Anda di halaman 1dari 34

DRAF

RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …… TAHUN ……
TENTANG
PENGENDALIAN DAMPAK PRODUK TEMBAKAU
TERHADAP KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 menjamin hak setiap
orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat;
b. bahwa produk tembakau merupakan salah
satu zat adiktif yang dapat mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan individu, masyarakat,
dan lingkungan, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga diperlukan upaya
pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan;
c. bahwa pemerintah wajib mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang sehat, dengan
memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat
dan melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya yang berasal dari produk tembakau,
sehingga tercapai derajat kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat yang optimal;
d. bahwa peraturan perundang-undangan yang
ada sampai saat ini belum secara khusus dan
tegas mengatur pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pengendalian Dampak Produk
Tembakau Terhadap Kesehatan;

Mengingat: Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), dan Pasal 21 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGENDALIAN


DAMPAK PRODUK TEMBAKAU TERHADAP
KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Produk Tembakau adalah olahan tembakau yang
menghasilkan tembakau iris dan rokok.
2. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu, rokok lintingan atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman nicotin tabacum, nicotiana rustica dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, tar, dan
karbonmonoksida dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat
dalam nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan
ketergantungan.
4. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang
bersifat karsinogenik.
5. Karbonmonoksida adalah kimia senyawa antara karbon dan
oksigen yang berupa gas tanpa warna, tanpa bau, dan sangat
beracun, yang dapat menyebabkan kematian jika dihirup.
6. Pengendalian dampak produk tembakau adalah setiap kegiatan
atau serangkaian kegiatan untuk mencegah dan/atau
menangani dampak konsumsi produk tembakau, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan.
7. Iklan Rokok adalah setiap tulisan, gambar bergerak atau tidak,
tanda, simbol atau gambar visual lain, suara, atau kombinasi
dari keduanya atau lebih, yang dimaksudkan untuk
mempromosikan kepada masyarakat, langsung atau tidak
langsung, rokok atau merokok, pembelian atau penggunaan
produk tembakau, seluruh atau sebagian merek dagang produk

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20052


tembakau, dan/atau nama perusahaan rokok atau yayasan
yang bernaung di bawahnya.
8. Label Rokok yang selanjutnya disebut label adalah setiap
keterangan mengenai rokok yang berbentuk gambar dan/atau
tulisan, yang merupakan bagian dari kemasan rokok, yang
digunakan sebagai salah satu cara untuk menginformasikan
akibat dari mengkonsumsi produk tembakau terhadap
kesehatan.
9. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan
dengan produk tembakau.
10. Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang
dinyatakan dilarang untuk merokok, menjual, dan/atau
membeli produk tembakau.
11. Tempat Umum adalah tempat tertutup yang dimanfaatkan
bersama-sama untuk kegiatan masyarakat, yang dikelola oleh
negara, swasta, dan/atau masyarakat.
12. Tempat Kerja adalah setiap ruangan tertutup, bergerak atau
tidak bergerak, dimana tenaga kerja bekerja.
13. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
14. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota,
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
15. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam
bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan
berasaskan:
a. keseimbangan antara kesehatan manusia dan lingkungan
dengan nilai-nilai ekonomi;
b. kemanfaatan umum;
c. keterpaduan dan keserasian;

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20053


d. kelestarian;
e. keadilan;
f. kemandirian; dan/atau
g. transparansi dan akuntabilitas.

Pasal 3
Pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan
bertujuan untuk:
a. mencegah keinginan merokok pada setiap orang;
b. memberikan perlindungan bagi orang yang tidak merokok;
c. melindungi setiap orang dari bahaya merokok; dan
d. menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari
asap rokok.

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4
Setiap orang berhak atas udara bersih dan menikmati udara yang
bebas dari asap rokok.

Pasal 5
Setiap orang berhak atas informasi dan edukasi yang benar
mengenai produk tembakau dan bahayanya bagi kesehatan.

Pasal 6
Setiap orang berhak untuk mendapatkan penyuluhan dan/atau
bimbingan untuk berhenti merokok.

Pasal 7
Setiap orang wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
umum yang bersih dan sehat yang bebas dari asap rokok.

BAB IV
PRODUKSI DAN PENJUALAN

Bagian Pertama
Produksi

Pasal 8
1) Pelaku usaha wajib memiliki izin di bidang
perindustrian.
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20054


dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 9
(1) Pelaku usaha wajib melakukan pemeriksaan jenis dan kadar
kandungan isi dan emisi pada setiap hasil produksinya.
(2) Pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan di
laboratorium yang sudah terakreditasi.
3) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaporkan kepada pejabat yang berwenang.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pemeriksaan jenis dan kadar kandungan isi dan emisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan pelaporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 10
(1) Pelaku usaha dilarang menggunakan bahan
tambahan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan dalam proses produksi, kecuali bahan
yang sudah digunakan dalam produksi rokok kretek.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang bahan tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 11
1) Pelaku usaha wajib mendaftarkan semua produk
tembakaunya sekali sebelum diedarkan.
2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada Departemen yang bertanggung jawab dalam
bidang perindustrian.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Bagian Kedua
Penjualan

Pasal 12
Setiap orang dilarang menjual produk tembakau kepada anak di
bawah usia 18 (delapan belas) tahun.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20055


Pasal 13
Anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun dilarang menjual
atau membeli produk tembakau.
Pasal 14
Setiap orang dilarang menyuruh anak di bawah usia 18 (delapan
belas) tahun untuk menjual atau membeli produk tembakau.

Pasal 15
Setiap orang dilarang menjual rokok secara batangan kepada
konsumen.

Pasal 16
Penjualan produk tembakau dengan menggunakan mesin layan
diri dilarang.

BAB V
PENGEMASAN DAN PELABELAN

Pasal 17
Pengemasan dan pelabelan bungkus rokok wajib menggunakan
Bahasa Indonesia.

Pasal 18
Pelaku usaha dalam melakukan pengemasan dan pelabelan
dilarang menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan yang
memberikan kesan seakan-akan produk tembakau tidak
membahayakan kesehatan.

Pasal 19
Ketentuan mengenai pengemasan dan pelabelan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18, berlaku juga untuk
setiap pengemasan dan pelabelan yang lebih besar.

Pasal 20
Setiap bungkus rokok yang dijual di Indonesia wajib
mencantumkan kalimat ”Hanya untuk dijual di Indonesia”.

Pasal 21
Setiap bungkus rokok memuat paling sedikit 12 (dua belas) batang
rokok.

Pasal 22
(1) Pelaku usaha wajib memberikan informasi tentang jenis
kandungan isi dan emisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20056


9 ayat (1) pada setiap bungkus rokok.
(2) Informasi tentang jenis kandungan isi dan emisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat kandungan
kadar nikotin, tar, dan karbonmonoksida sesuai dengan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1).

Pasal 23
Pelaku usaha wajib mencantumkan informasi tentang jenis
kandungan kadar nikotin, tar, dan karbonmonoksida,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) pada label dengan
penempatan yang jelas dan mudah dibaca.

Pasal 24
Pelaku usaha wajib mencantumkan kode produksi pada setiap
kemasan produk tembakau.

Pasal 25
1) Pelaku usaha wajib mencantumkan satu atau lebih
peringatan kesehatan pada label di setiap kemasan produk
tembakau yang dijual di Indonesia dengan penempatan
yang jelas dan mudah dibaca di bagian muka.
2) Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berbentuk tulisan dan/atau gambar.
3) Tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. merokok dapat menyebabkan kematian;
b. merokok dapat menyebabkan kanker;
c. merokok dapat menyebabkan serangan
jantung;
d. merokok dapat menyebabkan impotensi;
dan/atau
e. merokok dapat menyebabkan gangguan
kehamilan dan janin.
4) Gambar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
gambar penyakit kanker, penyakit jantung, impotensi, serta
gangguan kehamilan dan janin.
5) Tulisan dan/atau gambar peringatan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. dicantumkan pada setiap kemasan pada sisi lebar
bagian muka;
b. ukurannya 50 % atau lebih dari kemasan;
c. disetujui oleh lembaga pemerintah yang
berwenang;
d. digunakan secara berganti-ganti (rotasi); dan

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20057


e. digunakan huruf besar, jelas, kelihatan, dan
meyakinkan.
6) Ketentuan lebih lanjut tentang perubahan dan/atau
penambahan tulisan dan/atau gambar sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan Menteri.

BAB VI
HARGA DAN CUKAI

Pasal 26
Pemerintah menetapkan kebijakan harga rokok dan cukai produk
tembakau untuk mengurangi konsumsi produk tembakau.

Pasal 27
Besarnya cukai produk tembakau paling sedikit 65% dari harga
penjualan.

Pasal 28
10% (sepuluh persen) dari seluruh penerimaan Negara yang
diperoleh dari cukai produk tembakau dialokasikan untuk
kepentingan masyarakat, dalam hal:
a. pemberian informasi dan edukasi dampak
negatif produk tembakau;
b. pembiayaan penelitian yang berkaitan dengan
pengendalian dampak produk tembakau;
c. pemberian jasa konseling dan penyediaan
klinik/pusat yang mengajarkan cara berhenti
merokok;
d. pemberian bantuan biaya pengobatan kepada
masyarakat miskin yang terkena dampak
produk tembakau; dan/atau
e. penyelenggaraan kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan prevensi dan promosi
kesehatan.

Pasal 29
1) Penerimaan Negara yang diperoleh dari cukai produk
tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dikelola
oleh Departemen yang bertanggung jawab dalam bidang
kesehatan dan Departemen yang bertanggung jawab dalam
bidang keuangan.
2) Departemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
membentuk badan independen yang bertanggung jawab

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20058


langsung kepada Presiden.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan
independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Presiden.

Pasal 30
Pengalokasian penerimaan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dilaporkan secara berkala kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.

BAB VII
KAWASAN TANPA ROKOK

Pasal 31
1) Pemerintah bertanggung jawab untuk melindungi
masyarakat dari dampak produk tembakau.
2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan
Kawasan Tanpa Rokok di wilayah pemerintahannya.
3) Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. tempat umum;
b. tempat kerja;
c. tempat ibadah;
d. angkutan umum;
e. tempat proses belajar mengajar; dan
f. sarana kesehatan.
4) Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f termasuk
tempat terbuka yang berada pada batas terluar tempat
tersebut.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Kawasan
Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 32
Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum, tempat kerja,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat proses belajar mengajar,
atau sarana kesehatan wajib mengupayakan terwujudnya
Kawasan Tanpa Rokok, yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.

Pasal 33
1) Setiap orang dilarang merokok, menjual, dan/atau
membeli produk tembakau di Kawasan Tanpa Rokok.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 20059


2) Larangan menjual atau membeli sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikecualikan untuk pasar swalayan.

BAB VIII
IKLAN, PROMOSI, DAN PEMBERIAN SPONSOR

Pasal 34
1) Iklan dan promosi rokok secara langsung atau tidak
langsung dilarang.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi iklan dan promosi di media cetak, media elektronik,
dan/atau media lainnya.

Pasal 35
Larangan promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
termasuk juga promosi yang dilakukan dengan memberikan
secara cuma-cuma/hadiah rokok atau produk lainnya yang
mencantumkan merek dagang rokok tersebut.

Pasal 36
1) Pemberian sponsor produk tembakau pada setiap kegiatan,
baik kegiatan pada tingkat daerah maupun tingkat
nasional, dilarang.
2) Pemberian sponsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: sponsor dalam bentuk dana, produk rokok,
dan/atau produk lainnya yang mencantumkan merek
dagang rokok tersebut.
3) Pengecualian terhadap larangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan apabila sponsor diberikan
tanpa mencantumkan merek dagang atau nama
perusahaan rokok tersebut.

Pasal 37
Media cetak, media elektronik, atau media lainnya dilarang
memperlihatkan orang yang sedang merokok.

BAB IX
KEWAJIBAN PEMERINTAH

Pasal 38
Pemerintah wajib meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai:
a. bahaya merokok bagi kesehatan;
b. pengaruh asap rokok terhadap kesehatan;

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200510


c. manfaat berhenti merokok; dan
d. manfaat hidup tanpa asap rokok.

Pasal 39
Pemerintah wajib merancang dan menerapkan program yang
efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok di lembaga
pendidikan, fasilitas layanan kesehatan, lingkungan tempat kerja,
dan/atau sarana olahraga.

Pasal 40
Pemerintah wajib memberikan jasa konseling terhadap upaya
penghentian merokok.

Pasal 41
Pemerintah wajib mengadakan pendidikan atau memasukkan
dalam kurikulum pendidikan mengenai produk tembakau dan
bahayanya bagi kesehatan.

Pasal 42
Pemerintah wajib mengembangkan dan menyebarluaskan
pedoman yang tepat, komprehensif, dan terpadu tentang upaya
pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan.

Pasal 43
Pemerintah wajib memberikan informasi dan akses mendapatkan
informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan, resiko ekonomi
dan pencemaran lingkungan karena merokok.

Pasal 44
Pemerintah wajib mengadakan pelatihan atau program sensitivitas
dan penyadaran mengenai pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan kepada petugas kesehatan, pekerja
masyarakat, pekerja sosial, kalangan media massa, kalangan
profesional, pendidik, pengambil keputusan, staf administrasi, dan
orang-orang yang peduli terhadap pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan.

Pasal 45
Pemerintah dapat mengikutsertakan masyarakat dalam
mengembangkan dan menerapkan program dan strategi lintas
sektoral untuk pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan.

Pasal 46
Pemerintah wajib mendirikan fasilitas layanan kesehatan dan

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200511


pusat rehabilitasi untuk diagnosa, konseling, pencegahan dan
perawatan ketergantungan terhadap produk tembakau.

Pasal 47
Pemerintah wajib memberi kemudahan dan keterjangkauan biaya
untuk perawatan ketergantungan terhadap produk tembakau.

Pasal 48
Pemerintah wajib meningkatkan kualitas dan menjaga
kelangsungan Kawasan Tanpa Rokok.

Pasal 49
Pemerintah wajib mengatur dan menerapkan kebijakan
pengendalian produksi dan distribusi produk tembakau untuk
mencegah perdagangan tidak sah.

Pasal 50
1) Pemerintah wajib memonitor dan mengumpulkan data
mengenai perdagangan produk tembakau yang melewati
batas Negara.
2)Tindakan memonitor dan mengumpulkan data sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku terhadap penyimpanan dan
distribusi produk tembakau di bawah suspensi pajak atau
bea di dalam wilayah yurisdiksinya.

Pasal 51
1) Pemerintah dapat melakukan pertukaran informasi
mengenai perdagangan produk tembakau dengan negara
lain.
2) Pertukaran informasi dapat dilakukan di antara petugas
bea cukai, pajak, dan instansi lain yang terkait.

Pasal 52
Pemerintah dapat melakukan kerjasama internasional dalam
melakukan pelarangan terhadap iklan dan promosi rokok, serta
pemberian sponsor produk tembakau di luar batas teritorial suatu
negara.

Pasal 53
Pemerintah dapat mengadakan kerjasama antara lembaga-
lembaga nasional, regional dan internasional dalam penanganan
perdagangan produk tembakau secara tidak sah.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200512


Pasal 54
Pemerintah memberikan penghargaan kepada orang atau badan
yang telah berjasa dalam membantu pelaksanaan pengendalian
dampak produk tembakau terhadap kesehatan.

Pasal 55
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah melakukan pengawasan
atas pelaksanaan pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan.

BAB X
PERAN MASYARAKAT

Pasal 56
Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan dalam
pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan.

Pasal 57
Peran masyarakat diarahkan untuk meningkatkan dan
mendayagunakan kemampuan yang ada dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

Pasal 58
Peran masyarakat dapat dilakukan secara:
a. perorangan;
b. kelompok;
c. badan hukum;
d. badan usaha;
e. lembaga; dan
f. organisasi.

Pasal 59
Peran masyarakat dilaksanakan melalui:
a. pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan
kebijaksanaan dan/atau pelaksanaan program pengendalian
dampak produk tembakau terhadap kesehatan;
b. penyelenggaraan, pemberian bantuan dan/atau kerja sama
dalam kegiatan penelitian dan pengembangan
penanggulangan bahaya merokok terhadap kesehatan;
c. pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana
bagi pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan;
d. pemberian bimbingan dan penyuluhan serta penyebarluasan
informasi kepada masyarakat mengenai pengendalian

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200513


dampak produk tembakau terhadap kesehatan;
e. pengawasan pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan;
f. penyediaan akses pada program pendidikan dan penyadaran
masyarakat yang komprehensif;
g. penyadaran masyarakat dan akses terhadap informasi
tentang dampak negatif/akibat merokok terhadap
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.
h. peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya
merokok, pengaruh asap rokok, manfaat berhenti merokok
dan hidup tanpa asap rokok;
i. pelatihan yang efektif dan tepat;
j. peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan; dan/atau
k. pemeliharaan kelangsungan Kawasan Tanpa Rokok yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.

Pasal 60
1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan dalam
mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.
2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam hal:
a. mengajukan penetapan Kawasan Tanpa Rokok
kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah;
b. memberikan teguran terhadap orang yang merokok
di Kawasan Tanpa Rokok; dan/atau
c. melaporkan orang yang merokok di Kawasan Tanpa
Rokok pada tempat umum atau tempat kerja
kepada pimpinan atau penanggung jawab tempat
umum atau tempat kerja tersebut.

Pasal 61
Peran masyarakat dalam upaya pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan dilaksanakan dengan berpedoman
pada Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 62
Pelaku usaha yang tidak memiliki izin di bidang perindustrian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dipidana dengan

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200514


pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 63
Pelaku usaha yang tidak melakukan pemeriksaan kadar
kandungan isi dan emisi pada setiap hasil produksinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 64
Pelaku usaha yang menggunakan bahan tambahan yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan dalam proses produksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 65
Pelaku usaha yang tidak mendaftarkan semua produk
tembakaunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 66
Setiap orang yang menjual produk tembakau kepada anak di
bawah usia 18 (delapan belas) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Pasal 67
Anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun yang menjual atau
membeli produk tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Pasal 68
Setiap orang yang menyuruh anak di bawah usia 18 (delapan
belas) tahun untuk menjual atau membeli produk tembakau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.
50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200515


Pasal 69
Setiap orang yang menjual rokok secara batangan kepada
konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 70
Pelaku usaha yang menjual produk tembakau dengan
menggunakan mesin layan diri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).

Pasal 71
Pelaku usaha yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia dalam
pengemasan dan pelabelan bungkus rokok sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Pasal 72
Pelaku usaha yang dalam melakukan pengemasan dan pelabelan
menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan yang
memberikan kesan seakan-akan produk tembakau tidak
membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 73
Pelaku usaha yang tidak mencantumkan kalimat ”Hanya untuk
dijual di Indonesia” pada setiap bungkus rokok yang dijual di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 74
Pelaku usaha yang melakukan pengemasan kurang dari 12 (dua
belas) batang rokok dalam setiap bungkus rokoknya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

Pasal 75
Pelaku usaha yang tidak memberikan informasi tentang jenis
kandungan isi dan emisi pada setiap bungkus rokok sebagaimana

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200516


dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 76
Pelaku usaha yang tidak mencantumkan informasi tentang jenis
kandungan kadar nikotin, tar, dan karbonmonoksida pada label
dengan penempatan yang jelas dan mudah dibaca sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

Pasal 77
Pelaku usaha yang tidak mencantumkan kode produksi pada
setiap kemasan produk tembakau sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).

Pasal 78
Pelaku usaha yang tidak mencantumkan peringatan kesehatan
pada label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
dan/atau tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 79
Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum, tempat kerja,
tempat ibadah, angkutan umum, tempat proses belajar mengajar,
atau sarana kesehatan yang tidak mengupayakan terwujudnya
Kawasan Tanpa Rokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 80
1) Setiap orang yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
2) Pelaku usaha yang menjual atau membeli produk tembakau
di Kawasan Tanpa Rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200517


juta rupiah).

Pasal 81
Pelaku usaha yang melakukan iklan dan promosi rokok secara
langsung atau tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
34 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

Pasal 82
Pelaku usaha yang memberikan sponsor pada setiap kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 83
Perusahaan media cetak, media elektronik, atau media lainnya
yang memperlihatkan orang yang sedang merokok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 84
Segala iklan, promosi, dan pemberian sponsor yang saat ini masih
berlangsung wajib mengikuti ketentuan pelarangan sebagaimana
dimaksud dalam Bab VIII Undang-Undang ini paling lambat 5
(lima) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

Pasal 85
Peringatan kesehatan yang saat ini masih tercantum dalam
kemasan produk tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 wajib disesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang ini
paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini berlaku.

BAB XIII
PENUTUP

Pasal 86

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200518


Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan
perundang-undangan yang mengatur atau berkaitan dengan
produk tembakau dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Pasal 87
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan
Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal………

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal………

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

YUSRIL IHZA MAHENDRA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN…NOMOR….

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200519


RANCANGAN
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR……. TAHUN……
TENTANG
PENGENDALIAN DAMPAK PRODUK TEMBAKAU
TERHADAP KESEHATAN

I. UMUM

Konsumsi produk tembakau terutama rokok sudah lama


menimbulkan masalah yang bersifat kompleks. Dalam tataran
nasional masalah konsumsi produk tembakau tidak saja
menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga menyangkut masalah
ketenagakerjaan, petani tembakau, cukai, dan lain-lain.
Sedangkan dalam tataran internasional, masalah produk
tembakau berkaitan dengan penanaman modal asing, hak cipta,
budaya, psikologi, dan politik.
Dalam kaitannya dengan bidang kesehatan, konsumsi
produk tembakau terutama rokok menjadi masalah tersendiri,
karena sebenarnya di dalam produk tembakau yang dibakar
terdapat kurang lebih 4000 (empat ribu) zat kimia yang
mengandung racun berbahaya, antara lain nikotin yang bersifat
adiktif, tar yang bersifat karsinogenik, dan karbonmonoksida.
Ketiga zat ini dapat mengakibatkan berbagai penyakit, antara lain
kanker, penyakit jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan. Di
samping itu, bagi orang yang tidak merokok apabila terkena
paparan asap rokok secara terus menerus, akan menerima resiko
lebih tinggi untuk terkena kanker paru, jantung, dan kanker lain.
Bagi bayi dan anak-anak yang terkena paparan asap rokok, akan
terkena bronkhitis, pneumonia, infeksi telinga dan kelambatan

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200520


pertumbuhan paru-paru. Meskipun dampak negatif produk
tembakau terhadap kesehatan sangat besar, ternyata konsumsi
rokok di Indonesia terus meningkat secara persisten.
Meningkatnya prevalensi merokok dari tahun ke tahun,
setidaknya menunjukkan bahwa perokok merasakan keuntungan
dari rokok secara individual. Para perokok merasakan keuntungan
yang dirasakan lebih besar jika dibandingkan dari biaya yang
dikeluarkan, sehingga terdapat anggapan keliru bahwa merokok
merupakan hak asasi dan larangan merokok di tempat umum
dianggap melanggar hak asasi seseorang. Namun, banyak perokok
tidak sepenuhnya sadar akan risiko penyakit dan kematian dini
akibat merokok (private cost). Dengan demikian, rokok
membahayakan kesehatan perokoknya sendiri dan lingkungannya.
Kesehatan lingkungan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) yang
dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pasal 28 H ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyebutkan, bahwa “Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.” Hak dasar ini tidak boleh dilanggar oleh
siapa pun serta harus dijunjung tinggi dan dihormati agar setiap
orang dapat menikmati kehidupannya dengan sejahtera. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa merokok di tempat umum
justru melanggar hak orang lain untuk menikmati udara bersih
dan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok.
Upaya pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan sebenarnya telah dilakukan Pemerintah Indonesia
dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun
1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, yang kemudian
diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2000, dan
selanjutnya dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2003. Di dalam ketiga Peraturan Pemerintah ini,
sebagian dari permasalahan rokok telah diatur. Masalah yang
telah diatur antara lain: kandungan kadar Nikotin dan Tar,
keterangan pada label, produksi dan penjualan rokok, iklan dan
promosi, Kawasan Tanpa Rokok, serta pembinaan dan
pengawasan. Namun, ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
tersebut dianggap kurang komprehensif dan belum dapat
dilaksanakan sepenuhnya dalam masyarakat, karena masih
banyaknya norma-norma larangan dan kewajiban yang tidak
diberikan sanksi secara tegas. Penyusunan Undang-Undang ini
dimaksudkan untuk mengatur pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan secara komprehensif dan
memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
Pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200521


dalam Undang-Undang ini berasaskan keseimbangan antara
kesehatan manusia dan lingkungan dengan nilai-nilai ekonomi,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, kelestarian,
keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
Sedangkan tujuan pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan yaitu untuk mencegah keinginan merokok
pada setiap orang, memberikan perlindungan bagi orang yang
tidak merokok, melindungi setiap orang dari bahaya merokok, dan
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, bebas dari asap
rokok.
Untuk mengurangi dampak produk tembakau dan
konsumsinya, Undang-Undang ini mengatur produksi dan
penjualan, pengemasan dan pelabelan, serta harga rokok dan
cukai produk tembakau yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Sementara itu, untuk mengurangi dampak produk tembakau bagi
orang yang tidak merokok, Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah menetapkan Kawasan Tanpa Rokok, yang meliputi tempat
umum, tempat kerja, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
proses belajar mengajar, dan sarana kesehatan.
Undang-Undang juga menetapkan sejumlah hak, kewajiban
dan larangan. Pelaku usaha wajib melakukan pemeriksaan jenis
dan kadar kandungan isi dan emisi pada setiap hasil produksinya,
serta memberikan informasi tentang hal tersebut kepada
konsumen dengan mencantumkan informasi tentang kandungan
kadar nikotin, tar, dan karbonmonoksida pada label dengan
penempatan yang jelas dan mudah dibaca. Sebagai upaya
penyadaran kepada perokok tentang dampak produk tembakau,
peringatan kesehatan yang berbentuk tulisan dan/atau gambar
juga wajib dicantumkan pada label di bagian muka kemasan
produk tembakau.
Adapun larangan yang diatur dalam Undang-Undang ini
meliputi larangan iklan, promosi, dan pemberian sponsor rokok,
serta larangan memperlihatkan orang yang sedang merokok.
Larangan juga dikenakan kepada orang-orang tertentu, seperti
setiap orang dilarang merokok di tempat yang telah ditetapkan
sebagai Kawasan Tanpa Rokok dan anak di bawah usia 18
(delapan belas) tahun dilarang menjual atau membeli produk
tembakau.
Selain itu, Undang-Undang menetapkan sejumlah kewajiban
kepada Pemerintah, antara lain: Pemerintah wajib meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai bahaya merokok dan pengaruh
asap rokok terhadap kesehatan, manfaat berhenti merokok, dan
manfaat hidup tanpa asap rokok. Pemerintah juga wajib
merancang dan menerapkan program yang efektif untuk
menghentikan kebiasaan merokok pada seseorang, serta

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200522


memberikan jasa konseling yang memadai terhadap upaya
penghentian merokok. Dalam penanganan perdagangan produk
tembakau secara tidak sah, Pemerintah dapat bekerjasama
dengan negara lain. Selanjutnya, Pemerintah dan/atau
Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan
pengendalian dampak produk tembakau terhadap kesehatan.
Peran masyarakat dalam pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan diakui dalam Undang-Undang ini.
Peran tersebut diarahkan untuk meningkatkan dan
mendayagunakan kemampuan yang ada dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu, masyarakat memiliki
kesempatan untuk berperan dalam mewujudkan Kawasan Tanpa
Rokok dan peran lainnya yang dapat dilaksanakan melalui
sejumlah kegiatan, baik secara perorangan, kelompok, badan
hukum, badan usaha, lembaga, maupun organisasi.
Agar upaya pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan dapat dilaksanakan secara efektif, maka
Undang-Undang ini menetapkan sanksi pidana terhadap orang
atau pelaku usaha yang melanggar ketentuan dalam Undang-
Undang ini.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas keseimbangan antara
kesehatan manusia dan lingkungan dengan nilai-nilai
ekonomi adalah bahwa pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan sama sekali tidak
mengabaikan nilai-nilai ekonomi, tetapi
menyeimbangkan antara kepentingan kesehatan
dengan kepentingan ekonomi dalam industri produk
tembakau.

Huruf b
Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan umum
adalah bahwa pengendalian dampak produk tembakau
terhadap kesehatan dilaksanakan untuk memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan
kesehatan pribadi dan umum.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200523


Huruf c
Yang dimaksud dengan asas keterpaduan dan
keserasian adalah bahwa penyelenggaraan
pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan dilaksanakan secara seimbang dalam
mewujudkan keterpaduan dan keserasian berbagai
kepentingan, baik kepentingan kesehatan, kepentingan
ekonomi (cukai), maupun kepentingan
ketenagakerjaan.

Huruf d
Yang dimaksud dengan asas kelestarian adalah bahwa
penyelenggaraan pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan khususnya ditujukan
untuk melestarikan dan menciptakan lingkungan yang
sehat dan bersih, bebas dari asap rokok.

Huruf e
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa
penyelenggaraan pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan dilakukan secara merata
kepada semua lapisan masyarakat di seluruh
Indonesia.

Huruf f
Yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah
bahwa penyelenggaraan pengendalian dampak produk
tembakau terhadap kesehatan berlandaskan kepada
kepercayaan akan kemampuan sendiri dan bukan
karena keterpaksaan dari dunia internasional.

Huruf g
Yang dimaksud dengan asas transparansi dan
akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan
pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan merupakan proses yang terbuka dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik, baik nasional
maupun internasional.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200524


Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Pemberian izin dimaksudkan untuk mempermudah
pengawasan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan laboratorium yang terakreditasi
adalah laboratorium yang telah memenuhi standar
akreditasi yang ditetapkan oleh lembaga yang
berwenang.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Larangan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
penggunaan bahan tambahan yang membahayakan bagi
kesehatan.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200525


Pasal 11
Ayat (1)
Pendaftaran berlaku juga untuk pelaku usaha yang
mempunyai lisensi dari pihak yang memproduksi di
negara asal.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Yang dimaksud dengan mesin layan diri adalah mesin
otomatis yang dapat digunakan untuk membeli rokok tanpa
ada orang yang menjual.

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Kata atau kalimat yang menyesatkan, misalnya light, mild,
atau yang sejenis/searti dengan itu.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah penjualan rokok
secara batangan.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200526


Pasal 22
Yang dimaksud dengan jenis adalah macam zat kimia
berbahaya yang terkandung dalam rokok.

Pasal 23
Cukup jelas.

Pasal 24
Cukup jelas.

Pasal 25
Cukup jelas.

Pasal 26
Cukup jelas.

Pasal 27
Cukup jelas

Pasal 28
Huruf a
Pemberian informasi dan edukasi meliputi pula
pemberitahuan dan bimbingan tentang cara-cara untuk
berhenti merokok.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Cukup jelas.

Huruf e
Cukup jelas.

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Keberadaan badan independen bersifat mandiri tanpa

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200527


intervensi dari pihak manapun. Saat ini badan
independen semacam ini, misalnya: Health Promotion
Board di Thailand dan Victoria Health Institution di
Australia.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 30
Laporan berkala dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud tempat umum antara lain: area
kegiatan anak, pusat perbelanjaan, dan
tempat/gelanggang olahraga.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud angkutan umum antara lain: bus,
mikrolet, angkutan perkotaan (angkot), metromini,
kopaja, kereta api.

Huruf e
Yang dimaksud tempat proses belajar mengajar
antara lain: sekolah, universitas, tempat kursus.

Huruf f
Yang dimaksud sarana kesehatan antara lain: rumah
sakit, puskesmas, balai kesehatan atau balai
pengobatan, dan klinik.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200528


Ayat (4)
Yang dimaksud tempat terbuka antara lain: halaman,
tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya.

Ayat (5)
Cukup jelas.

Pasal 32
Cukup jelas.

Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas

Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk tidak mematikan
kegiatan usaha.

Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan media lainnya, antara lain
media luar ruang.

Pasal 35
Cukup jelas.

Pasal 36
Ayat (1)
Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang berkaitan
dengan pertunjukan, acara olah raga, rekreasi,
pendidikan, kebudayaan atau kegiatan lainnya.

Ayat (2)
Cukup jelas

Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
kepada perusahaan rokok yang memang murni ingin
membantu masyarakat miskin (tidak mampu), misalnya
dengan memberikan beasiswa pendidikan.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200529


Pasal 37
Yang dimaksud dengan memperlihatkan orang yang sedang
merokok, antara lain: tayangan, adegan, gambar, atau foto
orang yang sedang merokok.

Pasal 38
Cukup jelas.

Pasal 39
Cukup jelas.

Pasal 40
Pemberian jasa konseling antara lain dilakukan dalam
program kesehatan dan pendidikan.

Pasal 41
Cukup jelas.

Pasal 42
Cukup jelas.

Pasal 43
Cukup jelas.

Pasal 44
Cukup jelas.

Pasal 45
Cukup jelas.

Pasal 46
Cukup jelas.

Pasal 47
Cukup jelas.

Pasal 48
Cukup jelas.

Pasal 49
Cukup jelas.

Pasal 50
Cukup jelas.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200530


Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan instansi lain yang terkait, antara
lain Departemen Perdagangan.

Pasal 52
Cukup jelas.

Pasal 53
Cukup jelas.

Pasal 54
Cukup jelas.

Pasal 55
Cukup jelas.

Pasal 56
Peran masyarakat dalam hal ini termasuk peran pelaku usaha
dalam upaya mewujudkan terbentuknya Kawasan Tanpa
Rokok di tempat umum, tempat kerja, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat proses belajar mengajar, dan sarana
kesehatan.

Pasal 57
Yang dimaksud dengan derajat kesehatan yang optimal
adalah sehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial, tidak
hanya semata-mata bebas dari penyakit.

Pasal 58
Cukup jelas.

Pasal 59
Cukup jelas.

Pasal 60
Cukup jelas.

Pasal 61
Cukup jelas.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200531


Pasal 62
Cukup jelas.

Pasal 63
Cukup jelas.

Pasal 64
Cukup jelas.

Pasal 65
Cukup jelas.

Pasal 66
Cukup jelas.

Pasal 67
Cukup jelas.

Pasal 68
Cukup jelas.

Pasal 69
Cukup jelas.

Pasal 70
Cukup jelas.

Pasal 71
Cukup jelas.

Pasal 72
Cukup jelas.

Pasal 73
Cukup jelas.

Pasal 74
Cukup jelas.

Pasal 75
Cukup jelas.

Pasal 76
Cukup jelas.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200532


Pasal 77
Cukup jelas.

Pasal 78
Cukup jelas.

Pasal 79
Cukup jelas.

Pasal 80
Cukup jelas.

Pasal 81
Cukup jelas.

Pasal 82
Cukup jelas.

Pasal 83
Cukup jelas.

Pasal 84
Cukup jelas.

Pasal 85
Cukup jelas.

Pasal 86
Cukup jelas.

Pasal 87
Cukup jelas.

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200533


TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR...

Source:
http://www.lindungikami.org/site_media/ekstern/Draf_Final_RUU_Tembakau.doc

Draft Ketujuh (final), 2 Oktober 200534

Anda mungkin juga menyukai