Anda di halaman 1dari 16

PERATURAN WALIKOTA DUMAI

NOMOR 47 TAHUN 2009

TENTANG

PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PENGATURAN PEMBERIAN CUTI


BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DUMAI

Menimbang : a. bahwa untuk memperlancar pelaksanaan pemberian cuti


Pegawai Negeri Sipil, dipandang perlu menunjuk pejabat-
pejabat yang diberi wewenang untuk menetapkan pemberian
cuti bagi Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungan kerjanya
masing-masing;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Walikota
Dumai yang mengatur tentang pendelegasian wewenang dan
pengaturan pemberian cuti kepada Pegawai Negeri Sipil Kota
Dumai.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 55,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara RI
Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3890);

2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan


Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 1999, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3829);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, tentang Pembentukan


Peraturan Perundangan-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125
Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti


Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor
57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3093);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang


Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3424);

7. Peraturan Daerah Nomor : 15 Tahun 2008 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Dumai
(Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2008 Nomor 8 Seri D);

8. Keputusan Walikota Dumai Nomor : 34 Tahun 2008 tentang


Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas BKD Kota Dumai.

Memperhatikan : Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara


Nomor 01/SE/1977 tanggal 25 Pebruari 1977 tentang Permintaan
dan Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA DUMAI TENTANG PENDELEGASIAN


WEWENANG DAN PENGATURAN PEMBERIAN CUTI BAGI PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI.

Bagian Pertama

Ketentuan Umum

Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan :

1. Walikota adalah Walikota Dumai;

2. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Dumai;

3. Kepala Badan/ Dinas/ Kantor adalah Kepala Badan/ Dinas/


Kantor di lingkungan Pemerintah Kota Dumai;

4. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Sekretaris


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai;

5. Kepala Bagian Sekretariat Daerah adalah Kepala Bagian


Sekretariat Daerah Kota Dumai;

6. Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Kepegawaian, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

7. Cuti Pegawai Negeri Sipil, selanjutnya disingkat dengan cuti,


adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan bagi
Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu tertentu yang
diberikan dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran
jasmani dan rohani serta untuk kepentingan PNS.
Bagian Kedua

Pemberian Cuti

Pasal 2

Walikota memberikan cuti kepada Pegawai Negeri Sipil, sepanjang


mengenai :

1. Cuti diluar tanggungan negara, selain cuti untuk persalinan


keempat dan seterusnya;

2. Semua cuti yang akan dipergunakan keluar negeri, kecuali cuti


besar untuk memenuhi kewajiban agama;

3. Cuti bagi Sekretaris Daerah;

4. Cuti bagi Staf Ahli Walikota.

Pasal 3

Walikota mendelegasikan wewenang kepada Sekretaris Daerah


untuk memberikan cuti bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
jabatan Asisten, Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor,
Direktur RSUD, Pelaksana Harian BNK, Sekretaris Korpri dan
Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Bagian
Sekretariat Daerah sepanjang mengenai :
1. cuti tahunan;
2. cuti besar;
3. cuti sakit;
4. cuti persalinan;
5. cuti karena alasan penting;
6. cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan
seterusnya.

Pasal 4

Walikota mendelegasikan wewenang kepada Asisten, Kepala


Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor, Direktur RSUD dan Sekretaris
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk memberikan cuti bagi
Pegawai Negeri Sipil yang berada dalam lingkungannya masing-
masing sepanjang mengenai :
1. Cuti tahunan;
2. Cuti besar, kecuali bagi Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan
kewajiban agama;
3. Cuti sakit;
4. Cuti bersalin;
5. Cuti karena alasan penting; dan
6. Cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan
seterusnya.

Pasal 5

Kepala Badan/Dinas dapat memberikan kuasa untuk dan atas


namanya kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis untuk memberikan
cuti bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya sepanjang
mengenai :
1. Cuti tahunan;
2. Cuti besar, kecuali bagi Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan
kewajiban agama;
3. Cuti sakit;
4. Cuti bersalin.

Pasal 6

Pemberian cuti memperhatikan kebijakan Walikota Dumai tentang


jumlah hari cuti, maupun kebijakan-kebijakan lain yang akan
ditentukan kemudian.

Bagian Ketiga

Cuti Tahunan

Pasal 7

(1)Cuti Tahunan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah


bekerja sekurang-kurangnya (satu) tahun secara terus
menerus yang lamanya 12 hari kerja sebelum dikurangi cuti
bersama dan dapat dipecah-pecah minimal 3 hari.
(2)Cuti atau sisa cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun
yang bersangkutan, dapat diambil dalam tahun berikutnya
untuk paling lama 18 hari kerja, termasuk cuti tahunan dalam
tahun yang sedang berjalan, sebelum dikurangi cuti bersama
untuk tahun sebelumnya dan tahun bersangkutan.

(3)Cuti Tahunan yang tidak diambil 2 (dua) Tahun berturut-turut


atau lebih dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling
lama 24 hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun yang
sedang berjalan, sebelum dikurangi cuti bersama untuk 2
(dua) tahun sebelumnya dan tahun bersangkutan

(4)Cuti Tahunan yang tidak diambil secara penuh dalam beberapa


Tahun, dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk cuti tahunan
yang sedang berjalan, sebelum dikurangi cuti bersama untuk
2 (dua) tahun sebelumnya dan tahun bersangkutan.

(5)Pegawai Negeri Sipil yang menjadi guru pada sekolah, baik


yang mengajar pada sekolah negeri maupun yang
dipekerjakan/ diperbantukan untuk mengajar pada sekolah
swasta yang mendapat liburan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku, tidak berhak atas cuti tahunan.

Pasal 8

(1) Permintaan cuti tahunan disampaikan selambat-lambatnya 10


hari sebelum dimulainya cuti.

(2) Permintaan cuti tahunan disampaikan kepada atasan langsung


secara hirarkis sampai kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti, sesuai dengan lampiran I Peraturan ini.

(3) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Izin Cuti Tahunan


sesuai dengan lampiran II Peraturan ini.
Bagian Keempat

Cuti Besar

Pasal 9

(1) Cuti besar diberikan kepada PNS yang bekerja secara terus
menerus selama sekurang-kurangnya 6 tahun berturut-turut,
yang lamanya maksimal 3 bulan dan tidak berhak lagi atas
cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.

(2) Cuti besar diberikan kepada PNS yang melakukan kewajiban


agama.

(3) PNS yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan,
maka tidak berhak lagi atas sisa cuti besarnya.

Pasal 10

(1) Permintaan cuti besar disampaikan selambat-lambatnya 10 hari


sebelum dimulainya cuti. Khusus cuti besar untuk memenuhi
kewajiban agama, permintaan cuti disampaikan selambat-
lambatnya 20 hari sebelum dimulainya cuti.

(2) Permintaan cuti besar disampaikan kepada atasan langsung


secara hirarkis sampai kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti, sesuai dengan lampiran III Peraturan ini.

(3) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Izin Cuti Besar


sesuai dengan lampiran IV Peraturan ini.

Bagian Kelima

Cuti Sakit

Pasal 11

(1) Cuti sakit diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang


menderita sakit lebih dari 2 (dua) hari kerja.

(2) Cuti sakit diberikan untuk jangka waktu 3 (tiga) hari sampai
dengan 14 (empat belas) hari, dengan mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan
dokter.

(3) Bagi Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari 14
(empat belas) hari, dapat diberikan cuti sakit paling lama 1
(satu) tahun, dengan mengajukan permintaan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Menteri Kesehatan.

(4) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam angka (3) dapat


ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan apabila
dipandang perlu, berdasarkan surat keterangan dokter yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.

(5) Apabila dalam jangka waktu 1 tahun 6 bulan belum sembuh,


Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diuji kembali
kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan untuk :

a. Dapat bekerja kembali diberikan uang tunggu;

b. Tidak dapat bekerja kembali, diberhentikan dengan


hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(6) Pegawai Negeri Sipil wanita yang mengalami gugur kandung


berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1,5 (satu setengah)
bulan terhitung saat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
dinyatakan gugur kandung yang dibuktikan oleh surat
keterangan dokter/bidan.

Pasal 12

(1) Permintaan cuti sakit disampaikan selambat-lambatnya 3 hari


sebelum dimulainya cuti.

(2) Khusus cuti sakit yang akan digunakan untuk berobat ke luar
negeri, permintaan cuti sakit disampaikan kepada Walikota
selambat-lambatnya 10 hari sebelum dimulainya cuti.

(3) Permintaan cuti sakit disampaikan kepada atasan langsung


secara hirarkis sampai kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti, sesuai dengan lampiran V Peraturan ini.
(4) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Izin Cuti Sakit
sesuai dengan lampiran VI Peraturan ini.

Bagian Keenam

Cuti Bersalin

Pasal 13

(1) Cuti bersalin diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil wanita


yang melakukan persalinan anaknya yang pertama, kedua
dan ketiga, selama 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan
sesudah persalinan.

(2) Pegawai Negeri Sipil yang mengambil cuti bersalin kurang dari
1 (satu) bulan sebelum persalinan, maka haknya sesudah
persalinan tetap 2 (dua) bulan.

(3) Untuk persalinan keempat dan seterusnya diberikan cuti diluar


tanggungan negara.

(4) Apabila menjelang persalinan keempat dan seterusnya


tersebut, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih
mempunyai hak atas cuti besar, dapat menggunakan cuti
besar tersebut sebagai cuti persalinan.

Pasal 14

(1) Permintaan cuti bersalin disampaikan selambat-lambatnya 10


hari sebelum dimulainya cuti, dengan melampirkan surat
keterangan dokter, termasuk keterangan tentang prakiraan
hari persalinan.

(2) Permintaan cuti bersalin disampaikan kepada atasan langsung


secara hirarkis sampai kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti, sesuai dengan lampiran VII Peraturan ini.

(3) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Izin Cuti Bersalin


sesuai dengan lampiran VIII Peraturan ini.
Bagian Ketujuh

Cuti Karena Alasan Penting

Pasal 15

(1) Cuti karena alasan penting diberikan kepada Pegawai Negeri


Sipil yang ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua
atau menantu sakit keras atau meninggal dunia, atau Pegawai
Negeri Sipil yang melangsungkan perkawinan pertama, paling
lama 2 (dua) bulan, tergantung alasan pentingnya.

(2) Dalam hal mendesak, sehingga Pegawai Negeri Sipil yang


bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari pejabat
yang berwenang memberikan cuti, maka harus mengajukan
permintaan izin sementara kepada atasan langsungnya yang
jangka waktunya maksimal separoh dari jumlah hari cuti yang
disampaikan.

(3) Pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam angka


(2) diatas, harus segera diberitahukan kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti oleh pejabat yang memberikan
izin sementara.

(4) Pejabat yang berwenang memberikan cuti, memberikan cuti


karena alasan penting setelah menerima pemberitahuan
sebagaimana angka (3).

Pasal 16

(1) Permintaan cuti karena alasan penting untuk melangsungkan


pernikahan pertama disampaikan selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum dimulainya cuti.

(2) Cuti karena alasan penting untuk melangsungkan pernikahan


pertama, melampirkan Surat Persetujuan Melangsungkan
Pernikahan dari pejabat yang berwenang.

(3) Pejabat yang berwenang sebagaimana tersebut pada ayat (2)


pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

(4) Permintaan cuti karena alasan penting disampaikan kepada


atasan langsung secara hirarkis sampai kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti, sesuai dengan lampiran IX
Peraturan ini.

(5) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Izin Cuti Karena


Alasan Penting sesuai dengan lampiran X Peraturan ini.

(6) Pemberian izin sementara sesuai dengan lampiran XI Peraturan


ini.

Bagian Kedelapan

Cuti Diluar Tanggungan Negara

Pasal 17

(1) Cuti diluar tanggungan negara diberikan kepada Pegawai


Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima)
tahun secara terus menerus, karena alasan-alasan pribadi
yang penting dan mendesak untuk paling lama 3 (tiga) tahun
dan dapat diperpanjang selama 1 (satu) tahun, apabila ada
alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya.

(2) Perpanjangan cuti diluar tanggungan negara sebagaimana


tercantum pada ayat (1), hanya diberikan kepada cuti diluar
tanggungan negara selain untuk persalinan keempat dan
seterusnya.

(3) Cuti diluar tanggungan negara mengakibatkan Pegawai Negeri


Sipil yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya (kecuali
cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan
seterusnya), dan jabatan yang lowong tersebut dapat segera
diisi.

(4) Selama menjalankan cuti diluar tanggungan negara, Pegawai


Negeri Sipil yang bersangkutan tidak berhak menerima
penghasilan dari negara.

(5) Selama menjalankan cuti diluar tanggungan negara tidak


diperhitungkan sebagai masa kerja Pegawai Negeri Sipil.

(6) Pegawai Negeri Sipil harus segera melaporkan diri kembali


kepada kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti
secara tertulis, setelah habis menjalankan cuti diluar
tanggungan negara.
(7) Keterlambatan pelaporan kembali oleh Pegawai Negeri Sipil
diberlakukan sebagai berikut :

a. apabila keterlambatan melaporkan diri kurang dari 6


bulan, dan alasan-alasan keterlambatannya dapat diterima
oleh pejabat yang berwenang, maka Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali pada
instansi yang bersangkutan selama masih ada lowongan.
Jika tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang
bersangkutan melaporkan secara tertulis kepada Walikota
melalui Badan Kepegawaian dan Diklat untuk
kemungkinan ditempatkan pada instansi lain. Namun jika
penempatan pada instansi lain tidak mungkin dilakukan,
maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
karena penyederhanaan organisasi, dengan mendapatkan
hak-hak kepegawaian menurut perundang-undangan yang
berlaku. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan
hormat apabila usia 50 (lima puluh) tahun dan masa kerja
20 (dua puluh) tahun.

b. apabila keterlambatan melaporkan diri kurang dari 6


bulan, tetapi alasan-alasan keterlambatannya tidak dapat
diterima oleh pejabat yang berwenang, maka Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena hal-hal lain,
dengan mendapatkan hak-hak kepegawaian menurut
perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil
diberhentikan dengan hormat apabila usia 50 (lima puluh)
tahun dan masa kerja 20 (dua puluh) tahun.

(8) Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kembali kepada
instansi induknya setelah 6 (enam) bulan masa menjalankan
cuti diluar tanggungan negara habis, diberhentikan dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena meninggalkan
tugas, dengan mendapatkan hak-hak kepegawaian menurut
perundang-undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil
diberhentikan dengan hormat apabila usia 50 (lima puluh)
tahun dan masa kerja 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 18

(1) Permintaan cuti diluar tanggungan negara disampaikan


selambat-lambatnya :

a. 10 hari sebelum dimulainya cuti diluar tanggungan negara


untuk persalinan keempat dan seterusnya;

b. 20 hari sebelum dimulainya cuti diluar tanggungan negara


selain untuk persalinan keempat dan seterusnya;

(2) Permintaan cuti diluar tanggungan negara disampaikan kepada


atasan langsung secara hirarkis sampai kepada pejabat yang
berwenang memberikan cuti, sesuai dengan lampiran XII
Peraturan ini.

(3) Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat memberikan


Persetujuan Cuti Diluar Tanggungan Negara sebagai lampiran
permintaan Surat Keputusan Cuti Diluar Tanggungan Negara
selain untuk persalinan keempat dan seterusnya, sesuai
dengan lampiran XIII Peraturan ini.

(4) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Keputusan Cuti


Diluar Tanggungan Negara sesuai dengan lampiran XIV
Peraturan ini untuk cuti diluar tanggungan negara untuk
persalinan keempat dan seterusnya atau lampiran XV
Peraturan ini untuk cuti diluar tanggungan negara selain
untuk persalinan keempat dan seterusnya.

(5) Permintaan perpanjangan cuti diluar tanggungan negara


disampaikan kepada atasan langsung secara hirarkis sampai
kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti, sesuai
dengan lampiran XVI Peraturan ini.

(6) Pejabat yang berwenang, memberikan Persetujuan


Perpanjangan Cuti Diluar Tanggungan Negara sesuai dengan
lampiran XVII Peraturan ini.

(7) Pejabat yang berwenang, memberikan Surat Keputusan


Perpanjangan Cuti Diluar Tanggungan Negara sesuai dengan
lampiran XVIII Peraturan ini.
(8) Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai menjalani cuti diluar
tanggungan negara membuat laporan tertulis yang ditujukan
kepada pejabat yang berwenang (bagi cuti diluar tanggungan
negara selain persalinan keempat dan seterusnya). Laporan
ditujukan kepada Walikota Dumai melalui Kepala Badan
Kepagawaian dan Diklat) sesuai dengan lampiran XIX
Peraturan ini.

(9) Pejabat yang berwenang, memberikan surat keputusan


pengaktifan kembali Pegawai Negeri Sipil yang diberi cuti
diluar tanggungan negara untuk persalinan keempat dan
seterusnya sesuai dengan lampiran XX Peraturan ini, atau
keputusan pengaktifan dan penempatan kembali Pegawai
Negeri Sipil yang diberi cuti diluar tanggungan negara selain
untuk persalinan keempat dan seterusnya sesuai dengan
lampiran XXI Peraturan ini, dengan ketentuan Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan telah melaporkan diri secara tertulis
dan mendapat persetujuan dari Badan Kepegawaian dan
Diklat sesuai dengan lampiran XXII Peraturan ini.

(10) Penempatan Pegawai Negeri Sipil yang diberi cuti diluar


tanggungan negara selain untuk persalinan keempat dan
seterusnya, memperhatikan lowongan dan beban kerja yang
tersedia pada instansi awal.

Bagian Kesembilan

Lain-lain

Pasal 19

Dalam hal Pemerintah menganggap perlu, serta ada kepentingan


dinas yang mendesak, cuti Pegawai Negeri Sipil dapat
ditangguhkan atau dibatalkan oleh Walikota, atau pejabat yang
berwenang memberikan cuti, sepanjang menyangkut cuti tahunan,
cuti besar dan cuti diluar tanggungan Negara selain untuk
persalinan keempat dan seterusnya sesuai dengan lampiran XXIII
Peraturan ini.
Pasal 20

Pegawai Negeri Sipil yang dibatalkan cutinya seperti tersebut pada


pasal 19 Peraturan ini, segera kembali bertugas dan melaporkan
pembatalan cutinya kepada atasan langsung yang bersangkutan.
Jangka cuti yang belum dijalankan itu tetap menjadi hak Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan pada tahun berkenaan. Jika jangka
cuti yang belum dijalankan itu tidak diambil pada tahun berkenaan,
maka sisa hak cuti tersebut hangus dan tidak dapat diperhitungkan
pada tahun-tahun berikutnya.

Pasal 21

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan, maka


pemberian cuti dalam waktu yang sama, hanya dapat diberikan
oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti sebanyak-
banyaknya 5% (lima persen) dari jumlah kekuatan pegawai yang
ada dalam lingkungannya.

Pasal 22

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan administrasi


kepegawaian, maka pejabat yang diberikan wewenang
memberikan cuti, segera memberikan tembusan surat izin cuti
yang dikeluarkan kepada Walikota melalui Badan Kepegawaian dan
Diklat, pada tanggal yang sama saat pengeluaran surat izin cuti.

Pasal 23

Agar setiap instansi membuat Kartu Cuti Pegawai Negeri Sipil


dilingkungannya masing-masing, sesuai dengan lampiran XXIV
Peraturan ini.

Pasal 24
Penandatangan Surat Izin Cuti yang dikeluarkan oleh pejabat yang
berwenang dilakukan tidak untuk atas nama (a.n.).
Pasal 25
Pegawai Negeri Sipil yang pada saat berlakunya Peraturan ini,
sedang menjalankan cuti berdasarkan peraturan lama, dianggap
menjalankan cuti berdasarkan Peraturan ini.

Pasal 26
Peraturan ini disampaikan kepada pejabat yang berkepentingan
untuk diindahkan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Pasal 27
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini, sepanjang
menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh
Walikota atau pejabat yang membidangi tugas kepegawaian.

Pasal 28
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota
Dumai.

Ditetapkan di Dumai
pada tanggal 23 Desember 2009

WALIKOTA DUMAI,

H. ZULKIFLI A.S.

Diundangkan di Dumai
pada tanggal 24 Desember 2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI,

H. WAN FAUZI EFFENDI


Pembina Utama Muda,
NIP. 19501114 197010 1 001

BERITA DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 42 SERI D

Anda mungkin juga menyukai