah peranan perbankan
ribawi dalam mengucurkan pinjamannya kepada para pedagang saham. Misalnya
untuk membeli saham tertentu yang lagi naik daun, dia membutuhkan uang
dengan jumlah tertentu, akan tetapi uang yang dimilikinya hanya 5% saja. Maka
karena harapan kenaikan harga saham dan keuntungan yang akan diperoleh, dia
berani menutup sisa kekurangannya dengan melakukan pinjaman di bank.
Di sisi lain harga saham yang terus naik, sebenarnya tidak mencerminkan kondisi
riil perusahaan-perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Turun naiknya
harga saham tidak mengikuti turun naiknya nilai aset perusahaan, bahkan
perkembangan harga saham bisa saja terlepas sama sekali dari perusahaan
penerbitnya. Turun naiknya harga saham ditentukan oleh tarik-menarik antara
permintaan dan penawaran saham di lantai bursa.
Selain berbahaya bagi perekonomian masyarakat, pasar modal dan aktivitas jual
beli saham juga merupakan suatu sarana bagi negara-negara maju, khususnya
kaum Kapitalis (para pemilik modal) untuk menjerat dan menundukkan
perekonomian nasional, serta menguasai aset-aset nasional dengan mudah tanpa
harus bersusah payah membangun infrastruktur ekonomi dan industri yang
memakan dana besar, tenaga dan waktu.
Misalnya bagi negara sekecil Singapura untuk menguasai industri dan jaringan
telekomunikasi Indonesia tidak perlu dengan membuat perusahaan baru di
Indonesia tetapi cukup dengan membeli saham Indosat dan Telkomsel. Begitu
pula bagi para konglomerat hitam yang telah menguras harta rakyat melalui
bank-bank yang telah mereka dirikan, setelah bank-bank mereka disehatkan
pemerintah dengan menyuntikkan dana ratusan trilyun sementara utang-utang
mereka telah menjadi tanggungan pemerintah, mereka kembali menguasai bank-
bank tersebut setahap demi setahap melalui pasar modal.
Hal lainnya yang bertentangan dengan syara, bahwa pasar modal menciptakan
perputaran kekayaan hanya di kalangan tertentu saja, sehingga perekonomian
yang mengandalkan pasar modal tidak akan pernah dapat menciptakan distribusi
ekonomi yang adil.
Sektor non-riil atau sektor moneter secara garis besar dapat dibagi
dalam dua kategori yakni pasar uang dan pasar modal. Pasar uang adalah
bertemunya permintaan dan penawaran terhadap mata uang lokal dan asing
atau dengan kata lain pasar yang memperdagangkan valas, sedangkan
pasar modal adalah transaksi modal antara pihak penyedia modal
(investor) dengan pihak yang memerlukan modal (pengusaha) dengan
menggunakan instrumen saham, obligasi, reksa dana dan instrumen
turunannya (derivatif instrument).
Pasar perdana adalah penjualan perdana saham dan obligasi oleh emiten
kepada para investor. Kedua pihak yang saling memerlukan ini tidak
bertemu secara langsung dalam bursa, tetapi melalui pihak perantara.
Dari penjualan saham dan efek di pasar perdana ini, pihak emiten
memperoleh dana yang dibutuhkan untuk mengembangkan usahanya.
Sedangkan pasar sekunder adalah pasar yang terjadi sesaat atau setelah
pasar perdana. Maksudnya setelah saham dan obligasi yang dibeli
investor dari emiten, maka investor tersebut menjual kembali saham dan
obligasi kepada investor lainnya, baik dengan tujuan mengambil untung
dari kenaikan harga (capital gain) maupun untuk menghindari kerugian
(capital loss). Perdagangan di pasar sekunder inilah yang secara
reguler terjadi di bursa efek setiap harinya.
Ada dua hal utama dalam pasar modal syariah yaitu indeks Islam dan
pasar modal syariah itu sendiri. Indeks Islam menunjukkan pergerakan
harga-harga saham dari emiten yang dikatagorikan sesuai syariah,
sedangkan pasar modal syariah merupakan institusi pasar modal
sebagaimana lazimnya yang diterapkan berdasarkan "prinsip-prinsip
syariah."
Indeks Islam tidak hanya dapat dikeluarkan oleh pasar modal syariah
saja tetapi juga oleh pasar modal konvensional. Bahkan sebelum
berdirinya institusi pasar modal syariah di suatu negeri, bursa efek
setempat yang tentu saja berbasis konvensional terlebih dahulu
mengeluarkan indeks Islam. Di Bursa Efek Jakarta misalnya, PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ) bekerja sama dengan PT Danareksa Invesment
Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) sebelum pasar
modal syariah sendiri diresmikan.
Dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ), dari 333 emiten yang tercatat 236
saham di antaranya tergolong sesuai syariah. Sedangkan sisanya 59
saham tergolong "haram" atau tidak sesuai dengan prinsip syariah,
seperti saham perbankan, minuman keras dan rokok. Sisanya 34 saham
tergolong syubhat seperti saham industri perhotelan dan empat saham
mudharat.
Dari uraian di atas dapat ditarik garis pemisah antara indeks Islam
dan indeks konvensional. Pertama, jika indeks Islam dikeluarkan oleh
suatu institusi yang bernaung dalam pasar modal konvensional, maka
perhitungan indeks tersebut berdasarkan kepada saham-saham yang
digolongkan memenuhi kriteria-kriteria syariah sedangkan indeks
konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek
tersebut. Kedua, jika indeks Islam dikeluarkan oleh institusi pasar
modal syari'ah, maka indeks tersebut didasarkan pada seluruh saham
yang terdaftar di dalam pasar modal syariah yang sebelumnya sudah
diseleksi oleh pengelola.
Adapun right adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham
lama untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada
proporsi dan harga tertentu.
Waran merupakan turunan dari saham biasa yang bersifat jangka panjang
dan memberikan hak kepada para pemegangnya untuk membeli saham atas
nama dengan harga tertentu.
Adapun yang dimaksud saham dalam pasar modal syariah sama dengan saham
dalam pasar modal konvensional. Hanya bedanya saham yang
diperdagangkan dalam pasar modal syariah harus datang dari emiten yang
memenuhi kriteria-kriteria syariah sebagaimana yang penulis sebutkan
dalam pembahasan indeks Islam.
Meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang
diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam
sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur riba,
serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik
spekulasi, hal itu tetap tidak membedakan pasar modal syariah dengan
pasar modal konvensional secara menyeluruh.
Dari uraian dia atas, tampak jelas bahwa bursa efek sebagai bagian dari pasar
modal bukanlah suatu lembaga perekonomian yang bersesuaian dengan Islam,
baik dari segi instrumen yang diperdagangkan, mekanisme transaksinya, dan
berbagai dampak yang ditimbulkannya.
Maka, kita sebagai muslim hendaklah selalu berpikir kritis dan rasional dengan
berpijak pada teks-teks syara’. Bahwa hukum pasar modal sebagai lembaga
ekonomi Kapitalis sudah jelas dan tidak terlalu sulit untuk memahaminya. Begitu
pula berbagai dampak kemerosotan pasar modal sebagai suatu hal yang pasti
akan terus berulang terjadi dan telah berkali-kali kita saksikan dan kita rasakan
dampaknya. Maka, sampai kapankah kita akan tetap diam dan membiarkan
sistem jahat ini terus bercokol di atas ekonomi umat.