Anda di halaman 1dari 10

BAGAIMAN HUKUMNYA INSMINASI

BUATAN
PENGERTIAN
Inseminasi buatan adalah peletakan
sperma ke follicle ovarian (intrafollicular),
uterus (intrauterine), cervix (intracervical),
atau tube fallopian (intratubal) wanita
dengan menggunakan cara buatan dan bukan
dengan kopulasi alami.
Teknik modern untuk inseminasi buatan
pertama kali dikembangkan untuk industri
ternak untuk membuat banyak sapi dihamili
oleh seekor sapi jantan untuk meningkatkan
produksi susu.
BAB II

 Rumusan Masalah
Hukum iseminasi buatan menurut islam
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari
segi hukum islam, maka haru di kaji dengan memakai
metode ijtihad lajim di pakai oleh para ahli ijtihad, agar
ijtihadnya sesuai dengan perinsip-perinsip dan jiwa Al-
Qur’an dan sunnah yang menjadi pengangan umat islam.
Sudah tentu ulam yang melaksanakan ijtihad tentang
maslah ini, memerlukan informasih yang cukup tentang
teknik dan proses terjadinya bayi tabung dari
cendikiawan muslimin yang ahli dalam bidang studi yang
relevan dengan maslah ini, misalnya ahli kodekteran dan
ahli biologi. Dengan pengkajian secara baik. Dapat
ditemukan hukumnya yang propesional dan mendasar.
Bayi tabung atau iseminasi buatan apabila
dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami
istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya
ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya
sendiri yang lain (bagi suami yang
berpoligami), maka islam membenarkan,
baik dengan cara mengambil sperma suami,
kemudian di suntikkan kedalam vagina atau
uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakuakan di luar rahim.
Kemudian buahnya ditanamankan kedalam
rahim istri, asala keadaan kondisi suami istri
yang yang bersangkuatan benar-benar
memerlukan cara iseminasi buatan untuk
memperoleh anak. Karena dengan cara
pembuahan alami suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
hukum Fiqih Islam. “hajat (kebutuhan yang
sangat penting itu) diperlukan seperti dalam
keadaan terpaksa. Padahal keadaan terpaksa
itu membolehkan melakukan hal-hal
terlarang.”
Sebaliknya kalau inseminasi buatan itu
dilakukan dengan bantuan donor sperma dan
atau ovum maka di haramnkan dan
hukumnya sam dengan zina. Dan sebagai
akibat hukumnya, anak sebagai hasil
isemenasi tersebuh tidak sah dan tidak
nasbnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkan.
Menurut hemat penulis, dalil-dalil syarii yang
dapat menjadi landasan hukum untuk
mengaharamkan iseminsasi buatan dengan
donor.
Ialah sebagai berikut
Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 70

     


  
  
 
   
 
70. dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak
Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[862],
Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
 
 Hadis nabi
Tidak halal bagi seorang yang beriman pada
Allah dan hari akhir meyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina
istri orang lain). Hadist riwayat Abu Daut, Al-
trimidzi dan hadist ini di pandang sahid oleh
ibnu Hibban.
PANDANGAN ISLAM TENTANG ISEMINASI

Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh


berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa
berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT.
Demikian halnya di ntara pancamaslahat yang diayomi
oleh maqashid asy-syari’ah (tujuan filosofis syariah
Islam) adalah hifdz an-nasl (memelihara fungsi dan
kesucian reproduksi) bagi kelangsungan dan
kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah
menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-
Insyirah:5-6) termasuk kesulitan reproduksi manusia
dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran dan ilmu
biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat
manusia agar mereka bersyukur dengan
menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya.

Anda mungkin juga menyukai