Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Kemajuan zaman sering dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk menjadikan kebutuhan manusia yang sangat kompleks. Berbagai teknologi ditemukan untuk menjadikan kualitas dan terpenuhinya kebutuhan manusia yang lebih baik. Pertambahan penduduk yang sangat cepat mengakibatkan keharusan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Sementara, manusia suntuk memenuhi kebutuhannya sangat tergantung dengan hasil alam untuk memenuhinya. Akan tetapi, eksplotasi terhadap alam tidak terkendali dan menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Membuka lahan untuk pertanian dapat menyebabkan musnahnya spesies tertentu, berkurangnya penyerapna air tanah, serta dapat menyebabkan banjir dan juga longsor. Limbahlimbah dari rumah tangga, industri, asap kendaraan hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran air, udara dan tanah yang menyebabkan permasalahan lingkungan menjadi semakin kompleks. Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan berupaya mencapai kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan ekosistim yang bersuksesi dan ingin hidup stabil dan mencapai klimaks. Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis, sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung di dalam tanah juga terganggu.

Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam tak terperbarui dalam jumlah besar, yaitu energi. Industri dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai 80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar. Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas buang dari industry dan transportasi membuat konsentrasi CO2 menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi keluar atmosfer. Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang membahayakan kelangsungan mahluk hidup. Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat, pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Menurut Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam.Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alamlainnya. Kondisi ini merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas hidup manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia. Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan dengan menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kerusakan alam yang secara ekologis sudah demikian parah, kini sudah saatnya dipikirkan dengan pendekatan dengan pengertian kearah ekologi. Manusia diharapkan menjaga dan memelihara kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia Pada setiap rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam. Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis diharapkan mampu menjaga
2

keseimbangan alam. Demikian pula pada rancangan bangunan secara arsitektur sangat perlu keselarasan dengan alam karena secara global bangunan diperkirakan menggunakan 50% sumber daya alam, 40% energy dan 16% air, mengeluarkan emisi CO2 sebanyak 45% dari emisi yang ada. Rancangan arsitektur juga mengubah tatanan alam menjadi tatanan buatan manusia dengan sistimsistim dan siklus-siklis rancangan manusia yang tidak akan pernah identik dengn sistimsistim dan siklus-siklus alam. Oleh karena itu pendekatan rancangan bangunan yang ekologis, yaitu memahami dan selaras dengan perilaku alam diharapkan dapat member kontribusi yang berarti bagi perlindungan alam dan sumber daya didalamnya sehingga mampu membantu mengurangi dampak pemanasan global.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Isu Lingkungan Global Secara tradisi atau keumuman, berbicara tentang evaluasi lingkungan selalu dibahas di akhir perancangan proses. Akibatnya tidak menyentuh upaya optimasi energi dan material dalam sistem industri. Saat ini, evaluasi lngkungan haruslah lebih fleksibel dalam arti dapat dilakukan pada setiap tahapan, mulai dari perancangan, sehingga fleksibilitas menjadi tantangan para engineer untuk memilih yang lebih ramah lingkungan Sungai dan anak sungai merupakan badan penerima limbah kegiatan-kegiatan industri yang berada disekitarnya. Agar badan penerima limbah ini tidak mendapatkan beban pencemaran yang melampaui standar batas baku mutu air permukaan, maka kegiatan industri yang menghasilkan limbah cair, limbah udara dan limbah bahan beracun berbahaya harus diawasi. Sistem pendukung keputusan akan mengolah informasi hingga menghasilkan suatu keputusan awal apakah limbah tersebut sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan atau tidak, sehingga dapat diambil tindakan penanganan lebih dini untuk menghindari pencemaran lingkungan yang lebih parah. Kegiatan pekerjaan awal dari pengembangan sistem ini adalah analisa sistem yang mencakup analisa sumber dokumen yang digunakan, metode dan prosedur, bentuk laporan untuk memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan dan membuat diagram alir dari sistem. Dari analisa akan didapatkan informasi mengenai aliran-aliran data dan proses yang terjadi dari sistem, spesifikasi sistem, kebutuhan tabel-tabel untuk membangun basis data, model keputusan dan jenis informasi yang diperlukan untuk mendukung keputusan. Tahap berikut dari pengembangan sistem ini adalah perancangan sistem yang meliputi perancangan basis data, perancangan model keputusan dan perancangan system input/output (model dialog). Beberapa model desain digunakan pada tahap perancangan untuk membantu pada tahap pengembangan sistem selanjutnya.

Tiga kata kunci yang harus diingat ketika merancang industri agar lebih ramah lingkungan dan positif secara ekonomi yaitu: 1. Conservation. Disebabkan ketersediaan sumber daya alam sangat penting bagi kelangsungan industrialisasi dan masyarakat sehingga dibutuhkan usaha penghematan dan pelestarian SDA agar pemakaiannya lebih sustainable. 2. Recycling of materials and energy. Alasan utama dilakukannya recycling adalah ekonomi dan konservasi. Secara ekonomi recycling menghemat bahan baku, menambah efisiensi, serta mengurangi potensi limbah yang terbuang. Dalam hal konservasi, recycling sangat cocok dengan upaya melestarikan lingkungan dimana bahan baku dan energi terkelola dengan baik/tidak sia-sia. 3. Improved Technologies. Teknologi membuat sesuatu yang komplek jadi sederhana, yang boros jadi hemat, yang lama jadi singkat, yang mengeluarkan banyak biaya menjadi efisien. Pengembangan teknologi akan membantu industri lebih sistematis dan terkontrol. Isu lingkungan global yang mencuat ke permukaan dan bersifat global adalah masalah efek rumah kaca, hujan asam dan penipisan lapisan ozon.

a. Efek rumah kaca Efek rumah kaca adalah naiknya suhu permukaan bumi karena meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan organik lainnya yang melampaui kemampuan tanaman untuk mengabsorbsinya. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfir, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfir. Hal itu akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Meningkatnya suhu bumi akan berakibat terhadap perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi sehingga akan berpengaruh terhadap pola tanam pertanian (kekurangan pangan). Efek rumah kaca juga mengakibatkan meningkatnya suhu air laut dan mencairnya gunung es di daerah kutub sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan air laut. Peningkatan permukaan air laut berdampak terhadap negara kepulaan, yang dapat mengurangi daerah daratan dan menimbulkan penyebaran penyakit pantai ke daerah daratan.

b. Hujan Asam Pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan beberapa jenis pencemar diantaranya oksida belerang (SOx) dan oksida nitrogen (NOx). Di udara oksida-oksida ini mengalami proses kimia dan berubah menjadi asam. Oksida belerang berubah menjadi asam sulfat (H2SO4) dan oksida nitrogen berubah menjadi asam nitrat (HNO3). Asam yang terbentuk akan turun ke permukaan bumi bersama-sama dengan air hujan yang dikenal dengan hujan asam. Hujan asam akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan diantaranya mengakibatkan kematian organisme di sungai, menyebabkan korosi dan kerusakan hutan (tanaman) yang cukup parah. Selain itu hujan asam akan meningkatkan kelarutan beberapa logam sehingga dapat meningkatkan kadar logam di perairan yang menyebabkan pencemaran air.

c. Penipisan Ozon Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom (O3). Secara alamiah ozon tersebar dalam stratsfer membentuk lapisan yang tebalnya kurang lebih 35 Km. Kerusakan lapisan ozon diakibatkan karena adanya gas polutan yang merusak ozon yaitu Klorofluorokarbon (CFC). CFC merupakan salat satu gas buatan manusia dan banyak digunakan untuk bahan pendingin (refrigrant); sebagai gas pendurung aerosol (misal untuk parfum, hairspray); untuk membuat plastik busa pada industri perabot rumah tangga dan lainlain. Karena dampak negatif yang ditimbulkan oleh reaksi CFC terhadap ozon di atmosfir, dunia internasional sudah mengeluarkan kesepakatan mengenai penanggulannya. Di Indonesia pun penggunaan CFC sudah dilarang, dan pemerintah akan memberikan sanksi bagi importir produk yang mengandung zat penipis lapisan ozon (Ozone Depletion Substances/ODS).

Untuk mewujudkan gagasan perancangan lingkungan binaan yang hemat energi melalui pembentukan iklim-mikro dan pemanfaatan energi alternatif, sebagai usaha dalam mewujudkan lingkungan binaan yang hemat energi, maka dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan rekayasa perancangan, diantaranya:

1. Pendekatan Arsitektur Hijau (Green Architecture) Konsep green building yang telah lama berkembang di negara maju dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkotaan. Dengan tingginya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan menghasilkan gas pencemar yaitu carbon dioksida (CO2) yang cukup tinggi. Gas pencemar ini secara menyeluruh pada kurun waktu lama telah diketahui akan cenderung menyebabkan peningkatan suhu bumi yang semakin panas (global warming). Melalui pemanfaatan konsep green building dengan tata lingkungan hijau, lansekap vertikal, roof garden pada bangunan akan mampu menyerap gas carbon dioksida (CO2) yang akan dapat mengurangi terjadinya pencemaran udara dan mengurangi emisi CO2 yang akan naik ke lapisan udara atas, yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon dan berimplikasi pada pemanasan bumi yang lebih buruk. Bila konsep ini konsisten dapat dikembangkan, maka bumi tidak menjadi lebih panas sehingga masyarakat dapat menghemat energi listrik karena tidak lagi menggunakan, AC, kipas angin, exhouse fan, dan lain sebagainya untuk pengkondisian udara pada lingkungan tempat tinggalnya.

2. Pencahayaan Alami Saat ini, ketika energi fosil semakin mahal dan langka, kita perlu lebih serius mempertimbangkan pemanfaatan energi matahari yang dapat diperoleh secara gratis sebagai karunia illahi. Pada saat merancang bangunan/lingkungan binaan hendaknya tidak lagi mengabaikan potensi matahari. Rancangan lingkungan binaan yang mengabaikan potensi matahari dapat menyebabkan pemborosan energi, karena harus menggunakan penerangan buatan/lampu listrik di dalam ruangan yang diketahui cenderung boros energi. Rancangan arsitektural bangunan menjadi sangat penting untuk mengubah potensi negatif cahaya matahari yang panas menjadi energi positif, yang dapat dimanfatkan secara maksimal untuk penerangan ruangan. Sinar matahari membawa serta panas, maka cahaya yang dimanfaatkan untuk pencahayaan ruangan adalah cahaya bola langit (sky light). Sinar matahari langsung hanya
7

diperkenankan masuk ke dalam ruang untuk keperluan tertentu atau bila hendak dicapai efek tertentu. Oleh karena itu pemanfaatan sinar matahari sebagai cahaya alami ruangan yang perlu diperhatikan adalah; a). Pembayangan; untuk menjaga agar sinar langsung matahari tidak masuk ke dalam ruangan melalui bukaan. Teknik pembayangan antara lain dengan menggunakan overstek tritisan dan tirai. b). Pengaturan letak dan dimensi bukaan untuk mengatur agar cahaya langit (sky light) atau bola langit dapat dimanfaatkan dengan baik. c). Pemilihan warna dan tekstur permukaan dalam ruangan dan luar untuk memperoleh pemantulan yang baik agar perataan cahaya lebih efisien tanpa menyilaukan mata.

3. Udara Alami dan ventilasi silang (Cross Ventilation) Penghematan energi pada rancangan ruang pada suatu lingkungan binaan dapat juga dilakukan melalui penyediaan sistim pengudaraan ruangan yang kontinyu, yaitu dengan penghawaan udara alami melalui sistem vebtilasi silang (Cross Ventilation), sistem ini, di daerah tropis berfungsi untuk memperbaiki iklim ruangan. Udara yang bergerak karena ventilasi silang akan menghasilkan penyegaran udara dalam ruangan, karena melalui penyegaran ruangan yang baik akan terjadi proses penguapan, yang miring keluar tidak ada pantulan ke bagian dalam berarti akan terjadi penurunan temperatur pada kulit tubuh, karena udara lembab yang tidak jenuh akan menyentuh tubuh yang mengakibatkan kelembaban kulit tubuh atau keringat menjadi berkurang dan tubuh akan merasakan pendinginan. Kinerja Ventilasi silang ini dapat optimal bila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat terpenuhi dengan baik, yaitu : a). Faktor radiasi matahari dan tindakan perlindungan. Bentuk massa bangunan dan orientasinya terhadap arah edar sinar matahari sangat berpengaruh terhadap radiasi matahari. Contohnya bentuk massa bangunan persegi panjang, orientasinya terhadap matahari lebih menentukan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar, karena setiap bidang fasade menerima beban utama radiasi matahari yang berarti pemanasan. Sudut jatuh cahaya matahari juga penting; semakin curam, semakin besar penerimaan energi panas. Dapat disimpulkan bahwa fasade selatan dan utara menerima lebih sedikit panas dibandingkan dengan fasade bagian barat dan timur. Karena itu sisi bangunan yang sempit harus diarahkan pada posisi matahari rendah. b) Arah dan kekuatan angin. Ventilasi silang merupakan faktor bagi kenyamanan ruang, karena itu untuk daerah tropika basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin utama lebih penting dibandingkan dengan perlindungan terhadap radiasi matahari. Orientasi terbaik adalah posisi yang memungkinkan terjadinya ventilasi silang selama mungkin yaitu 24 jam tanpa bantuan peralatan mekanis. c). Topografi. Pemanasan permukaan tanah dan intensitas pemantulan dapat dikurangi dengan pemilihan letak lokasi bangunan, yaitu pada sudut miringnya sekecil mungkin terhadap cahaya matahari. Tetapi pengubahan topografi yang ada, bila mungkin, akan memerlukan biaya besar sehingga perbaikan iklim ini hanya dapat dilakukan pada pemilihan lokasi bangunan.
9

Dengan demikian sifat permukaan di dekat bangunan itu sangat mempengaruhi iklim-mikro pada lingkungan.

4. Pemanfaatan Limbah padat manusia/vekal menjadi biogas atau pemanfaatan Energi Alternatif Penggunnaan energi alternatif sangat menarik karena ketersediaan minyak bumi saat ini sudah sangat terbatas dan mahal, bahan bakar fosil menimbulkan pencemaran pada pemabakarannya, reaktor atom sangat mahal dan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu pemanfaatan energi alternatif melalui pemanfaatan sumber daya manusia, murah, dan dapat digunakan secara desentralisasi. Teknologi yang pada umumnya cocok digunakan secara desentralisasi yaitu sumber energi alami seperti, matahari, air, angin, dan gas metana. Pada zona lingkungan binaan dengan jumlah penghuni yang besar akan menghasilkan limbah padat yang cukup besar. Bila limbah padat tersebut diurai secara anerobik maka akan menghasilkan gas metana yang dapat didistribusikan untuk mencukupi kebutuhan memasak didapur, sedangkan sisa penguraiannya dapat digunakan sebagai kompos/pupuk.

10

5. Perancangan elemen Konstruksi pada lingkungan binaan yang dapat memperbaiki iklim-mikro Perancangan sistem konstruksi pada lingkungan binaan yang tepat mampu menghasilkan pengaturan iklim mikro ruangan yang pada kenyataannya mampu menekan biaya energi. Contohnya adalah sebuah konstruksi unik yang dikembangkan oleh Steve Baer di gurun pasir New Mexico. Konstruksi bangunan yang dikembangkannya yaitu dindingnya terbuat dari bata tanah konvensional (adobe) yang Gambar 4: Pengaruh elemen peneduh dan 2 bukaan di atas terhadap aliran udara Gambar 5: Aliran udara tanapa peneduh dengan 3 bukaan terhadap aliran udara pantulan langsung ke bagian dalam Gambar 5: Pengaruh elemen peneduh dan 3 bukaan di atas dan di bawah terhadap aliran udara Diagram aliran udara pada ventilasi silang menyerap panas, dan seluruh lapisan luar terbuat dari panel berlapis alumunium dengan lapisan isolasi yang memantulkan cahaya. Pada sebagian dinding luarnya dilengkapi dengan kaca, dan pada sisi dalamnya diberi drum logam yang berisi air, selanjutnya lapisan alumunium yang terdapat pada lapisan luar tersebut dapat dilipat ke bawah untuk mengarahkan pantulan radiasi sinar matahari pada drum air. Dengan pemantulan elemen lipat ini mengakibatkan pada malam hari yang dingin, panas yang diserap dilepaskan ke dalam ruangan. Bila temperatur ruangan terlalu tinggi, maka udara panas disalurkan melalui bukaan lipat yang terdapat pada atap.

11

BAB III PENUTUP

Walaupun gagasan-gagasan tentang perancangan dengan pendekatan iklim-mikro dan pemanfaatan energi alternatif telah banyak dibahas, namun kenyataan transformasinya pada desain hingga menjadi karya nyata bangunan dapat dikatakan masih relatif rendah dan belum membumi pada masyarakat kita. Sudah saatnya tindakan nyata yaitu melalui perancangan dengan tema-tema hemat energi dikembangkan pada bangunan, khususnya rumah susun dan pada bangunan-bangunan lainnya. Melalui penyediaan hunian rumah susun hemat energi dan pemanfaatan energi alternatif, hal ini sebagai alternatif usaha menyediakan tempat huni yang nyaman dengan oprasional energi alami dan murah. Bila gagasan ini dapat terwujud berarti akan menjamin keberlangsungan hidup di masa depan demi anak cucu kita, mengutip peryataan Lester R. Brown, mengemukakan bahwa bumi yang kita tempati ini adalah pinjaman dari anak cucu kita, yang berarti kita harus menjaga lingkungan agar kehidupan di masa datang masih dapat berlanjut.

12

DAFTAR PUSTAKA

Arc. (2007). Green Spaces Residencial. 4th quarter, Volume 7. PT BCI Asia Lippsmeier. Georg. Alih bahasa Nasution, Syahmir (1997). Bangunan Tropis. Erlangga. Jakarta. Future Arc. (2006). Energy & Water Efficiency Health. 3rd quarter, Volume 2. PT BCI Asia Future Arc. (2006). Sustainable In Architecture. 2nd quarter, First Edition. PT BCI Asia Future Lester R. Brown. (1981). Building a Sustainable Sociaty. By Worldwatch Institute. Canada Satwiko. Prasasto. (2004), Fisika Bangunan 1 (Edisi 1). ANDI Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai