Anda di halaman 1dari 38

Halaman Judul

TUGAS MATAKULIAH TEKNOLOGI E-BISNIS PENGAMPU : Drs. JAZI EKO ISTIYANTO, M.Sc., Ph.D

Kartu Flazz BCA, Dompet Elektronik Multifungsi sebagai Inovasi Alat Pembayaran mikro

Oleh : Ardian Maretta Prastiawan Kawuniningrum Komang Kurniawan W. Nanang Prihatin 292158 292161 292162 292258

MAGISTER MANAJEMEN INFORMASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

2010
Halaman Abstrak

Kartu Flazz BCA merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan hidup Anda. Menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification), Kartu Flazz pantas untuk disebut sebagai kartu prabayar multifungsi dengan teknologi terkini. Kartu Flazz berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit. Bila otorisasi transaksi pembayaran kartu kredit dan debit dilakukan secara online di pusat data bank, otorisasi transaksi untuk kartu Flazz dilakukan langsung di chip di kartu Flazz itu sendiri. Pengisian ulang saldo (top up) pun mudah, cukup membawa Kartu Paspor dan Kartu Flazz ke ATM Non-tunai BCA serta merchant-merchant berlogo Flazz Isi Ulang. Keyword : Kartu flazz, Teknologi chip

BCA Flazz card is the fastest multifunction payment tools the first in Indonesia for the convenience of your life. Using chip technology and RFID (Radio Frequency Identification), Card Flazz deserve to be called as a multifunctional prepaid card with the latest technology. Flazz cards differ from credit cards and debit cards. When the transaction authorization of credit cards and debit payments made online at the central bank data, authorization for card transactions Flazz done directly on the chip in the card itself Flazz. Replenishment of the balance (top up) was easy, just bring Passport Card and ATM Card Flazz to the BCA as well as non-cash merchants Flazz Refill logo. Keyword: flazz card, chip technology

Halaman Daftar Isi


Halaman Judul............................................................................................................1 Halaman Abstrak........................................................................................................2 Halaman Daftar Isi ...................................................................................................................................3 ..................................................................................................................................4 Halaman Daftar Gambar.............................................................................................5 Halaman Tabel ...................................................................................................................................6 BAB I PENDAHULUHAN...............................................................................................7 1Latar Belakang......................................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10 2.1. Teknologi Chip based dan server based.........................................................10 2.2. Pembayaran mikro.........................................................................................11 2.3. Middleware.....................................................................................................13 2.4. Radio Frequency Identification (RFID)...........................................................14 BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI..........................................................................19 3.1.Strategi Teknologi Informasi Pada Bank BCA..................................................19 3.2.Teknologi virtual account................................................................................19 3.3.Keuntungan memiliki Virtual Account:............................................................20 3.4.Peranan Middleware pada Bank BCA...............................................................20 3.5.Strategi TI di Balik Ekspansi Bisnis BCA...........................................................21 3.6.Cara transaksi Top Up Kartu Flazz di ATM Non Tunai :....................................27 3.7.Daftar Lokasi Merchant Flazz...........................................................................28 BAB IV ANALISA........................................................................................................31 4.1. Kartu Flazz....................................................................................................31 4.2. Perbedaan transaksi kartu kredit dengan transaksi flazz..............................32 4.4. Prinsip Kerja FLAZZ........................................................................................33 4.5. Kekurangan Kartu Flazz..................................................................................34

4.6.Kelebihan Kartu Flazz......................................................................................34 4.7.Keamanan Kartu Flazz dan produk yang lain..................................................35 BAB VI KESIMPULAN..................................................................................................37 DATAR PUSTAKA.......................................................................................................38

Halaman Daftar Gambar


Gambar 2.1 Alur Informasi RFID 15 Gambar. 3.2. cara transaksi top up flazz 27 Gambar. 3.6. Promo di beberapa merchant 29 Gambar. 3.6. Promo Flazz BCA Kidzania 30 31 Gambar. 4.1. Kartu Flazz 31

Halaman Tabel
Tabel 2.1 Perbedaan RFID Aktif dan RFID Pasif 16 Tabel 4.1. Simulasi Bunga 33

BAB I PENDAHULUHAN
1 Latar Belakang

Pembayaran dengan uang tunai ini memiliki banyak masalah. Prosesnya menjadi lambat. (Bayar tol dengan uang tunai lambat karena adanya kembalian itu.) Ada masalah keamanan dengan hilangnya uang, pencurian, dan biaya untuk membuat uang receh ini ternyata tidak murah juga. Mungkin biaya untuk membuat uang seribuan lebih dari seribu rupiah. Di luar negeri sudah banyak sistem pembayaran mikro. Contoh yang paling dekat adalah penggunaan ez-link di Singapura untuk naik MRT, (beberapa) taksi, dan bahkan juga ez-link ini bisa digunakan di Mc Donald. Di Malaysia ada Touch and Go untuk membayar tol. Di Hongkong ada Octopus. Masih banyak contoh lainnya. Nah, bagaimana di Indonesia? Ternyata sudah ada beberapa yang mencoba meluncurkan sistem pembayaran mikro ini. Namun umumnya skala mereka masih kecil, tidak seperti yang ada di luar negeri. Masalah interoperability juga menjadi bahan diskusi. Ternyata sebagian besar mengharapkan adanya standar yang dipandu oleh Bank Indonesia. Dari sisi perijinan, Bank Indonesia baru menerbitkan tiga (3) ijin; dua untuk bank dan satu untuk non-bank. Pak Arief Budi Santoso (dari DASP BI) kemarin menjelaskan beberapa prinsip yang harus diketahui oleh calon issuer dari pembayaran mikro dan juga meminta masukan dari komunitas (regulasi seperti apa yang diinginkan). Pembayaran mikro ini sebenarnya merupakan bagian kecil (subset) dari sistem pembayaran elektronik dan juga bagian kecil dari e-money. Dari platformnya sebetulnya ada tiga jenis: berbasis kartu (smartcard), internet, dan ponsel. Saat akan naik bus di Singapura, seorang turis Indonesia bertanya pada sopir berapa ia harus bayar. Ia pun berpikir, hal ini sama seperti di beberapa bus di Jakarta yang harus bayar dulu sebelum berangkat. Setelah duduk, ia melihat para penumpang lain tidak membayar cash seperti dirinya tapi melewatkan sesuatu pada suatu alat scan. Ada yang menyentuhkan dompet, handphone, jam tangannya bahkan tas yang dibawanya. Begitu pula saat turun, setelah
7

penumpang memencet bel mereka melakukan hal yang sama pada alat tersebut di pintu keluar. Karena ragu-ragu, ia pun bertanya pada seorang penumpang, Yang di-scan itu apa ya? Apa saya juga harus melakukannya juga? Yang ditanya menjawab, Anda naik bus bayar cash? Ya, jawab sang turis. Kalau begitu anda tidak harus men-scan sesuatu di situ,jelas yang ditanya. Sang turis pun bertanya lagi, Jadi apa yang di-scan di situ? Lantas penumpang tersebut pun memperlihatkan semacam sticker transparan yang tertempel di dompetnya. Sang turis pun mengangguk, walaupun tidak tahu apa sebenarnya itu. Fenomena di atas mungkin cukup asing bagi masyarakat Indonesia. Dan hal tersebut memang masih sangat jarang, karena pelaku pasar di Indonesia pun sampai saat ini belum melakukan commercial launch bagi produk serupa. Produk tersebut merupakan salah satu bentuk dari emoney. Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa BI sudah memberikan izin bagi beberapa perusahaan untuk menerbitkan kartu prabayar sebagai salah satu alat pembayaran atau yang disebut e-money. E-money adalah suatu alat pembayaran elek-tronik dimana nilai uang itu tersimpan dalam media elektronik tersebut. Menurut Dyah N.K. Makhijani, Direktur Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, e-money merupakan salah satu alternatif pembayaran yang bentuknya bisa bermacam-macam. Selama ini e-money yang berkembang di masyarakat masih dalam bentuk chip yang ditanam dalam sebuah kartu ataupun stiker. Bentuk lainnya bisa berupa server based atau virtual based. Dalam implementasinya, e-money ini agak tersamar menjadi kartu debet. Kartu debet memang bentuknya kartu dan based-nya simpanan dengan transaksi yang dilakukan secara online. Sedangkan tran-saksi menggunakan e-money bisa dilakukan se-cara offline, dan nilai saldonya terkurangi setiap kali bertransaksi. Hanya saja, perbedaannya adalah setiap kali transaksi dengan kartu debet, pasti akan membutuhkan koneksi online untuk otorisasi ke penerbit, bank dalam hal ini. Setiap kali transaksi, simpanan di bank akan berkurang. Sedangkan e-money, setiap kali transaksi, simpanan dalam e-money tersebut memang berkurang saat itu juga, namun data pada pihak penerbit belum tentu berkurang saat itu juga. Data di penerbit akan berkurang pada saat merchant tersebut klaim atas transaksi yang telah dilakukan. Baru setelah itu data antara penerbit dan e-money yang dimiliki seseorang menjadi sama.
8

Salah satu solusi untuk e-money ini adalah produk yang di keluarkan oleh BCA, yaitu Flazz card. Flazz Card merupakan alat bayar mikro di Indonesia, selain digunakan sebagai alat bayar Flazz juga dapat digunakan sebagai kartu kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Teknologi Chip based dan server based
Pembayaran dengan e-money merupakan tahap awal perkembangan teknologi di bidang finansial. model yang akan berkembang ke depan ada dua bentuk yaitu chip based dan server based. Untuk chip based, ukuran chip yang kecil memungkinkan chip tersebut disimpan dalam kartu, sehingga mungkin tidak akan terlihat perbedaannya dengan kartu debet atau kartu kredit. Ketika chip tersebut dalam bentuk stiker maka ini bisa di tempel dimana saja, bisa di handphone, jam tangan, dompet, tas dan lain-lain. Model yang itu yang bisa dilakukan secara offline karena nominal uangnya tertanam dalam chip tersebut. Saat transaksi terjadi, sejumlah uang akan berkurang dan berpindah ke terminal merchant yang dilengkapi dengan teknologi radio. Untuk model server based, sejumlah uang dikelola oleh server penerbit. Model ini biasanya dikem-bangkan oleh Telco Provoder. Telco provider ini mempunyai server yang mengelola account e-money, seperti pulsa. Jika telco provider mengembangkan e-money, maka ia akan membuat satu account lagi yang terpisah dengan account pulsa yang berguna untuk payment. Jadi bisa ditanam dalam satu media. Kita bisa cek saldo pulsa dan saldo e-money. Bila pulsa habis kita bisa mindahin saldo e-money ke pulsa tapi tidak bisa sebaliknya. Jika disatukan dalam handphone, triggernya bisa melalui SMS. Jadi pelanggan tersebut dikasih user ID atau password. Dyah mencontohkan misalkan kita belanja di salah satu konter yang sudah bekerja sama dengan telco provider untuk payment. Saat berbelanja dan akan membayar dengan e-money, ada kode yang harus di kirim ke telco provider. Nah, dari situ kita disuruh memasukkan user ID dan password, selanjutnya pihak provider akan bertanya benarkah anda akan membayar sekian pada konter tersebut, kalau ya tinggal pencet OK. Model virtual account ini juga bisa digunakan untuk internet. Contohnya i-VAS Telkom yang account based dan berfungsi untuk pembayaran di internet. Di sini pengguna memiliki user ID dan password untuk bayar penggunaan internet. Selain Telkom, provider lain yang mengembangkan e-money ini adalah Telkomsel. Menurut Manajer Mobile Commerce Telkomsel Reyhan, Telkomsel telah mendapatkan izin untuk

10

menerapkan e-money sejak Maret lalu dan saat ini disebut dengan Telkomsel Tunai. Hanya saja penggunaannya masih terbatas pada internal karyawan Telkomsel karena masih dalam taraf pengkajian dan uji coba agar produk ini bisa diterima dengan baik di masyarakat nantinya. Reyhan mengatakan Telkomsel menggandeng Fuji Image Plaza untuk kerjasama produk ini. Penggunaannya masih berbasis pada chip. Telkomsel ingin mendapatkan customer loyality lebih banyak lagi dari produk ini. Perusahaan lain yang juga telah diberi ijin oleh BI untuk menerbitkan kartu prabayar e-money adalah BCA dengan flash BCA dan digunakan oleh karyawan BCA, Bank DKI untuk pembayaran Trans Jakarta, dan Telkom dengan produknya i-VAS yang masih terbatas pada game online tertentu. Untuk Telkom, dilakukan pemutihan, karena Telkom terlebih dahulu menggunakan model e-money tersebut. Dan semua penerbit tersebut menggunakan chip based kecuali Telkom yang menggunakan server based. Bagi perusahaan yang berminat menerbitkan kartu prabayar e-money itu, syarat yang harus dipenuhi antara lain harus punya sertifikat dari audit system dari security audit system yang independen dan harus berpengalaman di bidang penerbitan kartu prabayar dalam bentuk single purpose (untuk satu penggunaan saja) selama dua tahun.

2.2. Pembayaran mikro


Gaung e-money memang baru terdengar belakangan ini. Tapi sebetulnya pada tahun 2005, sudah ada salah satu bentuk e-money ini pada peraturan BI tentang ketentuan alat dengan menggunakan alat penggunaan kartu (APMK, alat pembayaran menggunakan kartu) masih sangat terbatas. Di dalam APMK tertuang aturan mengenai kartu kredit, kartu debet, ATM dan kartu prabayar. Nah, kartu prabayar yang merupakan bagian dari e-money ini pun sudah diatur. Aturan soal e-money tertuang dalam Peraturan BI yang lahir dari Undang-Undang BI, dimana BI diberi kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, termasuk emoney ini. Lantas bagaimana kaitannya dengan Rancangan Undang-Undang Informasi dan Tranaksi Elektronik (RUU ITE)? Terkait soal RUU ITE, mungkin saat kita bicara soal interoperability dan keamanan. Di situ memang kita harus kerja sama dengan Kominfo

11

Perkembangan e-money ternyata sangat cepat dan luas, dan itu harus menjadi concern BI. Karena sifat e-money itu adalah uang cash, jadi keamanan dan perlindungan kepada masyarakat pengguna harus diperhatikan. Rencananya tahun depan kami akan mengeluarkan peraturan khusus tentang e-money dengan menangkap segala perkembangan bentuk yang akan dikembangkan oleh industry. Sebelumnya, BI hanya mengatur kartu prabayar tapi belum sampai ke virtual based Perkembangan e-money ini bukan BI yang men-trigger, tapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang men-drive pelaku pasar untuk masuk ke segmen itu. Jadi, ini adalah salah satu alternatif dari alat pembayaran. Selama ini masyarakat sudah punya beberapa alat pembayaran seperti kartu debet, kartu kredit, check dll. Namun, ada satu lagi untuk pembayaran mikro yang belum tersentuh oleh teknologi, yaitu pembayaran yang kecil-kecil seperti untuk parkir, tol atau tiket. Pembayaran mikro ini karakteristiknya melayani banyak orang, frekuensinya sering, sehingga membutuhkan pelayanan cepat. Tidak mungkin kan untuk membayar itu dengan kartu debet atau kartu kredit. Di luar negeri sudah ada produk semacam ini seperti Octopus di Hongkong, Touch and Go untuk pembayaran tol di Malaysia dan di Singapura untuk pembayaran MRT dan bus. Marketnya lebih ke pembayaran mikro atau ritel juga ada seperti untuk membayar makan di McD atau restoran cepat saji lainnya, dan untuk satu kartu prabayar e-money nominalnya dibatasi sampai satu juta rupiah. E-money memang tidak bertujuan untuk mengganti uang kecil secara total. Tapi begitu masyarakat sudah tertarik menggunakan e-money untuk payment, maka mereka tidak perlu lagi membawa uang receh, cukup menyentuhkan e-money pada sensor alatnya. Untuk tol, pelayanan tol lebih cepat dan efisien, sehingga cash & link tol tidak terlalu mahal. Dengan model e-money, masyarakat yang tidak punya rekening tetap bisa bertransaksi. Dengan membeli e-money dengan sejumlah uang cash, maka pembeli bisa membelanjakannya sebesar uang tersebut dengan mendebetnya tiap kali transaksi di merchant tertentu atau untuk pembayaran mikro seperti pembayaran tol, naik kereta atau parkir. Untuk pembayaran mikro, tampaknya masyarakat akan diuntungkan karena diperoleh efisiensi waktu pembayaran. Nah, siapapun yang akan bermain di area ini, diharapkan akan berdampak signifikan pada efisiensi waktu, setidaknya antrean panjang pada gerbang tol dapat terus diminimalisir.
12

Kartu Flazz BCA merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan hidup Anda. Menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification), Kartu Flazz pantas untuk disebut sebagai kartu prabayar multifungsi dengan teknologi terkini. Kartu Flazz berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit. Bila otorisasi transaksi pembayaran kartu kredit dan debit dilakukan secara online di pusat data bank, otorisasi transaksi untuk kartu Flazz dilakukan langsung di chip di kartu Flazz itu sendiri. Pengisian ulang saldo (top up) pun mudah, cukup membawa Kartu Paspor dan Kartu Flazz ke ATM Non-tunai BCA serta merchant-merchant berlogo Flazz Isi Ulang. Minimum top up Rp 100.000, dan maksimum saldo yang dapat tersimpan di kartu maksimum Rp 1 juta. Kartu Flazz menawarkan kecepatan, kemudahan, kepraktisan bertransaksi. Cepat, karena transaksi pembayaran diselesaikan dalam hitungan detik dengan proses kerja contactless (tidak perlu digesek seperti kartu kredit, cukup diletakkan di mesin reader). Mudah, karena tidak perlu menginput PIN. Praktis, karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, juga tidak perlu menyimpan uang receh lagi. Selain itu, murah, karena tanpa biaya transaksi. Keuntungan lain, terhindar dari risiko kesalahan hitung dan uang palsu karena tidak terjadi transaksi tunai. Kemudahan bagi merchant, tidak perlu sedia uang kembalian, mempercepat layanan karena tidak perlu mengecek keaslian uang dan menghitung uang saat transaksi, pula tidak perlu menyimpan uang dalam jumlah besar.

2.3. Middleware
Integrasi hanya dapat terjadi jika antara berbagai mesin dan aplikasi yang berbeda-beda dapat saling bekerja sama (interoperate). Dalam hal ini, data yang disediakan oleh suatu subsistem harus dapat diakses juga oleh sistem lainnya. Dalam kasus kantor di atas, data customer sering harus dapat dibaca oleh bagian customer service dan akuntansi. Data hasil pengembangan perlu dapat dibaca oleh bagian manajemen. Hal ini semakin terasa ketika sistem tersebar menjadi semakin besar dan bervariasi. Di sinilah aplikasi middleware memegang peranan. Middleware adalah software yang di rancang untuk mendukung pengembangan sistem tersebar dengan memungkinkan aplikasi yang sebelumnya terisolasi untuk saling berhubungan. Dengan bantuan middleware, data yang sama dapat digunakan oleh customer service, akuntansi, pengembangan, dan manajemen sesuai kebutuhan. Di sini middleware dapat berfungsi sebagai

13

penerjemah informasi sehingga setiap aplikasi mendapatkan format data yang dapat mereka proses. Walaupun tidak terlalu populer, middleware bukanlah sebuah barang baru dalam dunia teknologi informasi. Middleware jarang dikenali karena posisinya yang transparan dalam sebuah sistem, yang membuat orang dapat lebih melihat keseluruhan sistem itu sendiri, tanpa harus perduli dengan aliran data yang dibungkus oleh sistem middleware.

2.4. Radio Frequency Identification (RFID)


Radio Frequency Identification (RFID) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri atas mikrochip slikon dan antena. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi. Teknologi RFID menjadi jawaban atas berbagai kelemahan yang dimiliki teknologi barcode yaitu selain karena hanya bisa diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode tersebut ke sebuah reader, juga karena mempunyai kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan tidak bisa deprogram ulang sehingga menyulitkan untuk menyimpan dan memperbaharui data dalam jumlah besar untuk sebuah item. Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul adalah menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip, teknologi inilah yang dikenal dengan RFID. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak dilakukan secara kontak langsung atau mekanik melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet. Berbeda dengan smart card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip, kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh Suatu sistem RFID secara utuh terdiri atas 3 komponen yaitu : 1. Tag RFID, dapat berupa stiker, kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Didalam setiaptag ini terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu. 2. Terminal Reader RFID, terdiri atas RFID-reader dan antena yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Terminal RFID akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan

14

didalam tag melalui frekuensi radio. Terminal RFID terhubung langsung dengan sistem Host Komputer. 3. Host Komputer, sistem komputer yang mengatur alur informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup sistem RFID dan mengaturkomunikasi antara tag dan reader. Host bisa berupa komputer stand-alonemaupun terhubung ke jaringan LAN / Internet untuk komunikasi denganserver.

Gambar 2.1 Alur Informasi RFID

Label RFID Label RFID atau yang biasa disebut RFID tag sendiri, pada dasarnyamerupakan suatu microchip berantena, yang disertakan pada suatu unit barang.Dengan piranti ini, perusahaan bisa mengidentifikasi dan melacak keberadaansuatu produk. Seperti halnya barcode, yang memiliki Universal Product Code(UPC), sebuah tag RFID memiliki Electronic Product Code (EPC) berisiidentitas produk tersebut, mulai dari nomor seri, tanggal produksi, lokasimanufaktur, bahkan tanggal kadaluarsa.EPC adalah identifikasi produk generasi baru, mirip dengan UPC ataubarcode. Seperti halnya barcode, EPC terdiri dari angka-angka yangmenunjukkan kode produsen, produk, versi dan nomor seri. Namun, EPCmemiliki digit ekstra untuk mengidentifikasi item yang unik. Ukuran bit EPCyang mencapai 96-bit memungkinkannya secara unik mengidentifikasi lebihdari 268 juta produsen, masing-masing memiliki lebih dari satu juta jenisproduk, sementara sisanya masih mencukupi untuk melabel seluruh produkindividualnya. Informasi EPC inilah yang tersimpan di dalam chip RFID. Tipe RFID tag

15

RFID tag dapat bersifat aktif atau pasif. RFID Pasif RFID tag yang pasif tidak memiliki power supply sendiri. Dengan hanyaberbekal induksi listrik yang ada pada antena yang disebabkan oleh adanyafrekuensi radio scanning yang masuk, sudah cukup untuk memberi kekuatanyang cukup bagi RFID tag untuk mengirimkan respon balik. Sehubungandengan biasanyasederhanya, power dan pasif biaya, nomor maka maka ID akan respon saja. dari suatu semakin RFID yang pasif ukuran hanya Dengan tidak adanya power kecilnya

supply padaRFID tagyang

menyebabkan

dariRFID tag yang mungkin dibuat. Beberapa RFID komersial yang saat inisudah beredar di pasaran ada yang bisa diletakkan di bawah kulit. Pada tahun2005 tercatat bahwa RFID tag terkecil berukuran 0.4 mm x 0.4 mm dan lebihtipis daripada selembar kertas. Dengan ukuran sekian maka secara praktisbenda tersebut tidak akan terlihat oleh mata. RFID tag yang pasif inimemiliki jarak jangkauan yang berbeda mulai dari 10 mm sampai dengan 6meter. RFID tag yang pasif harganya bisa lebih murah untuk diproduksi dantidak bergantung pada baterai. RFID aktif RFID tag yang aktif, di sisi lain harus memiliki power supply sendiri danmemiliki jarak jangkauan yang lebih jauh. Memori yang dimilikinya jugalebih besar sehingga bisa menampung berbagai macam informasi didalamnya. Jarak jangkauan dari RFID tag yang aktif ini bisa sampai sekitar100 meter dan dengan umur baterai yang bisa mencapai beberapa tahunlamanya. Perbedaan sifat antara RFID aktif dan pasif dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.1 Perbedaan RFID Aktif dan RFID Pasif

16

RFID tag juga dapat dibedakan berdasarkan tipe memori yang dimilikinya : 1. Read / Write (Baca/Tulis) Memori baca/tulis secara tidak langsung sama seperti namanya,memorinya dapat dibaca dan ditulis secara berulang-ulang. Data yangdimilikinya bersifat dinamis. 2. Read only (Hanya baca) Tipe ini memiliki memori yang hanya diprogram pada saat tag inidibuat dan setelah itu datanya tidak bisa diubah sama sekali. Databersifat statis. Frekuensi Radio dan Jangkauan Ada empat macam RFID tag yang sering digunakan bila dikategorikanberdasarkan frekuensi radio, yaitu: Low frequency tag (antara 125 ke 134 kHz) High frequency tag (13.56 MHz) UHF tag (868 sampai 956 MHz) Microwave tag (2.45 GHz) Jarak antara antena pembaca RFID dengan tag secara langsungdipengaruhi oleh frekuensi kerja yang digunakannya. Frekuensi RFID yangberbeda akan menghasilkan jangkauan yang berbeda pula. Frekuensi RFIDyang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah 13.56 MHz denganmenggunakan RFID reader/writer ACR 120 dengan tag Mifare 1 kbytememiliki jarak operasi 10 cm.
17

Mifare 1 Kbytes (MF1 1C S50) RFID tag yang digunakan pada KTM STT Telkom adalah Mifare 1Kbytes dengan spesifikasi sebagai berikut Mifare, RF Interface (ISO/IEC 14443 A) 1. Pertukaran data secara contactless dan tidak dibutuhkan baterai untukpertukaran data dansupply energy 2. Jarak operasi hingga 10 cm 3. Frekuensi operasi 13,56 MHz 4. Kecepatan transfer data 106 kbps EEPROM 1. EEPROM 1 Kbytes, 16 sektor dengan 4 blok tiap sektor denganmasing-masing 16 byte (satu blok terdiri dari 16 bytes) 2. Lama penyimpanan 10 tahun 3. Kemampuan tulis 100.000 kali 4. Transport key melindungi akses ke EEPROM saat pengiriman chip Security 1 Mutual three pass authentication (ISO/IEC DIS 9798-2) 2 Enkripsi data pada kanal RF 3 Serial Number yang unik pada setiap device

18

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI


3.1. Strategi Teknologi Informasi Pada Bank BCA

Dari waktu ke waktu bank ini secara konsisten meluncurkan produk/jasa perbankan terbaru. Salah satunya yang diperkenalkannya pada awal tahun 2007 adalah sistem pembayaran untuk transaksi kecil menggunakan kartu elektronik yang disebut Flazz BCA. Flazz BCA ini adalah eletronic purse atau dompet elektronis yang praktis digunakan untuk melakukan pembayaran atau transaksi berjumlah kecil. Secara teknis kartu ini agak berbeda dengan kartu debit atau kartu kredit karena dalam penggunaanya transaksi bisa dilakukan secara offline dan dapat diisi ulang seperti voucer pulsa. Kurang suksesnya produk perbankan ini dikarenakan kurang terkonsepnya produk tersebut dan jaringan yang belum tersebar luas. Dan masih banyaknya kelamahankelamhan yang terjadi seperti kurangnya minat para nasabah karena banyak keganjilan pada sistem pembayaran atau untuk pada sebagian pemilik bisnis harus mengikuti sistem prosedur yang begitu rumit, susahnya prosedur tersebut yang membuat para sebagian para pemilik bisnis kurang berminat untuk memiliki sistem pembayan tersebut. Ditambah lagi tidak semua toko memiliki sistem pembayaran Flazz BCA. Jikapun ada, pasti sistem pembayaran tersebut belum bisa digunakan karena masih dalam tahap pengadaan walaupun sudah tertera tanda logo dari Flazz BCA tersebut.

3.2.

Teknologi virtual account

Kegagalan pada tahun 2007 membuat Bank BCA lebih mengedepan teknologi yang lebih terarah dan terorganisir dengan jaringan yang lebih luas akhirnya pada tahun 2009 ini BCA memperkenalkan produk terbarunya yang lebih mutakhir lagi pada setoran tunai nasabah yang disebut Virtual Account. Mekanismenya adalah bagi setiap perusahaan yang telah melakukan kerjasama dengan BCA untuk menggunakan Virtual Account akan mendapatkan sejumlah nomor rekening yang nantinya digunakan oleh para nasabah perusahaan tersebut. Artinya, masing-masing nasabah perusahaan tersebut akan memiliki nomor rekening khusus yang akan mereka gunakan untuk melakukan penyetoran. Disebut virtual account karena setoran yang masuk ke rekening tersebut hanya sesaat. Begitu sampai ke proses batch (proses induk komputer melakukan transaksi akhir hari) maka saldo dari setoran akan dipindahkan ke rekening
19

perusahaan induk, sehingga rekening virtual nasabah akan selalu nihil. Sedangkan keesokan harinya pada rekening induk akan muncul laporan transaksi kredit/setoran yang secara rinci menjelaskan: siapa saja penyetor dan jumlah setoran masing-masing penyetor.

3.3.

Keuntungan memiliki Virtual Account:


Tidak akan ada lagi masalah setoran tunai yang tidak diketahui atau tidak teridentifikasi siapa penyetornya; Nasabah yang melakukan setoran di berbagai kantor cabang BCA tidak dikenakan biaya transfer; Nasabah dapat melakukan penyetoran melalui BCA di semua kantor cabang BCA; Nasabah dapat melakukan transfer melalui ATM BCA, m-BCA (mobile banking), KlikBCA (internet banking), atau pemindahan dengan cek/BG BCA.

Virtual Account tidak dapat melakukan transaksi setor dengan warkat kliring karena dana dari warkat kliring tidak dapat efektif pada hari penyetoran. Produk terbaru dari BCA ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan perkembangan bisnis dan menjadi solusi cash management para nasabah BCA.

3.4.

Peranan Middleware pada Bank BCA

Perombakan besar-besaran (overhaul) sistem TI BCA mulai dilakukan pada paruh awal 1990-an. Sistem core banking mulai dibangun dengan menggunakan software Marshal & Illsley Bank dari Amerika Serikat. Dengan begitu, bagian back office BCA sudah bisa terintregasi. Misalnya, sistem produk (tabungan) Tahapan atau Giro sudah terintegrasi kepembukuannya (modu general ledger/GL). Karena itu, begitu terjadi transaksi, tidak harus di-posting lagi ke modul GL, karena sistem akan melakukannya secara otomatis. Dalam arsitektur TI BCA, sistem back-end dijalankan pada mesin mainframe sebagai platform teknologi perbankan yang disebut Integrated Banking System (IBS). Fungsi IBS hanya untuk mencatat saldo nasabah atau mencatat transaksi; sedangkan sistem front-end lebih difokuskan sebagai second-layer. Sistem front-end di kantor cabang menggunakan PC yang dihubungkan dengan jaringan LAN. Sementara untuk ke nasabah terdiri dari beberapa delivery channel, yakni ATM, Internet Banking dan Mobile Banking. Lantaran teknik programming dan messaging
20

antara sistem back-end dan front-end ini berbeda, maka dijembatani dengan aplikasi middleware. Dalam operasionalnya, IBS bersama dengan sejumlah sistem aplikasi yang berorientasi tugas operasional lainnya secara terpadu membentuk platform layanan untuk menangani 3,5-4 juta transaksi per hari sepanjang tahun. Sistem back-end tersimpan didata center BCA. Terkait dengan data center, BCA hingga kini masih mengembangkan sistem dua data center yang saling mem-backup.Tujuannya, jika ada masalah disalah satu data center, yang satunya akan mem-backup dan mengambil alih tugas. Tentu saja, biaya pengembangan dta center berganda yang masih relatif amat besar, yakni mencapai US$ 60 juta.

3.5.

Strategi TI di Balik Ekspansi Bisnis BCA

Melihat BCA sekarang seperti menyaksikan gajah bisnis keuangan yang tak bosan menari. Meski bisnis dan bobot (aset)-nya terus berkembang, kelincahannya tak jua berkurang, dan mampu tetap adaptif terhadap perkembangan bisnis consumer banking yang dimasukinya. Seolah-olah ingin menyuarakan pesan bahwa big is beautiful too, asalkan mesin dan sistem bisnisnya mampu mendukung perkembangan bisnisnya. Dari waktu ke waktu bank ini secara konsisten meluncurkan produk/jasa perbankan terbaru. Salah satu produk terbaru yang diperkenalkannya adalah sistem pembayaran untuk transaksi kecil menggunakan kartu elektronik yang disebut Flazz BCA. Terlalu dini memang memastikan apakah Flazz BCA bakal sukses. Namun, sekarang tak ada yang bisa menyangkal bahwa bank ini sukses dengan jaringan ATM-nya yang multifungsi, Internet banking-nya yang aman (berkat penggunaan token) dan dipakai cukup banyak nasabah, serta mobile banking-nya yang menawarkan fleksibilitas. Menyimak produk-produk itu gampang terlihat bahwa teknologi memainkan peranan penting. Arsitektur TI-nya memang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau mau menciptakan delivery channel yang baru, itu mudah, kata Hermawan Tendean, Chief Manager TI BCA. Tapi, sistem TI BCA bisa seperti sekarang tidak tercipta sekaligus. Itu melalui proses yang panjang. Ibaratnya, ada uang sekolahnya.. Lulusan bidang TI dari San Francisco University ini menjelaskan bahwa perombakan besarbesaran (overhaul) sistem TI BCA mulai dilakukan pada paruh awal 1990-an. Sistem core banking mulai dibangun dengan menggunakan software Marshal & Illsley Bank dari Amerika
21

Serikat. Dengan begitu, bagian back office BCA sudah bisa terintegrasi. Misalnya, sistem produk (tabungan) Tahapan atau giro sudah terintegrasi ke pembukuannya (modul general ledger/GL). Karena itu, begitu terjadi transaksi, tidak harus di-posting lagi ke modul GL, karena sistem akan melakukannya secara otomatis. Bersamaan dengan pembangunan back office, konsep sentralisasi sistem komunikasi memanfaatkan fasilitas very small aperture terminal (VSAT) dari provider satu grup, yakni Rintis juga mulai dijalankan. Sistem di kantor-kantor cabang pun distandardisasi. Menurut eksekutif yang bergabung dengan BCA sejak 1987 itu, kala itu investasi yang dibenamkan untuk membangun sistem tersebut mencapai US$ 6-7 juta. Perbaikan selanjutnya dilakukan manajemen BCA pada awal 2000-an. Ketika itu sistem TI BCA diperbarui dengan memperkenalkan konsep Three Tiers (3-tiers), yang mencakup: back-end (back office), middleware, dan front-end (front office). Kami mengadopsi 3-tiers setelah melihat pengalaman bank-bank lain di luar. Kami melakukan benchmarking, terutama ke Citibank dan DBS Bank di Singapura. Lalu, dipelajari untung-ruginya. Jadi basic-nya dari situ ketika berbicara arsitektur TI BCA. Dalam arsitektur TI BCA, sistem back-end dijalankan pada mesin mainframe sebagai platform teknologi perbankan yang disebut Integrated Banking System (IBS). Fungsi IBS hanya untuk mencatat saldo nasabah atau mencatat transaksi; sedangkan sistem front-end lebih difokuskan sebagai second layer. Sistem front-end di kantor cabang menggunakan PC yang dihubungkan dengan jaringan LAN. Sementara untuk ke nasabah terdiri dari beberapa delivery channel, yakni ATM, Internet banking dan mobile banking. Nah, menurut Hermwan, lantaran teknik programming dan messaging antara sistem back-end dan front-end ini berbeda, maka dijembatani dengan aplikasi middleware. Dalam operasionalnya, IBS bersama dengan sejumlah sistem aplikasi yang berorientasi tugas operasional lainnya secara terpadu membentuk platform layanan untuk menangani 3,5-4 juta transaksi per hari sepanjang tahun. Sistem back-end tersimpan di data centre BCA. Terkait dengan data centre, BCA hingga kini masih mengembangkan sistem dua data centre yang saling mem-back up. Tujuannya, jika ada masalah di salah satu data centre, yang satunya akan mem-back up dan mengambil alih tugas.

22

Berbeda dari kebanyakan bank lain, BCA memisahkan antara data centre dengan disaster recovery centre (DRC)-nya. Sistem DRC telah dimiliki BCA sejak 1989. Sejak 2002, sistem DRC ini ditempatkan di Singapura dan dipercayakan pada IBM untuk mengelolanya. Untuk membangun arsitektur sesuai dengan konsep 3-tiers, Tim TI BCA pun dibentuk dan dibagi dalam tiga kelompok, yang saling terintegrasi meski fungsi kerjanya berbeda-beda. Pertama adalah Grup Aplikasi, yang fungsi utamanya membangun atau membuat program aplikasi (software). Misalnya, untuk produk Tahapan, Grup Aplikasi inilah yang merancangnya. Mulai dari pembuatan program untuk nomor rekening; inquiry saldo; perhitungan undian; bunga; biaya administrasi; hingga program pencetakan pada buku tabungan. Mengingat begitu banyaknya jenis aplikasi, maka grup ini dibagi lagi menjadi tiga subgrup. Subgrup Aplikasi Pertama lebih fokus menggarap aplikasi untuk produk pendanaan, seperti Tahapan, Tapres, giro dan deposito. Subgrup Aplikasi Kedua berkonsentrasi mengembangkan aplikasi kredit, mulai dari kredit ritel, korporat, atau kartu kredit. Sementara Subgrup Aplikasi Ketiga bertugas khusus menyiapkan aplikasi sesuai dengan kebutuhan internal BCA seperti aplikasi inventori dan SDM. Boleh dibilang Grup Aplikasi ini merupakan kelompok besar karena diperkuat sekitar 100 orang staf. Kelompok kedua adalah Grup Sistem, Network dan Operasional (SNO). Grup ini terdiri dari sekitar 60 orang. Grup SNO inilah yang menentukan hal-hal seperti back-end-nya akan menggunakan mesin apa, middleware-nya pakai sistem apa, hardware yang dipilih apa, dan sebagainya. Staf operasional bertugas menjalankan program yang telah dibuat dan ditentukan Grup Aplikasi, seperti menghitung bunga komponen biaya administrasi. Selain itu, tim operasional bertugas memonitor sistem supaya tetap berjalan. Jika terjadi problem, mereka harus tahu dan mesti kontak ke siapa. Adapun staf network punya tugas pokok mengelola sistem jaringan. Termasuk, misalnya, menentukan jenis jaringan yang cocok untuk suatu kantor cabang. Biasanya, penentuan jenis jaringan ini tergantung pada volume transaksi dan besar aset kantor cabang. Untuk sistem jaringan cabang-cabang yang besar umumnya menggunakan fiber optik, jaringan multiprotocol label switching (MPLS), dan wireless wide area network (WAN). Menurut Hermawan, sebenarnya penggunaan sistem jaringan yang berbeda-beda itu baru dilakukan dalam 2-3 tahun
23

terakhir. Ini sejalan dengan perkembangan BCA, dari segi jumlah nasabah, transaksi cabang, dan sebagainya. Adapun jaringan VSAT sendiri masih tetap digunakan sebagai back up. Untuk jaringan serat optik, BCA menggunakan fasilitas milik Indosat; serta jaringan MPLS dari Telkom dan icon+ (anak usaha PLN). Sementara wireless WAN memanfaatkan fasilitas dari Angkasa, yang hanya digunakan pada 30-40 cabang yang mayoritas berada di Jakarta. Kami tidak mau tergantung pada satu vendor. Tujuannya, jika terjadi masalah, implikasinya tidak mengena ke semua cabang. Oleh karenanya kami memiliki beberapa vendor, Hermawan memberi alasan. Adapun kelompok ketiga dalam Tim TI BCA adalah Grup Sekuriti. Grup beranggota 20 orang inilah yang menentukan: siapa yang berhak mengakses apa; bagaimana kebijakan password dan antivirus; bagaimana agar sistem tidak dikerjai orang (di-hack); dan sebagainya. Sebenarnya pembagian grup (dalam Tim TI) ini ditujukan supaya mereka benar-benar fokus. Masing-masing grup memiliki tugas dan wewenang yang berbeda, tetapi semuanya saling terintegrasi. Ambil contoh untuk peluncuran kartu Flazz. Jika Grup Sekuriti menganggap suatu produk belum secure. kendati Grup Aplikasi dan Grup SNO sudah mengganggap oke maka produk itu belum bisa diluncurkan. Prinsipnya, Tim TI BCA bertanggung jawab mengembangkan, mengelola dan memelihara proses bisnis berbasis TI melalui berbagai sistem aplikasi perbankan, sistem jaringan data yang menghubungkan semua kantor cabang dan terminal ATM, serta DRC. Semua sistem itu dipantau dan dikendalikan dari IT Management Centre di kantor pusat BCA, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta. Hasil yang dicapai BCA dengan mengembangkan infrastruktur TI yang mapan seperti itu terutama sekali adalah terbangunnya jaringan ATM terbesar di Indonesia dengan fungsinya yang amat beragam. BCA pun bisa meluncurkan layanan Internet banking (ada yang disediakan khusus untuk korporat) yang kemudian dilengkapi dengan mobile banking. Fasilitas-fasilitas delivery itu bukan sekadar ada, tapi juga sudah dimanfaatkan banyak pelanggan yang berarti mendatangkan fee-based income buat bank ini. Layanan Internet banking BCA, misalnya, berhasil mencatat volume transaksi sekitar 695 ribu kali pada September 2001. Pada Februari 2005, jumlah pengguna Internet banking BCA sudah mencapai lebih dari 300 ribu orang dengan total transaksi setahun terakhir mencapai 51 juta kali.

24

Sementara itu, layanan mobile banking BCA juga direspons antusias. Buktinya, hanya dalam waktu 11 hari sejak peluncurannya, layanan ini mampu menyerap 6.873 nasabah untuk mendaftarkan diri sebagai pengguna mobile banking BCA. Untuk layanan mobile banking ini per Februari 2005 terdapat 185 ribu pengguna dengan 17 juta kali transaksi. Dari fasilitas-fasilitas tersebut, untuk periode September 2004 hingga September 2005, BCA bisa mendongkrak fee-based income sebesar 31,70%; yakni dari Rp 1,22 triliun pada akhir September 2004 menjadi Rp 1,60 triliun di akhir September 2005. Selain menghasilkan fee-based income, pemanfaatan TI di BCA juga mewujudkan efisiensi biaya. Ketika semua jaringan BCA terhubung secara online dan memungkinkan transfer data real time, biaya komunikasi pun bisa terpangkas 50%-60%. Belum lagi penghematan biaya lembur, sewa gedung, hingga infrastruktur. Saat ini BCA memiliki sekitar 7 juta nasabah di 800 cabang, dengan 3.800 jaringan ATM, dan 50 ribu unit terminal Electronic Data Capturer. Kehebatan sistem TI BCA tersebut diakui pengamat TI Adrianto Gani. Menurut Adri, BCA sebagai consumer bank tampaknya sangat menyadari pentingnya delivery channel ketika bank lain lebih memilih berinvestasi membangun sistem inti. BCA dinilainya jeli memosisikan delivery channel-nya sebagai business enabler. Dengan jumlah staf TI yang relatif banyak, menurut Adri, menunjukkan keseriusan BCA mengelola sistem TI-nya. Padahal, bank-bank lain kini lebih banyak memilih cara alih daya (outsourcing). Dengan kemandirian Tim TI-nya itu, tak heranlah BCA bisa lebih lincah dan banyak menetaskan produk baru. Delivery channel BCA memang paling mengagumkan, sehingga nasabah bisa bertransaksi lebih mudah. Kendati begitu, bahwa sistem TI BCA paling canggih ketimbang bank lain. Apalagi, ia mengingatkan, di BCA peran dan fungsi TI lebih sebagai unit pendukung bisnis. Misalnya, bila tim bisnis mempunyai rencana jumlah ATM mesti mencapai sekitar 7 ribu dalam 2-3 tahun ke depan, maka tugas Grup SNO adalah bagaimana supaya sistem dan jaringan itu bisa menampung transaksi yang dihasilkan oleh 7 ribu ATM.

25

Selain arsitektur TI-nya sudah mapan, keberhasilan BCA menghadirkan produk/layanan baru dengan cepat karena sudah ada target dan arahan yang jelas ke depan. Alhasil, sistem TI pun sudah bisa dipersiapkan dari awal. Jika bank hendak meluncurkan produk/layanan baru, maka Tim TI menyediakan sistem TI yang mendukung, yang sudah dipersiapkan untuk jangka panjang. Keseriusan manajemen BCA dalam memberdayakan TI juga tergambar dari anggaran belanja TI rutin, yang bujetnya sekitar US$ 40 juta setiap tahun, baik untuk kebutuhan belanja operasional (opex) maupun belanja modal (capex). Tahun ini, anggaran itu digunakan antara lain untuk standardisasi 20 ribu unit PC menggunakan sistem operasional Windows. selama arah bisnisnya jelas, maka dukungan TI akan selalu mengikuti. Ia memprediksi dalam 3-4 tahun ke depan belum akan ada perubahan yang signifikan. Artinya, selama jangka waktu itu BCA tidak akan mengganti sistem core banking ataupun sistem ATM. Fokus BCA sekarang adalah berupaya meningkatkan pelayanan ke nasabah. Misalnya, dengan mendongkrak tingkat availability. Arahan dari manajemen BCA sudah jelas, yakni mengarah ke consumer banking, sehingga kami mesti memelihara delivery channel sebaik mungkin. Dengan mantapnya organisasi dan infrastruktur TI BCA, kebanyakan orang memang menilai bahwa sistem operasional bank ini sudah sedemikian canggih. Orang melihat seolah-olah sistem TI di BCA ini sangat canggih. Padahal sebetulnya biasa saja. Bank lain juga bisa melakukannya. Kami hanya memosisikan TI ini berdampingan dengan bisnis dan untuk menopang bisnis, sebab percuma punya TI yang hebat jika tidak bisa menopang bisnis. Ini memang bukan masalah canggih atau tidak, tapi soal tepat guna. Di sinilah kejelian BCA.

26

3.6.

Cara transaksi Top Up Kartu Flazz di ATM Non Tunai :

Gambar 3.1. cara menggunakan atm bca non tunai

Sekarang Kartu Flazz Anda bisa di Top Up (isi ulang) melalui seluruh ATM Non Tunai (ANT) BCA yang ada di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya

Gambar. 3.2. cara transaksi top up flazz

1. Masukkan Kartu Paspor BCA ke ANT 2. Masukkan PIN Kartu Paspor BCA

27

3. Pilih Menu Top Up Flazz 4. Masukkan Nilai Top Up. Tekan Benar 5. Tarik kartu Paspor BCA dan masukkan kartu Flazz ke mesin ANT 6. Tampil Saldo Awal dan nilai Top Up. Tekan Benar 7. Masukkan PIN Kartu Paspor BCA 8. Apabila transaksi berhasil saldo Kartu Flazz akan bertambah, struk akan Keluar dan ambil kembali Kartu Flazz Anda.

Gambar. 3.3. cek saldo flazz

1. Masukkan Kartu Flazz ke ANT dan jangan ditarik sebelum transaksi selesai diproses 2. ANT akan menampilkan saldo Kartu Flazz 3. Tekan Selesai dan ambil Kartu Flazz

3.7.

Daftar Lokasi Merchant Flazz

Telah terjalin kerja sama antara BCA dengan sejumlah merchant, mulai dari restoran siap saji hingga SPBU. Sejak pertama kali diluncurkan tahun 2007, jumlah merchant tersebut makin bertambah. Kini anda dapat menikmati kecepatan dan kenyamanan bertransaksi di merchantmerchant berlogo Flazz.

28

Gambar. 3.5. Daftar merchant Kartu Flazz

Gambar. 3.6. Promo di beberapa merchant

Pertama kali diluncurkan, kami merasa pesimis dengan kartu flazz dari BCA. Mengapa ? Karena kita perlu membeli kartu tersebut seharga Rp 25.000. Apa enaknya ? Toh sama saja dengan menggunakan uang tunai. Ditambah lagi dengan melihat kawan saya yang menggunakan kartu flazz tersebut, ternyata malahan lebih lama prosesnya dibandingkan dengan menggunakan uang tunai. Dan dari sisi keamanan, tidak terjamin. Kalau hilang, ya sudah.. Tidak ada pinnya sama sekali. Transaksi tidak dapat di trace. Jadi untuk apa pakai kartu flazz ??

29

Tapi ternyata BCA menyadari bahwa tanpa promosi maka tidak akan dapat menjaring nasabah untuk menggunakan kartu flazz ini. Kini muncullah beberapa promo dengan menggunakan kartu flazz BCA. Saya pun turut merasakan diskon saat pembelian kue di Pastel Macik, dengan menggunakan kartu flazz teman saya. Lumayan hemat lho. Jadi kalau Anda sering berbelanja di outlet2 di bawah ini, silahkan segera ke BCA terdekat, dan gunakan segera kartu flazz Anda. Berikut adalah beberapa merchant yang berpartisipasi :

Dairy Queen Death by Chocolate Raffels Delicious Bakery Es Teler 77 Bengawan Solo Coffee Solaria MaCik SWIRLS Doner Kebab Daily Bread Excelso MM Juice Home Made Saung Gading Caf Seberang

Gambar. 3.6. Promo Flazz BCA Kidzania

30

BAB IV ANALISA
4.1. Kartu Flazz
Wajah Baru Kartu Kredit BCA Card yang dilengkapi dengan Fitur Flazz

Gambar. 4.1. Kartu Flazz

PT Bank Central Asia, Tbk (BCA) Unit Bisnis Kartu Kredit pada hari ini menerbitkan desain baru dari Kartu Kredit BCA jenis BCA Card. Kartu Kredit BCA Card ini diterbitkan dalam versi silver dan gold. Kini Kartu Kredit BCA Card dilengkapi dengan fitur Flazz dan juga chip untuk keamanan Anda. Kartu Kredit BCA Card Anda sekarang mempunyai fungsi ganda, bisa berfungsi sebagai kartu kredit, maupun berfungsi untuk transaksi Flazz. Fitur Flazz adalah cara pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan pemegang kartu. Sebuah gaya hidup penuh kenyamanan untuk berbelanja di food court, restoran fast food, mini market, beli bensin di SPBU, bayar parkir, dan masih banyak lagi. Anda tidak perlu mengitung uang , menunggu uang kembalian, apalagi mendapatkan uang kembalian berupa permen maupun uang pecahan kecil yang terkadang membuat kurang nyaman.

31

4.2. Perbedaan transaksi kartu kredit dengan transaksi flazz.

Jika kartu ini digesek/swipe pada mesin edc dan cardholder dimintakan tanda tangan pada sales draft, maka traksaksi ini adalah transaksi kartu kredit seperti yang selama ini terjadi.

Jika kartu ini ditempelkan (tap) pada mesin reader, maka transaksi ini adalah transaksi flazz (offline) dan cardholder tidak perlu melakukan tanda tangan.

Beberapa informasi Fitur Flazz di Kartu Kredit BCA Card:

Transaksi di merchant Flazz Fitur Flazz sebagai alat bertransaksi dengan fungsi uang tunai; dapat digunakan di merchant bertanda Flazz Top Up/Isi ulang Saldo Flazz 1. Saldo Flazz di Kartu Kredit BCA Card ini dapat di isi/top up 2. Untuk top up saldo Flazz akan diperlakukan seperti bertransaksi dengan kartu kredit, dan akan memotong kredit limit Kartu Kredit BCA Card. 3. Transaksi top up ini, akan ditagihkan ke tagihan Kartu Kredit BCA Card 4. Top up saldo Flazz dapat dilakukan di merchant bertanda Flazz Isi ulang, di kantor cabang BCA dan di ATM Non Tunai BCA

Saldo maksimum Flazz adalah Rp 1.000.000,Apabila Kartu Kredit BCA Card hilang, maka sisa saldo Flazz tidak dapat dikembalikan.

4.3. Bunga
Apa sih tujuan utama para nasabah hendak menyimpan hartanya kepada bank? Selain alasan keamanan, tentunya ada alasan lain dan biasanya alasan ini menjadi biang keladi si A ogahogahan menjadi nasabah Bank X. Alasan itu adalah bunga. Bukan bunga mawar, melainkan bunga tahapan. Ya, bank akan memberikan bunga (keuntungan sekian persen dari tabungan) kepada nasabah yang bersangkutan. Misalnya suku bunga bank X sebesar 6% per tahun dan si nasabah melakukan penyimpanan ke bank X sebesar 1 juta, maka dalam 3 bulan ke depan jumlahnya menjadi :

32

Tabel 4.1. Simulasi Bunga

Bulan 0 1 2 3

Bunga Rp.1000000 Rp.1005000 Rp.1010025 Rp.1010075

Artinya, pada setiap bulan berikutnya, maka jumlah saldo si nasabah akan mendapatkan tambahan sebesar (6% / 12 bulan) = 0.005 dari saldo nya. Jadi, 0.005 dari 1 juta adalah 5 ribu, sehingga untuk bulan pertama saldonya menjadi 1 juta + 5000 rupiah = 1 juta 5 ribu rupiah. Untuk perhitungan bulan berikutnya, saldo yang digunakan bukanlah 1 juta lagi, melainkan saldo terakhir.

4.4. Prinsip Kerja FLAZZ


Kartu Flazz BCA merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan hidup Anda. Menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification), Kartu Flazz pantas untuk disebut sebagai kartu prabayar multifungsi dengan teknologi terkini. Kartu Flazz berbeda dengan kartu kredit dan kartu debit. Bila otorisasi transaksi pembayaran kartu kredit dan debit dilakukan secara online di pusat data bank, otorisasi transaksi untuk kartu Flazz dilakukan langsung di chip di kartu Flazz itu sendiri. Pengisian ulang saldo (top up) pun mudah, cukup membawa Kartu Paspor dan Kartu Flazz ke ATM Non-tunai BCA serta merchantmerchant berlogo Flazz Isi Ulang. Minimum top up Rp 100.000, dan maksimum saldo yang dapat tersimpan di kartu maksimum Rp 1 juta. Selain itu, fitur Flazz juga bisa dinikmati pengguna BCA Card (Credit Card). Dalam kartu akan tertera lambang Flazz di pojok kanan atas kartu. Dengan layanan tambahan ini, selain berfungsi sebagai kartu kredit juga bisa berfungsi sebagai kartu Flazz. Wowinovasinya lumayan OK, karena tidak ada tambahan biaya dan penggunaan cukup mudah tanpa otorisasi apapun.

33

4.5. Kekurangan Kartu Flazz


Untuk mempermudah pemahaman. Anggap kita punya saldo sebesar 5 juta di Bank BCA. Suku bunga yang berlaku saat ini sebesar 2% per tahun (sumber ada di sini). Nah, untuk 3 bulan ke depan, saldo kita akan menjadi sekitar Rp. 5.025.543, 374565. (belum dipotong biaya administrasi per bulan sesuai jenis kartu debitnya). Lantas, pada bulan ke 4, kita melakukan top-up ke Flazz kita sebesar 500 ribu. Berarti saldo kita akan berkurang menjadi 4, 5 juta dengan hitungan kasar tanpa bunga. Okay, sekarang kita punya 4,5 juta di tangan kanan dan 500 ribu di tangan kiri. Totalnya sama aja kan 5 juta. walaupun kita punya total uang Rp 5 juta, tetapi yang dihitung untuk penambahan bunga hanyalah sebesar Rp 4,5 juta saja. Kenapa? Soalnya yang terdaftar di saldo sudah merupakan hasil pengurangan terhadap proses top-up yang baru kita lakukan. Rp 500 ribu pada Flazz adalah uang offline. Artinya ia tidak terdapat pada server bank melainkan sudah embedded pada chip Flazz kartu anda. Ruginya di mana? Rugi nya yaitu jika 500 ribu pada Flazz itu sama sekali gak pernah di pakai atau gak habis dalam waktu 1 bulan. Misalnya tersisa 200 ribu lagi pada akhir bulan, nah 200 ribu ini tidak masuk ke perhitungan bunga bulanan. Untuk mengisi top up, dengan mudahnya kita cukup datang ke counter dengan mesin EDC BCA dan bilang ke petugasnya untuk top up Flazz Rp.xx,- . Petugas akan memasukkan BCA Card kita dan melakukan top up yang otomatis akan mengambil limit kredit kita di BCA Card. Dalam proses transaksi ini tidak ada otorisasi apapun baik itu berupa PIN, tanda tangan dan lainnya. Kenapa berbahaya ? karena pada saat BCA Card dengan fitur Flazz kita jatuh ke tangan orang lain, dengan mudahnya dia akan melakukan top up mengambil dari limit kartu kita dan menggunakan fitur Flazz untuk berbelanja sesuka hati, lagi-lagi dengan kemudahan yang diberikan, tanpa otorisasi.

4.6.

Kelebihan Kartu Flazz

Menarik! Sungguh menarik! Sebuah terobosan baru dalam melakukan transaksi yang diciptakan oleh pihak BCA (Bank Central Asia) memang merupakan sebuah ide yang sangat menarik. Bagaimana tidak, berbagai kemudahan telah mereka tawarkan. Transaksi hanya membutuhkan
34

waktu 2 detik saja (Menghemat waktu) karena tidak perlu melakukan input PIN (Private Identification Number), traksaksi tidak perlu menggunakan uang tunai lagi (Menanggulagi masalah uang palsu dan pencurangan uang kembalian), dilakukan secara offline sehingga menjadi lebih murah (Tanpa potongan pajak apapun mengingat transaksi tidak menggunakan pulsa apapun), meningkatkan mutu e-Payment di Indonesia (Mengingat Indonesia ada diurutan paling bawah dari 156 negara yang terdaftar oleh VISA - Data diambil dari Suara Pembaruan), serta berbagai kemudahan lainnya.

4.7.

Keamanan Kartu Flazz dan produk yang lain

Kartu kredit - Sedikit bisa lebih dibilang aman, karena setidaknya untuk dapat melakukan proses ini kita butuh langsung online dan meminta verifikasi dari bank, butuh tanda tangan, memakan waktu lebih lama sehingga kemungkinan sang pemilik merchant melihat kartunya nyata secara fisik juga makin besar, untuk penggunaan dari Internet harus menggunakan data lengkap berupa alamat, nama pemilik kartu, expiry date, dan lain sebagainya. Nomor kartupun harus sesuai dengan jenisnya - Master, Discovery, AMEX dan VISA memiliki header dan format penomoran yang berbeda-beda.

Kartu Debit - Menggunakan PIN yang hanya diketahui sang pemilik kartu, sekali lagi dilakukan transaksinya secara online dan mengharuskan verifikasi langsung kepihak bank, bentuk fisiknya juga lebih jelas karena biasanya sang penjual yang menggesekan kartunya baru lantaran meminta PIN. KlikBCA - Diamankan dengan menggunakan SSL 128 bit encryption, dan segala transaksi harus menggunakan PIN yang dimasukan dengan menggunakan Remote BCA. Untuk melakukan login pun harus memiliki Username dan Password yang notabene tidak disebar-luaskan secara umum. Konfirmasi lupa password dan mendapatkan username dan password hanya bisa dilakukan secara manual (Via tlp / datang langsung ke BCA). Mobile BCA - Menggunakan PIN untuk setiap konfirmasi pembayaran, serta transaksi mengatasnamakan informasi rekening anda hanya bisa dilakukan oleh nomor handphone yang anda daftarkan. Segala bentuk konfirmasi pun dilakukan manual.

35

Namun bagaimana dengan BCA Flazz? Kenyataan bahwa transaksi yang dilakukan hanya 2 detik secara umum akan memberikan gambaran bahwa penggesekan kartu akan dilakukan oleh pemilik kartu itu sendiri (Secara fisik tak terlihat oleh pemilik merchant). Selain itu kenyataan bahwa kartu ini bekerja secara offline dan bahwa didalamnya terdapat chip dengan kapasitas 16megabyte, mengindikasikan bahwa segala informasi di input dalam kartu tersebut. Tidak memiliki PIN atau tanda pengenal lainnya memungkinkan siapapun bisa mengakui kartu milik orang lain. Dsb. Satu-satunya yang bisa diandalkan kartu ini adalah Encryption. Lalu encryption yang digunakan apakah sama dengan kebanyakan Smart Card di luar negeri? Yakni DES (Data Encryption Standard)? Lantas bagaimana kalau orang bisa membaca apa saja yang ada didalam kartu tersebut dan memalsukan nya? Atau bagaimana kalau ada orang mencuri kartu tersebut dari orang lain? Encryption pada Smartcard juga cukup mudah dan murah untuk ditembus, penggunaan tehnik sejenis DPA bisa dibilang sangat berhasil jenis produk seperti ini.

36

BAB VI KESIMPULAN
Kartu Flazz BCA merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia untuk kenyamanan hidup Anda. Menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification). Kartu Flazz menawarkan kecepatan, kemudahan, kepraktisan bertransaksi. Cepat, karena transaksi pembayaran diselesaikan dalam hitungan detik dengan proses kerja contactless (tidak perlu digesek seperti kartu kredit, cukup diletakkan di mesin reader).

37

DATAR PUSTAKA
1. http://www.klikbca.com/individual/silver/product.html?s=69.

2. http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?view=article&catid=11:sistemkomunikasi&id=295:radio-frequency-identificationrfid&option=com_content&Itemid=15

38

Anda mungkin juga menyukai