Anda di halaman 1dari 2

SEDEKAH YANG BERASA (2) oleh : Syamsi Sarman, S.Pd Dir.

Eksekutif BAZ Tarakan


Anda tentu pernah mengajak makan teman-teman kantor, teman bisnis atau rekanan, atau anda sedang menjamu tamu dari luar daerah. Nah, berapa banyak uang yang anda keluarkan untuk itu. Semoga tak salah jika saya tebak sekitaran seratus ribu atau dua ratus ribu atau bahkan lebih. Tergantung berapa banyak teman yang anda ajak, dan jenis makanan apa yang anda pesan. Suatu ketika saya pernah menyaksikan seseorang yang nraktir teman-temanya itu mengambil lima sampai enam lembar uang ratusan ribu dari dompetnya setelah mereka makan-makan. Tak nampak rona wajah kesedihan, atau perasaan berat apalagi rasa menyesal saat ia menyerahkan sejumlah uang itu kepada kasir restoran. Yang terlihat justru rasa senang dan bangga. Dan anehnya lagi, ada diantara teman-temannya itu yang juga berebut ingin membayarkan. Sehingga saya saksikan suasana ribut bercampur tawa, tangan yang satu menahan tangan teman yang lain saat masing-masing ingin mencabut dompet dari sakunya. Saya hanya ingin bertanya, rasa apa yang ada di dada anda saat itu ? Adakah kebahagiaan yang timbul setelah anda kemudian berpisah pulang dari restoran itu ? Adakah anda merasakan senyum yang asli dan ucapan terima kasih yang tulus dari teman-teman yang anda traktir itu ? Kenapa ? Kalau boleh saya bantu menjawabnya. Karena teman-teman anda itu sudah sering makan di restoran, atau bahkan mereka biasa makan di restoran yang lebih wah dari itu. Makan dengan menu ayam dan daging, bukan sesuatu yang istimewa baginya. Setiap hari makanan seperti itu bisa mereka dapatkan. Bahkan mungkin saja, hanyalah karena tidak enak menolak ajakan anda sehingga ia mau makan di restoran itu. Coba anda amat-amati saat mereka makan. Teman-teman anda itu makan dengan kesan biasa-biasa saja. Tidak kelihatan lahap. Malah, beberapa bagian makanan tersisa di piring-piringnya. Nah, itulah yang membuat traktiran anda itu tidak berasa. Coba sekarang bayangkan jika yang anda traktir itu adalah seorang bapak tua, seorang ibu tua dan tiga orang anaknya. Berlima orang miskin ini anda temukan di salah satu bak sampah saat mereka sedang mengais-ngais mencari barang-barang bekas. Bagi lima orang miskin ini, masuk ke restoran adalah pengalaman pertama yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan sekedar untuk mimpi pun tak pernah singgah dalam tidur mereka. Lihatlah betapa kontras pemandangan di meja makan itu. Putih bersih warna meja makan dan mengkilap keramik lantai restoran beradu dengan lusuh kusut kehitaman baju dan celana kelima orang pemulung itu. Lihat juga kebingungan mereka menyaksikan gambar-gambar ayam yang terpajang di dinding restoran itu. Mereka hanya bisa menunjuk-nunjuk pilihannya karena tak mengerti dengan tulisan-tulisannya. Dan ketika makanan yang di pesan itu datang, saya pastikan anda akan meneteskan air mata. Lihat si bapak yang mengacung-acungkan paha ayam dengan senyum bahagia di hadapan isteri dan anak-anaknya. Si ibu pun tersenyum haru. Dan air mata anda semakin tak terbendung ketika menyaksikan tiga bocah kusut itu masing-masing memegang paha ayam di tangan kanan dan kirinya. Hanya dalam hitungan menit, piring-piring di meja makan itu bersih tak bersisa apa-apa, kecuali tulang-tulang ayam yang memang tak lagi

bisa dipatahkan oleh gigi-gigi lapar mereka. Saya hanya ingin bertanya kepada anda, masihkah bersisa air mata anda ? Nah, itulah traktiran yang berasa. Yup .. jangan dulu alihkan perhatian anda, lihat terus gerak-gerik mereka. Lihat tuh, kelima-limanya merebahkan punggungnya di sandaran kursi. Si bungsu tak hentihentinya mengelus tangannya ke perut. Sementara kakaknya masih menyedot minuman hingga tetes yang terakhir. Dan si sulung asyik menjilat-jilati batu esnya. Rasakan senyum asli dari bibir-bibir polos itu. Dan rasakan getaran terima kasih yang tulus dari tangan-tangan kasar yang menjabat anda dan menciumi tangan anda. Saya berani yakinkan, ada keinginan dalam hati anda untuk mengulang menraktir mereka. Suatu saat akan anda rasakan kerinduan untuk mengulang dan mengulang peristiwa seperti itu. Nah, itulah sedekah yang berasa. Nilai rupiahnya sama dengan yang anda bayarkan untuk nraktir teman-teman kantor tadi, tapi berasanya pasti beda. Yang ini lebih berasa dan berasa lebih. Apa sesungguhnya yang anda rasakan itu dan dari mana datangnya ? simaklah firman Allah ini, Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah : 261). Silahkan mencoba ! Tapi sayang, anda ternyata hanya bersedekah dua ribu Rupiah. Makanya tidak berasa. Dan anda pasti rada-rada malu untuk meminta sesuatu kepada Allah. Kecuali anda memang tak punya rasa malu, bersedekah dua ribu Rupiah trus minta bahagia hidup di dunia, sukses usahanya, sukses kariernya, lancar rezekinya dan di akhirat masuk syurga. Aminnya panjang berulang-ulang sampai tiga kali ....., ya saya aminin juga lah, sambil membacakan firman Allah yang artinya Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imron : 93). Memberikan sesuatu yang dicintai kepada orang lain, membuat sesuatu itu berasa.

Anda mungkin juga menyukai