Studi Kritik Atas Ketentuan Pasal-Pasal Terkait Undang-Undang No 9 Tahun 1998
Studi Kritik Atas Ketentuan Pasal-Pasal Terkait Undang-Undang No 9 Tahun 1998
PEMBAHASAN
1. Prespektif HAM
Pasal 23
(1) Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
Pasal 25
Moral bangsa Indonesia merupakan dimana bangsa yang memiliki budi luhur
dalam menghormati tiap saudaranya. Nilai-nilai agama merupakan nilai dengan
batasan yang tumbuh menjadi budaya pada bangsa Indonesia dan merupakan
bagian parameter moral. Keamanan dan ketertiban umum merupakan hal yang
penting dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik dan hal ini
merupakan bagian penting dalam bentuk pembatasan penyampaian pendapat di
depan umum.
Ada aspek dimana pada hakikatnya kebebasan merupakan hak asai manusia
yang hakiki dan hanya terbatasi oleh hak manusia yang lain. Menurut logika dan
analisis saya, kebebasan tanpa adanya batasan pada akhirnya pasti akan
terbatasi secara otomatis, karena pada hakikatnya setiap makhluk yang
bernyawa pasti memiliki batasan dimana makhluk itu harus mati. Sedangkan
Dzat yang tidak memiliki batasan atau kekekalan hanyalah Allah SWT. 3
Pada prinsipnya demonstrasi atau unjuk rasa merupakan reaksi dari suatu
kemungkaran yang harus dicegah atau diluruskan. Hal ini terdapat pada hadist
dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Barangsiapa diantara engkau semua melihat sesuatu kemungkaran,
maka hendaklah mengubahnya itu dengan tangannya, jikalau tidak dapat, maka
dengan lisannya dengan jalan menasihati orang yang melakukan kemungkaran
tadi -dan jikalau tidak dapat juga- dengan lisannya, maka dengan hatinya
-maksudnya hatinya mengingkari serta tidak menyetujui perbuatan itu. Yang
sedemikian itu -yakni dengan hati saja- adalah selemah-lemahnya keimanan."
(Riwayat Muslim)
Dari hadist di atas dapat dijelaskan bahwa penyampaian pendapat di muka
umum dapat dibenarkan guna mengubah kemungkaran atau keburukan, hal ini
termasuk dalam usaha ke dua yaitu menasihati dengan lisan walau hal ini
mendapat pertentangan karena ada ulama lain yang berpendapat nasihat
tersebut harus disampaikan tidak di depan umum. Akan tetapi sudah menjadi
rahasia umum bahwa penyamapaian pendapat atau nasihat dengan secara
tertutup merupakan hal yang tak berguna.
Dan perbuatan demonstrasi atau unjuk rasa merupakan bentuk jihad untuk
meluruskan penguasa agar tidak sewenang-wenang, hal ini terdapat dalam
hadist dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Seutama-
utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan
seorang sultan -pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng." Diriwayatkan
oleh Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah
hadits hasan. Dengan hadist tersebut walau tak kuat namun dapat kita
kategorikan baik, karena sedikit orang yang berani meluruskan kekuasaan yang
sewenang-wenang atau tidak adil. Dengan begitu perbuatan menuntut keadilan
dapat dikategorikan sebagai bentuk unjuk rasa atau demonstrasi. 4
8. Harus semaksimal mungkin steril dari politisasi hukum pidana.1 Modul kuliah
Bp. Kholiq “Beberapa Catatan Kritik atas Undang-undang No. 9 th 1998 Tentang
KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM dari Prespektif HAM
dan Politik Hukum Pidana” 5
Pasal 6
b. pawai.
c. rapat umum.
d. mimbar bebas.
Pasal 10
(4) Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
Pasal 11
a. maksud dan tujuan; b. tempat, lokasi, dan rute; c. waktu dan lama; d. bentuk;
e. penanggung jawab; f. nama dan alamat organisasi, kelompok atau
perorangan; g. alat peraga yang dipergunakan; dan atau h. jumlah peserta.
Dalam pasal 11 ini jelas menyatakan syarat sah nya suatu penyampaian
pendapat dimuka umum, apabila suatu syarat tidak dipenuhi maka suatu
pergerakan penyampaian pendapat dapat dibubarkan oleh aparat. Hal ini tidak
sesuai dengan tujuan awal undang – undang ini dimana masyarakat dapat
menyampaikan pendapatnya di muka umum.
Pasal 13
Pada pasal 2 ayat (1) “Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses
oleh setiap Pengguna Informasi Publik.” Dan tujuannya pada pasal 3 huruf (a)
“menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan
publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.” Dengan tujuan tersebut tidak
ada hak dari kepolisian untuk tidak memberikan jawaban secara cepat dan
terbuka karena jawaban tersebut tidak termasuk pengecualian data yang harus
dirahasikan dalam Undang-undang keterbukaan informasi publik.
Pasal 15
Pasal 15 merupakan salah satu bentuk lagi upaya Negara untuk melkukan
pembatas terhadap penyaluran apresiasi dari rakyat terhadap kinerja
pemerintah. Contoh dengan melakukan unjuk rasa di depan Istana Presiden
dengan jarak 1 m dari pagar terluar Istana telah dapat dibubarkan dengan
pakasa oleh aparat karena dalam penjelasan pasal 9 ayat (2) menyatakan jarak
unjuk rasa pada istana Presiden harus beradius 100 m dari pagar terluar Istana
Presiden.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kejahatan.
Pasal 18 ayat (1) telah memberikan proteksi atas suatu kelompok yang berunjuk
rasa pada suatu tempat yang telah di tentukan dan telah menempuh prosedur
yang benar maka bila ada masa lain yang berlawanan dari kelompok tersebut
dan berniat membubarkan kelompok massa yang lainya dapat dijerat dengan
pidana 1 tahun penjara karena menghalang-halangi dengan ancaman atau
kekerasan. Hal menjadi ambigu apabila aparat penegak hukum tidak termasuk
dalam pasal ini. Hal ini sangat baik dan merupakan bentuk berikutnya dari
tanggung jawab Negara sebagai pemberi Protection of Human Right.
4. Kesimpulan
Dengan adanya Undang – undang ini dapat secara tidak langsung mencerminkan
pasal 510 KUHP karena pada esensinya melarang penyampaian pendapat suatu
warga negara dengan dibebankan sanksi pidana pada pasal – pasalnya.