Anda di halaman 1dari 10

KHUTBAH JUMAH HADHRAT KHALIFATUL MASIH IV R.H. Tanggal 27 Maret 2003 di mesjid Fadhal, London.

Tentang: SIFAT SYUKUR ALLAH TAALA (Lanjutan) Setelah membaca tasyahud, taawwudz dan surah Al Fatihah selanjutnya Hudhur r.h. menilawatkan ayat berikut:

(Sungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat [di masa mereka masing-masing, sebagai] satu keturunan yang sebagiannya [keturunan] dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [lngatlah], ketika isteri ' Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku diwakaflcan [untuk berbakti kepada Engkau], karena itu terimalah dia daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Ali Imran 34 -36) ada khutbah yang lalu saya telah menerangkan terkait dengan mempertalikan (menghubungkan) corak pandangan jihad yang salah pada Islam, yang mana ajaran Islam yang sedemikian indah, penuh kasih sayang dan cinta, namun oleh orang-orang kelompok radikal garis keras telah mereka sajikan ke hadapan dunia dalam corak dan bentuk yang sangat mengerikan dan menakutkan demi untuk kepentingan pribdi mereka sendiri. Dan kemudian sedemikian rupa kondisi tidak adanya rasa malu, yang mana jika ada yang ingin memperbaiki mereka maka mereka akan mengatakan, "Ini adalah musuh Islam dan agen/matamata si fulan dan mata-mata si fulan!. Orang-orang tuna akal ini sama sekali tidak menyadari bahwa dengan sikap seperti ini disamping mereka memburukkan nama dan citra Islam, mereka juga tengah menghancurkan generasi-generasi muda. Dari pangkuan ibu-ibu mereka anak-anak tengah mereka rampas; dari saudara-saudara perempuan mereka, saudara-saudara laki-laki tengah mereka pisahkan; dan dengan memisahkan bapak-bapak dari tumpuannya di masa tua, itu tengah menjadi faktor ketersandungan bagi orang-orang itu di mana-mana. Sebab, anak-anak di bawah umur dan para pemuda tanggung itu

sebelumnya mereka dorong untuk belajar agama, memasukkan mereka di madrasahmadrasah. Kemudian dengan mengimingimingi akan mendapatkan ridha Ilahi dan akan masuk surga, setelah [melakukan brain wash/cuci otak] mendoktrin mereka, anak-anak digunakan untuk maksud-maksud tertentu mereka. Dan seberapa banyak para pemimpin seperti itu, mereka tidak akan pernah menghiraukan anak-anak mereka untuk pekerjaan-pekerjaan seperti itu. Sama sekali tidak ada rasa takut terhadap Tuhan. Gerakan Wakaf Nou (Wakaf Baru) Tetapi sebaliknya, ada satu lagi kelompok lain yang menyajikan ajaran Islam yang indah dan hakiki di hadapan dunia. Yang sesuai dengan nubuatannubuatan Rasulullah saw, sambil mengamalkan ajaran-ajaran Hadhrat Masih Mau'uda. s. mengatakan: "Kini tinggalkanlah pandangan jihad; sebab kini, perang dan pembunuhan atas nama agama adalah haram." Dengan menyatakan haram jihad dengan peperangan dan jihad dengan pedang beliau mengatakan bahwa "Datanglah kepada jihad yang lebih besar dan zahirkanlah keindahankeindahan Islam di hadapan dunia. Tampilkanlah dalil-dalil Al-Quran di hadapan dunia. Bungkamlah mulut dunia dengan argumentasi-argumentasi. Taklukkanlah hati dunia dengan dalil-dalil dan cinta". Dan ini bukanlah hanya sekedar ungkapan-ungkapan

semata, bahkan telah membuktikan kepada dunia bahwa kini keabadian/kelanggengan Islam dan kemajuannya adalah terkait dengan Masih-nya Muhammad saw., yang setelah dengan dalil-dalil mengalahkan hati orangorang beliau telah menaklukkannya seraya berkata: "Kami telah memperlihatkan pekerjaan pedang dengan pena". Jadi, kini ibu-ibu dan bapak-bapak yang mengimani Masih Mau'ud atas imbauan Khalifah, seiring dengan mengamalkan sunnah para nabi dan para pilihan Allah, untuk memasukkan (menggabungkan) ke dalam "tentara" Masih Mau'ud telah mempersembahkan anak-anak [mereka] sebelum kelahirannya dan hal ini akan terus dilakukan. Dalam kaitan ini Hadhrat Khalifatul Masih IV bersabda bahwa "Ssebagaimana ibu Hadhrat Maryam telah memohon kepada Tuhan:

kepada anak-anakku, dan di dalam diri mereka teruslah alirkan karunia/nikmat ini kepada mereka...." Kemudian khalwatlbermunajat yang Hadhrat Masih Mau'ud a. s. telah lakukan itupun termasuk dalam bahasan ini. Beliau selama 40 hari siang malam, terus berdoa

"Wahai Tuhan-Ku, apapun yang ada di dalam perutku/kandunganku itu saya tengah persembahkan untuk Engkau. Saya tidak mengetahui apa barang/benda itu. Apakah itu perempuan atau laki-laki. Apakah itu bagus atau tidak. Apapun itu saya tengah serahkan kepada-Mu, terimalah dariku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui". Doa ini sedemikian rupa disenangi Tuhan sehingga itu telah diabadikan untuk generasi yang akan datang di dalam Al-Quran. Demikian pula doa Hadhrat Ibrahim a. s. berkenaan dengan keturunan beliau dan doadoa para nabi lainnya berkenaan dengan keturunan mereka, semua ini terabadikan dalam Al-Quran. Terkadang secara zahir akan nampak kepada kalian judul/bahasan mengenai wakaf, dan terkadang di sebagian tempat itu tidak akan nampak sebagaimana tertera di sini "Wahai Tuhan, saya dalam perlindungan Engkau tengah mewakafkan anak ini". Tetapi, terkadang akan nampak doa itu kepada kalian, "Wahai Tuhan, nikmat apa yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, itu anugerahi pulalah

bermunajat dengan khusyuk kepada Tuhan bahwa: "Wahai Tuhan, anugerahilah padaku keturunan yang menjadi sahaya-Mu, menjadi sebuah hadiah dariku di hadapan-Mu". Nah, inilah sunnah para nabi dan sunnah para pilihan Tuhan. Dan pada zaman ini, inilah amal ibu-ibu dan bapak-bapak Ahmadi dalam mengamalkan sunnah ini, amal yang cantik, yang mana anak-anaknya mereka persembahkan untuk pengorbanan. Mereka tengah berpartisipasi dalam jihad, tetapi dalam jihad ilmu dan pena, dengan ikut bergabungn dalam tentara Masih Mau'ud a.s. Dan, insya Allah,. inilah orang-orang yang akan meraih kemenangan, yang di dalamnya tegak berdiri nizham dan Khilafat, selain itu tidak ada metode lain yang akan meraih kesuksesan." Kewajiban Orang Tua Anak-anak Waqaf Nou Sebagaimana pamer dalam shalat-shalat adalah sebuah kehancuran, demikian pula dalam jihad pamer itupun kecuali kehancuran sedikitpun tidak akan memperoleh apa-apa. Tetapi ibu-ibu dan bapak-bapak yang setelah kalbunya penuh dengan ruh pengurbanan dan penuh dengan gejolak itu lalu mempersembahkan anak-anaknya untuk pengkhidmatan kepada Islam, bagi mereka pun terdapat tanggung jawab, sebab jika sedikit waktu saja tidak diingatkan maka terkadang kedua orang tua lupa akan tanggung jawab atau tugastugas mereka, karena itu meskipun bidang Waqfi Nou terus mengingatkan tetapi tetap saya merasakan bahwa perlu sedikit disampaikan mengenai hal ini Di dalam kaitan ini suatu hal yang sangat perlu mendapat perhatian. Saya ingin sampaikan dalam kata-kata Hadhrat Khalifatul-Masih IV rh.a.: "Jika kita lalai dalam perawatan dan pendidikan/tarbiyat

anak-anak Waqfi Nou itu maka kita akan dinyatakan orang yang berbuat kesalahan di hadapan Tuhan, dan kemudian sama sekali tidak dapat dikatakan bahwa secara kebetulan peristiwa-peristiwa ini terjadi; karena itu seyogianya pertama-tama kedua orang tua berikanlah pengawasan sendiri pada anak-anak mereka, dan jika mereka beranggapan bahwa anak dari segi fitratnya tidak layak untuk wakaf maka mereka seyogianya dengan jujur dan takwa menginformasikan kepada Jemaat bahwa "Saya tadinya dengan niat yang tulus ingin mempersembahkan hadiah di hadapan Tuhan, tetapi dengan sangat disesalkan di dalam diri anak terdapat hal-hat ini dan ini. Jika kendatipun demikian Jemaat siap untuk mengambilnya, maka saya hadir (taat); tetapi kalau tidak wakaf ini dimansukhkan (dibatalkan)". Khutbah tanggal 10 Februari 1989. Kedua orang tua telah mempersembahkan anak-anaknya untuk pengurbanan dan Jemaat untuk tarbiyat dan perkembangannya juga telah membuat program-program, tetapi anakanak dalam tarbiyat nizham Jemaat hanya berada dalam beberapa jam dalam seminggu. Dalam beberapa jam itu hak tarbiyat mereka tidaklah bisa terpenuhi; karena itu bagaimanapun juga ini merupakan tanggung jawab kedua orang tua untuk menaruh perhatian pada pendidikan tarbiyat mereka. Dan sejalan dengan itu sebagaimana dengan sedemikian tulus dan iringan doa sebelum kelahiran telah mempersembahkannya, teruslah lakukan rangkaian doa-doa berkesinambungan untuknya, sehingga anak setelah menjadi wujud yang berguna dapat dimasukkan dalam nizham Jemaat. Bahkan sesudah itu pun sampai nafasnya yang terakhir seyogianya kedua orang tua terus mendoakan karena kerusakan/menjadi rusaknya [anakanak] tidak dapat ketahuan; oleh sebab itu kedua orang tua senantiasa terus memanjatkan doa untuk kesudahan yang baik dan dapat memenuhi hak wakaf itu sampai akhir." Menanamkan Kesetiaan Ada beberapa hal yang untuk tarbiyat merupakan hal yang penting. Kini, ke depan

untuk pendidikan tarbiyat anakanak Waqfi Nou/wakaf baru, yang seyogianya kedua orang tua lakukan dan ini penting, itu saya akan sampaikan. Di dalam hal itu,perkara yang paling penting adalah masalah kesetiaan, yang tanpa itu tidak ada pengurbanan yang dapat disebut sebagai pengorbanan. Berkenaan dengan ini, dalam katakata Hadhrat Khalifatul-Masih IV ada beberapa hal yang saya akan sampaikan. Beliau dalam menasihati ke dua orang tua [Waqfi Nou] bersabda: "Ajarkanlah sifat setia pada anakanak yang mewaqaflcan diri. Hubungan setia dengan orang yang mewakafkan diri merupakan ikatan yang sangat erat. Seorang pewakaf diri yang tidak berpegang teguh pada wakafnya sampai akhir dia telah terpisah, kendatipun Jemaat menghukumnya atau tidak, dia telah melekatkan/menempelkan noda pembangkangan pada ruhnya sendiri dan ini merupakan noda yang sangat besar. Karena itu kalian yang telah mengambil keputusan untuk mewakafkan anak-anak kalian, ini merupakan keputusan yang sangat besar. Sebagai hasil pengambilan keputusan mewakafkan anak itu adalah anak-anak itu menjadi waliullah yang agung, atau dari kondisi umumpun mereka terus jatuh, dan merupakan kemungkinan besar kerugian yang besar akan jatuh menimpa mereka. Seberapa tinggi ketinggian, begitulah tambah lebih besarnya bahaya untuk jatuh dari ketinggian itu. Oleh karena itu dengan penuh hati-hati didiklah mereka dan ajarkankanlah kepada mereka tarbiyat kesetiaan, dan lakukanlah berkali-kali. Dan selamatkanlah anak-anak kalian dari kelicikan-kelicikan sederhana. Sejumlah anak-anak melakukan kenakalan-kenakalan dan kelicikankelicikan dan mereka menjadi terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Dia, kemudian di dalam agamapun mereka terus menerus melakukan kenakalan dan kelicikan seperti itu. Dan sebagai dampaknya terkadang karena seringnya melakukan kenakalankenakalan, kenakalan itu sendiri yang menghancurkan jiwa mereka.

Oleh karena itu perkara wakaf merupakan hal yang sangat penting. Berilah pengertian kepada anak-anak wakaf bahwa "kita telah melakukan janji dengan Tuhan yang kita kita lakukan dengan tulus, tetapi jika kalian tidak bisa mampu memikulnya maka kalian diizinkan untuk kembali/tidak meneruskan wakaf. " Akan tiba lagi sebuah pintu gerbang lain. Yakni tatkala anak-anak ini sampai pada umur baligh/mereka dewasa, pada waktu itu Jemaat kembali akan menanyakan kepada mereka: "apakah kalian ingin masih tetap dalam wakaf atau tidak ingin tetap dalam wakaf?" Wakaf ialah dimana seorang sampai nafas terakhir/sampai mati tetap teguh dengan setia pada wakaf. Meskipun adanya segala macam luka, manusia sambil menyeret tertatih-tatih terus melangkah maju di jalan ini, tidak pernah kembali". Khutbah khutbah tanggal 10 Februari 1989. Shalat 5 Waktu Selain itu ada lagi suatu hal lain yang penting dan ini menurut saya merupakan salah satu dari perkara yang paling penting, bahkan hal yang paling penting, yaitu tanamkanlah kebiasaan pada anakanak untuk melaksanakan shalat lima waktu; sebab di dalam agama mana tidak ada ibadat maka itu bukanlah agama. Kebiasaan itu seyogianya tanamkanlah pada anak-anak, dan yang paling penting untuk itu ialah contoh kedua orang tua. Jika mereka sendiri adalah orang yang itaat beribadah maka anak-anak pun akan menjadi orang yang taat melakukan salat; namun jika tidak, maka nasihatnasihatnya yang kosong tidak akan ada pengaruhnya kepada anak-anak. Hadhrat Khalifatul-Masih IV bersabda: "Mulai dari sejak kanak-kanak tarbiyat diperlukan, adat kebiasaan ini pada anakanak tidak begitu saja dengan tiba-tiba dapat tumbuh. Metodenya Rasulullah saw. telah memberikan arahan bahwa dari umur 7 tahun sayogianya mulailah mengajarkan kepada mereka untuk melakukan shalat, dan lakukanlah seperti itu dengan cinta dan kasihsayang. Tidak perlu bersikap keras, tidak perlu

memukul, ajarkanlah kepada mereka dengan cinta dan kasih-sayang, maka mereka akan menjadi terbiasa. Pada prinsipnya ibu bapak yang rajin melaksanakan shalat maka anak-anak mereka yang baru berumur 7 tahun pun akan mulai melakukan shalat. Kami telah melihat di rumah-rumah kami, cucu-cucu kami dan lainlainnya benar-benar anakanak umur 1 tahun setengah 1 tahun setengah bersama dengan yang berumur 2-2 tahun begitu datang mereka langsung melakukan niat dan mereka berdiri untuk melakukan shalat, sebab bagi mereka suatu hal menarik melihat itu. Berdiri di hadapan Tuhan, duduk, rukuk menarik bagi mereka dan mereka ikut serta berdiri. Tetapi itu bukan shalat melainkan hanya sebuah upaya tiruan yang merupakan tiruan yang baik. Akan tetapi apabila anak sampai pada umur 7 tahun maka berilah kepada mereka pendidikan shalat secara teratur/disiplin. Beritahukanlah kepada mereka bagaimana berwudhu, berdiri itu seperti ini, berdiri duduk, sujud dan lainlainnya semuanya berilah pengertian kepada mereka. Sesudah itu apabila anak itu sampai pada umur 10 tahun dia belajar dengan cinta dan kasih-sayang, maka berilah pendidikan shalat kepada mereka secara teratur; kemudian di antara 10 dan 12 tahun tidak apa-apa bersikap keras kepada mereka. Sebab umur senang main seperti itu merupakan umur yang dimana adanya hukuman-hukuman ringan, menyatakan perkataan yang sedikit agak keras, ini selalu penting untuk pendidikan anakanak. Apabila dia mencapai umur baligh, sampai pada umur 12 tahun, maka tidak perlu lagi bersikap keras lagi kepadanya. Sebab urusannya adalah urusan Allah, seberapa Dia (Allah) menghendaki maka Dia dapat memperlakukannya. Jadi, lingkaran tarbiyat manusia mulai dari 7 tahun, bahkan sebagaimana saya telah terangkan itu (tarbiyat shalat) juga mulai dari sebelumnya [hingga] 12 tahun, yakni membentang sampai mencapai usia baligh. Sesudah itu tarbiyat itu tetap berjalan tetapi dalam corak lain. Tanggung jawab seseorang

pada anak-anaknya adalah sampai umur 12 tahun yakni sampai umur baligh. Pelajaran Adab (Akhlak) Sejumlah hal-hal kecil yang nampak kecil jika diucapkan tetapi sangat penting untuk memperbaiki akhlak, misalnya, adab tata cara makan, ini perlu seyogianya diajarkan. Kini ini merupakan perkara yang di rumah hanya kedua orang tua saja yang dapat melakukannnya atau sekolah-sekolah atau sekolah tingkat SMU di mana ada asrama dan di sana ada pengawasan yang ketat, di sana adab tata krama ini diajarkan kepada anakanak, tetapi pada umumnya banyak sekali sekolah-sekolah di Dunia Ketiga dimana halhal itu tidak diamalkan seperti itu, karena itu ini mutlak (bagaimanapun) merupakan tanggung jawab/kewajiban orang tua. Tetapi di sini secara sekilas saya ingin sebutkan, misalnya, Sekolah Hafiz Al-Quran dimana setelah tamat kelas 5 anak-anak masuk di sana. Dari berbagai rumah [tangga], dari berbagai keluarga, dari berbagai lingkungan, dari berbagai kampung dan berbagai kota anak-anak datang, tetapi di sana saya lihat bahwa tarbiyat mereka sedemikian bagusnya dan sedemikian tinggi standar pengawasannya dan sedemikian bagusnya akhlak yang diajarkan sejalan dengan kegiatan mereka menghafal Al-Quran. Anak-anak makan dengan sedemikian rapi sehingga kita heran karenanya. Kendatipun anak-anak yang beragam lingkungan bahwa, misalnya, "Bacalah Bismillah dulu baru makan, makanlah apa yang di depan, apabila memasukkan lauk-pauk dari piring besar maka masukkanlah sesuai takaran yang bisa dihabiskan. Apabila perlu lagi maka ambillah untuk kedua kalinya. Makan dengan tangan kanan, doa setelah selesai makan" [hal-hal itu yang diajarkan, di Rabwah]. Jadi, inilah barang-barang/pelajaranpelajaran kecil yang bagaimanapun juga dari sejak dini kepada anak-anak Waqfi Nou khususnya, dan kepada setiap orang pada umumnya hendaknya hal itu diajarkan. Nah, contoh Madrasah hafal (hafiz) Al-Quran yang telah saya berikan semoga rangkaian pendidikan yang mereka telah mulai ini terus

berlanjut dan kedua orang tua pun berilah pendidikan tarbiyat kepada anak-anak sesuai dengan metode seperti ini. Kemudian ada juga sejumlah anak-anak yang dimasa kecil mereka memiliki adat istiadat dan ini merupakan hal yang sedemikian kecil yang mana sebagian ibu bapak tidak memperhatikan hal itu, yang mana anak-anak setelah makan dengan tangan yang kotor mereka memegang beberapa barangbarang lainnya, kepada mereka berilah pengertian dengan cara yang baik. Maka, ini merupakan adat kebiasaan yang bisa ditiadakan pada masa kanak-kanak dan setelah besar maka ini akan terhitung dalam akhlak yang tinggi. Pentingnya Suri Teladan Orang Tua & Sifat Qana'ah Hadhrat Khalifatul-Masih IV mengenai pentingnya mengairi akhlak yang mulia di dalam diri anak-anak bersabda: "Setiap anak yang ikut dalam Wakaf Nou dari sejak kecil seyogianya mereka cinta pada kebenaran dan benci pada berkata dusta. Dan kebencian ini seolah-olah seyogianya mereka dapatkan dari air susu ibunya (secara alamiah). Sebagaimana radiasi mengalir masuk ke dalam sesuatu benda, seperti itulah dari seorang [ibu)] yang merawat/memelihara anak-anak dalam bimbingan bapak kebenaran itu seyogianya tertanam dalam hati anakanak. Maksudnya, ialah kedua orang tua lebih dari sebelumnya harus menjadi orang yang benar/jujur. Bagi kedua orang-orang tua anak-anak Wakaf Nou hal ini perlu di catat bahwa kedua orang tua lebih dari sebelumnya mereka harus menjadi orang yang benar/jujur. Tidak penting bahwa semua orang tua orang-orang yang mewakafkan diri berdiri tegak pada standar yang tinggi, yang diperlukan untuk orangorang mukmin yang berada pada martabat yang tinggi. Oleh karena itu kini demi untuk tarbiyat anak-anak itu mereka (orang tua) pun muiai harus menaruh perhatian pada tarbiyat diri mereka sendiri. Dan di rumah mau tidak mau harus memiliki cara bicara yang jauh lebih hati-hati dibandingkan dengan sebelumnya dan seyogianya hati-hati pada hal yang sia-sia.

Sebagai senda-gurau sekalipun di masa yang akan datang mereka tidak akan berdusta. Sebab, amanat Tuhan yang suci kini tengah dipelihara di rumah kalian dan amanat suci itu memiliki beberapa tuntutan yang kalian harus penuhi. Oleh karena itu, lingkungan rumahrumah seperti itu, dari segi kebenaran seyogianya menjadi sangat bensih dan suci". Kemudian beliau bersabda: "Berkenaan dengan merasa puas dengan apa yang ada telah saya katakan bahwa dengan anakanak waqaf sangat erat kaitannya. Dari sejak kecil anakanak itu dijadikan menjadi anak yang puas/cukup dengan apa yang ada (qana'ah) dan seyogianya menciptakan rasa tidak tertarik pada keserakahan dan mengikuti hawa nafsu. Jika dengan akal dan pengertian kedua orang tua dari sejak awal memeberikan tarbiyat seperti itu maka anak-anak menjadi seperti itu tidaklah sulit. Walhasil, penting menyampaikan anakanak itu pada martabat yang paling tinggi dalam hal kejujuran dan [pandai memegang] amanat. Ceria & Ketaatan Kepada Nizham Selain itu, dari sejak kanak-kanak pada pembawaan anak-anak seperti itu seyogianya diciptakan jiwa/watak periang/ceria. Sifat pemurung tidak dapat berjalan beriringan dengan seorang yang mewakafkan diri. Seorang pewakaf diri yang berwatak pemurung/tidak periang senantiasa menciptakan masalah dalam Jemaat, dan terkadang fitnah yang sedemikian berbahaya pun mereka timbulkan. Oleh karena itu watak periang dan bersama dengan itu jiwa tabah/lembut, yakni dapat bersabar menahan kata orang lain, kedua sifat ini sangat penting ada pada anak-anak yang mewaqakafkan diri. Selain itu menanamkan kebiasaan bekerja keras pada anak-anak wakaf, menanamkan ketaatan dari sejak kecil pada nizham Jemaat, menghubungkan mereka dengan Athfalul-Ahmaddiyah, mengaitkan mereka dengan Nasirat, dan mempertalikan mereka dengan Khuddamul-Ahmadiyah pun merupakan hal yang sangat penting". Kutipan dari khutbah Jumaah Khalifatul Masih IV 10 Januari 1989. Kini, ini merupakan barang-barang/hal dimana sejumlah anak-anak Wakaf Nou beranggapan bahwa kami merupakan Badan

yang terpisah seperti halnya Badan-badan lain di bawah jemaat, anak-anak Wakaf Nou pun juga merupakan bagian dari (di bawah) Badanbadan Jemaat yang sudah ada juga. Saya bersama ini memberikan referensireferensi (rujukan-rujukan) Hudhur rahmatullaah `alayhi karena ini merupakan gerakan yang sangat luhur, yang Hudhur rahmatullah telah dirikan. Dan faedah-faedahnya pun kini sudah mulai tampak dan di masa yang akan datang Saudara-saudara, insya Allah, akan melihat bahwa betapa dengan sedemikian banyak dan sampai dalam jangka waktu yang panjang faedah-faedahnya akan tampak. Insya Allah. Bersabda: "Karakter dibentuk di masa kecil. Jika terjadi keterlambatan maka terpaksa harus bekerja keras. Ada sebuah peribahasa bahwa bila besi itu panas maka seyogianya itu diputar (ditempa). Tetapi ini merupakan besi masa kanak-kanak yang mana Tuhan tetap membiarkannya tetap lunak sampai masa yang panjang. Dan dalam kondisi lunak ini gambargambar/bekas-bekas yang ingin kalian torehkan itu biasanya menjadi permanent/kekal. Oleh karena itu ini adalah saat-saat [memberikan] tarbiyat dan di dalam bahasan tarbiyat hal ini seyogianya diingat bahwa kedua orang tua seberapapun mereka memberikan tarbiyat lisan tetapi bila karakter mereka tidak sesuai dengan amalnya maka anak-anak akan mengambil kelemahannya, dan sisi yang teguh/positif itu mereka akan tinggalkan. Di sini bagi kedua orang tua merupakan bahan renungan, bahwa ini merupakan sebuah peraturan pada saat hubungan dua generasi (saat interaksi antara ibu dan bapak) yang mana banyak bangsa-bangsa menjadi hancur karena melupakannya dan karena memegang teguh/mengingatnya bangsa memperoleh kemajuan. Sebuah generasi yang meninggalkan pengaruhnya kepada generasi mendatang di dalam itu pada umumnya perturan-peraturan (ketentuan) inilah yang berlaku yaitu bahwa anak-anak lebih cepat meniru kelemahan-kelemahan orang tuanya dan perhatian mereka kurang kepada katakatanya.

Jika perkataan itu merupakan karakter yang luhur dan kemudian di tengah-tengah ada kelemahannya maka anak akan memegang sisi kelemahan yang ada di tengah. Oleh karena itu ingatlah, untuk tarbiyat anak-anak kalian harus melakukan tarbiyat untuk diri kalian sendiri. Kalian tidak akan bisa mengatakan kepada anak-anak, "Wahai anak-anak, senantiasalah berkata jujur sebab kalian akan menjadi muballigh. Kalian janganlah menjadi orang yang tidak jujur karena kalian akan menjadi muballigh. Janganlah menggibat, janganlah berkelahi dan bertengkar karena kalian adalah anak wakaf', kemudian ke dua orang tua setelah mengatakan ini selanjutnya mereka sedemikian rupa berkelahi, bertengkar, lalu sedemikian rupa mengeluarkan kata-kata kotor di antara satu dengan yang lain, dan mereka sedemikian rupa saling menghina kemudian mengatakan bahwa: "Kami telah menasihatkan kepada anak-anak; kini kami tengah menjalani kehidupan kami", ini tidak akan bisa. Apapun kehidupannya itu itulah kehidupan anak-anak. Kehidupan khayali yang mereka telah buat bahwa lakukanlah ini, anakanak sedikitpun tidak akan menghiraukannya. Ibu bapak yang berdusta seperti itu seratus ribu kali (seribu kali) mereka katakan kepada anakanak bahwa "Tatkala kalian ini berdusta maka kami sangat terpukul. Kalian berkata benarlah demi untuk Tuhan, sebab di dalam kebenaran itu terdapat kehidupan". Anak akan mengatakan hal itu "betul", tetapi dari dalam [hatinya] yakin bahwa ibu bapaknya itu dusta, maka dia pasti berdusta. Oleh karena itu pada saat hubungan dua generasi peraturan-peraturan ini berlaku, clan akibat tidak menghiraukan itu di antara sesama mereka terjadi kekosongan". Dari kutipan khutbah Hadhrat Khalifatul Masih IV tanggal 8 Desember 1989. Nah, orang-orang tua anak-anak wakaf, dari itu mugkin telah dapat diperkirakan pentingnya fungsi mereka bahwa seyogianya bagaimana perhatian itu di arahkan ke arah mentarbiyati diri sendiri. Kemudian sebagaimana saya telah sebutkan dalam kata-kata Hudhur: "Lingkungan rumah tangga kalian seyogianya jadikanlah sedemikian rupa damai dan penuh

dengan cinta sehingga anak-anak pada waktuwaktu senggang, bukannya melewati waktunya di luar dari rumah melainkan mereka menyukai melewatkan waktunya dengan ke dua orang tua mereka, [sehingga akan] terlahir sebuah lingkungan persahabatan. Anakanak dengan terbukaltransparan dapat juga bertanya kepada orang tua dan sembari tetap berada pada koridor adab tata krama, anak-anak dapat membicarakan segala macam perkara." Oleh karena itu ibu-bapak berdua seyogianya harus memberikan pengorbanan. Janji yang kedua orang tua telah jalin dengan Tuhan, untuk memenuhi janji, bagaimanapun juga kedua orang tua harus siap memberikan pengorbanan. Dan inipun sebelumnya Saudara-saudara telah dengar dan inilah Hudhur telah nasihatkan kepada kedua orang tua, sayapun inilah yang saya katakan. Terkadang sejumlah orang tua tidak mau meninggalkan haknya, bahkan mereka berupaya merampas secara tidak benar lalu menekan pula bahwa "oleh sebab anak kami masuk dalam Wakaf Nou karena itu jika kami melakukan kesalahan sekalipun maka kami seyogianya diperlakukan dengan lemah lembut". Ini tentu tidak bisa. Pentingnya Menjaga Kehormatan Nizham Kemudian hal ini saya perjelas bahwa keburukan macam apapun juga baru mendapat tempat di dalam hati apabila hilang pengecualian akan baik dan buruknya. Terkadang secara zahir seorang tengah melakukan segala macam kebaikan. Shalat-shalat juga dia lakukan, pergi ke mesjid, dengan orang-orang dia bersikap sopan-santun, tetapi apabila terjadi pengaduan/keluhan yang ringan sekalipun dengan/dari seorang individu nizham (pengurus) Jemaat karena suatu sebab, atau tidak ada keputusan yang sesuai dengan keinginannya, maka pertama terhadap pengurus itu di dalam hatinya timbul rasa tidak senang. Kemudian berkenaan dengan nizham terlontar entah dimana kalimah yang ringan (celaan) akibat dari [keputusan] pengurus itu. Lalu di rumah, di hadapan anak-anak, dengan istri atau dengan keluarga terdekat lainnya ada sesuatu yang dia ucapkan, maka dengan cara

seperti itu dalam lingkungan itu dari benak anak-anak akan hilang kehormatan nizham Jemaat. Untuk menegakkan kemuliaan/rasa hormat pada nizham Jemaat benar-benar sangat perlu kehati-hatian. Di dalam katakata Hadhrat Khalifatul-Masih IV nasihat ini saya sampaikan kepada Saudarasaudara: "Sangat penting diajarkan kepada mereka rasa hormat kepada nizham. Kemudian di dalam rumahrumah masing-masing jangan seyogianya mengatakan perkataan-perkataan yang dari itu dapat menganggap enteng (tidak hormat) kepada nizham Jemaat, atau terjadi pengaduan terhadap seorang pengurus. Jika itu benar juga sekalipun namun tetap saja apabila kalian melakukan itu di rumah maka anak-anak kalian dari itu akan terluka/kecewa untuk selamalamanya. Kalian sekalipun mengadukan (menyatakan) dapat menjaga iman kalian, akan tetapi anak-anak kalian akan merasakan luka yang lebih dalam. Ini selalu merupakan luka yang mana bagi yang terkena, dia tidak begitu terkena/tidak sedemikian rupa merasakan, tetapi orang yang melihat dari dekat akan lebih terasa. Oleh karena itu orang-orang yang tidak hati-hati mengomentari nizham Jemaat, anakanak mereka kurang lebih pasti akan mengalami kerugian. Dan sejumlah/sebagian mereka rusak/sia-sia untuk selama-lamanya. Terhadap anakanak wakaf seyogianya diberikan pengertian bahwa "Jika dari seseorang ada pengaduan, meskipun harapanharapan kalian berkenaan dengan itu betapapun besarnya, sebagai dampaknya kalian jangan menyia-nyiakan diri kalian...... berilah pengertian kepada mereka bahwa kecintaan yang sebenarnya ialah kepada Allah dan agama-Nya. Seyogianya jangan mengatakan sesuatu yang dapat merugikan nizham Jemaat. Jika kalian mendapat kesusahan atau kerugian dari zat/pribadi seseorang [pengurus] maka sama sekali sebagai dampaknya bukanlah bahwa kalian mempunyai hak untuk mulai melukai lingkungan kalian (bicara sana sini), temanteman kalian, anak-anak kalian dan iman-iman

anak-anak kalian. Hendaknya rasa luka kalian dengan penuh ketabahan batasilah hanya pada diri kalian, dan sarana-sarana yang Allah telah sediakan secara tertib untuk pemulihannya upayakanlah itu". (Khuthah Jumaah tangga110
Januari 1989.)

Tanamkan Rasa Takut Kepada Allah Ta'ala Kemudian ada suatu hal umum yang perlu diingatkan kepada kedua orang tua. Mereka seyogianya menciptakan rasa takut kepada Allah dalam diri anak-anak, jadikanlah mereka orang-orang yang bertakwa. Dan ini tidak akan bisa selama kedua orang tua sendiri tidak menjadi orang yang muttaqi atau tidak berupaya menjadi orang yang muttaqi (bertakwa). Sebab, selama Saudara-saudara (para orang tua) tidak mengamalkan, ucapanucapan di mulut belaka tidak akan ada pengaruhnya. Jika seorang anak melihat ibu-bapaknya tidak menjaga hak-hak tetanggatetangganya, mereka tengah merampas hak-hak saudarasaudara perempuannya. Dalam hal-hal kecil di antara suami istri, di antara ibu bapak timbul kesalah-fahaman dan mulai terjadi pertengkaran. Maka memberikan tarbiyat kepada anak-anak dan menciptakan ketakwaan dalam diri mereka menjadi sangat kulit. Oleh karena itu demi untuk tarbiyat anak-anak kita pun penting perbaikan pada diri kita sendiri. Dalam kaitan ini Hadhrat Khalifatul-Masih IV bersabda: "Jadikanlah anak-anak wakaf itu menjadi anak-anak yang bertakwa dari sejak kanakkanak. Ciptakanlah lingkungan mereka itu bersih clan suci. Janganlah membuat gerakan-gerakan, yang karenanya hati mereka bergeser dari agama lalu mulai cenderung pada dunia. Berilah perhatian penuh sedemikian rupa kepada mereka sebagaimana sesuatu barang diserahkan kepada orang lain, takwa merupakan suatu barang yang dengan perantaraannya anak-anak ini mulai dari sejak dini dapat menyerahkan mereka kepada Tuhan, dan segenap perantara dan tahapan-tahapan dari tengah-tengah akan menjadi bergeser. Secara umum Waqfi Nou akan berhubungan juga dengan Tahrik Jadid dan

akan tetap berhubungan dengan nizham Jemaat. Tetapi pada hakikatnya anak-anak yang kalian serahkan kepada pangkuan Tuhan dari sejak dini Tuhan sendiri yang akan memeliharanya, Dia sendiri yang akan mengurusnya, Dia sendirilah yang akan mengawasinya, sebagaimana Allah telah memelihara Hadhrat Masih Mau'ud a. s. beliau menulis: "Dari sejak permulaan, hari-hari saya dilalui di bawah naungan Mu, saya tinggal menetap di pangkuan Mu bagaikan seorang bayi menyusu". Jadi, jalan yang ada hanya satu, dan hanya satulah jalan itu bahwa wujud kita clan wujud anak-anak yang kita wakaflcan hanya kita serahkan di tangan Tuhan dan mereka mulai bermain bersuka ria di tangan-tangan Tuhan". Khutbah Juma'ah 1 Desember 1989. Kebanggaan Sebagai Anak Wakaf Nou & Calon Muballigh Kemudian tanamkanlah perasaan kepada anak-anak itu bahwa "kalian adalah seorang anak yang mewakaflcan diri, clan di zaman ini tidak ada lagi barang/hal yang lebih besar dari ini. Ciptakanlah rasa puas pada yang ada di dalam diri kalian, dalam urusan kebaikan lihatlah orang-orang yang lebih dewasa dari kalian dan berupayalah maju tampil ke depan. Tetapi kekayaan dunia atau kepemimpinan [duniawi] seseorang jangan mempengaruhi kalian, bahkan dalam masalah itu lihatlah orang yang lebih rendah, dan bergembiralah bahwa Tuhan telah menganugerahkan taufik kepada kalian untuk mengkhidmati agama. Dan dengan harta itu Dia telah menjadikan kalian kaya-raya. Janganlah mengharapkan dari siapapun. Mintalah segala sesuatu dari Tuhan kalian". Dalam suatu jumlah besar, masya Allaah, anak-anak wakaf telah sampai pada umur baligh. Mereka sendiripun seyogianya menaruh perhatian pada hal ini. Secara isyarah saya juga memberitahukan bahwa Hudhur rahimahullaah pun telah mengutarakan bahwa dalam jumlah besar anak-anak Waqfi Nou tarbiyat mereka seyogianya dilakukan dalam corak dan di dalam benak mereka ditanamkan bahwa mereka akan menjadi muballigh.

Pada masa yang akan datang keperluan akan muballigh akan dialami, akan sangat banyak sekali jumlah muballigh-muballigh yang diperlukan, karena itu didiklah/berilah tarbiyat kepada mereka dalam cara sehingga anak-anak mengetahui bahwa kebanyakan dari mereka akan pergi ke medan tabligh, karena itu dari segi itulah seyogianya tarbiyat diberikan. Sabda Hadhrat Masih Mau'ud a.s. Kini saya akan membacakan kutipankutipan Hadhrat Masih Mau'ud a. s.. Beliau bersabda: "Mewakafkan kehidupan/diri di jalan Allah, yang merupakan hakikat Islam, terdiri atas dua macam. Pertama, hanya Allah sematalah yang dinyatakan sebagai sembahan, maksud dan Kekasih sejati dan juga dalam ibadat kepada-Nya, cinta, takut dan dalam hal menggantungkan harapan kepada-Nya tidak lagi ada sekutu lain yang menandingi. Dan dalam daya pengkudusan dan pensucian-Nya, dalam ibadat dan segenap tata-krama penghambaan kepada-Nya, dalam hal hukumhukum dan perintah-perintah-Nya, dalam segenap batasan-batasan dan perkaraperkara menyangkut keputusan dan ketentuan samawi diterima dengan sepenuh hati dan lapang dada. Dan dengan penuh ketulusan dan kerendahan serta dengan tekad yang sempurna segenap hukum-hukum, batasanbatasan, peraturan-peraturan, ketentuanketentuan dipikul olehnya; dan segenap kebenarankebenaran suci, makrifat-makrifat suci yang merupakan perantara pengenalan kekuasaan-kekuasaan-Nya yang luas dan merupaka alat/jalan untuk mengetahui ketinggian martabat kerajaan dan pemerintahan-Nya dan merupakan penyuluh jalan bangsa untuk menyampaikan karuniakarunia dan nikmat-nikmat-Nya dapat diketahuinya dengan sebaik-baiknya. Kedua, mewakafkan kehidupan di jalan Allah ialah mewakaflcan diri demi untuk pengkhidmatan (mengkhidmati) hambahamba-Nya, simpati, mendengar keluhan dan pengaduan dan melakukan sesuatu demi rasa solidaritas yang sejati, menahan segenap penderitaan demi untuk memberikan ketenteraman kepada orang lain dan memilih

bagi dirinya rasa duka demi untuk kesenangan orang lain" Ainah Kamalati Islam, Ruhani Khazain jilid 5 hal. 60. Kemudian Hadhrat Aqdas Masih Mau'ud a.s. bersabda: "Seorang Islam ialah yang menyerahkan segenap wujudnya di jalan Allah, yakni mewakaflcan wujudnya untuk Allah, untuk taat kepada kehendakkehendakNya dan untuk meraih keridhaan-Nya. Dan kemudian dia tegak dalam pekerjaan-pekerjaan baik demi untuk Allah; dan mengerahkan segenap potensi-potensi amaliah wujudnya di jalan-Nya, maksudnya ialah secara itikad dan amaliah dia menjadi milik Tuhan. Secara itikad dengan cara bahwa segenap wujudnya dia anggap merupakan suatu benda yang dibuatldiciptakan untuk taat kepada-Nya, fana dan cinta kepada-Nya serta untuk meraih keridhaan-Nya, dan secara amaliah/praktek ialah melaksanakan dengan cara tulus/murni karena Allah kebaikankebaikan hakiki yang berkaitan dengan setiap potensi dan yang berkait dengan segenap taufik yang Allah telah anugerahkan. Tetapi dengan girang, senang hati dan khusyuk seolaholah di dalam cemin kesetiaannya dia tengah melihat wajah kekasihnya Yang Hakiki". Ainah Kamalati Islam; Ruhani Khazain jilid 5 hal. 57-58. Manfaat Wakaf Diri Kemudian beliau bersabda: "Saya rnenganggap merupakan kewajiban saya memberikan nasihat kepada Jemaat saya dan menyampaikan hal ini. Untuk yang akan datang setiap orang memiliki wewenang untuk (mau) mendengarnya atau tidak mendengarnya, bahwa jika ada yang menghendaki keselamatan dan ingin meraih kehidupan murni dan kehidupan kekal abadi maka seyogianya dia mewakaflcan dirinya untuk Allah, dan setiap orang seyogianya senantiasa sibuk dalam upaya dan pemikiran untuk mencapai derajat dan martabat itu yang karenannya dia dapat mengatakan bahwa kehidupanku, matiku, pengorbananku, shalatshalatku adalah semata-mata untuk Allah, dan seperti Hadhrat Ibrahim ruhnya serta merta berkata-kata :

(saya menyerahkan diriku untuk Tuhan sekalian alam). Selama manusia tidak sirna dalam Tuhan, tidak mati melebur dengan Tuhan, dia tidak akan dapat meraih kehidupan baru. Jadi kalian yang memiliki ikatan dengan saya, kalian melihat bahwa wakaf kehidupan/diri untuk agama saya anggap merupakan tujuan saya yang sejati dan utama. Kemudian lihatlah dalam diri kalian bahwa di antara kalian berapa banyak orang-orang yang menyukai pekerjaan saya ini untuk dirinya sendiri dan mencintai mewakaflcan kehidupan/diri untuk Tuhan". AI-Hakam jilid 4 nomor 31 tanggal 31 Agustus 1900 hal. 4. Kemudian beliau bersabda: "Jalan yang benar-benar aman ialah manusia seyogianya memurnikan tujuannya dan murni arahnya kepada Tuhan. Membersihkan hubunganhubungannya dengan-Nya, dan tingkatkanlah keteguhan jalinan itu dan berlari-larilah pada wajah Allak untuk Allah dan Dialah seyogianya menjadi maksud dan kekasih hatinya; dan dengan melangkahkan kakinya pada kebenaran dia terus melakukan amalamal saleh, kemudian barulah sunnah Allah akan mulai bergerak melakukan pekerjaannya. Pandangannya jangan seyogianya hanya tertuju kepada hasil-hasil semata, bahkan pandangan/tujuannya hanya kepada yang satu point itu, untuk sampai pada batas itu jika terdapat syarat bahwa setelah sampai di sana akan (sekali pun) mendapatkan hukuman yang paling berat maka dia tetap pergi hanya ke arah itu. Yakni, tidak ada maksud pergi ke arah sana itu untuk tujuan ganjaran dan adzab, hanya Allah Ta'alalah yang menjadi tujuan sejatinya. Apabila dengan tulus dan setia dia datang ke arah itu dan kedekatan-Nya diraih maka dia ini akan melihat segalagalanya yang mana sama sekali tidak pernah terlintas dalam fikirannya dan kasyaf-kasyaf dan mimpimimpi tidak akan ada artinya apa-apa. Jadi saya ingin menjalankan (membawa orang melalui jalan ini) pada jalan ini dan inilah tujuan utama [saya]". A!-Hakam jilid 10 tanggal 10 Desember 1906 hal. 4.

10

Anda mungkin juga menyukai