Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN MANAJEMEN SISTEM AGRIBISNIS

A. MENGAPA MANAJEMEN SISTEM AGRIBISNIS


B. MANAJEMEN SISTEM AGRIBISNIS
C. AGRIBISNIS
D. SISTEM
E. MANAJEMEN
 MENGAPA MANAJEMEN SISTEM AGRIBISNIS
Sebagai negara yang kaya akan berbagai sumberdaya, dapat dikatakan Indonesia pada
dasarnya merupakan negara besar agribisnis atau berpotensi sebagai negara besar agribisnis.
Berbagai aspek seperti potensi sumberdaya alam yang dimiliki, kualitas sumberdaya
manusianya, tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, potensi pasar agribisnis dalam
dan luar negara, pengembangan industri-industri penunjang agribisnis, ketersediaan dukungan
industri finansial, dukungan kebijakan pemerintah dalam pembangunan agribisnis sesungguhnya
merupakan pondasi yang tepat untuk membangun Indonesia menjadi negara agribisnis.
Hal ini telah disadari oleh semua pihak termasuk pemerintah sehingga pembangunan
agribisnis telah menjadi salah satu kebijakan pembangunan nasional, strategi pengembangan
agribisnis juga mengalami perkembangan dari waktu kewaktu, yang pada awalnya
pengembangan agribisnis hanya dilakukan untuk tanaman pangan dan hanya merupakan
tanggung jawab dinas teknis terkait, sehingga dapat dikatakan hanya merupakan pendekatan
sektor dan parsial, saat ini telah berevolusi dan berubah. Saat  ini pengembangan agribisnis
diubah menjadi pengembangan seluruh komoditi yang diterima oleh pasar, baik pasar dalam
negeri maupun pasar luar negeri, pengembangannyapun dilakukan melalui pendekatan terpadu.
Jadi pengembangan agribisnis mengalami perubahan, dulunya pendekatan per bagian menjadi
pengembangan terpadu, dulunya melalui pendekatan sektor kemudian menjadi pendekatan multi
sektor, dulunya melakukan pendekatan parsial kemudian  menjadi pendekatan sistem terpadu.
Hal ini menyebabkan pengembangan agribisnis menjadi pendekatan multi disiplin dan lintas
departemen.
Ada banyak tulisan mengenai agribisnis, ada yang menggambarkan agribisnis sebagai
total kegiatan yang berasal dari komoditi pertanian dan komoditi berasal atau yang dibuat 
berdasarkan komoditi pertanian tersebut. Adapula yang menggambarkan agribisnis sebagai
semua kegiatan di sector pertanian dimulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi,
penanganan pasca panen/pengolahan, dan pemasaran, sehingga produk tersebut sampai ke
konsumen. Dari gambaran ini, agribisnis merupakan alur hulu-hilir yang berawal dari usaha
pertanian produksi dan berakhir di konsumen. Akibatnya sisi istimewa pengembangan agribisnis
umumnya lebih mendahulukan hilir dibandingkan hulu. Fakta-fakta memperlihatkan bila terjadi
gejolak harga komoditi agribisnis maka kebijakan yang diambil pastilah lebih mementingkan
menstabilkan kondisi hilir, baru mempertimbangkan kemudian mempertimbangkan kondisi hulu.
Hal ini memperlihatkan pendekatan forward linkage (hilir) lebih diutamakan dibandingkan
pendekatan backward linkage (hulu).
Menjadi sebuah pertanyaan mengapa agribisnis hanya selalu membicarakan alur hulu-
hilir, sehingga banyak energi dan perhatian yang dicurahkan untuk hal ini. Mengapa pendekatan
pengembangan agribisnis tidak dilakukan dengan pendekatan hilir-hulu, atau bahkan melakukan
pendekatan pengembangan siklus hulu-hilir-hulu. Pendekatan siklus bagi agribisnis,
mengibaratkan agribisnis bagaikan air yang memiliki suatu siklus, dari hulu hingga ke hilir
kembali ke hulu lagi membentuk siklus agribisnis. Konsep siklus hulu-hilir-hulu akan
memperlihatkan bahwa apa yang terjadi di hilir merupakan akibat aktivitas di hulu, dan apa yang

1
terjadi di hulu akibat aktivitas di hilir sehingga antara hulu-hilir akan saling mempengaruhi.
Karenanya siklus agribisnis kompleks, memiliki interkoneksi, memiliki interdependensi inter dan
antar siklus bisnis lainnya. Untuk itu perlu dipahami apa batasan siklus, elemen pembentuknya,
bagaimana relasi antar elemen, subsiklus maupun suprasiklusnya. Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan pendekatan sistem merupakan pendekatan yang dapat menggambarkan siklus
agribisnis beserta elemen-elemen pembentuknya.
A. MANAJEMEN SISTEM AGRIBISNIS
Teori dan pengalaman dalam pengembangan agribisnis telah memberikan pemahaman
baru bagi para ahli agribisnis, pada umumnya telah sepakat bahwa agribisnis merupakan suatu
sistem yang kompleks dan dinamis sehingga pengembangan agribisnis idealnya juga
menggunakan pendekatan sistem. Pendekatan sistem agribisnis saat ini dilakukan berdasarkan
teori dan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa sistem agribisnis terdiri dan terbentuk dari
beberapa subsistem, ada yang memilah menjadi sistem hulu-hilir, ada pula  yang memilah sistem
agribisnis menjadi subsistem on farm-off farm. Apapun jenis pemilahannya, banyak kajian yang
dilakukan berdasarkan pemilahan tersebut sehingga kajian yang sering dilakukan hanya sampai
pada level subsistem saja.
Menurut ilmu sistem, subsistem merupakan sistem didalam sistem yang lebih besar
sehingga subsistem sesungguhnya masih dapat dirinci dan dipilah lagi. Subsistem merupakan
integrasi sekumpulan elemen-elemen pembentuk sistem, yang saling berhubungan satu sama
lain, yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya serta mempunyai tujuan dan sasaran
yang sama. Berdasarkan pemahaman sistem, kajian agribisnis tentulah dapat dilakukan lebih
rinci, lebih terstruktur, dan sistematis. Kajian dapat dilakukan dengan menjelaskan atau
menerangkan apa sesungguhnya yang menjadi pembentuk subsistem agribisnis tersebut.
Apakah perincian sistem agribisnis cukup hanya sampai level subsistem,  ataukah mau dirinci
lebih lanjut, itu kembali pada pertimbangan masing-masing. Hanya perlu dipahami bahwa
pendekatan sistem merupakan pendekatan yang akan memberikan penjelasan atau gambaran
bagian terkecil (elemen) pembentuk subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha untuk
mencari pengertian secara keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya, dengan
tujuan untuk memperoleh gambaran yang holistik, general dan terpadu. Ilmu sistem juga
memberikan pemahaman bahwa sistem agribisnis merupakan bagian dari sistem yang lebih
besar, lebih makro yang disebut sebagai supra sistem, dimana sistem agribisnis merupakan
bagian dari supra sistem ekonomi negara sehingga sistem agribisnis dipengaruhi dan
mempengaruhi oleh sistem ekonomi negara secara keseluruhan.  
Pendekatan sistem juga akan memberikan pemahaman bahwa sistem agribisnis tidaklah
langsung berkembang menjadi sistem yang kompleks, unik dan selalu bersifat dinamis tetapi
berevolusi dari sistem yang amat sederhana menjadi sistem yang kompleks. Ada pergeseran
orientasi pengembangan agribisnis, pada awalnya pengembangan agribisnis memiliki orientasi
agraris berkembang menjadi orientasi produktifitas, orientasi profit, orientasi industri, orientasi
berkelanjutan.
Orientasi agraris bertujuan untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri atau kelompoknya
sendiri. Ciri umum budaya agraris diantaranya adalah bersifat komunal, diikat oleh kesadaran
kolektif, terdapat ikatan emosional, hubungan dan orientasi primordial, keterkaitan dengan alam
tinggi, dan teknologi masih sederhana.
Orientasi produksi atau produktifitas bertujuan untuk meningkatkan produksi agar selain
mencukupi kebutuhan diri sendiri juga untuk disimpan atau melakukan barter dengan kelompok

2
lain. Umumnya masih bercirikan budaya agraris tetapi berusaha untuk tidak tergantung pada
alam.
Orientasi profit bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan antar
kelompok. Ciri budayanya merupakan campuran antara agraris dan pedagang.
Orientasi industri bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang terus menerus melalui
industri. Ciri budayanya telah beralih dari agraris menjadi budaya pedagang dan industri.
Orientasi budaya industri diantaranya (1) tekun, ulet, kerja keras, hemat, cermat, disiplin dan
menghargai waktu; (2) mampu merencanakan dan mengelola usaha; (3) selalu memegang teguh
asas efisiensi dan produktivitas, (4) menggunakan teknologi, (5) mempunyai motivasi yang kuat
untuk berhasil, (6) berorientasi kepada kualitas produk dan permintaan pasar, (7) berorientasi
kepada nilai tambah, (8) mampu mengendalikan dan memanfaatkan alam, (9) tanggap terhadap
inovasi, (10) berani menghadapi risiko usaha, (11) melakukan agribisnis yang terintegrasi
maupun quasi integrasi secara vertikal, (12) melakukan perekayasaan untuk mengurangi atau
menggantikan ketergantungan pada alam sehingga produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan yang diminta pasar, dan (13) professional serta mandiri dalam menentukan
keputusan
Orientasi berkelanjutan bertujuan agar agribisnis berkelanjutan dengan pertimbangan dari
berbagai segi. Ciri budayanya adalah selalu berusaha kembali kealam, bersahabat dengan alam.
Orientasi utamanya adalah teknologi tepat guna dan akrab lingkungan.
Masing-masing orientasi memiliki latar belakangnya sendiri-sendiri sekaligus
mempengaruhi tujuan  pengembangan agribisnis. Agribisnis masa datang tidaklah memilah atau
memilih orientasi tetapi memadukan semua orientasi yang ada dengan pertimbangan sistem
agribisnis itu unik, dinamis dan  selalu dipengaruhi oleh keunggulan-keunggulan komparatatis
spesifikasi lokasinya sehingga agribisnis masa datang idealnya bersifat multi orientasi.
Bagaimanapun sebagai suatu pendekatan, pendekatan sistem selain memiliki keunggulan
juga memiliki kekurangan. Untuk mengelola keunggulan maupun meminimalkan kelemahan
yang ada, diperlukan suatu manajemen sistem dan untuk sistem agribisnis diperlukan manajemen
sistem agribisnis agar sistem berjalan efisien dan efektif.
C. AGRIBISNIS
Ada beragam fakta yang membuktikan peranan agribisnis dalam pembangunan Indonesia. Data
perjalanan sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa agribisnis telah dilakukan pada zaman
nenek moyang dan menjadi penggerak ekonomi kerajaan-kerajaan dahulu. Banyak pelabuhan-
pelabuhan besar berdiri dan menjadi makmur berkat keunggulan hasil bumi Indonesia.
Seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk, pangsa pasar produk agribisnis juga
tumbuh  dengan berkembangnya kebutuhan manusia akan produk-produk agribisnis yang alami
dan ramah lingkungan. Kebutuhan dan kesadaran manusia akan bioenergi, biofarmaka, makanan
organik, bio produk lainnya akan membuat permintaan akan produk-produk agribisnis semakin
meningkat tetapi disisi lain volume sumberdaya alam (SDA) tetap bahkan ada kecenderungan
menurunnya kualitas sumberdaya alam sehingga produktifitasnya juga menurun. Adanya
peningkatan produk agribisnis tetapi disisi lain produktifitas sumberdaya alam menurun
memerlukan pendekatan agribisnis untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada untuk
memenuhi kebutuhan manusia.  
Agribisnis melibatkan multi sektor kehidupan manusia, berbagai hasil pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, berperan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Agribisnis terkait dengan pengelolaan keanekaragaman hayati dan kekayaan biodiversity
Indonesia, berperan dalam degradasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan sekaligus berperan

3
dalam upaya menjaga ketahanan Sumber Daya Alam Indonesia. Agribisnis terlibat dalam
pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik fisik dan non fisik, menjadi pembuka lapangan
kerja dan penghidupan bagi masyarakat. Agribisnis terlibat dengan pemanfaatan dan
pengembangan IPTEK dalam rentang yang lebar mulai dari yang sederhana, tepat guna, madya
hingga teknologi tinggi. Agribisnis berperan dalam pengembangan pasar berbagai jenis, tipe dan
fungsi untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen dan memuaskan produsen.
Adanya pasar agribisnis juga mengembangkan aliran distribusi barang, jasa maupun uang. Peran
lain agribisnis adalah mendorong pengembangan sektor industri keuangan dan sektor
pendukungnya. Agribisnis juga berperan  dalam pengembangan organisasi usaha, organisasi
penunjang usaha termasuk organisasi kemasyarakatan. Singkatnya agribisnis berperan dalam
manajemen SDA, SDM, IPTEK, Pasar, Finansial, Organisasi.
Peran diatas merupakan keterlibatan agribisnis bagi swasta dan masyarakat, bagi
pemerintah agribisnis berperan dalam pengembangan dan implementasi undang-undang,
peraturan-peraturan, hukum dan legalitas. Pada peta persaingan usaha, pemerintah berperan
dalam mengkondisikan peluang dan tantangan dunia usaha agar kondusif bagi pengembangan
agribisnis. Agribisnis juga mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi mikro
pemerintah dengan tujuan mencegah atau menangani kegagalan pasar. Beberapa kebijakan
pemerintah dalam mengintervensi pasar diantaranya :
 Mengontrol harga dengan penetapan harga dasar, harga maksimum dan kuota produksi.
 Menaikkan atau menurunkan pajak dan subsidi.
 Membatasi impor dengan penentuan tarif pajak dan kuota impor.        
Peran agribisnis bagi ekonomi makro dapat dilihat dari pencantuman pertanian pada posisi
teratas laporan Produk Domestik Bruto sehingga bila kebijakan ekonomi makro pemerintah
adalah untuk menjaga kestabilan pertumbuhan PDB, tentunya akan mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh agribisnis. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro terbagi menjadi kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal. Kedua kebijakan tersebut akan mempengaruhi :
 Tingkat konsumsi masyarakat luas.
 Tingkat konsumsi organisasi atau instansi pemerintah.
 Tingkat investasi.
 Pertumbuhan atau penurunan ekspor.
 Pertumbuhan atau penurunan impor.
 Tingkat inflasi dan pengangguran
 Interaksi ekonomi dengan dunia internasional
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya
mengendalikan jumlah uang yang beredar untuk mengarahkan perekonomian makro ke kondisi
yang diharapkan lebih baik. Kebijakan moneter terbagi menjadi kebijakan moneter ekspansif dan
kebijakan moneter kontraktif.  Kebijakan moneter ekspansif bila menambah jumlah uang yang
beredar dan kebijakan moneter kontraktif bila mengurangi jumlah uang yang beredar, populer
dengan sebutan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penerimaan dan
pengeluarannya. Berdasarkan perbandingan penerimaan dengan pengeluaran, terdapat 3 jenis
anggaran yaitu anggaran defisit (kebijakan fiskal ekspansif), anggaran berimbang dan anggaran
surplus (kebijakan fiskal kontraktif). Anggaran defisit (penerimaan < pengeluaran) umumnya
digunakan untuk menstimulir pertumbuhan ekonomi, anggaran surplus (penerimaan >
pengeluaran) digunakan untuk mengerem pertumbuhan ekonomi dengan cara menaikkan pajak
untuk mengurangi daya beli.

4
Ekonomi internasional memperlihatkan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif sehingga pengembangan agribisnis akan mengembangkan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif bangsa Indonesia. Untuk mengembangkan dan mempertahankan
keunggulan-keunggulan tersebut, beberapa kebijakan perdagangan internasional ditempuh oleh
suatu negara. Kebijakan perdagangan internasional dibagi menjadi kebijakan ekspor dan
kebijakan impor. Kebijakan ekspor terdiri dari kebijakan ekspor dalam negeri dan kebijakan
ekspor luar negeri. Sementara kebijakan impor terdiri dari  tarif penghalang (tariff barrier),
kebijakan non tarif dan kebijakan perdagangan antar negara (dumping dan international
cartel).     
Pasar produk agribisnis yang mendunia membuat agribisnis dipengaruhi oleh sistem
moneter internasional dengan bursa valasnya, sumber dana dan pembiayaan internasional,
pemahaman sistem pembayaran internasional, perkembangan arus modal internasional sampai
pada bisnis internasional dengan bentuk multinational corporation. Hal ini membuat
perekonomian suatu negara menjadi perekonomian terbuka.
Hal-hal diatas memperlihatkan keterlibatan dan peran agribisnis dengan berbagai sektor
sehingga layaklah bila agribisnis dipelajari untuk lebih dipahami.  Pemahaman yang akan
menimbulkan kesadaran dan keberpihakan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan
agribisnis untuk mempertahankan keunggulan komparatif dan meraih keunggulan kompetitif
agribisnis negara kita.
D. SISTEM
Alam telah memperlihatkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini berbentuk sistem, dari
sistem yang paling sederhana hingga sistem yang paling kompleks. Berbagai bentuk sistem ini
membentuk suatu jaring, yang merupakan suatu jaring kehidupan. Suatu sistem yang berada
dalam jaring kehidupan akan saling mempengaruhi dan saling tergantung satu sama lain
sehingga kondisi setiap sistem akan selalu saling terkait. Sifat-sifat tersebut membuat suatu
sistem kehidupan akan selalu berusaha membentuk dan menjaga keseimbangan hubungan antara
beragam sistem yang ada, keseimbangan hubungan yang terjadi dan terbentuk secara otomatis
karena jaring kehidupan telah memiliki caranya sendiri untuk menyeimbangkan hubungan antara
satu sistem dengan sistem lainnya.
Manusia dengan didasari oleh perasaan ingin tahu akan selalu berusaha untuk memahami sistem
dengan mempelajari dan mengamati sistem itu sendiri. Pengamatan tentulah tidak dapat
dilakukan secara serentak pada beragam sistem, tetapi harus memfokuskan pada suatu sistem
yang dipilih dengan cara membatasi sistem tersebut, dengan memberikan garis batas maya bagi
sistem yang akan diamati agar terdapat pemisahan sementara antara sistem dengan lingkungan.
Setelah adanya  batasan maya ini barulah suatu sistem dapat diamati sehingga dapat dipahami
apa pengaruh lingkungan bagi sistem, apa yang menjadi pembentuk sistem, bagaimana elemen
sistem saling berinteraksi dan berintegrasi, apa yang menjadi input sistem, output sistem,
bagaimana proses yang terjadi pada sistem dan pada akhirnya dapat memahami tujuan serta
sasaran sistem tersebut.  
Bila pengamatan difokuskan pada suatu sistem, akan terlihat bahwa sistem terbentuk dari
subsistem dan elemen, kemudian antara subsistem/elemen terhubungkan oleh aliran energi dan
untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan hubungan maka terdapat semacam aturan atau
prosedur yang mengatuh hubungan antara subsistem/elemen tersebut. Prosedur ini berfungsi
untuk menempatkan subsistem/elemen berdasarkan tugas atau peranannya dalam suatu sistem
sehingga sistem dapat berfungsi dengan baik. Selain itu prosedur juga mengatur keseimbangan
hubungan antara subsistem/elemen dalam sistem.

5
Suatu sistem yang baik akan memiliki kemampuan alamiah untuk bertahan hidup dalam
menghadapi gangguan dari dalam maupun dari luar sistem. Kemampuan-kemampuan untuk
bertahan hidup dalam kondisi minimal, kemampuan beradaptasi, fleksibel terhadap pengaruh
lingkungan, kemampuan untuk meregenerasikan diri demi mempertahankan kelangsungan hidup
dan memperbanyak diri.
Secara umum sistem dapat dikatakan merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi satu
sama lain guna mencapai satu tujuan. Memahami ilmu sistem berguna untuk mencari pengertian
keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya, dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran yang holistik, general dan terpadu. Paradigma ilmu sistem lebih menekankan adanya
generalis dan pendekatan multi disiplin untuk memahami realitas dunia nyata.
Pendekatan sistem berguna untuk melengkapi pendekatan spesialisasi. Telah terbukti secara 
ekonomi bahwa spesialisasi pada batas-batas tertentu akan sangat menguntungkan, akan
memberikan gambaran yang detil dan rinci. Hal ini terkadang menimbulkan kecenderungan
dalam mengkaji suatu masalah dilakukan semakin dalam,  detil dan rinci, sehingga terjadi over
spesialisasi.  Kajian yang over spesialisasi tidak dipungkiri merupakan kajian yang baik, yang
amat mendalam dan rinci, tetapi sayangnya sering melupakan gambaran keseluruhan sebagai
realita kehidupan. Para ahli kesisteman berpendapat bahwa kajian dunia nyata secara parsial
akan menimbulkan kesulitan untuk memahami cara kerja atau tindakan suatu sistem yang
kompleks, dinamis dan unik. Eriyatno (2003) dalam bukunya Ilmu Sistem menyatakan bahwa
teori sistem merupakan paradigma yang mempelajari sesuatu secara utuh dan berusaha mencari
pengertian secara keseluruhan melalui pengetahuan atas bagian-bagiannya. Dapat dikatakan
bahwa kajian sistem dan kajian spesialisasi akan saling melengkapi, memberikan gambaran
realita yang holistik, general, terpadu sekaligus dilengkapi dengan kajian yang mendalam, detil
dan rinci.
Berbagai teori agribisnis telah dikemukakan oleh para ahli, dan secara garis besar penggambaran
sistem agribisnis adalah sistem agribisnis hulu-hilir.  Bentuk aliran hulu-hilir pada umumnya
memilah system agribisnis kedalam 4 subsistem, yaitu:
 Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi
yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan perdagangan
agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan peralatan), dan
industri benih/bibit. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input
factor subsystem).
 Subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang
menggu-nakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu untuk
menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini
adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan,
usaha perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.
 Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yang berupa kegiatan ekonomi
yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara
maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun di pasar
internasional. Kegiatan ekonomi yang termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara
lain adalah industri pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri
pengolahan serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi
dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya. Disamping ketiga
subsistem di atas, diperlukan subsistem keempat sebagai bagian dari pembangunan
sistem agribisnis.

6
 Subsistem penunjang adalah seluruh kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis,
seperti lembaga keuangan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi,
lembaga pendidikan, dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter,
perdagangan internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).

Gambar I.1. Aliran Subsistem Agribisnis Hulu-Hilir


Penggambaran sistem agribisnis yang bertitik pangkal pada on farm (usaha tani) telah
amat membantu untuk mendiagnosis, mendisain dan mengembangkan agribisnis. Andaikan
sistem agribisnis tersebut terus menerus dirinci maka belum ada gambaran mengenai elemen
(elemen berasal dari bahasa Latin "elementum" yang artinya bagian terkecil) pembentuk sistem
agribisnis sekaligus menjelaskan elemen-elemen pembentuk subsitem-subsistem dalam sistem
agribisnis.
Di dunia realita dimana terdapat beragam sistem yang kompleks dan dinamis, maka
akan terlihat bahwa sistem agribisnis hanyalah salah satu dari bagian beragam sistem tersebut.
Gambaran diatas juga belum memberikan penjelasan bagaimana interaksi beragam sistem,
termasuk apa yang menjadi supra sistem (sistem yang lebih besar) bagi sistem agribisnis, lalu
apa peran dan pengaruh supra sistem bagi sistem agribisnis di dunia nyata, masih perlu dikaji
lagi.
Pendekatan sistem akan memberikan penjelasan atau gambaran bagian terkecil (elemen)
pembentuk subsistem karena pendekatan sistem akan berusaha untuk mencari pengertian
agribisnis secara keseluruhan melalui pengetahuan pada bagian-bagiannya, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran yang holistik, general dan terpadu. Gambaran yang diperoleh dapat
menjelaskan apa batasan sistem agribisnis, adanya batasan berarti ada lingkungan luar, seperti
apa gambaran lingkungan luas sistem agribisnis, apa elemen-elemen pembentuknya, bagaimana
bentuk hubungan antara elemen, bagaimana hubungan antara elemen dengan sistem, apa saja
inputnya, apa yang menjadi outputnya, bagaimana prosesnya, termasuk menjelaskan tujuan dan
sasaran sistem agribisnis. Bagi agribisnis pendekatan sistem akan sangat membantu dalam
manajemen agribisnis itu sendiri
E. MANAJEMEN
Pada dasarnya manajemen memiliki arti dan fungsi bagaimana sumberdaya manusia
memanfaatkan ilmu dan seni untuk mengelola sumberdaya-sumberdaya yang terbatas dalam
mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Dapat dikatakan efisien bila manajemen
menggunakan biaya yang optimal dalam mencapai tujuannya, dikatakan efektif bila manajemen
dapat mencapai tujuan dan sasaran yang secara realistis yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada
juga yang mengatakan manajemen adalah memperoleh pengerjaan sesuatu melalui orang lain (is

7
getting things done through other people) atau manajemen adalah proses pegambilan keputusan
(decision making).
Pada umumnya tahapan dalam manajemen dibagi menjadi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan & evaluasi serta perbaikan & inovasi. Dengan berkembangnya ilmu dan seni
manajemen, tahapan ini telah diadopsi dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan jenis
manajemen. Adopsi dan implementasi manajemen terjadi di berbagai sektor, dari hal yang umum
seperti manajemen SDA, manajemen SDM, Manajemen Riset IPTEK, Manajemen Pasar dan
Pemasaran, Majanemen Finansial, Manajemen Organisasi, Manajemen Strategi sampai pada hal
khusus dengan berkembangnya istilah manajemen perubahan (change manajemen), Manajemen
Ilmu Pengetahuan (Organizational Knowledge Management System), Manajemen Limbah,
Manajemen Keuangan Rumah Tangga, Manajemen Institusi Pendidikan, Manejemen Rumah
Sakit dan berbagai istilah baru lainnya.
Contoh lain manajemen adalah manajemen faktor produksi, manajemen organisasi,
manajemen proses produksi, manajemen output, manajemen distribusi dan pemasaran, supply
chain management, total quality management, HACCP, manajemen riset, manajemen sistem 
dll.  Manajemen faktor produksi lebih berfokus pada pengelolaan faktor produksi seperti bahan
baku, tenaga kerja, teknik, investasi, modal kerja, energi, lingkungan dan lain-lain. Walaupun
manajemen telah berkembang demikian beragam, dasar manajemen masih tetap sama yaitu
bagaimana memanfaatkan sumberdaya terbatas secara efisien dan efektif.
Sistem agribisnis akan selalu terkait dengan berbagai elemen dan dipengaruhi oleh
situasi kondisi bisnis secara umum. Kajian sistem agribisnis perlu menggunakan ilmu dan seni
manajemen agar pengelolaan sumberdaya dan segala sesuatu yang terkait dengan sistem dapat
dilakukan secara efisien dan efektif. Manajemen akan menjabarkan bagaimana merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi, melakukan perbaikan dan melakukan inovasi untuk
pengembangan sistem agribisnis.

Anda mungkin juga menyukai