Anda di halaman 1dari 6

Lembar Tugas Mandiri Pemicu 4 Modul Muskuloskeletal jumlah insidens meningkat sesuai dengan usianya.

Osteoarthris
Pendahuluan Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita dua kali lebih banyak daripada
Melissa Lenardi – 0906508296 laki-laki.

Definisi dan Epidemiologi


Klasifikasi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif
Berdasarkan patogenesisnya, OA dibedakan menjadi dua, yaitu
noninflamasi yang terutama terjadi pada orang tua, ditandai
OA primer dan sekunder.
dengan degenerasi tulang, rawan sendi, hipertrofi tulang pada
• OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang lebih
tepinya, dan perubahan membran sinovial.1 Kelainan utama
sering terjadi yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada
pada OA adalah kerusakan sendi yang diikuti dengan penebalan
hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen
perubahan lokal pada sendi
dan peradangan ringan pada sinovium, sehingga sendi yang
• OA sekunder adalah OA yang didasari kelainan endokrin,
bersangkutan membentuk efusi. OA umumnya menyerang
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan
penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang berat
makro serta imobilisasi yang terlalu lama. 3
badan, terutama sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan
servikal.2 Etiopatogenesis
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu Pada awalnya, OA dikaitkan dengan proses penuaan, namun
mencapai 15.5% pada pria dan 12.7% pada wanita. Pasien OA saat ini pakar menemukan bahwa OA merupakan penyakit
biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau gangguan homoeostasis dari metabolisme kartilago dengan
jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya
yang lebih berat, nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga masih belum jelas diketahui. Diduga kekas mekanis dan kimiawi
sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang (umur, stres mekanis, penggunaan sendi berlebihan, defek
cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA memiliki anatomik, obesitras, genetik, humoral dan faktor kebudayaan)
dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk
maupun negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta degredasi kartilago didalam cairan sendi yang mengakibatkan
orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada terjadi inflamasi sendi, kerussakan kondrosit dan nyeri. 3
abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih
besar karena semakin banyak populasi berusia lanjut.3 OA perdefinisi adalah destruksi tulang rawan sendi / articular
cartilage (chondrolysis) sebagian akibat kegagalan khondrosit
Osteoarthritis merupakan masalah muskuloskeletal yang paling untuk mempertahankan keseimbangan normal antara sintesis
sering terjadi, jumlah prevalensinya mencapai 21 juta, dengan
dan degradasi matriks sehingga terjadi edema di subchondral collagen VI, tenascine) Ruangan periseluler membatasi
dan timbul hipertrofi tulang rawan/osteofit dan akhirnya reaksi khondrosit dengan matrix extraselular. matrix extraselular yang
radang sinovial. Telah diketahui bahwa khondrosit artikular yang essensial terdiri dari rantai-rantai fibre collagen type II yang
avaskular merupakan satu-satunya sel yang ada di sendi dan terbenam di dalam proteoglycanes yang kaya akan bahan untuk
mempunyai kapasitas untuk mensintesis, mengorganisasi dan lubrikasi. Collagen type II bersama-sama proteoglycan diperkuat
mengatur komposisi matrik sekitarnya secara baik dan efisien.4 oleh protein lainnya eperti collagen type IX dan fibromoduline.
Bekerja menstabilisasi struktur tulang rawan. 4
Teori anabolisme dan katabolisme diperkuat dengan low
synthesis dan high degradation cartilage dapat menerangkan
terjadinya OA. Marker untuk sintesis/anabolisme kartilago yaitu
collagen type II A meningkat di sendi OA pada stadium dini tapi
menurun di serum; sedangkan Type II C telopeptide merupakan
marker degradasi / katabolisme.4

Pada gambar kedua, terlihat adanya imbalans/ketidak


seimbangan antara sintesis dan katabolisme pada proses
terjadinya OA Proses anabolik dimotori oleh stimulasi
pembentukan collagen type II, proteoglygan dan enzim inhibitor
terhadap TGFB sedangkan di sisi lainnya proses katabolisme
terjadi dengan pelepasan sitokin pro inflamasi seperti IL-1 dan
Pada mulanya Tulang rawan sendi normal. Khondrosit normalnya TNF alpha yang dihasilkan oleh autokrin dari khondrosit. Sitokin
dikelilingi oleh ruangan yang kaya akan protein adhesion dan tersebut memproduksi enzim-enzim untuk memecah komponen
adhesines (fibronectine, collagene mineur seperti typeIX,
matriks collagen type II dan agrecane serta fibronectine menjadi kerusakan jaringan rawan sendi berlanjut, edema subkhondral
fragmen-fragmen dari fibronectine4 dan reaksi pembentukan osteofit sebagai respon tulang
subkhondral atas inflamasi melalui osteoblast4

Kemudian khondrosit juga mensekresi plasmin, plasminogen Faktor risiko


aktivator (UPA), terutama MMP (metalloproteases) yang
Berbagai faktor risiko timbulnya OA (primer) diantaranya faktor
selanjutnya mensekresi stromelysine, agrecanase, collagenase
usia, jenis kelamin, suku bangsa, genetik, kegemukan dan
dan gelatinase. yang berfungsi memecah/degradasi matriks
penyakit metabolik, cedera akibat olahraga, kelainan
makromolekul. MMP pada keadaan normal dikontrol oleh
pertumbuhan dan lain-lain. Namunperlu diingat bahwa tiap sendi
inhibitor spesifik TIMP. Proses katabolisme ini mestimulasi
memiliki biomekaniknya sendiri, sehingga faktor risiko selain
sintesis matriks seperti proteoglycans yang pada mulanya
kegemukan, genetik, jenis kelamin lebih dominan pada lokasi OA
berhasil meningkat/anabolik, akhirnya mengalami
tertentu. 3
kemunduran/insufisien untuk mengimbangi katabolisme
4
tersebut.(circle vitiosus) Usia merupakan salah satu faktor yang paling dominan.
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
Fase kongestif pada tulang subchondral, akhirnya dapat
bertambahnya usia. OA hampir tak pernah ada pada anak-anak,
menimbulkan jaringan sikatrik yang ireversibel. Merupakan
jarang pada usia di bawah 40 tahun dan sering pada usia di atas
akibat dari berlanjutnya proses tersebut di atas sehingga
60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat hormonal. Kegemukan juga meningkatkan risiko terjadinya
penuaan, karena hakikatnya perubahan tulang rawan sendi pada penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi.
penuaan berbeda dengan penuaan pada OA3 Pasien-pasien OA ternyata memiliki risiko penyakit jantung
koroner dan hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan orang
Jenis Kelamin juga turut menjadi faktor risiko. Pada tanpa OA. 3
kenyataannya wanita lebih sering terkena OA lutut dan Poli OA,
sedangkan pada laki-laki, OA lebih sering terjadi di paha, Cedera sendi akibat pekerjaan dan olahraga yang
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 menggunakan 1 jenis sendi terus menerus berkaitan dengan
tahum frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki maupun pekerjaan dan olahraga berperan dalam peningkatan jumlah
pria, namun angka pada wanita yang telah mengalami kejadian OA. Hal ini berkaitan dengan beban benturan yang
menopause meningkat dan membuktikan adanya peran berulang dan cedera traumatik (robeknya meniscus,
hormonal. 3 ketidakstabilan ligamen, menyebabkan gesekan pada tulang
rawan). 3
Suku bangsa memiliki pengaruh pada jenis OA yang diderita
berkaitan dengan cara hidup dan tingkat kelainan kongenital Kelainan kongenital dan pertumbuhan pada sendi (misalnya
dan pertumbuhannya. OA paha lebih sering terjadi pada pada pada oenyakit Oerthes dan dislokasi kongenital paha) telah
kaukasia, sedangkan jenis OA yang lain lebih sering terjadi pada dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
Indian (kulit hitam). 3 Mekanisme ini diduga berperan pada tingkat kejadian OA paha
pada laki-laki dan ras tertentu. 3
Genetik memiliki peranan cukup besar. Seorang anak dari ibu
dengan OA memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan Berbagai faktor lain seperti tingginya kepdatan tulang juga
dengan ibu yang tidak mengalami OA. Sedangkan kemungkinan secara signifikan meningkatkan angka OA, merokok yang
ibu memiliki OA pada daerah yang sama pada anak dengan OA dilaporkan menjadi faktor pelindung terjadinya OA. 3
DIP 2 kali lebih sering. Diduga hal ini diakibatkan rerjadinya
mutasi gen prokolagen II atau genstruktural tulang rawan sendi Referensi
(kolagen tipe IX dan XII), proteoglikan memiliki peran 1. Dorlan, W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. Andy
kecenderungan familial pada poli osteoarthritis. 3 Setiawan dkk., penerjemah; Herni Koesoemawati,
penyunting. Ed ke-29. Jakarta: ECG; 2002. Terjemahan
Kegemukan / berat badan berlebih secara nyata berkaitan dari: Dorland’s Illustrated Medical Dictionary
dengan memingkatnya risiko timbulnya OA baik pada wanita 2. Setyohadi B. Reumatologi Dokter Umum. Konfrensi Temu
maupun pria. Kegemukan bukan hanya berkaitan dengan OA Ilmia Reumatologi 2010; 2010. P.12-23
sendi yang menanggung beban, namin juga pada sendi lain 3. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R.
(tangan, sternoklavikula). Oleh karena itu, faktor lain selain Osteoarthritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
mekanis yang juga memiliki peranan adalah metabolik dan Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbutan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia;
2009
4. Mardjuadi A. Penggunaan Human Mesenchymal Stem
Cells untuk perbaikan tulang rawan sendi pada
Osteoarthritis. Jakarta: Media Rheuma Klinik Jakarta; 2006
OA ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan
dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matroks
makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan
(repair). OA terjadi sebagai hasil kombinasi antaradegrasasi
rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi.

Rawan sendi dapat melakukan perbaikan sendiri dimana


kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks
baru. Proses ini dipengaruhi faktor pertuumbuhan (polipeptida
yang menginduksi proliferasi dan komunikasi sel).

Pada rawan sendi pasien Oaterjadi proses penin gkatan aktivitas


fibronolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan
aktifitas fibrinogenik dan penurunan fibrinoliti. Proses ini
menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks
lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan
terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut.
Hal ini menyebabkan dilepaskannya mediator kimiari seperti
prostalglandin dan interleukin yang selanjutnya mennimbulkan
bone angina lewat subkondral yang sensitif terhadap rangsang.
Nyeri pada sendi juga mungkin diakibatkan penekanan
periosteum dan radiks saraf yang disebabkan adanya osteofit.

Anda mungkin juga menyukai