Dasar Rasionalisme
Dasar empiris
Dunia fisik adalah nyata dan bisa ditangkap dengan panca indera.
Permasalahan muncul :
1. Ada dua fakta fisik ditangkap dengan panca indera. Apakah ada korelasi kausalatis dari fakta
ini?
Misalnya dijawab : tak ada korelasi tetapi penalra induktif membuktikan korelasi.
2. Pengalaman dipakai untuk menemukan pengetahuan dengan panca indera sebagai detektor.
Apakah pengamatan/deteksi dengan panca indera cukup akurat?
Belum tentu, karena panca indera bisa berbuat salah.
Apakah pengalaman sendiri bisa dipercaya.
Misal : suatu batang lurus dicelup dalam air kelihatan bengkok, sebenarnya tidak.
Empirisme
Wahyu
Follow me @ferypc72
Melalui intuisi jawaban suatu masalah tidak bisa dijelaskan. Sebaiknya dimasukkan sebagai hipotesis
untuk analisis selanjutnya.
Wahyu? Pengetahuan disampaikan oleh Tuhan kepada manusia lewat para nabi
Bisa jadi tidak percaya dulu dan setelah melalui pengkajian ilmiah baru percaya (didukung oleh
fakta).
Kriteria Kebenaran
Follow me @ferypc72
4. Teori Kebenaran Pragmatis
Kebenaran diukur denngan kriteria fungsional dalam kehidupan praktis (ada kegunaan
praktis) sehingga bisa dianggap benar. Pernyataan lama digantikan yang baru.
Dipercaya bahwa dalam alam ini ada wujud-wujud bersifat gaib, kekuasaannya lebih tinggi
daripada alam nyata.
Paham Animisme juga bertumpu pada alam gaib (supranatural) ini. Dalam benda-benda
pohon besar dan tua terdapat ruh-ruh gaib.
Paham Naturalisme menolak kepercayaan ini.
Materialisme juga sepaham dengan Naturalisme.
Pendapatnya adalah : gejala-gejala alam ini bukan karena kekuatan alam gaib, melainkan
kekuatan alam sendiri. Karena itu bisa dipelajari, diteliti, dianalisis, diketahui gejala tersebut.
Prinsip materialisme dikembangkan oleh DEMITRICUS (460-370 SM)
Gejalan-gejala dalam alam ditangkap oleh panca indera kita. Seperti : warna, rasa, manis,
panas, dingin. Sebenarnya hal-hal itu hanyalah hamparanatau dalam kehampaan yang
bersifat nyata, sehingga bisa dijelaskan menurut dasar kimia-fisika.
Untuk benda hidup, pendapat ini ditentang oleh kaum VITALISTIK. Hidup itu adalah sesuatu
yang unik dan berbeda secara substantif (Material).
Selanjutnya manusia memiliki kesadaran dan pikiran.
Lalu apa yang disebut kesadaran dan pikiran itu.
Fakta : Proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang
dipelajari, timbul pertanyaan, apakah pikiran itu :
Sesuatu yang berbeda dengan zat yang dipelajari?
Atau bentuk lain dari zat yang dipelajari?
Menurut aliran MONISTIK, antara pikiran dan zat itu tidak berbeda. Artinya sebstansi sama,
hanya berbeda dalam gejala karena proses berlainan. Hal ini sesuai pendapat EINSTEIN,
kesetaraan, E = MC2, energi dan massa zat itu substansi sama dan energi itu bentuk lain dari
massa zat.
Follow me @ferypc72
Benda mati dan benda hidup hanya berbeda strukturnya dan mungkin komponennya.
Berarti bila robot (=benda mati) memiliki komponen dan struktur menyamai menusia maka
robot pun bisa menjadi manusia. Kelompok MONISTIK ditentang oleh kelompok DUALISTIK.
Kelompok DUALISTIK justru membedakan antara zat dan pikiran ataupun kesadaran.
Apa yang ditangkap oleh pikiran dan perolehan pengalaman itu termasuk sifat netral
(mental attitude?).
Dengan berpikir, maka sesuatu menjadi ada. Berarti pikiran itu memiliki sifat nyata.
Misal : saya berpikir, maka saya ini ada. Kalau tidak memikirkan tentang benda tertentu,
maka benda itu tidak ada?
Jawaban filosof meta fisika : bukan begitu, benda itu ada, tetapi benda itu berada dalam
pikiran Tuhan. Namun sangat sulit untuk mengetahui pikiran Tuhan.
Memang demikianlah, makin mendalami sesuatu, maka jawaban makin berputar-
putar dan tidak jelas (keterbatasan manusia).
Kesimpulan : Pada hakekatnya, ilmu tidak bisa dilepaskan dari meta fisika. Seberapa jauh
kaitan ini tergantung pada manusia sendiri. Maka diambil kesepakatan para ilmuan :
menerima ilmu besifat pragmatis.
Kesepakatan : asumsi bahwa hukum yang mengatur alam itu ada (untuk pengembangan
ilmu). (Kalau tidak ada? Apa yang harus ditelusuri? Atau berarti ilmu itu
tidak ada?)
Follow me @ferypc72
1. Kalau kebenaran mutlak dituju, maka ilmu hanya mewujudkan tidak banyak atau
beberapa pernyataan saja!
Diantaranya : semua manusia akan mati.
2. Apakah ilmu hanya mempelajari hukum khas/spesifik? (tertentu?)
Kurang praktis (terbatas) kurang ekonomis (kalau individual atau bukan sasaran luas),
sehingga kurang manfaat.
3. Sebaiknya ilmu itu mempelajari hukum (alam) menyangkut sebagian besar populasi yang
terlibat (berarti pilihan probabilitas dan juga memasukkan deterministik dan pikiran
bebas)
Sebenarnya probabilitas itu adalah kompromi dari paham deterministik dan pikiran
bebas (pada batas-batas tertentu)
Penafsiran Probabilistik
Ada seseorang bekerja untuk menafsirkan beosk pagi hujan atau tidak dari teori
meteorologi dan geografis.
Follow me @ferypc72