1. What is lysosome?
Perlu diingat bahwa protein dalam permukaan dalam membran lisosom dan enzim pencernaan itu
sendiri karena memiliki konformasi tiga dimensi yang melindungi ikatan yang rentan dari serangan
enzimatik.
1
Berdasarkan fungsinya, lisosom bekerja dengan 2 cara, yaitu
2
Akibatnya, substrat tersebut terakumulai dan menyebabkan gangguan fungsi jaringan maupun sel.
LSD dapat diaibatkan oleh beberapa penyebab, antara lain:
sintesis protein tertentu yang secara katalitik dapat menginaktifkan enzim normal pada
lisosom
kesalahan pada proses transisional dari protein enzim lisosom seperti gagalnya penempelan
terminal mannose-6-phospate yang menyebabkan protein enzim tidak ditranspor ke lisosom
kurangnya activator enzim atau protein protector
kurangnya protein activator substrate yang berikatan dengan substrate kemudian
menginduksi proses hidrolisis
kurangnya protein transport yang akan mensekresikan hasil cernaan lisosom ke sitosol
LSD dapat dikategorikan berdasarkan enzim yang mengalami defisiensi serta jenis substrat yang
terakumulasi akibat defisiensi enzim tersebut. Sebagai contoh, mucopolysaccharidoses (“MPS”
disease) dikelompokkan dalam satu kategori karena sama-sama disebabkan oleh defisiensi enzim
yang menyebabkan akumulasi substrat glikosaminoglikan. Terdapat kategori LSD sebagai berikut:
3
g. Multidefisiensi terhadap enzim lisosomal. Contoh penyakit jenis ini adalah
galactosialidosis, mucolipidosis II, mucolipidosis III.
h. Kegagalan degradasi polipeptida (pycnodysostosis). Contoh penyakit jenis ini adalah
pycnodysostosis
Pada penyakit Danon (LSD), selain dianosis, terdapat beberapa tanda dan gejala yang dapat disebut
“red flags” yang muncul pada penderita LSD:
Bentuk wajah yang tidak normal (terkadang dengan lidah yang membesar)
Lisosom merupakan pusat siklus sel yakni organel yang memecah makromolekul menjadi produk
yang berguna dalam pembentukan materi sel yang baru. Jika terjadi LSD yakni berkurangnya spesifik
protein/enzim maka siklus tersebut terganggu. Makromolekul tidak dapat dipecah dan menimpuk di
dalam sel hingga akhirnya memunculkan berbagai gejala fisisk (physical symptoms):
4
Hepatomegali: Pembesaran dari hati yang umumnya terdapat pada penderita LSD. Hal
ini disebabkan oleh akumulasi substrat tertentu pada hati akibat tidak defisiensi/ delesi
enzim tertentu pada lisosom. Akibatnya fungsi vital hati seperti penawaran racun di
darah, perombakan komponen darah, dan penyimpanan glikogen menjadi terganggu
Umbilical hernia: lemahnya otot yang membatasi abdomen. Hernia ini menyebabkan
bagian dari organ dalam, umumnya bagian dari usus halus menonjol ke luar di sekitar
pusar
Hidrocephalus: penekanan otak oleh akumulasi air di kantung sekitar otak
menyebabkan sakit kepala, perubahan tingkah laku, kadang cedera otak yang permanen
Dysostosis multiplex: perubahan yang menyeluruh pada tulang penderita LSD yang
bermanifestasi pada perubahan fisik dan postur tubuh penderita
Pasien yang menderita LSD harus menjalani berbagai perawatan medis. Karena penyakit ini
menyerang banyak bagian tubuh, pasien pun harus berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter-
dokter spesialis tergantung bagian tubuh mana yang sakit. Berhubung tidak ada cara penyembuhan
yang terspesialisasi untuk mengobati masalah gangguan enzim, perawatan difokuskan sebagai
pengobatan simtomatik.
Berikut ini adalah cara penyembuhan atau pengobatan untuk mengatasi gangguan enzim, yaitu:
Sel ditransplantasi dari orang yang sehat ke pasien LSD. Tujuan dari BMT atau HSCT adalah
untuk menyediakan stem cell yang dapat memproduksi enzim yang hilang atau kurang pada
penderita LSD. Walaupun demikian, ada risiko penolakan tubuh terhadap transplantasi dan
munculnya komplikasi lain.
ERT adalah pemberian enzim yang hilang secara langsung ke sistem sirkulasi. Tujuan dari ERT
adalah untuk menyediakan jumlah yang tepat dari enzim sehingga dapat mencerna substrat.
SSI adalah pemberian obat secara oral yang akan menghambat produksi dan akumulasi substrat
yang tidak tercerna oleh lisosom. Perawatan ini berpotensi untuk diberikan pada penderita LSD
dengan gangguan sistem saraf pusat atau sebagai pendukung untuk perawatan lain.
Terapi inhibisi substrat diperkenalkan pada tahun 2002 untuk penderita Gaucher tipe I di mana
tidak dapat diberikan pengobatan terapi penggantian enzim. Sekarang ini sedang dikembangkan
pengobatan inhibisi substrat untuk penderita Gaucher, Fabry, GM2-gangliosidosis (Tay-Sachs,
Sandhoff, GM2 activator), dan Niemann-Pickk tipe C.
Sumber Bacaan :
1. http:// www.lysosomallearning.com
2. Galagher, Murphy. “Lysosome”.
http://sun.menloschool.org/~cweaver/cells/e/lysosomes. 14 Februari 2010
5
3. L. Sherwood. Human Physiology :From Cells to System 5 th ed. USA:Brooks/Cole-Thomson
Learning 2007: 29-30
4. Robbins. Basis Pathology 7th ed. Philadelphia : Saunders 2003; 221-225
5. Campbell, Reece, Mitchell. Biologi ed.5 . Jakarta : Erlangga 1999; p.124-126
6. Gartner LP, Hiatt JL. Color Textbook of Histology. Philadelphia : Saunders 2007 : 35