Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat

menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Pengaruh keluarga BROKEN HOME terhadap perkembangan anak. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Metode Pengenbangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Muara Labuh, 27 juni 2011 Penulis

Kelompok VI

DAFTAR ISI Kata pengantar Daftar isi . Bab I pendahuluan ... A. Latar belakang masalah ... B. Perumusan masalh ... 1. Apa penyebabnya .. 2. Rata-rata umurnya . 3. Solousinya . Bab II Tinjauan pustaka .. Bab III pembahasan A. Pembahasan . B. Solusinya . Bab IV penutup ... Daftar pustaka .

BAB I PENDAHULUAN A. latar belakang masalah TK Dharmawanita merupakan TK yang berdiri dijorong durian tarung kwcamatan sangir kabupaten solok selatan.TK ini didirikan pada bulan September tahun 1993 atas kesepakatan masyarakat surian tarung. Ide ini muncul karena banyaknya anak-anak yang umur 5 tahun sampai 6 tahun belum dapat pendidikan semenjak dini,kemudian atas kesepakatan bersama dididrikanlah TK Dharmawanita Durian Tarung. Pada TK inilah kami melakukan studi kasus,yang menemukan adanya pengaruh terhadap tingkah laku anak Karena berada pada keluarga yang tidak harmonis dan termasuk keluarga yang broken home.kami menemukan seorang anak yang mempunyai masalah terhadap tingkah lakunya,baik dalam masalah social,kerapian,kesopanan,maupun dalam perkembangan kognitif anak. Yang dimaksud kasus broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu (1) keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kepala keluarga itu meninggal dunia atau telah bercerai, (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Mereka mengalami gangguan emosional bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru.

B. perumusan masalah Anak yang dibesarkan oleh keluarga bercerai yang akhirnya ikut Neneknya, atau Mama + papa tiri, Papa n Mama tiri, ada sarat hasilnya,kalau tetap merasa lengkap / komplit, sebab ketemu Mama / Papa tiri yang baik beruntunglah anak itu, mesti mungkin di hatinya ada rasa ironi ( ingin tetap sama ortu aslinya),apalagi yang kurang beruntung ketemu dengan Papa/ mama tiri yang jahat, diaminilah lagu "ibu tiri/ ayah tiri hanya cinta kepada ibu / ayahku saja"lagu sendu sedan tapi realita dan ironis.

Salah satunya murid di TK Dharmawanita ini: terkadang hati anak itu berharap menjadi Yatim/piatu saja karena Iri dengan sodara tirinya saat ini. karena lebih berfasilitas dari ayah/ibu kandungnya juga. hatinya berkata begitu karena dirinya diperlakuan tidak adil yang dengan apa yang diberikan ayah/ibu kandungnya terhadap dia dan sodara tirinya . akibatnya memunculkan dendam, karena diperlakukan tidak adil. Dia produk keluarga dengan orang tua bercerai,, ibunya cukup beruntung karena menikah dengan laki2 yang baik , yang memperlakukan dia sama dengan anak kandungnya, dalam keluarganya yang sekarang dia damai, tentram bahagia, berkecukupan dan berpendidikan. Tapi dalam hatinya ada dendam/ marah terhadap ayah kandungnya, yang juga berkecukupan tapi tidak meberikan kasih sayang apalagi biaya hidup kepada dia, menjenguk pun tidak sampai besar. bahkan dia sampai tidak tau wajah ayahnya.padahal mereka saling tau alamat masing2. Ada anak kel bercerai, tapi ayahnya tetap memberi uang saku bulanan kepada anak itu, uang saku dasar saja yang padahal anaknya yang lain dapat fasilitas VVIP, dan dia tidak sama sekali. kadang anak kel broken home suka berandai2 ..........andai orang tuaku masih utuh.........andai dan andai. atau kadang kalau dendam berpikir, kenapa tidak salah satu dari orang tua mereka mati saja dan mereka tidak akan merasa berandai2 atau merasa cemburu dengan sodara tirinya yang lain. dan fokus kepada kehidupannya. Apa yang bisa diambil makna nya disini. sebenarnya banyak anak yang produk keluarga broken home bisa tetap bahagia. kenapa. karena orang tua mereka walaupun berpisah............tetap bertindak adil kepada mereka dan sodara2nya masa depan yang akan lahir. dan percayalah anak pasti akan mengerti kalau orang tuanya sudah melakukan terbaik yang dia bisa walaupun tidak sempurna. 1. apa penyebabnya Setelah kami melakukan tinjauan dan mengamati perkembngan anak tersebut baik dilingkungan sekolah,dan rumahnya kami bisa mengambil kesimpulan penyebab anak bermasalah ini adalah: a. Anak tersebut dibesarkan dari keluarga yang broken home b. kurangnya perhatian c. Kurangnya kasih sayang d. Tidak pernah didengar oleh keluarganya e. Sering mendapat tekanan f. Terlalu dikekang oleh orang tuanya

2. rata-rata umurnya Pada studi kasus ini,kami mengamati dua orang anak yang berumur rata rata 5-6 tahun,dimna dalam masa ini anak sangat btuk keluarga,perhatian,kasih saying,pengen didengar,dan tidak boleh mndapat tekanan.karena pada masa ini anak berada dalam masa golsen age,atau masa emasnya dimana 80% otak anak berkembang pada masa ini. Dengan adanya kasih saying,keluarga yang harmonis yang mampu memberikan contoh yang baik bagi mereka maka mkelak akan tumbuh generasi yang penuh intelektual dan penuh dengan kedamaian akibat prilaku baik yang ia terima dri kecil,tapi sebaliknya jika ia didik dengan kbensian dan amarah maka sudah jelas bagaimana bentuk generasi peneruskita selnjutnya. 3.solusinya Setelah kami melakukan pengamatan terhadap anak tersebut lebih kurang dua minggu,kami bias mengambil suatu kesimpulan dan memberikan kami ilmu hingga kami bias mengambil langkah-langkah untuk kita sebagai pendidik untuk mengatasi masalh ini Solusinya antara lain: a. Demi generasi yang berjiwa dan berakhlak mulia,seminim mungkin kta sebagai orang tua harus menghindari perceraian,karena sangat berdampak buruk dan sangat menggangu perkembangan anak kita baik dari psikis,moral,dan tingkah laku anak kita kelak. b. Berikanlah anak kita kasih sayang,karena anak yang tumbuh dengan kasih sayang kelak dia akan tumbuh mnjadi orang yang penuh dengan kelembutan c. Jangan pernah kita untuk mengekang anak,karena pada masa anak-anak inilah merka bisa belajar dari lingkungan dan menemukan sesuatu yang baru dari lingkungan yang mungkin tidak bias mereka dapatkan dirumah. d. Usahakan jika ada konflik antara orang tua hendaknya jangan didepan anak,karna mampu mempengaruhi kondisi psikis maupun tingkah laku anak. e. Anak itu bukan boneka atau patung yang milik orang dewasa,mereka itu mahluk yang perlu didengar apa suara hatinya.kita sebagai orang tua ataupun pendidik hendaknya juga meminta pendapat ataupun diskusi terlebih dahulu mengenal hal apapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian keluarga Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Tipe keluarga Ada beberapa tipe keluarga yakni keluarga inti yang terdiri dari suami,istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.: Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek. Peranan keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Tugas keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikutPemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 1. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga. 2. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masingmasing. 3. Sosialisasi antar anggota keluarga. 4. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga. 6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya. Fungsi Keluarga Fungsi yang dijalankan keluarga adalah : 1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. 2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman 3. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga. 4. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia. 5. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.

6. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masingmasing, dan lainnya. 7. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya. 8. Memberikan kasih sayang, perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. B. Pengertian Broken Home Pengertian broken home menurut bahasa inggris adalah : family in which the parents have separated or divorced ( keluarga yang orang tuanya sudah bercerai atau berpisah ) Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur ( sahabat bersama.com ) Seorang anak yang selalu hidup terisolir dalam konflik kedua orangtuanya, sangat berpontensi melakukan hal-hal negatif dan diluar batas. Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban empuk dalam pertikaian rumah tangga.

Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat si anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosiyang disebabkan, akan membuat si anak mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas. Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap. Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain. Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being, mengungkap bahwa seorang anakyang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah.

Ironisnya, dalam usia belia, mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara seksual. Berdasarkan hal tersebut, Musick mengambil sebuah kesimpulan nyata, bahwa hidup dengan kedua orangtua lengkap takkan menjamin jiwa dan mental seorang anak. Lebih baik anak hidup dan dibesarkan secara sehat dengan orangtua tunggal dibanding harus dengan dua orangtuayang selalu bertengkar, begitu tulis Musick. sumber: http://www.untukku.com/

BAB III PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Broken Home Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat. Namun, broken home dapat juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Karena orangtua merupakan contoh (role model), panutan, dan teladan bagi perkembangan anak-anaknya di masa remaja, terutama pada perkembangan psikis dan emosi, anak-anak perlu pengarahan, kontrol, serta perhatian yang cukup dari orang tua. Orangtua merupakan salah satu faktor sangat penting dalam pembentukan karakter anak-anak selain faktor lingkungan, sosial, dan pergaulan. 2.2 Faktor-faktor Penyebab Broken Home Adapun faktor-faktor yang menyebabkan broken home adalah : 1. Terjadinya perceraian Faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga; kedua, faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga; ketiga, pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat. 2. Ketidak dewasaan sikap orang tua Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh

seseorang dengan segala cara. Pada orang yang seperti ini orang lain tidaklah penting. Dia mementingkan dirinya sendiri dan bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya minimal memperhatikannya. Akibatnya orang lain sering tersinggung dan tidak mau mengikutinya. Misalnya ayah dan ibu bertengkar karena ayah tidak mau membantu mengurus anaknya yang kecil yang sedang menangis alasannya ayah akan pergi main badminton. Padahal ibu sedang sibuk di dapur. Ibu menjadi marah kepada ayah dan ayah pun membalas kemarahan tersebut, terjadilah pertengkaran hebat di depan anak-anaknya, suatu contoh yang buruk yang diberikan oleh keduanya. Egoisme orang tua akan berdampak kepada anaknya, yaitu timbulnya sifat membandel, sulit disuruh dan suka bertengkar dengan saudaranya. Adapun sikap membandel adalah aplikasi dari rasa marah terhadap orang tua yang egosentrisme. Seharusnya orang tua memberi contoh yang baik seperti suka bekerja sama, saling membantu, bersahabat dan ramah. Sifat-sifat ini adalah lawan dari egoisme atau egosentrisme. 3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Mengapa demikian ? Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri, dan waktu adalah uang. Jika telah kaya berarti suatu keberhasilan, suatu kesuksesan. Di samping itu kesuksesan lain adalah jabatan tinggi. Kesibukan orang tua dalam urusan ekonomi ini sering membuat mereka melupakan tanggungjawabnya sebagai orang tua. Dalam masalah ini, anak-anaklah yang mendapat dampak negatifnya. Yaitu anak-anak sering tidak diperhatikan baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat. Contohnya anak menjadi pemakai narkoba, kemudian akhirnya ditangkap polisi dan orang tua baru sadar bahwa melepas tanggung jawab terhadap anak adalah sangat berbahaya. 4. Jauh dari Tuhan Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang tidak taat kepada Tuhan dan kedua orang tuanya. Mereka bisa menjadi orang yang berbuat buruk, yang dapat melawan orang tua bahkan pernah terjadi seorang anak yang sudah dewasa membunuh ayahnya karena ayahnya tidak mau menyerahkan suratsurat rumah dan sawah. Tujuannya agar dia dapat menguasai harta tersebut. Apalagi dia seorang penjudi dan pemabuk. Inilah hasil pendidikan yang hanya mengutamakan dunia, makan dan minum saja, pendidikan umum saja, hasilnya sangat mengecewakan orang tua, akhirnya tega membunuh ayahnya sendiri. 5. Adanya masalah ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri

banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Akan tetapi yang namanya manusia sering bernafsu ingin memiliki televisi, radio dan sebagainya sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang normal. Karena suami tidak sanggup memenuhi tuntutan isteri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami istri yang sering menjurus ke arah perceraian. Berbeda dengan keluarga miskin maka keluarga kaya mengembangkan gaya hidup internasional yang serba mewah. Mobil, rumah mewah, serta segala macam barang yang baru mengikuti model dunia. Namun tidak semua suami suka hidup sangat glamour atau sebaliknya. Di sinilah awal pertentangan suami istri yaitu soal gaya hidup. Jika istri yang mengikuti gaya hidup dunia sedangkan suami ingin biasa saja, maka pertengkaran dan krisis akan terjadi. Mungkin suami berselingkuh sebagai balas dendam terhadap istrinya yang sulit diatur. Hal ini jika ketahuan akan bertambah parah krisis keluarga kaya ini dan dapat berujung pada perceraian, dan yang menderita adalah anak-anak mereka. 6. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, sholat berjamaah di rumah dimana ayah menjadi imam, sedang anggota keluarga menjadi jamaah. Di meja makan dan di tempat sholat berjamaah banyak hal yang bisa ditanyakan ayah atau ibu kepada anak-anaknya seperti pelajaran sekolah, teman di sekolah, kesedihan dan kesenangan yang dialami anak. Dan anak-anak akan mengungkapkan pengalaman perasaan dan pemikiran-pemikiran tentang kebaikan keluarga termasuk kritik terhadap orang tua mereka. Yang sering terjadi adalah kedua orang tua pulang hampir malam karena jalanan macet, badan capek, sampai di rumah mata sudah mengantuk dan tertidur. Tentu orang tidak mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dengan anak-anaknya. Akibatnya anak-anak menjadi remaja yang tidak terurus secara psikologis, mereka mengambil keputusan-keputusan tertentu yang membahayakan dirinya seperti berteman dengan anak-anak nakal, merokok, meneguk alkohol, main kebut-kebutan di jalanan sehingga menyusahkan masyarakat. Dan bahaya jika anak terlibat menjadi pemakai narkoba. 7. Adanya masalah pendidikan Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan di keluarga. Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin menimbulkan perceraian. Jika pendidikan

agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan dibidang pendidikan akan di atasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.

BAB IV KESIMPULAN

Istilah broken home biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di masyarakat. Faktor-faktor yang menyebabkan broken home : 1. Terjadinya perceraian 2. Ketidak dewasaan sikap orang tua 3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab 4. Jauh dari Tuhan 5. Adanya masalah ekonomi 6. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak 7. Adanya masalah pendidikan

DAFTAR PUSTAKA Willis, Sofyan S. 2008. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung : Alfabeta. http://bbawor.blogspot.com/2009/03/pengaruh-broken-home.html http://atriel.wordpress.com/2008/04/08/broken-home/ http://dhekywardana.wordpress.com/2009/09/01/tips-menghadapi-broken-home/

Anda mungkin juga menyukai