TINGKAT 1 A
PENSERTIAN kALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam
resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).
Panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-
tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada
keduanya (Wijayamartaya, 1991: 9).
Pendapat lain mengatakan, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6).
Menurut Kridalaksana, kalimat adalah suatu bahasa yang secara relative berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara actual maupun potensial
terdiri dari klausa (Kridalaksan dkk, 1984:224).
Satu bagian nujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap, adalah kalimat (Keraf, 1978:
156).
kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan
kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
SEARAH AHASA
ke|ah|ran 8ahasa Indones|a
P Bangsa ndonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai
ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa
persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan
ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi ndonesia.
Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa
yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan
pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di ndonesia saat itu.
O Pemuda-pemudi ndonesia pada masa pergerakan berhasil
menyelenggarakan ongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres tersebut
tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda. krar
Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu
salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Adapun bunyi ikrar lengkap pemuda ndonesia yang dikenal dengan sebutan
Sumpah Pemuda itu adalah sebagai berikut
Teks Sumpah Pemuda
- ami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah ir Indonesia.
- ami putera dan puteri Indonesia mengaku
berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
- ami putera dan puteri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Secara historis bahasa ndonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab
bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah
menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah
Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa ndonesia.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai
berikut.
P Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca
(bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh
wilayah NUsantara.
P Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
P Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan
tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga
tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
P Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
P danya semangat reIa berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan
yang muIia
!erkembangan Bahasa Indonesia SebeIum Masa oIoniaI
P Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada
masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad V adalah bahasa Melayu.
Sementara itu, bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu
dapat ditemukan pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu
untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut.
O Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683
Masehi.
O Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang) berangka
tahun 686 Masehi.
O Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka tahun
686 Masehi.
O Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai
Musi) berangka tahun 686 Masehi.
O Prasasti dengan nama nskripsi Gandasuli yang ditemukan di daerah
Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi.
O Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya
berbentuk prosa diselingi puisi (?).
O Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang
berisi suatu model syair tertua.
!erkembangan Bahasa Indonesia di Masa oIoniaI
P Pada abad XV, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara mereka
sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa
perantara dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan
adalah naskah/daftar kata yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di
samping itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang
mendirikan sekolah di Nusantara terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh
karena itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B.
1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah
bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa elayu.
!erkembangan Bahasa Indonesia di Masa !ergerakan
P Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa ndonesia tidak berjalan
dengan mulus. Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa
ndonesia itu sebagai kerikil tajam. Oleh karena itu, dimunculkanlah seorang
ahli pendidik Belanda bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan politik bahasa
kolonialnya. si politik bahasa kolonial Niewenhuis itu lebih kurang sebagai
berikut.
P Pengaruh politik bahasa yang dicetuskan Niewenhuis itu tentu saja
menghambat perkembangan bahasa ndonesia. Banyak pemuda pelajar
berlomba-lomba mempelajari bahasa Belanda, bahkan ada yang meminta
pengesahan agar diakui sebagai orang Belanda (seperti yang dilukiskan
Abdul Muis dalam roman Salah suhan pada tokoh Hanafi).
P Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon, bahasa ndonesia
mengalami perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat
membenci semua yang berbau Belanda; sementara itu orang-orang
bumiputera belum bisa berbahasa Jepang. Oleh karena itu, digunakanlah
bahasa ndonesia untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan
membantu tentara Dai Nippon melawan tentara Belanda dan sekutu-
sekutunya.
!erkembangan Bahasa Indonesia
1.
Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan ommissie voor
de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat Ketetapan
Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas:
mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-
dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam
bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan;
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;
menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai
dengan keadaan hidup di sekitarnya.
2. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir
Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah
sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan
bahasa dan sastra ndonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang
digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa ndonesia yang
dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan
yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
3.
Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah
Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa ndonesia di Solo, Jawa Tengah.
Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu,
seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar
Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa
ndonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen,
mendirikan nstitut Bahasa ndonesia, dan
menjadikan bahasa ndonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan.
4. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang
pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh.
Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa ndonesia sebagai
bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi
pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan,
sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa ndonesia.
Hal yang demikian menyebabkan bahasa ndonesia mempunyai peran
yang semakin penting.
5. 18 Agustus 1945 bahasa ndonesia dinyatakan secara resmi sebagai
bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa
negara adalah bahasa ndonesia.
6. 19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai
penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal
dengan sebutan Ejaan Soewandi.
7. Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan
bahasa dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah
namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah
menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya
lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa.
8. 28 Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa
ndonesia di Medan, Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas
prakarsa Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Mohammad
Yamin.
9. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan
baru yang berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No. 2/1972
10. 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik
Bahasa ndonesia.
11. Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa
ndonesia .
12. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung Kongres Bahasa
ndonesia V di Jakarta.
13. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa
ndonesia V di Jakarta.
14. Tanggal 28 Oktober 2 November 1993 berlangsung Kongres Bahasa
ndonesia V di Jakarta.
15. Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari pemerintah Republik ndonesia
dan pemerintah Diraja Malaysia untuk mengadakan satu ejaan dengan
mengingat antara bahasa ndonesia dan bahasa Melayu yang
dipergunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih
satu rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha itu antara lain pemufakatan
ejaan Melindo (Melayu-ndonesia), namun usaha ini akhirnya kandas
karena situasi politik antara ndonesia dan Malaysia yang sempat memanas
pada tahun 1963.