Anda di halaman 1dari 7

Fisiologi Sistem Saraf Otonom

Melissa Lenardi, 0906508296

I. Pendahuluan

Secara umum, sistem saraf dibagi menjadi 3 divisi, yaitu divisi afferent (yang akan menerima stimulus sensori dan
visceral) kemudian dilanjutkan ke sistem saraf pusat (yang merupakan kompleks otak dan korda spinalis) yang akan
memberikan perintah ke divisi efferent yang terdiri dari sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.

Pembasan laporan tugas mandiri kali ini akan difokuskan kepada sistem saraf otonom yang terdiri dari 2 golongan besar,
yakni Sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang sama-sama akan menginervasi otot polos, otot jantung,
serta kelenjar yang akhirnya akan mempengaruhi kerja organ tertentu berdasarkan rangsangan yang diterimanya.

II. Isi

Sistem Saraf Otonom merupakan sistem saraf yang mengontrol fungsi viseral tubuh, yang
menginvervasi bagian otot polos, otot jatung serta berbagai kelenjar, yang akan
mempengaruhi berbagai fungsi penting dalam tubuh, seperti pengaturan denyut jantung,
tekanan arteri, perubahan dan seksresi pada saluran pencernaan, sekresi berbagai macam
kelenjar, pengosongan kandung kemih, berkeringat, perubahan suhu tubuh.

Sistem Saraf Otonom, seperti juga sistem saraf somatik, diatur berdasarkan lengkung
refleks. Impuls dimulai dari reseptor viseral, kemudian doteruskan melalui jalur otonom
aferen ke SSP, kemudian, melewati jalur eferen ke efektor sebagai respons.

II.1. Pengaturan anatomis SSO

Sistem saraf perifer dari SSO terdiri dari 2 bagian, yaitu saraf preganglion dan saraf postganglion. Badan sel saraf
preganglion terloetak pada bagian intermediolateral substansia grisea pada korda spinalis. Aksonya bermielin,
merupakan β slow-conducting fiber. Aksonnya bersinaps dengan badan sel neuron postganglion di luar SSP. Tiap akson
preganglionik menginduksi sekitar 8-9 saraf postganglion, sehingga sinyal output otonom dapat disebarkan. Akson
postganglion sebagian besar merupakan serat C tidak bermielin, yang ujungnya berhubungan dengan efektor viseral.

1
Secara anatomis, SSO dobagi menjadi 2 komponen, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Walaupun, pada sistem
pencernaan, kedua komponen ini berhubungan dengan sistem saraf enterik, sehingga sering disebut sebagai komponen
saraf ketiga.

Karakteristik Simpatis Parasimpatis


Asal/ Center/ dalam substansia grisea torakolumbal Batang otak nukleus N. III, N. VII, N. IX,
badan sel [T I – L II] pada medulla spinalis N. X, serta medulla spinalis segmen S II
—S IV; disebut kraniosakral
Letak Ganglia Dekat SSP Dekat organ target
Panjang Akson Akson preganglionik lebih pendek Akson preganglionik lebih panjang
daripada akson postganglionik daripada akson postganglionik
Percabangan Cabang lebih banyak Cabang lebih sedikit
Neurotransmiter Semua serat preganglionik: lepaskan Semua serat me’release’ ACh
Ach (kolinergik)
Banyak postganglionik : norepinefrin
(adrenergik)
Beberapa serat : kolinergik (kel
keringat dan pembuluh darah di otot
Fungsi Persiapan tubuh untuk kondisi bahaya Menjaga fungsi tubuh, penyimpanan
dan aktivitas otot energi

SARAF SIMPATIK. Untuk saraf preganglionik, semua badan sel, adanya di kornu intermediolateral substansia grisea tang
ada di torakal 1 sampai lumbal 2. Itu kenapa kita sebutnya torakolumbal division. Kemudian, sarafnya keluar dari spinal
cord melalui radiks ventral, lewat white rami communicantes (rami putih) dan masuk ke serabut saraf simpatis
(Sympathetic trunk ganglia/ STG)

Kemudian, nanti sarafnya bersinapsis dengan saraf postganglionik. Jadi, untuk beberapa saraf, mereka bentuk saraf
splanchnic dulu, baru bersinapsis, itu kenapa kita bagi lagi jadi 2 yaitu paravertebral ganglia / sympathetic trunk ganglia
dan prevertebral ganglia.
2
 Paravertebral ganglia : Badan sel dari postganglioniknya ada di dalem STG
o Organ kepala : Abis masuk ke STG, preganglionik naik, sampe ke ganglion yang paling atas ( superior cervical
ganglion). Baru deh bersinaps disana, terus langsung keluar dr STG buat inervasi organ di bagian kepala
yang diatur ini ada otot palpebrae levator, otot pupillae dilatator, kelenjar airmata, kelenjar parotid, kelenjar
submandibula, kelenjar sublingua
o Kulit dan otot : langsung bersinaps waktu masuk ke STG. Saraf postganglioniknya keluar lewat gray rami
communicantes, gabung bareng2 sama nervus spinalis buat inervasi kulit dan otot
o Jantung, paru, bronkus, organ viseral toracic : langsung bersinaps waku masuk STG, postganglioniknya nggak
pake lewat gray rami
 Prevertebral Ganglia : jadi, disini, saraf preganglioniknya cuman numpang lewat STG, terus bentuk splanchnic dulu,
baru bersinaps sama postganglioniknya (di prevertebral ganglia). Ganglia vertebral ini terbentuk anterior ke arah
ventral, deket sama aorta abdominal.
Tipe ini menginervasi organ dalam perut, limpa, hati, ginjal, usus halus, usus besar, rektum, artiole ginjal, ureter,
kandung kemih dan organ genitalia
 Serat ke medulla adrenal malah nggak bersinaps. Saraf preganglioniknya langsung pergi ke medulla adrenal
(katanya, neuron postganglioniknya udah bermodifikasi jadi sel medulla adrenal itu sendiri

SARAF PARASIMPATIK. Badan selnya ada di kornu intermediolateral subs grisea sakral II-IV dan di batang otak. Makanya
disebut kraniosakral. Berdasarkan letak badan saraf preganglionnya, saraf parasimpatik dapat dibagi menjadi beberapa
bagian, diantaranya:
 Nukleus Edinger Westhphal : Badan sel saraf preganglionnya terletak pada bagian ini, sedangkan aksonnya
bersinaps dengan saraf postganglion di ganglion cilliary.
Serat ini menginervasi iris dan otot cilliary
 Superior salivatory nucleus : Badan sel saraf preganglionnya terletak pada bagian ini, sedangkan aksonnya
bersinaps dengan saraf postganglion di :
o Pterygopalatine ganglion : saraf postganglionnya menginvervasi kelenjar air mata dan mukosa pada rongga
hidung
o Submandibular ganglion : saraf postganglionnya menginvervasi kelenjar submandibular dan sublingual
 Inferior salivatory nucleus : Badan sel saraf preganglionnya terletak pada bagian ini, sedangkan aksonnya bersinaps
dengan saraf postganglion di ganglion oticum.
Serat ini menginervasi kelenjar parotis
 Dorsal nucleus of N. X : akson preganglion an postganglion akan membentuk saraf panjang ke bagian torakal dan
abdominal viscera yang disebut ganglion terminal
 Intermediolateral of gray matter of saccral II-IV segment : serat ini akan menginervasi kolon transversal, kolon
descending, rektum, kandung kemih dan organ genitalia

II.2. Transmisi Sinyal kimia pada sinaps


Transmisi pada sinaos antara saraf preganglion dengan postganglion serta antara postganglion dengan efektor otonom
diperantarai dengan senyawa kimia meliputi asetilkolin dan norepinefrin (walaupun ada senyawa dopamin dan GnRH
yang dosekresikan oleh beberapa neuron, keduanya memberikan pengaruh eksitatorik yang sangat lambat.) Selain itu,
terdapat pula beberapa senyawa kotransmitter, seperti VIP yang bersama-sama dilepaskan bersama asetilkolin serta
ATP dan neurppeptida Y yang bersama-sama dilepaskan bersama norepinefrin.

Karena itu, SSO dibagi menjadi 2 bagian, yakni divisi kolinergik dan divisi noradrenergik. Yang termasuk divisi kolinergik
yaitu semua neuron preganglion, neuron postganglion saraf parasimpatik, neuron postganglion saraf simpatik yang
menginvervasi kelenjar keringat dan yang menginervasi vasodilatasi pembuluh darah yang menuju otot rangka .
Sedangkan neuron postganglionik saraf simpatik lain termasuk divisi noradrenergik. Pengecualian untuk medula
3
adrenal, yang kehilangan aksonnya, sehingga norepinefrin, epinefrin, dan dopaminnya langsung disekresikan lewat
aliran darah. Reseptor noradrenergik memiliki beberapa subtipe yaitu reseptor alpha adrenergik [alpha-1 (3 subunit),
alpha-2 (3 subunit)] dan reseptor beta adrenergik [beta-1, beta-2, beta-3]

Transmitter Receptor Second Messenger Net Channel Effects


Acetylcholine Nicotinic . .. ↑ Na+, ion kecil lain
Muscarinic 1 ↑ IP3, DAG ↑ Ca2+
M. 2 (jantung) ↓ cAMP ↑ K+
M. 3 ↓ cAMP
M. 4 (kelenjar) ↑ IP3, DAG
M. 5 ↑ IP3, DAG
Norephinephrine 1A, 1B, 1D ↑ IP3, DAG ↓K+
2A, 2B, 2C ↓ cAMP ↑K+, ↓ Ca2+
β1 ↓ cAMP
β2 ↓ cAMP
β3 ↓ cAMP

Berikut beberapa respons organ efektor oleh impuls otonom :


Impuls Noradernergik
Organ Efektor Response Impuls Kolinergik Tipe
Response
Reseptor
Mata
Otot Radialis Iris - 1 Kontraksi (mydriasis)
Otot Sfingter iris Montraksi (miosis) - -
Otot Silia Kontraksi untuk pengelihatan dekat β2 Relaksasi untuk pengelihatan jauh
Jantung
Nodus SA Penurunan Denyut Jantung Β1, β2 Peningkatan denyut jantung
Atrium Penurunan kontraktilitas dan Β1, β2 Peningkatan kontraktilitas dan
meningkatkan kecepatan konduksi kecepatan konduksi
Nodus AV Penurunan kecepatan konduksi Β1, β2 Peningkatan kecepatan konduksi
Sistem His-Purkinje Penurunan kecepatan konduksi Β1, β2 Peningkatan kecepatan konduksi
Ventrikel Penurunan kontraktilitas Β1, β2 Peningkatan kontraktilitas
Arteriol
Koroner Dilatasi 1, 2 Konstriksi
β2 Dilatasi
Kulit dan mukosa Dilatasi 1, 2 Konstriksi
Otot rangka Dilatasi 1 Konstriksi
β2 Dilatasi
Cerebral Dilatasi 1 Konstriksi
Paru Dilatasi 1 Konstriksi
β2 Dilatasi
Abdominal viseral - 1 Konstriksi
β2 Dilatasi
Kelenjar air liur Dilatasi 1, 2 Konstriksi
Renal - 1, 2 Konstriksi
Β1, β2 Dilatasi
Vena Sistemik - 1, 2 Konstriksi
β2 Dilatasi
Paru
Otot Brankial Kontraksi β2 Relaksasi
Kelenjar Brankial Stimulasi 1 Inhibisi

4
β2 Stimulasi
Perut
Motolitas dan nada Peningkatan 1, 1, β2 Penurunan
Sfingter Relaksasi 1 Kontraksi
Sekresi Stimulasi 2 Inhibisi
Usus
Motilitas dan nada Peningkatan 1, 1, β1, β2 Penurunan
Sfingter Relaksasi 1 Kontraksi
Sekresi Stimulaso 2 Inibisi
Kantung empedu Kontraksi β2 Relaksasi
Kandung kemih
Detrusor Kontraksi β2 Relaksasi
Trigonum, sfingter Relaksasi 1 Kontraksi
Ureter
Motilitas dan nada Peningkatan 1 Peningkatan
Rahim / Uterus Bervariasi * 1 Kontraksi (kehamilan)
β2 Relaksasi (kehamilan / tidak)
Penis Ereksi 1 Ejakulasi
Kulit
Otot pilomotor** - 1 Kontraksi
Kelenjar keringat Sekresi umum 1 Sedikit, sekresi lokal ***
Medula adrenal Sekresi E (Epinefrin) - -
Sekresi NE (Norepinefrin)
Hati - 1, β2 Glikogenolisis****
Pankreas
Asinus Peningkatan sekresi  Penurunan sekresi
Pulau-pulau Peningkatan sekresi insulin dan 2 Penurunan sekresi insulin, glukagon
glukagon β2 Peningkatan sekresi
Kelenjar air liur Banyak, sekresi cair 1 Sekresi kental dan tebal
β Sekresi amilase
Kelenjar air mata Sekresi  Sekresi
Kelenjar nasofaring Sekresi - -
Jaringan adiposa - 1, β1, β3 Lipolisis
Sel Jukstaglomerular - β1 Peningkatan sekresi renin
Kelenjar pineal - β Peningkatan sintesis dan sekresi
melatonin
* Bergantung pada tahapan menstruasi (konsentrasi estrogen, progresteron pada kehamilan / tidak)
** Otot penggerak rambut
** * Pada telapak tangan, lokasi lain yang bisa mensekresi “keringat adrenergik”
**** merupakan serangkaian reaksi biokimia, megoksidadi glukosa menjadi 2 molekul as. Piruvat

Transmisi pada ganglia simpatis


Penelitian terhadap hewan percobaan membuktikan, bahwa respon yang dihasilkan neuron postganglion dengan
stimulasi neuron preganglionik meliputi: (1) Depolarisasi cepat / fast EPSP; (2) inhibisi potensial postsinaptik
berkepanjangan (slow IPSP); (3) eksitasi potensial postsinaptik berkepanjangan (slow EPSP); (4) late slow EPSP.

Late slow EPSP bersifat berkepanjangan selama beberapa menit (bukan hanya beberapa milisekon), respon ini
memodulasi dan mengatur transmisi pada ganglia simpatis. Depolarisasi pertama dihasilkan oleh ACh oleh reseptor
nikotinik. Slow IPSP disebabkan oleh dopamin yang disekresikan oleh saraf interneuron di ganglia. Interneuron dieksitasi
pada aktivasi reseptor muskarinik. Saraf interneuron merupakan sel yang kecil dan berfluorosens (SIF cells) di ganglia.
Slow EPSP disebabkan oleh ACh pada reseptor muscarinic pada membran neuron postganglion. Late slow EPSP
dihasilkan oleh GnRH maupun sel-sel sejenis
5
II.3. Respon organ efektor pada impuls saraf Otonom
Otot polos pada dinding rongga viseral umumnya dipersarafi oleh kedua jenis sso ( noradrenergik dan kolinergik, yang
secara umum bekerja saling bertentangan. Misalnya, pada otot sfingter, walaupun keduanya merupakan eksiatori, saraf
kolinergik berfungsi sebagai dlator, sedang noradrenergik berfungsi untuk kontraksi.

Asetilkolin, biasanya tidak beredar di darah, umumnya sifatnya lokal,


dengan durasi singkat, karena adanya asetilkolinesterase dengan konsentrasi
tinggi di ujung saraf kolinergik. Sedangkan golongan noradrenergik
menyebar lebih jauh, karena merupakan aksi berkepanjangan, sehingga
norepinefrin, epinefrin, dopamin dapat ditemukan dalam plasma. Secara
umum, epinefrin dan dopamin berasal dari medulla adrenal, sedangkan
norepinefrinnyang beredar secara umum berasal dari ujung saraf
noradrenergik. Metabolisme norepinefrin dan dopamin terjadi dalam
sirkulasi darah, ujung daad simpatik, dan beberapa sel otot polos oleh enzim
MAO (Monoamina oksidase) dan COMT (Catecol O-methyltransferase); yang jika keduanya terhambat, metabolismenya
masih tergolong cepat.

Discharge Kolinergik

6
Secara umum, fungsi persarafan kolinergik, yang kebanyakan merupakan saraf parasimpatis adalah
menyokong fungsi vegetatf hidup sehari-hari, misalnya meningkatkan aktivitas pencernaan dan penyerapan
makanan, meningkatkan sekresi lambung, relaksasi sfingter pilorus. Karena sebagai “penyedia energi”,
biasanya disebut sistem saraf anabolik.

Discharge Noradrenergik
Noradrenergik secara umum digunakan pada kondisi darurat, seperti fungsi-fungsi akomodasi dan dilatasi
pupil (meningkatkan jumlah cahaya yang masuk), meningkatkan detak jantung dan tekanan darah (perfusi
yang baik untuk organ vital dan otot), kontriksi pembuluh darah kulit (menekan jumlah perdarahan). Selain
itu, noradrenergik juga menurunkan treshold dalam formasi retikular (meningkatkan kewaspadaan),
memecah glukosa dan asam lemak bebas untuk menyediakan lebih banyak energi. Disebut “preparation for
flight and fight”

Tentunya, noradrenergik juga memiliki fungsi lain, seperti menjaga tekanan darah arteriol, konsentrasinya
juga menentukan regulasi feedback sinus karotis untuk menjaga tekanan darah. Noradrenegik juga bekerja
sesaat ketika makan pada orang brpuada, maupun kelaparan.

Small granulated vesikular saraf postganglion noradrenergik mengandung ATP dan norefpinefrin, sedangkan
large granulated vesikular mengandung neuropeptide Y. ATP dan neuropeptida Y ini berfungsi sebagai
kotransmitter pada noradrenergik. Dimana, low-frequence menyebabkan pelepasan ATP, sedang high-
frequence menyebabkan pelepasan neuropeptida Y

III. Kesimpulan
Sistem saraf otonom mempersarafi berbagai kerja involunteer dalam tubuh kita, pada organ-organ viseral,
yang membantu tubuh dalam mempertahankan homeostasisnya. Kita mengenal 2 bentuk pembagian, yaitu
berdasarkan anatomis (simparis dan parasimpatis), serta pembagian menurut neurotransmitter yang
dilepaskan (kolinergik dan noradrenergik) yang fungsinya saling berlawanan.

Pada pemicu, pasien menderita rasa nyeri sampai menangis. Hal ini tentunya berhubungan dengan impuls
kolinergik dan noradrenergik yang merupakan respons dari reseptor nyeri perifer yang merupakan jaras
afferen dalam tubuh pasien. Respons ini sebenarnya merupakan respons normal terhadap rasa nyeri.

IV. Daftar Pustaka


Ganong WF. Review of Medical Physiology. 22th ed. USA: McGraw-Hill Companies. 2005

Anda mungkin juga menyukai