Anda di halaman 1dari 15

THE AMAZING OF BRAIN BASED LEARNING

A. RASIONAL Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan ada pepatah yang mengatakan maju mundurnya suatu negara bergantung pada pendidikan belum menggembirakan. yang diberikan kepada masyarakatnya. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Pendidikan Indonesia belum banyak menghasilkan insan yang kreatif, mandiri dan tangguh. Dan salah satu faktor penyebab gagalnya pendidikan di negara kita adalah model pembelajarannya yang kurang efektif. Pembelajaran yang dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan formal saat ini masih banyak yang menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sunarto di sekolahsekolah di Jawa Tengah, hampir 80% guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional. Dan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Ardhana, et al (2004) terhadap beberapa SD di Buleleng (Bali) dan Kota Malang menemukan bahwa 80% guru menyatakan paling sering menggunakan metode ceramah untuk pembelajaran sains. Sedangkan dari pandangan siswa, 90% menyampaikan bahwa gurunya mengajar dengan cara menerangkan, 58,8% berpendapat dengan cara memberikan PR, dan 43,6% menyampaikan dengan cara meringkas, serta jarang sekali melakukan pengamatan di luar kelas.

Model pembelajaran konvensional menurut Philip R. Wallace adalah pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Akibatnya, proses belajar tidak berjalan secara kreatif, efektif, dan menyenangkan. pembelajaran ini, Pada model kadang-kadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal

lainnya, akibatnya siswa kurang memahami materi pelajaran. Tak sedikit siswa yang merasa bosan dan jenuh di kelas, bahkan tak sedikit juga siswa yang menggunakan kegiatan belajar sebagai ajang untuk melamun, tidur dan menggangu temannya. Hal ini dapat membuat hasil belajar siswa tidak maksimal. Selain itu, metode pembelajaran konvensional yang pada umumnya digunakan oleh pendidik, cenderung menekankan pada pola kerja otak kiri siswa saja. Padahal belajar dikatakan berhasil bila otak difungsikan secara optimal atau fungsi otak lebih optimal bila seluruh bagian otak dapat diaktifkan. Dan salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran baru yang berpijak pada proses kinerja otak yaitu Brain Based Learning. Brain based learning atau pembelajaran berbasis otak adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa aktif untuk membangun pengetahuannya yang dilandasi struktur kognitif yang telah dimilikinya serta didasarkan pada cara otak bekerja sehingga diharapkan pembelajaran dapat diserap oleh otak secara maksimal.

B. TEORI POKOK

1. Definisi Pembelajaran Menurut Duffy dan Roehler (1989), pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. 2

Gagne dan Briggs (1979:3) pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa. Proses belajar yang dimaksud disini adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah, Syaiful Bahri dalam Psikologi Belajar: 1999) Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang digunakan oleh guru untuk membantu dan mendukung proses belajar siswa.

2. Otak

Otak secara fisik hanya berukuran 1,5-2 kg, namun terdiri atas 1 triliun sel otak (neuron) dan ada 100 milyar sel tak aktif dan 900 milyarnya adalah sel pendukung lainnya. Walaupun hanya memiliki berat 1,5-2 kg, namun otak memiliki kemampuan yang luar biasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Antony Robin seperti yang ditulis oleh Ramli (2004), dan hal yang sama juga dikemukakan oleh Zulfandri (2004) menyatakan bahwa otak dapat melaksanakan denyut jantung sebanyak 100 kali perhari tanpa disadari, memompa lebih kurang 25.000 liter darah setiap hari melalui pembuluh darah yang panjangnya mencapai 100.000 km apabila ujungnya disambungkan satu sama lain, otak juga memungkinkan mata kita untuk membedakan lebih dari 10 juta warna. Selain itu, otak terus beradaptasi dan berevolusi sepanjang waktu. Kehebatan otak manusia yang lain adalah dalam hal penerimaan informasi. Otak akan mengingat informasi enam kali lebih efektif jika memadukan lebih dari satu indera. Namun, seperti halnya tubuh, otak juga membutuhkan latihan. Latihan meningkatkan aliran oksigen ke seluruh 3

bagian tubuh, termasuk otak, yang secara langsung mengarah pada kesiapan mental. Dengan kehebatan otak yang demikian, sebaiknya modalitas tersebut sangat perlu dikembangkan pada siswa dalam proses belajar.

Berikut teori tentang peranan otak dalam proses belajar: a) Konsep Triune Theory Pada tahun 1970, Paul McClean mulai memperkenalkan konsep Triune Theory yang mengacu pada proses evolusi tiga bagian otak manusia. Dalam hipotesisnya, McClean menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian penting yaitu otak besar (neokorteks), otak tengah (sistem limbik), dan otak kecil (otak reptil) dengan fungsi masing-masing yang khas dan unik. Otak besar (neokorteks) memiliki fungsi utama untuk berbahasa, berpikir, belajar, memecahkan masalah, merencanakan, dan mencipta. Kemudian, otak tengah (sistem limbik) berfungsi untuk interaksi sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang. Otak kecil (otak reptil) sendiri menjalani fungsi untuk bereaksi, naluriah, mengulang, mempertahankan diri, dan ritualis. b) Konsep Otak Kiri Kanan Pada tahun 1950, guru besar psikologi di institut Teknologi California, Roger Sperry menemukan bahwa otak terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Menurut De Porter proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Otak kiri berdasarkan realitas mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas 4

teratur, ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi audiotorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Untuk belahan otak kanan cara berpikirnya bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat nonverbal, seperti kesadaran yang berkenaan dengan perasaaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Selanjutnya, Restak juga mengemukakan bahwa otak kiri berfungsi menjelaskan sesuatu secara verbal atau tulisan. Belahan otak kiri cenderung memecah segala sesuatu ke dalam bagian-bagian dan lebih mengenali perbedaan dari pada menemukan kesamaan ciri. Di samping itu menurut Restak, belahan otak kiri memproses dunia dengan cara yang linear dan runtut. Sebalinya, belahan otak kanan kurang mengandalkan kata-kata dan bahasa, belahan otak kanan lebih bisa melihat gambar secara keseluruhan dengan memperhatikan dan menggabungkan menjadi sebuah gambaran umum. Belahan otak kanan terlibat dalam proses penyetaraan yang melibatkan banyak operasi sekaligus. Menurut Maksan, daya ingat otak kiri bersifat jangka pendek (short term memory), sedangkan otak kanan bersifat panjang (long term memory). Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Freed 1997 dalam Soepalarto) Menurut Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos (The Learning Revolution: 125), secara umum otak kiri memainkan peranan dalam pemrosesan logika, kata-kata, matematika dan urutan yang disebut pembelajaran akademis. Sedangkan otak kanan berurusan dengan

irama, rima, musik, gambar dan imajinasi yang disebut dengan aktivitas kreatif. Namun pembagiannya otak kiri dan kanan tidak sesederhana itu, kedua sisi otak dihubungkan melalui corpus callosum-sistem saklar rumit dengan 300 juta neuron aktifnya secara konstan menyeimbangkan pesan-pesan yang datang, dan menggabungkan gambar yang abstrak dan holistik dengan pesan yang konkret dan logis. Dan menurut penelitian yang dilakukan Jerry Levy pada tahun 1983-1985, kedua belah otak terlibat hampir dalam setiap aktivitas, dan waktu serta derajat keterlibatannya merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi. James Iaccino (1993) mengemukakan bahwa meskipun masingmasing belahan mempunyai spesialisasi yang jelas, masing-masing bagian masih membutuhkan bagian lainnya untuk melengkapi fungsi keseluruhannya. Jadi dengan kata lain, walaupun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda, tetapi setiap individu mempunyai kecenderungan untuk mengunakan salah satu belahan yang lebih diaktifkan atau dominan dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan. Namun keduanya terlibat dalam hampir semua proses aktivitas. Sejalan dengan hal tersebut, Dilip Mukerjea juga mengungkapkan bahwa otak kreatif adalah otak kiri dan otak kanan yang bekerja sinergis. Dalam pembelajaran, hendaknya penggunaan otak kiri dan otak kanan diseimbangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna
c) Konsep Otak Tengah

Selain otak kiri dan otak kanan, ada juga otak tengah. Menurut Eric Jensen (2008:42) otak tengah bertanggung jawab atas tidur, 6

emosi, atensi, pengaturan bagian tubuh, hormon, seksualitas, penciuman, dan produksi kimiawi otak. Otak tengah berfungsi sebagai sebagai jembatan penghubung antara otak kanan dan otak kiri, dan selain itu juga berfungsi sebagai keseimbangan. Otak tengah juga yang mendominasi perkembangan otak secara keseluruhan. Aktivasi otak tengah sekarang mulai menjadi bahan perbincangan dalam dunia pendidikan. Menurut Hartono dalam buku Dahsyatnya Otak Tengah menyebutkan, bila otak tengah telah diaktifkan, daya konsentrasi akan meningkat, kemampuan fisik dalam olahraga akan berkembang, otak kanan dan kiri lebih seimbang, ada keseimbangan hormon, serta daya intuisi meningkat. Otak tengah dapat diaktifkan secara manual ataupun alami. Orang-orang yang otak tengahnya aktif secara alami biasanya disebut orang-orang dengan kemampuan luar biasa, misalnya tuna netra yang bisa melihat, dimungkinkan otak tengahnya aktif secara alami. Sedangkan aktivasi otak tengah secara manual adalah dengan menggunakan gelombang alpha.

3. Pendekatan Brain Based Learning

Brain Based Learning (Jensen, 2008: 12) adalah pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Sejalan dengan hal tersebut, Sapaat (2009) juga mengungkapkan bahwa Brain Based Learning menawarkan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada upaya pemberdayaan potensi otak siswa. Menurut Eric Jensen (2008: 50) pembelajaran yang optimal dengan menggunakan otak bisa dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 7

a) Pra-pemaparan atau Persiapan Tahap ini memberikan kerangka kerja bagi materi atau informasi baru dan mempersiapkan otak siswa dengan koneksi-koneksi yang memungkinkan.
b) Akuisisi

Tahap ini dapat dicapai baik melalui sarana langsung seperti penyediaan lembar informasi atau sarana tidak langsung, seperti dengan menempatkan visual-visual yang terkait. Pra-pemaparan dan akuisisi merupakan pendekatan yang saling melengkapi.
c) Elaborasi

Tahap ini bertujuan untuk mendorong terjadinya pemahaman yang mendalam pada siswa. Contohnya yaitu eksperimen dan bermain peran. Selain itu, tahap ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan oleh teman dan tanya jawab. Pembelajaran tersebut dapat memberikan umpan balik yang sangat berharga bagi siswa.
d) Formasi Memori

Tahap ini mempunyai tujuan yaitu sebuah pembelajaran yang merekatkan, supaya apa yang telah di pelajari pada suatu hari masih tetap ada pada hari sesudahnya. Dengan kata lain memori otak di harapkan mempunyai memori penyimpanan jangka panjang (longterm memory). Kadang-kadang meskipun siswa telah berinteraksi dan bereksperimen, memori masih belum cukup kuat untuk diaktifkan kembali ketika diperlukan. Hal itu di pengaruhi oleh banyak faktor, untuk membangkitkan kembali salah satunya yaitu dengan istirahat yang cukup dan relaksasi. e) Integrasi Fungsional

Tahap ini mengingatkan kita untuk menggunakan informasi tersebut suapaya semakin diperkuat dan diperluas. Dalam hal ini siswa bisa mengaplikasikan informasi yang didapatnya dalam kehidupan seharihari dan bisa menyampaikannya kepada orang lain.

C. ISU SENTRAL

Gambar tersebut merupakan situasi pembelajaran di kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional yang masih menjadi favorit guru-guru di sekolah. Freire (1999) memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber-gaya bank (banking concept of education). Penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi dimana guru memberikan informasi dengan ceramah dan siswa hanya mendengarkan atau mencatat. Akibatnya, proses belajar tidak berjalan secara kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pada model pembelajaran ini, kadang-kadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal lainnya, akibatnya siswa kurang memahami materi pelajaran. Tak sedikit siswa yang merasa bosan dan jenuh di kelas, bahkan tak sedikit juga siswa yang menggunakan kegiatan belajar sebagai ajang untuk melamun, tidur dan menggangu temannya. Hal ini dapat membuat hasil belajar siswa tidak maksimal.

Dengan metode pembelajaran konvensional yang hanya melibatkan siswa pada kegiatan mendengarkan dan mencatat, siswa cenderung mengasah otak kirinya saja yang hanya memiliki kemampuan daya serap sebesar 20 persen. Sementara 80 persen lagi pada bagian otak lain masih jarang diasah. Padahal belajar dikatakan berhasil bila otak difungsikan secara optimal atau fungsi otak lebih optimal bila seluruh bagian otak dapat diaktifkan Dan otak merupakan bagian terpenting dari organ manusia yang berperan utama dalam belajar. Otak juga memiliki beberapa bagian, yang harus diasah secara bersamaan agar fungsinya dapat lebih optimal. Penerapan brain based learning bisa menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan di atas. Guru bisa menggunakan strategi pembelajaran yang berdasar kepada pengoptimalan potensi otak. Hal yang bisa dilakukan seorang guru ketika proses belajar mengajar yaitu dengan menggunakan tahap-tahap brain based learning. 1. Pra-pemaparan atau persiapan
a) Memberikan pengantar atau ulasan tentang topik baru yang akan

disampaikan, bisa dengan memajangnya pada papan pengumuman atau disampaikan secara lisan. Hal ini sebagai bertujuan untuk membuat koneksi pada otak tentang informasi baru yang akan didapat siswa.
b) Menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.

Guru tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat lainnya, seperti di taman, di lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan situasi pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah bosan atau tidak senang terlibat di dalamnya dan dapat menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar. 2. Akuisisi
a) Sajikan pembelajaran yang menarik dan berkesan bagi siswa dengan

menggunakan visualisasi dan warna. Contohnya: Jika ingin siswa memahami tentang sel tumbuhan. Maka ajak siswa mengamati sel tersebut dengan mikroskop (boleh mengamati gambar), lalu siswa disuruh

10

menggambar semenarik mungkin dengan ditambah warna-warni dengan ketentuan yang diberikan guru. Kemudian minta siswa membayangkan sebuah sel tersebut dan gambarkan kembali. Rangsanglah siswa untuk berkreatifitas membuat gambar sebuah sel rancanganmya sendiri tanpa harus terpaku dengan gambar yang ada pada buku atau gambar yang dibuat oleh guru. Dengan demikian jika siswa sudah membayangkan sebuah sel dan dapat menggambarkan kembali serta dapat mengidentifikasi organel-organel sel dan fungsinya, maka berarti konsep sel sudah tertanam pada otak kanan siswa. Dan jika suatu saat ditanyakan serta disuruh menggambar sebuah sel tumbuhan lagi siswa masih bisa. Dan ini yang disebut sebuah memori jangka panjang. Otak akan mengingat informasi enam kali lebih efektif jika secara memadukan visual dan indra pendengaran.
b) Menghadirkan gambar-gambar hidup yang konkret dalam pembelajaran.

Misalnya pada pelajaran sejarah tentang kemerdekaan bangsa Indonesia, siswa bisa diajak untuk menonton video yang memutar tentang kemerdekaan bangsa Indonesia. Menurut Fiske dan Taylor (Jensen, 2008:91) media yang paling baik untuk memasukkan informasi adalah dengan gambar hidup yang konkret. 3. Elaborasi
a) Ajarkan siswa mencatat secara kreatif dengan peta pikiran (mind

mapping). Peta pikiran adalah suatu cara mencatat kreatif yang dapat melatih otak kanan. Catatan yang biasa dibuat secara urut rapi, teratur dari atas ke bawah sesuai aturan yang sudah menjadi kebiasaan berpuluh-puluh tahun, ternyata hanya melatih otak kiri saja. Siswa sering tidak mampu memahami catatannya untuk jangka panjang. Tetapi jika catatan dibuat sendiri secara kreatif oleh siswa dengan cara membuat konsep utama pada tengah halaman buku, kemudian dari konsep utama tersebut dibuat cabang dan ranting yang makin ke ujung memuat konsep yang lebih detail. Sehingga siswa dapat memahami secara lebih mendalam informasi yang didapatnya, siswa dapat memahami isi keseluruhan materi pelajaran dan

11

mengetahui hubungan antar konsep-konsep. Yang perlu diingat adalah dalam merancang sebuah peta pikiran (mind maping) tambahkan gambar dan warna-warna meanrik pada tiap cabang atau ranting konsep.
b) Melakukan eksperimen atau bermain peran. Misalnya dalam pelajaran

bahasa inggris. Untuk melatih kemampuan berbicara siswa dalam bahasa inggris, siswa bisa diajak untuk membuat dan melakukan drama. Selain mengasah kemampuan otak kiri siswa dalam berbahasa, cara seperti ini juga bisa melatih kemampuan otak kanan siswa dalam bidang seni. 4. Formasi Memori
a) Membangkitkan gelombang alpha otak siswa. Gelombang alpha ini adalah

cara untuk mengaktivasi otak tengah. Gelombang otak siswa yang cocok untuk menangkap informasi adalah bila otak siswa berada pada gelombang alpha. Pada panjang gelombang ini siswa terfokus untuk mendengarkan, memperhatikan pelajaran atau berkonsentrasi sehingga apa yang telah di pelajari pada suatu hari masih tetap ada pada hari sesudahnya. Konsentrasi ini ditandai oleh membesarnya pupil mata siswa. Untuk itu, ciptakan suasana menyenangkan bagi siswa. Jika siswa sulit berkonsentrasi maka selingi pembelajaran dengan permainan-permainan singkat yang memotivasi siswa. Perlu juga pengaturan jadwal yang tepat seperti tidak tidak menempatkan pelajaran yang sulit pada siang hari dimana pada waktu itu gelombang otak siswa sudah berada gelombang beta. Pada saat itu, siswa sulit menerima informasi. Anjurkan pada siswa untuk memanfaatkan jam belajar antara jam tujuh sampai jam sembilan malam, dimana pada saat itu umumnya gelompang otak juga dalam posisi gelombang alpha. b) Menggunakan musik dalam pembelajaran. Menurut Robert Monroe (dalam Jensen, 2008: 384) musik yang menggunakan tempo frekuensi dan polapola ritmik spesifik bisa membantu dalam meningkatkan konsentrasi, pembelajaran dan memori. 5. Integrasi Fungsional

12

Ajaklah siswa untuk mengaplikasikan informasi yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari dan bisa menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain. D. PESAN DAN SARAN Brain based learning ini, sangat baik jika diterapkan di sekolah-sekolah dibanding dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan yaitu model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional lebih menjadikan siswa sebagai objek saja dan peran guru lebih dominan dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar tidak kreatif dan menyenangkan. Otak merupakan sistem syaraf yang paling vital dan suatu modalitas pembelajaran yang perlu dioptimalkan sebaik mungkin. Model pembelajaran yang seharusnya diterapkan di sekolah pun sebaiknya menggunakan modalitas tersebut agar tercipta proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, diharapkan guru bisa menggunakan brain based learning ini sebagai landasan untuk menciptakan anak didik yang kreatif, tangguh dan mandiri. Selain itu, guru diharapkan bisa lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan strategi belajar mengajar yang berpijak pada prinsip brain based learning.

13

DAFTAR PUSTAKA
Jensen, Eric. 2008. Brain Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dryden, Gordon dkk. 2001. The Learning Revolution. Bandung: Kaifa Gusti, Rini. 2007. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan Pengoptimalan Modalitas Belajar Siswa. Diakses dari: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41073541.pdf Caine, Nummela dkk. 1994. Making Connections: Teaching and The Human Brain. Diakses dari: http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en| id&u=http://edweb.sdsu.edu/people/cmathison/armaitiisland/files/BBLrngPrin.p df Nurhadyani, Dini. 2011. Artikel:Penerapan Brain Based Learning dalam Pembelajaran Matematika untuk Meingkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. Diakses dari: http://dinidinidini.wordpress.com/2011/01/04/140/ Sangkaniparan, Hartono. 2010. Dahsyatnya Otak Tengah. Diakses dari: http://radenbeletz.com/dahsyatnya-otak-tengah.html Sapaat, Asep. 2009. Brain Based Learning. Diakses dari: http://matematika.upi.edu/index.php/brain-based-learning/ Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namun Paling Disukai. Diakses dari: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensionalbanyak-dikritik-namun-paling-disukai/

14

Warpala, Wayan. 2010. Pembelajaran Konvensional. Diakses dari: http://sdtrimulyo.blogspot.com/2010/02/ardhana-et-al-2004-dari-hasil survei.html Wati, Widya. 2010. Makalah Strategi Pembelajaran Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Diakses dari: widya57physicsedu.files.wordpress.com/.../no-29-widya-wati-10-masalahpendidikan.pdf Zikwan. 2009. Menyeimbangkan Fungsi Kerja Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Pembelajaran Membaca. Diakses dari: http://zikwan.files.wordpress.com/2009/03/menyeimbangkan-fungsi-kerja-otakkanan-dan-otak-kiri-dalam-pembelajaran-membaca.pdf http://www.waspada.co.id/index.php/modules/mod_imq/index.php? option=com_content&view=article&id=90305:pembelajaran-masih-cenderungpada-pengasahan-otak-kiri&catid=15:sumut&Itemid=28

15

Anda mungkin juga menyukai