Pasca Peristiwa 11 September 2001, kepentingan AS di Asia Tengah mengalami
beberapa revisi khususnya mengenai masalah keamanan regional, dimana AS memIokuskan pada perang terhadap terorisme internasional dan mencegah agar negara-negara di kawasan tersebut tidak menjadi tempat perlindungan para teroris. Dengan demikian, politik luar negeri AS di Asia Tengah bertujuan untuk mencapai kepentingan nasionalnya, seperti menjaga stabilitas keamanan regional dari aksi-aksi terorisme (keamanan), mengamankan suplai minyak Asia Tengah dan kemudian memasarkannya ke pasaran internasional (ekonomi), dan mengenalkan nilai-nilai demokratisasi dan hak-hak asai manusia, sehingga diharapkan akan terjadi reIormasi dalam bidang politik. Dalam bidang keamanan regional dan sikap preventiI terhadap isu terorisme di Asia Tengah, AS mendorong negara-negara di kawasan Asia Tengah untuk saling bekerjasama, karena Asia Tengah menghadapi ancaman transnasional yang serius, umumnya berasal dari AIghanistan. Ancaman itu berupa gerakan kelompok teroris, Islam ekstrimis, penyelundupan narkotika dan senjata. Masalah-masalah politik-agama merupakan alasan pertama negara- negara Asia Tengah bergabung dengan koalisi anti terorisme pimpinan AS mengingat mayoritas negara di kawasan itu sering terlibat kekerasan sebagai akibat gerakan Islam domestik, yang mempunyai hubungan dengan Taliban dan Al-Qaeda1. Dengan mendukung AS dalam berperang melawan terorisme internasional, negara-negara ini ingin menumpas kelompok-kelompok ekstremis tersebut tanpa mendapat kritikan dunia internasional dan organisasi HAM lainnya, sekaligus mengatasi masalah kurangnya dana dan sumber daya militer2. Janji akan imbalan ekonomi jika mendukung perang AS melawan terorisme menjadi motivasi negara-negara kawasan Asia Tengah, karena situasi ekonomi kawasan tersebut (kecuali Kazakhstan) sulit pulih dari krisis paska lepas dari Soviet tanpa bantuan asing. Bantuan ekonomi AS berkontribusi besar3 meski tariI untuk menyediakan pangkalan militer juga merupakan sumber pendapatan tersendiri bagi negara-negara tersebut4. Negara-negara Asia Tengah juga membutuhkan bantuan untuk mengekspor barang-barang dan sumber daya alamnya agar bisa menembus pasar internasional karena wilayahnya terisolasi.
1 SvanLe L Cornell and 8eglne A SpecLor"ceottol Aslo Mote tboo lslomlc xttemlst" dalam 1be wosbloqtoo Ooottetly vol23/nol WlnLer 2002 hlm 193 2 Sulalman Sadla "1be kole of ceottol Aslo lo wot Aqolost Clobol 1ettotlsm lototlstlc Apptlsol" dalam 5ttoteqlc 5toJles volxxll/no2 Summer 2002) hlm 86 3 Sulaiman, Op.Cit. hlm. 85 4 Ibid, hlm. 86 Pasca serangan 11 September 2001, negara-negara AsiaTengah menawarkan ruang udara dan bantuan lain terhadap pasukan koalisi yang beroperasidi AIghanistan. Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan masing-masing menjadi basis daripasukan koalisi selain menyediakan akses ke pangkalan udaranya. Pada 2003, Uzbekistanmenjadi basis pelaksanaan aksi militer di Irak dan Kazakhstan menyediakan sekitan dua lusin tentara untuk rekonstruksi Irak. Mengenai kebijakan AS pasca-11 September, penekanan dilakukan pada penguatankeamanan negara-negara Asia Tengah untuk melawan terorisme, proliIerasi, danperdagangan senjata. Kepentingan strategis yang lain meliputi reIormasi internal(demokratisasi, HAM, dan pasar bebas) serta pengembangan energi. Kebijakan administratiIjuga diterapkan untuk mengintegrasikan negara-negara Asia Tengah ke dalam komunitasinternasional sehingga mereka mengikuti keamanan yang bertanggungjawab dan kebijakan-kebijakan lain, serta mengecilkan kemungkinan pertumbuhan kelompok xenoIobik,Iundamental, serta orientasi anti-Barat yang mengancam perdamaian dan stabilitas. Tujuandari kebijakan administratiI yang diterapkan mereIleksikan karakteristik yang berbeda darinegara-negara ini. Kepentingan AS di Kazakhstan meliputi keamanan dan pemusnahansenjata nuklir dan biologi (termasuk bahan baku dan Iasilitasnya) dari era Soviet. Di Tajikistan, bantuan AS berpusat pada rekonstruksi ekonomi. Selain itu, perusahaan energi AS juga telah melakukan investasi dalam sektor minyak dan gas di ketiga negara. Walaupun masih banyak perdebatan timbul dalam keterlibatan AS di Asia Tengah seperti keraguan terhadap konIlik internal yang membahayakan personil AS sendiri,ketertarikan Kongres terhadap Asia Tengah kian meningkat sebagaimana digambarkan dalam sebuah kalimat dalam 'Silk Road pada 1999 (P.L. 106-113) yang mengizinkan perhatian politik yang lebih serta bantuan untuk menunjang penurunan konIlik, kebutuhan pokok,perkembangan ekonomi, transpor (termasuk jalur pipa sumber energi) dan komunikasi,kontrol perbatasan, demokrasi, serta pembentukan sebuah civil society di Kaukasia Selatandan Asia Tengah.