Anda di halaman 1dari 42

MENYINGKAP FIKROH HIZBIYYAH DIBALIK SLOGAN YAYASAN

SALAFIYYAH
Bantahan terhadap risalah Askari (Pimpinan Ponpes Ibnul Qoyyim Balikpapan)
" MENDULANG BERKAH DENGAN MEMBUAT YAYASAN SALAFIYYAH "
Oleh:
Abul Husain Muhammad Bin Muhyiddin Al-Jawy
Abu 'Abdirrahman Shiddiq Bin Muhammad Al-Bugisi
di Darul Hadits Dammaj - Markaz Induk Dan Pusat Da'wah
KATA PENGANTAR
;-= ,- Q-= ,- -- ;~-

Q- - ;- - ,--~- ---~- - --=- = --=- '--~ Q- '-~-- ,~ >- = - -)- Q- '--'--
- ' >- J-~- Q- - J~- . V - V -)~ - --- --=- -)~ - 4- ,~ V - -= = -;~ .
;-- V -'-- _= -- ;-- ;--' Q- -- ')- '- ) ( ;--~- ;-- V Q- ] ,-- ' : 102 ] .
Q-- Q- ;---= -- ;-- ;-- '-- ')- '- ) ,-- V'= '-)-- ~- ')= ')-- _-= -= ;-- '~-
- ;- '~- -- -- '=V ( '--- ;---- ' -- ] '~-- : 1 ] .
V;- ;-;- -- ;-- ;--' Q- -- ')- '- ) -- -~ ` ;--;- ;-- ,-- ;--'-- ;-- _-~- -;~ -- =- Q-
;- '- --- ( '--=- [ ,=V : 70 71 ].
-- '-:
--=- - -)- ,-= = '- ~--=- ,-= '- --- J --- --=- J ')-'--=- ;-V ,~
'-- - ->~ J ->~.
Mengkaji topik pembicaraan yang berkaitan dengan problematika dakwah itu bukanlah suatu hal
yang mudah dan ringan, karena Allah telah menggariskan tuntunan dan metode dalam
berdakwah kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam berserta segenap
umatnya, sebagaimana dalam perkataan-Nya:
'- ,-~- _-- = _- ;- ---~ -- J- ) ( Q- ,~-- Q- '- '- = '=-~ --- Q- [ ~~;- / 108 ].
"Katakanlah (wahai Muhammad): Inilah jalan-Ku aku menyeru kepada Allah di atas bashirah,
aku dan orang-orang yang mengikutiku, dan Maha Suci Allah bukanlah aku termasuk orang-
orang yang menyekutukan-Nya." [QS. Yusuf: 108].
Maka daripada itu, tidaklah seorang pun pantas berbicara tentang perihal dakwah melainkan
didasari hujjah yang kuat dari Al-Kitab (Al-Qur'an) dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafus
Shalih (para pendahulu yang shalih), sebab semua itu kelak akan dimintai pertanggung
jawabanya, Allah berkata:
~- ;-- - 4- Q-- '- ~-- '- ) - ( V;-~- -- ' 4-- J ;-- ,~-- [ ,~( / 36 ].
"Janganlah kamu mengikuti perkara apa saja yang kamu tidak memiliki ilmunya, sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya." [QS Al-
Isra: 36].
Terlebih lagi pada permasalahan-permasalahan dakwah yang bersifat kontemporer, hendaknya
seseorang lebih berhati-hati dan senantisa berpegang teguh dengan pedoman dan petunjuk
Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam dalam berdakwah, karena Allah berkata:
( -~= ;~ -- ;~ - ;-- ' --- ) ] ,=V / 21 ].
"Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagi kalian", [QS. Al-Ahzab: 21].
Tentunya kalau kita mau memahami makna ayat ini, maka metode dakwah manakah yang akan
membawa berkah selain dari pada metode dakwah yang telah dijalani oleh Rasulullah? Padahal
Allah telah berkata:
- Q--- '- -- Q- ;~ ,- _-'~- Q- ) ;- Q---;-- J--~ ,-- --- -)- '- - '~ ;-)= -~- _- ;-
( ,-~- ] '~-- / 115 ].
"Barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas baginya petunjuk dan mengikuti jalan selain
jalan orang-orang yang beriman maka kami akan memalingkannya kemanapun dia berpaling
(dalam kesesatan) kemudian kami akan mencampakkannya ke dalam neraka jahannam sebagai
tempat kembali yang paling buruk." [QS. An-Nisa': 115].
Di dalam ayat ini terdapat peringatan keras bagi orang-orang yang mengikuti jalan selain jalan
salafush shalih baik dalam berdakwah atau yang lainnya dari perkara-perkara yang berkaitan
dengan agama ini terlebih di masa kita ini ketika banyaknya bermunculan da'i-da'i bertitel salafy
akan tetapi dakwah mereka jauh dari metode yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam dan tidak pernah ditempuh oleh para salafus shalih, sementara beliau telah berkata:
(( Q-- -)-- '--=- -~ _--~- ;---- -= ;--'- ')--- ;~- ')- ;-~-- Q- -~ ,- - -=- ;'- ;- V '
--- - -=- J '- - >~ --- J (( ;- - 13 / 327 [.
"Berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing
sesudahku, gigitlah dengan gigi geraham dan waspadalah kalian dari perkara-perkara baru dalam
agama ini, karena setiap perkara baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." [HR.
Abu Daud].
Adapun diantara perkara yang sekarang sedang semarak dijadikan bahan perbincangan dalam
kancah dakwah Salafiyyah adalah munculnya lembaga-lembaga formal baru dalam dakwah yang
lebih dikenal slogan Jam'iyyah atau Muassasah alias Yayasan dengan dalih menjaga sekaligus
memelihara keberlangsungan dakwah Salafiyyah dari segala rintangan yang menghadangnya
atau dalil lainnya yang mereka anggap bisa membenarkan metode yang mereka tempuh padahal
ternyata lembaga-lembaga tersebut memendam " bom waktu" yang akan merusak dan
mengkacau-balaukan dakwah Salafiyyah sebagaimana banyak terjadi pada dakwah-dakwah yang
menempuh jalan tersebut dalam keadaan mereka tidak sadar,(1) adakah diantara mereka yang
mau mengambil pelajaran dari orang lain?
( ;--'- '- ')--- '- '--- ')- ,~- '--'- 4-- ) ] ;---- / 43 ].
"Dan permisalan-permisalan itu kami buat untuk semua manusia dan tidaklah ada yang
memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu". [QS. Al-'Ankabut: 43].
Menelaah kembali risalah kecil yang ditulis oleh Askari bin Jamal Al-Bughisy dengan tema
"Mendulang Berkah dengan Membuat Yayasan Salafiyyah" saya melihat ketimpangan yang
nampak nyata pada uraian yang penulis kemukakan dalam risalah tersebut. Dan nampaknya
penulis tergesa-gesa dan kurang berhati-hati ketika hendak mencurahkan hasil pemikirannya di
atas secarik kertas yang akan menjadi cermin bagi para pembaca akan kedangkalan pola
pikirnya. Tidakkah pernah penulis mendengar perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
(( '=-~- Q- -=- = Q- -'-- (( _-- ;- - ] 4 / 187 ].
"Sifat (ta'anni) (berhati-hati dalam menilai suatu perkara) itu dari Allah dan ketergesa-gesaan itu
datangnya dari syaithan". [HR. Abu Ya'la, dishahihkan Al-Albany dalam Ash-Shahihah].
Sudah menjadi perkara yang diketahui bersama bahwa sifat ketergesa-gesaan itu hanya akan
mengantarkan kepada ketergelinciran, sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Syuyaim dalam
sebuah sya'irnya:
-='= - -'--- -- J- ,- J=-~-- - ;-- --
Seringkali orang yang berhati-hati dalam melangkah dia akan mendapati sebagian kebutuhannya
terpenuhi.
Dan (sebagaimana pula) ketergelinciran itu akan banyak menyertai orang-orang yang tergesa-
gesa.
Oleh sebab itulah Imam Syafi'i : berkata:
(( ,----- ;---- )).
"Apabila seseorang hendak berbicara maka pikirlah terlebih dahulu!!"
Demikian pula seseorang ketika hendak mengungkapkan buah pikirnya dalam suatu risalah maka
layaknya dia berpikir terlebih dahulu pula, karena hal itu akan menjadi catatan bersejarah
baginya bahkan bisa menjadi suatu mazhab yang ditempuh oleh generasi setelahnya, yang
tentunya semua itu akan menjadi tanggung jawabnya di akhirat kelak, artinya jikalau hal itu
merupakan kebajikan maka hal itu akan menjadi amal jariahnya dan mengangkat derajatnya dan
apabila hal itu merupakan kebatilan atau kemungkaran maka siap-siaplah menanggung dosanya
dan dosa orang-orang yang menempuh jalannya, sebagaimana perkataan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam:
(( --- ' --~ -~ >~ ( _- Q~ Q- - Q- - -- Q- ')- J-- Q- ' ,- Q- ---
_~ ; (( ;-~- - ] 6 / 342 ]
"Dan barangsiapa yang menghidupkan tuntunan yang jelek dalam Islam maka dia menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan setelahnya dan tanpa mengurangi sedikitpun
dari dosa-dosa mereka". [HR. Muslim].
Semoga nasehat dan teguran ini dapat diterima dengan lapang dada bagi orang-orang yang jujur
dalam mencari kebenaran dan keadilan meskipun nampak keras dan berat diterima hati ini,
demikian Allah ta'ala membimbing Rasul-Nya agar bersikap tegas dan keras terhadap orang-
orang yang lancang melanggar batasan-batasan keharaman yang telah Allah tetapkan,
sebagaimana pula para pendahulu kita salafus shalih bersikap tegas terhadap para pengikut hawa
nafsu dan kebid'ahan yang berupaya menyusupkan fikrah-fikrah (pemikiran) sesat dalam tubuh
kaum muslimin dengan syubhat-syubhat yang awal mulanya menyerupai kebenaran ternyata
akhirnya mengantar kepada jurang kebinasaan di dunia dan akhirat. Mudah-mudahan Allah
senantiasa menjaga kita dari segala bentuk kesesatan dan kebinasaan.
Semua itu dalam rangka menjaga kemurnian agama ini dari tangan-tangan kotor yang hendak
menodai dakwah ini dengan fikrah hizbiyyah baik yang datang dalam bentuk Jam'iyyah dan
Muassasah alias Yayasan atau pun yang selainnya.
Mengingat kembali kekeliruan yang terdapat dalam risalah yang telah lalu penyebutannya maka
akan saya jelaskan satu persatu berikut ini, agar seseorang tidaklah melangkah kecuali di atas
bukti, Allah ta'ala berkata:
-)-- ) ( --- Q- = Q- _-=- --- Q- 4- Q- 4 ] '--V / 42 ].
"Agar orang yang binasa itu, binasa di atas bukti dan orang yang hidup hiduplah ia pula di atas
bukti." [QS. Al-Anfal: 42].
KAPANKAH SALAFUS SHALIH MENGENAL YAYASAN ?
Nampaknya dari tema yang ditulis dengan bahasa Arab
,- >- ,= V ',- ---~- '~~;-- '--=-
Penulis (Askari) sudah membaca sekilas risalah kami yang berjudul:
,- >- ,= '--=-
"Yayasan-yayasan adalah gerakan tanpa berkah" akan tetapi sayang Allah ta'ala belum memberi
taufiq kepadanya untuk menerima kebenaran dan kenyataan dengan lapang dada, bahkan
berusaha mengelak dan mencari pembenaran terhadap kemungkaran yang tidak mungkin
dipungkiri lagi, kecuali orang-orang yang berpenyakit hatinya dalam rangka menggapai
kepentingan duniawi dengan tameng demi kemaslahatan dakwah salafiyyah ini, Allahul
musta'an, sungguh benar perkataan Allah:
( -~- - -- ;--- _-- Q-- '~-'- _-- '- ')- '- ) ] =- / 46 ].
"Maka sesungguhnya bukanlah mata penglihatan itu yang buta, tetapi yang buta adalah mata hati
yang ada di dada." [QS. Al-Hajj: 46].
Kemudian judul arab itu pula tidak sesuai dengan yang penulis terjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, dan hal ini terjadi mungkin karena keminiman penulis dalam pengalihan bahasa
sehingga sepantasnya bagi penulis untuk mencukupkan satu tema dengan satu bahasa, atau
kemungkinan yang lain penulis ingin mengelabui pembaca, maka ini pun menyalahi amanah
ilmiah yang seharusnya ditunaikan tanpa penambahan dan tanpa pengulangan. Dan yang
menggelikan lagi ketika penulis menisbahkan keberadaan yayasan-yayasan itu kepada salafush
shalih, sejak kapankah salafus shalih mengenal yayasan? Adakah di sana yayasan milik Abu
baker As Shiddiq rodhiallohu'anhu- dan semua sahabat,Yayasan para Tabi'in,Yayasan Imam
Bukhari? Atau yayasan milik syaikhul Islam Ibnu Taimiyah? Atau yayasan milik Imam Ahmad?
Atau selain mereka tokoh-tokoh Islam? Sejak kapankah catatan sejarah Islam mengenal lembaga
seperti ini.
Ini adalah penipuan yang nyata dan pembodohan terhadap umat yang sangat kentara dan jelas,
sebagaimana Iblis ketika merayu Nabi Adam 'alaihis salam- :
( _--- '- 4-- --=- ,=~ _-- 4- J ) ] = / 120 ].
"Maka maukah kamu aku tunjukkan pohon keabadian dan kekuasaan yang tidak pernah punah"
[QS. Thaahaa: 120].
Kalau demikian keadaannnya maka berkah apakah yang dapat diharafkan dari himbauan yang
mengandung penipuan terhadap ummat dan kedzoliman terhadap manhaj salaf seperti ini?
Rosululloh shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
(( '- ,--- ;- '- '-=-'- '--- - '- '- ,--- _-= - _- '-)- ;- '--- '- -~ '- '- - '-- '-)--
'-)-- ,- ~-=- )) =-- - ' ] 7 / 475 ].
"Dua orang yang melakukan transaksi jual beli memiliki hak untuk memilih selama keduanya
belum berpisah, jika keduanya jujur dan terbuka, maka akan diberkahi pula pada keduanya pada
transaksi tersebut dan jika keduanya berdusta dan menutup-nutupi aib maka akan hilang berkah
pada jual beli tersebut". [HR. Bukhari dan Muslim].
Ini adalah berkaitan dengan perkara duniawi yaitu hubungan perdagangan maka bagaimanakah
kalau penipuan dan kedustaan itu diterapkan pada dakwah? Tentu hal ini akan lebih jauh dari
berkah yang didambakan.
Anggaplah pendirian-pendirian lembaga-lembaga dakwah yang dikenal yayasan ini membawa
berkah dan kemaslahatan bagi dakwah, akankah hal ini luput dari pengetahuan salafus shalih
sementara semua faktor-faktor yang menuntut akan keberadaan semua itu terdapat pada zaman
itu atau yang semisalnya? Akan tetapi pula, kita tidak mengenal pada zaman mereka lembaga
baru seperti yayasan ini?
Apakah mereka para pencetus berdirinya yayasan-yayasan dalam dakwah itu mengira bahwa hal
ini lebih membawa maslahah? maka itupun keliru besar, karena Imam Malik mengatakan:
(( ')- _-~ '-- V -V -- ,= _-~- Q- )).
"Tidak akan baik keadan akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang membuat baik umat
terdahulu".
Kemanakah mereka yang mengaku-ngaku dengan slogan salafiyyah dari pada perkataan para
pendahulu mereka salafus shalih yang selalu menghimbau umat agar berpegang teguh dengan
jalan dan metode yang ditempuh oleh salafus shalih baik dalam perkara duniawi maupun agama?
Siapakah salaf kalian wahai para pendiri yayasan-yayasan salafiyyah?
Semua pertanyaan ini semoga dapat membuka mata hati para pembaca segenap salafiyyin di
manapun berada, bahwa tidak semua slogan "salafiyyah" dapat diobral dengan mudahnya
meskipun pada lembaga murahan semisal yayasan-yayasan itu.
MENGENAL HAKEKAT HIZBIYYAH
Hizbiyyah bukanlah kata yang asing bagi orang-orang yang selalu memantau perkembangan
dakwah Islam dan khususnya dakwah salafiyyah di belahan dunia manapun, karena hanya
dakwah salafiyyah sajalah yang memerangi dengan keras keberadaan fikroh yang terkandung di
dalam kata "hizbiyyah" ini, sebagaimana Allah mencela keberadaannya pada umat terdahulu:
( ;= ,- ;)- -- '-- ,= J ,- ;)--- ; ,- ;=--- ) ] ;--;-- / 53 ].
"Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah bela,
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga terhadap apa yang ada di sisi
mereka (masing-masing)". [QS. Al-Mu'minun: 53].
Q- ;- ,- Q- -- & - ;-;-- '- ) Q- ,~-- Q ;)-- ( ;= ,- ;)- -- '-- ,= J '-~ ;-' ] ,- / 31 32].
" Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah yaitu orang-orang
yang memecah bela agama mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka". [QS. Ar-Rum: 32].
Adapun di masa kita sekarang ini fikroh ini menyebar dengan beraneka ragam bentuknya di
tengah-tengah lalainya kebanyakan kaum muslimin, baik yang terang-terangan atau ataupun
yang tersembunyi, sehingga dari sinilah pentingnya mengenal hakekat sebenarnya fikroh
hizbiyyah ini sebagaiman perkataan Khudzaifah ibnul Yaman:
(( _- -- -'=- ,~- Q- -'~ ~- ,-=- Q- )-- ;~ ;-'~- '-- ' )).
"Dahulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan sementara aku bertanya
kepadanya tentang kejelekan karena aku khawatir kejelekkan itu menimpaku".
Sebagaimana pula berkata penyair:
--;-- Q-- ,~-- V ,~- ~-,- -- -- ,-=- Q- ,~- ,- ;- Q-
"Aku mengetahui kejelekkan bukan untuk berbuat kejelekan tersebut akan tetapi untuk
menghindarinya. Dan barang siapa yang tidak mengetahui kejelekkan itu dari pada kebaikan
maka dia akan terjatuh ke dalamnya".
Hizbiyyah merupakan bentuk loyalitas yang sempit pada suatu perkara yang tidak ada dasarnya
dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Karena dasar inilah muncul perpecahan ditengah-tengah umat Islam ini, ketika setiap individu
atau suatu golongan menjadikan sebagian hasil pemikiran mereka sebagai pedoman dasar, baik
dalam pergerakan dakwah atau yang semisalnya, tanpa merujuk kepada landasan Al-Kitab dan
As-Sunnah yang disertai pemahaman salafus shalih, sungguh benar perkataan Allah ta'ala:
( ,-- '-'--= -- -= ;- = ,-- --- Q- ' ;- ) ] '~-- / 82 ].
"Dan kalaulah kiranya (Al-Qur'an) datang dari selain Allah , tentulah mereka dapati di dalamnya
pertentangan yang banyak". [QS. An-Nisa': 82].
Demikianlah kenyataan membuktikan bahwa tidaklah suatu perkara yang dibangun dalam rangka
menyelisihi syari'at ataupun yang tidak ada dasarnya sama sekali dalam syari'at ini, melainkan
pasti akan menyebabkan perselisihan dan perpecahan yang Allah larang sebagaimana perkataa
Allah ta'ala:
(;- ,-- '- '--= -- J-=- ;-~-- ) ] ,-- ' / 103 ].
"Berpegang teguhlah kalian dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah".
[QS. Ali Imran: 103].
Oleh sebab itu, Allah membimbing umat ini, agar senantiasa mengembalikan segala macam
bentuk perselisihan dalam agama ini kepada satu sumber yang akan menyatukan umat yaitu Al-
Kitab dan As-Sunnah, bukan pemikiran setiap orang, Allah ta'ala berkata:
'- ) ;~ ,- = _- - ,- ~ - ;-- '-- ,-= 4- ,=!- ;-- --'- ;--;- ;-- ( '-- '- Q~=
] '~-- / 59 ].
"Dan apapun yang kalian perselisihkan maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan
Rasul-Nya (As-Sunnah) jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yang demikian itu
lebih baik dan bagus akibatnya". [QS. An-Nisa': 59].
Dan tidak lupa pula agar meniti jejak dan manhaj salafush shalih dalam menanggulangi
perselisihan itu sebagaimana perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
(( '- >-= ,-~- -- ;--- Q- Q- - '- Q-- -)-- '--=- -~ _--~- ;---- ,-- ')- ;-~-- Q- -~ ,-
--- ;~- -= ;--'- ') --- - -=- J '- ;- V '- -=- ;'- - >~ --- J (( ;- - ]
13 / 327 ].
"Maka sungguh barang siapa diantara kalian yang hidup (sesudahku) maka dia akan melihat
perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang terbimbing sesudahku, gigitlah dengan gigi geraham (kalian) dan
waspadalah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama ini, karena setiap perkara baru itu
adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan." [HSR. Abu Daud].
Dapat difahami dari hadits ini bahwa berlepas diri dari manhaj dan sunnah Rasul dan khulafaur
rasyidin dapat menjerumuskan seseorang kedalam jurang kebid'ahan dengan tanpa disadari, oleh
sebab itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memperingatkan sejak dulu kala dari upaya
menyelisihi manhaj salafush shalih dan mengikuti jejak kebid'ahan dan para pelakunya.
Demikianlah Allah dan rosulNya membimbing ummat untuk meletakkan segala perkataan yang
berkaitan dengan agama islam ini kepada pedoman dasar Al-qur'an dan Sunnah serta pemahaman
salafus sholih bukan semata-mata karena perkataan si fulan ataupun si allan, terlebih lagi dalam
perihal wala dan bara' alias loyalitas dalam beragama yang merupakan prinsip utama dalam
ajaran islam ini. Maka kewajiban seorang muslimpun agar menempatkannya di atas pedoman
dasar terkemuka, karena peletakan loyalitas kepada suatu perkara baik yang berupa suatu
madzhab atau pemikiran atau metode ataupun individu seseorang tanpa dasar Al-Kitab dan As-
Sunnah serta pemahaman salafus sholeh, maka itulah hakekat "Hizbiyah" sebenarnya yang telah
memecah belah ummat ini menjadi bercerai berai, setiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada mereka.
Menengok kembali perkembangan da'wah salafiah khususnya diakhir zaman ini yang semakin
semarak dan mendapat respon baik dari kaum muslimin, maka bangkitlah sebagian para da'i dan
ustadz demi kemaslahatan dan penyebar luasan da'wah untuk menempuh metode yang terbaru
yang dikenal dengan jam'iyah atau mu'assah alias yayasan. Sementara dikalangan kebanyakan
mereka sendiri (para da'i dan ustadz tersebut) tidak menyadari bahwa lembaga ini - pada
dasarnya hanya akan menjadi sarana penyebaran fikroh hizbiyah yang terpendam di dalamnya
sebagaimana banyak terbukti di berbagai tempat dan negeri seperti Yaman, Su'udi, Kuwait,
Sudan, Ethyopia, Jazair, Dubai, dan yang lainnya.
Dan semua hal itu terjadi dikarenakan perkara yang perlu diketahui bersama bahwa hakikat
jam'iyah alias yayasan ini adalah peranakan dan buah hasil daripada keberadaan jama'ah-jama'ah
(yaitu kelompok-kelompok) yang ada di tengah-tengah kaum muslimin sebagaimana kenyataan
membuktikan bahwa dua jenis perhimpunan inilah yang telah banyak memecah belah kesatuan
dalam da'wah salafiyah di berbagai macam tempat atas dasar loyalitas yang sempit dan terbatas
pada anggota lembaga atau perhimpunan tersebut.
Barang siapa yang sejalan dengan agenda kerja mereka maka dia termasuk dari golongannya dan
sebaliknya barang siapa yang tidak sejalan dengan mereka maka dia akan menerima comoohan
dari mereka pula.
Hal ini bukanlah perkara yang dapat dipungkiri lagi, terlebih lagi mereka yang pernah terjun
langsung di dalam gerakan lembaga yayasan ini, oleh sebab itu kami nasehatkan kepada segenap
kaum muslimin umummnya dan salafiyyin khususnya tidak terpukau dengan slogan-slogan
yayasan tersebut beserta segala bentuk kinerja lembaga tersebut yang tidak membawa berkah,
bahkan sebaliknya hanya akan membawa musibah dan malapetaka dalam dakwah ini.
Maka bukanlah termasuk hikmah ketika penulis (Askari) menghimbau umat agar menempuh
metode dakwah yang hanya akan menimbulkan perpecahan di dalam dakwah tersebut, bahkan
hal ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap dakwah salafiyyah yang selama ini menyeru
kepada kesatuan umat di atas dasar Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman salafush shalih,
bukan atas dasar jam'iyyah fulan atau muassasah (Yayasan) allan.
MENCARI KEBENARAN DARI FATWA PARA ULAMA
Sudah merupakan ciri khas dakwah ahlussunnah dari setiap generasinya adalah menjadikan
fatwa ulama mereka sebagai rujukan dalam perkara agama ini baik yang terdahulu ataupun yang
terbaru, semua itu dalam rangka menunaikan kewajiban yang Allah perintahkan, sebagaimana
perkataan-Nya:
, -- J ;-'~'- ) ( ;--- '- ;-- ] J=-- : 43 ].
"Maka bertanyalah kalian kepada Ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui". [QS. An-Nahl: 43, Al-
Anbiya: 7].
Dan dalam rangka memelihara umat Islam dan menjaganya dari kesesatan yang timbul dari
fatwa-fatwa yang tidak dibangun di atas ilmu sebagaimana perkataan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam:
(( ;-- --- Q-- '-- Q- -,--- '-,-- ;-- --- V = -=- '--'- _-- ;- _-= '--- ---
;--'- ;--~- V')= '~ '-- ;-~ ;-~- ;-- ,-- ))
"Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu ini dari hamba sekaligus, akan tetapi Dia
mencabut ilmu itu dengan hilangnya para ulama, sehingga manusia (disaat itu) menjadikan
pimpinan-pimpinan mereka dari kalangan orang-orang bodoh, yang apabila mereka ditanya
mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sendiri tersesat dan menyesatkan orang lain." [HR.
Bukhari].

Dan anggapan baik bahkan kita senantiasa menyertai ulama ahlussunnah di masa kita ini seperti
Samahatusy Syaikh Bin Baz, Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin, Asy-Syaikh Al-'Allamah Al-
Albani, Asy-Syaikh Al-'Allamah Robi', Asy-Syaikh Al-'Allamah Muqbil dan Asy-Syaikh An-
Nashihul Amin Yahya atau ulama yang semisal mereka yang memang layak menjadi rujukan
utama kaum muslimin dalam segala macam urusan agama mereka.
Akan tetapi sangat disayangkan di tengah-tengah keramaian kaum muslimin yang merujuk
kembali kepada fatwa-fatwa ulama tersebut didapati segolongan dari mereka yang bermaksud
dengan merujuk pada fatwa-fatwa tersebut hanya untuk mencari pembenaran atau pembelaan
terhadap kekeliruan dan kesalahan yang mereka lakukan agar orang awam dapat tertipu bukan
dalam rangka mencari kebenaran yang sebenarnya.
Hal ini menunjukkan niat busuk yang terpendam dalam tubuh segolongan orang itu, karena
kalaulah mereka mau jujur tentunya mereka akan mencari jalan terdekat kepada kebenaran yang
berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafus Sholeh, bukannya mencari
keringanan (rukhshoh) dari fatwa ulama' yang sesuai dengan hawa nafsunya, sehingga jangan
heran jika sebagian salaf mengatakan:
--,- '--- = --- Q-
" Barangsiapa yang mencari-cari keringanan (rukhshoh) dari fatwa-fatwa ulama', maka dia akan
ditimpa kezindikan (sifat kemunafikan)."
Demikianlah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah sejak dahulu sampai masa kita ini mengenalkan
kebenaran pada umat ini dari nara sumbernya, bukan sekedar fatwa fulan atau fatwa 'allan agar
semua perkara itu berada di atas bukti nyata dan jelas.
( '-~- '- _=- -- '--) ] Q-;- / 32 ].
"Maka tidaklah ada sesudah kebenaran itu melainkan kebatilan." [QS. Yunus:32].
Kita semua yakin bahwa fatwa-fatwa ulama' itu merupakan hasil jerih payah dan ijtihad yang
dibangun di atas keilmuan mereka sehingga suatu hal yang wajar jikalau Alloh memberi udzur
bagi mereka yang keliru dalam berfatwa. Bahkan Alloh tetap memberi satu ganjaran baginya
sebagaimana Rasululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
- -)-='- ;-= ,= -- '~ ;- -)-='- ;'=- ;-= ,= -- '== ;
"Apabila seorang hakim menghukumi (suatu perkara) dengan ijtihadnya kemudian benar, maka
baginya dua ganjaran dan barangsiapa yang menghukumi dengan ijtihadnya pula kemudian
keliru, maka baginya satu ganjaran." [HR. Bukhori].
Adapun orang yang mengekor atau mengikuti fatwa ulama' tanpa dasar ilmu (muqollid) seperti
penulis Askari ini, maka dari mana dia mendapatkan udzur kalau seandainya fatwa yang dia pilih
itu adalah keliru dan dari manakah pula dia akan mendapatkan pahala, terlebih lagi apabila
disertai maksud jelek untuk menutupi kerusakan metode yang dia tempuh dan mengelabui,
menipu umat ini dengan tameng merujuk kepada para ulama'.
Imam Asy-Syinqithi rohimahulloh berkata dalam tafsirnya Adhwa'ul Bayan (7/533): "
" ;-- -~- Q- '---- '- Q---'~ '-;-= Q--~-- ,-- Q------ ]... -= '- _-
= ... --'-- -~-- '- :
'==- - -- Q- '->- '- J-- ;)- Q------ Q= )- .
='~- : 4- - ---- '-=V - - '== ;- '-( ;-=- ;)- ;)- ;-- '==- - -- Q-
---- -- '-( 4--- '- J-- ,=V '==- .
--- ,= '- ;)--- ,=-- - ;--- ;)-V .
4~ >- J='- ' Q= - . ;- -;~ -~ = '- ;-- - --)= 4--- ---- -- '-( V
;)-'-- -'=~ .
- =;- ;-- Q- ,-- '--- ,~- '- ,-~ --- ,--- =;- ;~ _-- = -'= - J- .
-')-= - ,=V -== - --'- ,--= ;)- -'~ - ' Q- .
"Ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang bertaklid telah tertipu dengan dua perkara yang
mereka sangka keduanya adalah benar,
Kemudian setelah beliau menyebutkan perkara pertama, kemudian beliau berkata pula: "Adapun
perkara yang kedua adalah sangkaan orang-orang yang bertaklid bahwa mereka juga yang akan
mendapatkan seperti apa yang didapati seorang imam (tokoh yang mereka ikuti) berupa udzur
dalam kekeliruan.
Lebih jelasnya, mereka menyangka bahwa seorang imam apabila keliru dalam sebagian hukum
dan mereka mengikutinya dalam kekeliruan tersebut, mereka akan mendapatkan udzur dalam
kekeliruan tersebut dan satu pahala (ganjaran) seperti apa yang diperoleh oleh imam yang
mereka ikuti, karena mereka mengikutinya sehingga berlaku bagi mereka apa yang berlaku pula
baginya (yaitu imam mereka).
Dan ini adalah prasangka dusta dan batil yang tidak diragukan lagi karena imam yang mereka
ikuti telah mencurahkan upayanya untuk mempelajari Al-Kitab dan As-Sunnah serta perkataan-
perkataan para shohabat dan fatwa-fatwa mereka.
Dan dia pula telah berupaya keras dan tidak mengurangi apa yang menjadi tuntutan untuk
mempelajari wahyu dan mengamalkannya dan menunaikan ketaatan kepada Alloh sesuai dengan
petunjuk wahyu yang turun, maka orang yang demikian keadaannya sangatlah pantas untuk
mendapat udzur dalam kekeliruannya dan ganjaran pula atas ijtihadnya." selesai-
Sudah merupakan rahasia umum, bahwa kebanyakan jam'iyyah alias yayasan yang berslogan
salafiyah dimanapun berada baik di negeri kita Indonesia atau selainnya, ketika terungkap
kebobrokan dan kerusakan metode yang mereka tempuh. Tidak ada jalan lain bagi mereka
melainkan bertameng dengan fatwa-fatwa ulama' dalam rangka mengelabui ummat, sementara
orang yang mau mencermati gerakan dan agenda kerja mereka (dia) akan mengetahui bahwa
mereka sangat jauh dari petunjuk dan bimbingan para ulama'.
Maka daripada itu janganlah pembaca merasa tertipu dengan seruan mereka untuk merujuk
kepada ulama' karena sebenarnya mereka hanya ingin menyeru kepada kepentingan duniawi
mereka. Di balik slogan-slogan yayasan salafiyah dengan dalih fatwa fulan atau 'allan.
Dan kalaulah mereka jujur dalam seruannya merujuk kepada ulama', maka ulama' siapakan yang
memiliki yayasan dengan agenda kegiatan dan kerja seperti yang mereka jalankan?
Karena kebanyakan mereka menutupi borok-borok mereka di hadapan khalayak, padahal
kalaulah seandainya Ulama mengetahui hakekat kerja lembaga tersebut tentu mereka akan
berlepas diri sebagaimana Syaikh Muqbil Rahimaulloh pernah ditanya:

,-- '-= --= Q- = '-)-= -'--V _-~- '- Q- _-~- ~-;- ; '-
;=- : '- Q- _-~- Q- --- ')-- ,--- ;)- -'--V _-~- '- ;--,=- '-~V - ;)--- ,--
;~--- ; Q-- J~'-V _-'~-- ;-'-- ;-;-- -~- J Q- ;--- - ;-;- : = _-= -- _-~'-
_-- ,---- ,-=- Q---~-- -- ;-,-- ;- ---=- - ; '---,- _- '-- -- '---- _- '--
-~- = =-= _-~- - - _- '-~'- _- '-~---- - -- '- _-'=---- Q-=,---- _-
;,- - _~- _-~- -'-- ;)-- ,---~ .
Bagaimanakah sikap Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Albani semoga Alloh merahmati keduanya-
terhadap Yayasan Ihyaut Turots? Adapun Syaikh Albani, maka beliau telah berlepas diri
daripadanya sejak lama. Dan (demikian pula) Syaikh Bin Baz telah mengingkari beberapa
perkara yang ada pada mereka. Dan hizbiyyun mereka adalah orang-orang yang suka
mengelabui, mereka datangi para masyayikh yang mulia melalui perantara orang-orang yang
dipercayai di sisi mereka dari kalangan Ahlus Sunnah seraya berkata: Wahai Syaikh, Allah sudah
wujudkan kebaikan yang banyak melalui perantara kita, kita sudah pergi ke Afrika, -(padahal
hakikatnya mereka pergi dalam rangka memecah belah kesatuan kaum muslimin)-kita sudah
pergi ke Indonesia, Pakistan, dan yang lainnya, kemudian Syaikh membenarkan hal itu, padahal
Abdurrohman Abdul Kholiq (pimpinan Jam'iyyah Ihyaut Turots) sudah dibantah, dan saya yakin
bahwa Syaikh apabila sudah nampak jelas perihal mereka, niscaya beliaupun akan berlepas diri
dari mereka. (Tuhfatul Mujib)
Sungguh benar ucapan beliau Syaikh Muqbil bahwa Hizbiyyin adalah para pembuai di hadapan
para masyayikh demi memperoleh rekomendasi dan dukungan dari masyayikh untuk
membenarkan segala agenda kerja Jamiyyah yang penuh dengan kemungkaran bahkan makar
terhadap dakwah salafiyyah ini.
Terlebih khusus lembaga-lembaga Yayasan (Jamiyyah) yang dibentuk atas nama dakwah
salafiyyah dengan berbagai macam namanya.
Demi Alloh, tidaklah lembaga yayasan dalam dakwah seperti ini pernah dikenal sebelumnya dari
manhaj dakwah yang ditempuh oleh ulama' ahlus sunnah yang terdahulu ataupun yang sekarang
ini seperti Syaikh Al-Albani, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Muqbil dan selain mereka melainkan dari
kalangan hizbiyyun seperti Ikhwanul Muslimin, Sururiyyah dan semisal mereka yang kemudian
diikuti jejak atau metode ini oleh sebagian orang yang baru mengenal dakwah salafiyyah dengan
harapan akan mendatangkan kemashlahatan bagi dakwah ini, padahal ternyata ini menjadi virus
dalam dakwah dan malapetaka yang menimpa salafiyyin di manapun mereka berada dan
mencerai-beraikan kesatuan mereka. Semua itu demi kepentingan duniawi dan fikroh hizbiyyah
yang terpendam di balik slogan yayasan tersebut. Allohul-Musta'an.
Apakah ada di kalangan pembaca yang dapat mengambil ibroh?
Belum lama telah kita saksikan bersama tumbangnya dakwah Ja'far Umar Tholib yang dahulu
kala menjadi pemberantas segala trik-trik hizbiyyah, kemudian berbalik menjadi umpan dan pion
hizbiyyin yang berselubung di balik tabir Forum Komunikasi Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang
sebelumnya hanya sekedar lembaga-lembaga yayasan kecil yang dibentuk dalam rangka
mengayomi dakwah menurut pandangan mereka, ternyata di kemudian hari lembaga tersebut
justru menjadi senjata makan tuan bagi dakwah salafiyyah. Akan tetapi sayang, kebanyakan
orang tidak dapat mencermati hal itu kecuali apabila mereka telah terperosok ke dalam lubang
yang sama atau lebih dalam untuk ke sekian kalinya, padahal Rosulullah shollallohu 'alaihi wa
sallam bersabda:
Q-- ,- -= ,== Q- Q-;-- --- V
"Tidaklah seorang mukmin itu terperosok dalam satu lubang untuk kedua kalinya." (Muttafaqun
'alaih)
Dan hal itu pula disebabkan kemaksiatan yang menutupi hati-hati sebagian manusia untuk
melihat kebenaran dan menerimanya dengan ketulusan jiwa. Alloh Subhanahu wa ta'ala
berfirman:
( ;--'- '- ')--- '- '--- ')- ,~- '--'- 4-- ) ] ;---- / 43 ]
"Demikianlah permisalan-permisalan itu Kami buat bagi manusia dan tidak ada yang dapat
memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu." (QS. Al-Ankabut: 43)
TIDAK SEMBARANG ORANG MENGGUNAKAN QIYAS
Pada bab ketiga dalam risalah itu yang bertema: "Tidak semua yang berasal dari orang kafir itu
harus ditolak dan tasyabbuh bagi yang melakukannya."
Nampaknya si penulis (Askari) ingin menampilkan kebodohannya di hadapan para pembaca
dengan cara qiyas (mengambil hukum permasalahan berdasarkan persamaan dalam satu faktor)
terlebih sesudah dia menyatakan dengan sendirinya: "Meskipun penulis belum mempelajari asal
muasal yayasan ini." Sehingga sepantasnya penulis menahan diri dan tidak tergesa-gesa
menghukumi permasalahan tanpa landasan dasar ilmu yang memadai.
Jelasnya, pada uraian bab tersebut penulis memandang adanya kesamaan pada pembuatan
lembaga yayasan itu dengan beberapa bentuk kemajuan teknologi di masa kita ini yang
bermunculan seperti pesawat dan internet, subhanalloh, dari sisi manakah kesamaan pada
perkara-perkara tersebut terjadi?
Kalau kita mempelajari sekilas komponen-komponen yang digunakan untuk pembuatan pesawat
atau internet apakah ada komponent tersebut pada zaman Rosulullah dan para salafush sholeh
sesudahnya sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menggunakan fasilitas tersebut demi
kepentingan hidup mereka? Seperti dalam rangka perjalanan jauh untuk berdakwah dan
berperang atau penyebaran dakwah dan semisalnya?
Sementara itu pula, kita dapati komponen-komponen yang dibutuhkan dalam pembentukan
sebuah lembaga yayasan baik yang berupa struktur keanggotaan dan adsminitrasi kerja lembaga
tersebut adalah suatu hal yang mungkin yang diadakan jikalau mereka para salafush sholeh-
melihat hal itu akan mendatangkan mashlahat (kebaikan demi kepentingan) dakwah. Akan tetapi
hal itu tidak akan dapati. Karena perkara ini adalah perkara baru yang diada-adakan tanpa alasan
tuntunan syariat.
Memang keteraturan dan tatanan yang baik dalam langkah berdakwah adalah suatu perkara yang
didambakan demi kemaslahatan dakwah tersebut selama tidak keluar dari petunjuk syariat
sebagaimana dituturkan oleh Syaikh Muqbil rahimahullah:
;-=--- -~- '--- ~-'=- -- '- -- -- V -~- '--- ~-'=- V -- V --V ~=- ;~;-
;-- ;-~ -' _-- --- = _-~ --- )) : ~ J --- ~=- --'=- ,- Q- ))
"Penataan yang tidak menyelisihi Al-Kitab dan As-sunnah suatu perkara yang menjadi
keharusan. Adapun (tatanan) yang menyelisihi Al-Kitab dan As-sunnah maka hal itu letaknya
ada di bawah kaki, karena Rosulullah Shollahu alaihi wa sallam bersabda: "Setiap perkara yang
termasuk daripada unsur Jahiliyyah berada di bawah kakiku (yaitu tidak berlaku alias batil).
Ketika didapati penyimpangan-penyimpangan yang ada pada tatanan lembaga yayasan ini dari
garis ketentuan Al-Kitab dan As-Sunnah baik yang berupa pembentukan struktur keanggotaan
yang tidak ada contohnya dari salafush sholeh, atau peletakan AD/ART yang tidak luput pula
dari kedustaan yang direkayasa serta ketundukan terhadap beberapa hukum buatan atau undang-
undang negara yang tidak sesuai syariat dan perkara lainnya yang semua itu kembali kepada
sumber dan asal muasal (munculnya lembaga ini dari tatanan kehidupan orang-orang kafir dan
trik-trik orang-orang Yahudi dalam penyebaran misi busuk mereka dalam rangka memecah belah
ummat ini. Sebagaimana hal ini terangkum dalam buku-buku yang menjelaskan sepak terjang
Yahudi dengan segala bentuk madzhab mereka yang penuh dengan misi keji terhadap kaum
muslimin bahkan alam semesta.
Disebutkan dalam karya tulis sekumpulan Remaja Islam yang bertema "Mausu'ah Muyassarah fil
Adyan wal Madzahib wal Ahzab Al-Mu'ashiroh" hal. (1048) bahwa jamiyyah adalah istilah
politik dan sosialis yang biasa digunakan untuk sebuah himpunan atau perkumpulan beberapa
individu orang yang dibentuk dalam rangka meraih kepentingan bersama atau mewujudkan hasil
pemikiran bersama berdasarkan batasan tertentu lagi jelas. Dan sebagian undang-undang telah
menetapkan jauhnya himpunan ini daripada upaya mencari keuntungan dan pokok dasar kerja
sama dalam pengertian istilah Jamiyyah itu seperti undang-undang Perancis, Itali, Isbani, dan
yang lainnya dari undang-undang negri latin dan demikian pula yang tertera pada undang-undang
Jamiyyah yang ada di negri Libanon.
Semua keterangan ini membuktikan bahwa lembaga seperti ini tidak memiliki pedoman dari
dalam syariat islam ini, karena hal itu dibangun semata-mata atas dasar perundang-undangan
orang kafir yang tidak luput dari penyimpangan dalam syariat. Padahal Allah memerintahkan
kita semua kaum muslimin untuk berhukum dengan Al-Kitab dan As-Sunnah.
Bukankah pembaca pernah membaca firman Allah tentang orang-orang yang mengaku beriman
kemudian berhukum kepada selain hukukm Allah dan RosulNya.
'-- ;-- ' ;)- ;--,- Q- -- _- ,- ;- ) -- ,- 4--- Q- ,- '- 4-- ,- ;-'=- _- ;-'=-- --
- ,--- ,- ( --- '-'-~ ;)-~- '=-~- -- ,- ] '~-- : 60]
"Apakah kamu tidak memperhatikan oramg-oramg yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan kepada sebelum kamu? Mereka hendak
berhukum dengan thoghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thogut itu dan
syaithan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-
Nisa: 60)
Berkata Ibnu Katsir dalam menafsirkan makna thogut yang konteknya:
'-' ;-'=-'- ,-- ; J='-- Q- '-;~ '- _- ;-'=- -~- '--- Q- -- Q-- - ')-'-
Dan sesungguhnya ayat ini merupakan celaan bagi orang-orang yang berpaling dari (hukum) Al-
Kitab dan As-Sunnah dan kemudian berhukum kepada selain keduanya dari kebatilan, dan itulah
yang dimaksud thogut di sini.
Dan hal ini adalah suatu perkara yang tidak dapat dipungkiri, bahwa pembentukan dan pendirian
lembaga yayasan itu tidak akan lepas dari keterikatan langsung ataupun tidak langsung dengan
aturan undang-undang negeri setempat yang berdasarkan asas demokrasi yang tidak sesuai
dengan syariat Islam.
Kemudian penulis juga seharusnya dapat membedakan perkara kontemporer yang berkaitan
dengan kepentingan duniawi seperti pesawat, telpon dan internet atau yang semisalnya di mana
Rosulullah sudah memberikan kelonggaran dalam hal itu sebagaimana sabdanya:
;'-- ;-'- ;-- ;--
"Kalian lebih mengetahui urusan duniawi kalian" dengan perkara kontemporer yang
berbersangkutan dengan dakwah agama ini baik yang berupa prasarana dakwah atau yang
lainnya, Karena Rosullulah telah menggariskan pedoman dasar yang wajib diketahui oleh setiap
muslim sebagaimana dalam sabdanya:
(( ;)- -- Q-- '- - '-,- - -= Q- ))
"Barangsiapa yang mengada-ngadakan perkara yang bukan merupakan tuntunan/petunjuk kami
maka perkara itu tertolak. (Muttafaqun 'Alaihi)
Sehingga tidak semua perkara yang dianggap kontemporer itu dapat diterima mudah dan mentah-
mentah, tanpa meninjau kembali dan mempelajarinya dari segi tuntunan syariat ini yang
dibangun di atas pondasi Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman salafush sholeh serta
pengamalan mereka. Dan inilah hakekat dalam memandang suatu kebenaran, bukan hanya
sekedar bersandar dengan fatwa Fulan atau 'Allan sementara di sana terdapat fatwa Ulama lain
menyelisihinya, akan tetapi kejujuran dan ketulusan hati dalam mencari kebenaran yang
bersumber dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang disertai pemahaman salafush sholeh, itulah yang
akan mengantar seseorang kepada keselamatan dari ketergelinciran baik dalam perkataan
ataupun perbuatan.
MENDIRIKAN YAYASAN BUKANLAH SOLUSI MEMECAHKAN PROBLEMATIKA
DAKWAH
Kalau dikatakan bukanlah lembaga-lembaga Yayasan salafiyyah ini dibentuk hanya untuk
mengatasi tekanan dari pemerintah agar tidak muncul anggapan bahwa dakwah ini akan
membahayakan bagi negara atau menanggulangi segala problematika dalam dakwah terutama
yang berkaitan dengan beberapa rintangan atau tantangan dari masyarakat yang tidak suka
dengan keberadaan dalwah salafiyyah ini?
Maka jawabnya: Bahwa seorang da'i yang menyeru kepada agama Allah hendaknya memiliki
bashiroh (wawasan ilmu) tentang perjalanan dakwah yang ditempuh oleh salafush sholeh sejak
zaman Rosulullah dengan generasi-generasi tokoh-tokoh islam setelahnya yang telah
mengorbarkan jiwa raga mereka di jalan dakwah salafiyyah ini sehingga sampai kepada kita
dengan kemurniannya dan bersihnya dari segala praktek-praktek hizbiyyah yang banyak
berselubung khususnya di zaman kita- dibalik slogan-slogan seperti yayasan-yayasan salafiyyah
atau yang semisalnya.
Lebih jelasnya, pembaca yang budiman perlu ketahui bahwa problematika dalam dakwah
salafiyyah ini merupakan ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik itu yang berupa tekanan
dari pihak pemerintah atau tantangan dari masyarakat semua itu telah Allah Ta'ala gariskan
dalam firmannya:

Q- '- Q-='-~ -- -- J-- '--= 4- - ) ,- ;-- ,= - _- ;)~- =;- Q=- 4- '~ ;-
( ,--- '- ; -- -;-- '-

"Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang
lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau Robbmu
menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang
mereka ada-adakan." [Al-An'm: 112]
( ,-~- '- ' 4- ,- _- Q-- ,=-- Q- -- -- J-- '--= 4- - ) ] '-,-- : 31 ]
"Dan demikianlah, Kami jadikan bagi setiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berbuat
kejahatan, dan cukuplah Robbmu sebagai pemberi Petunjuk dan Penolong." [Al Furqn: 31]
Sementara pra sejarah dakwah salafiyyah ini yang telah berlangsung selama 14 kurun lamanya
ini ditempuh oleh Rosulullah Shallahu alaihi wa sallam yang bersabda:
(( 4- '- ~-~- ;- )).
"Sebaik-baik salaf (pendahulu) bagimu adalah aku." HR. Bukhori
Kemudian para pewarisnya dari kalangan para ulama sampai zaman kita sekarang ini dengan
segala rintangan dan tantangan serta problem dakwah yang beraneka ragam semua mereka
hadapi, bersamaan dengan semua itu tidak terdengar ataupun tertera dalam kitab-kitab siyar atau
biografi mereka ada seorangpun dari mereka yang mendirikan Yayasan atau Jum'iyyah demi
meraih kemashlahatan dakwah atau selainnya dari apa yang diiming-imingkan para da'i yang
bertitel salafi di masa kita.
BERDAKWAH TANPA YAYASAN APAKAH BISA ?
Juga perlu diketahui, bahwa berdakwah tanpa yayasan adalah suatu hal yang sangat
memungkinkan, salah seorang da'i yang telah berdakwah di bumi pertiwi selama lebih lima
tahun, namun masih gandrung dengan Yayasan telah menjawab pertanyaan ini di buku hitamnya
"Ke Mana Kalian Akan Pergi Dengan Fitnah Ini" dengan ucapannya di hal. 17-18 catatan kaki
no. 6: "Kita tidak mengatakan bahwa dakwah tanpa yayasan tidak bisa berjalan. Bisa dan hal itu
dilakukan oleh sebagian duat, namun sulit untuk dikembangkan sampai pada tingkatan
salafiyyun berkumpul di suatu tempat dan mendirikan lembaga pendidikan tersendiri lengkap
dengan sarana-sarananya."-selesai-
Kami katakan sebagai jawaban ucapan Sarbini mulai kalimat "namun": Wahai Sarbini, siapa juga
yang mengharuskan dan membebankan engkau dengan sesuatu yang salaf tidak membebankan
diri dengannya? Lupakah engkau dengan ucapan Shohabat Abdulloh bin Mas'ud :
(( ---- - ')-=V Q- ,-= -~- - '~--V )).
"Bersederhana di atas sunnah lebih baik daripada bersungguh-ungguh di dalam kebid'ahan."
(I'tiqod Ahlus Sunnah/Allalika'i)
Beliau juga berkata sebagaimana pada sunan Ad-Darimi (211):
(( ;--- --- ;----- V ;-- )).
"Ikutilah (salaf) dan janganlah kalian mengada-adakan bid'ah, karena sesengguhnya kalian telah
tercukupkan."
Mengapa engkau tidak menempuh dan mencukupkan diri dengan jalan yang ditempuh oleh para
du'at itu, sebagaimana yang engkau katakan "telah dilakukan oleb beberapa du'at"?
Sejak kapan ada larangan para salafiyyin berkumpul pada suatu tempat terutama di mesjid
apalagi mesjid itu adalah mesjid Ahlus sunnah- untuk mengadakan proses belajar-mengajar jika
tidak memiliki Yayasan?
Adapun kata-katanya bahwa dakwah sulit berkembang kalau tanpa yayasan itu menunjukan
dangkalnya ketawakalannya kepada Alloh dalam sisi ini, dan ini merupakan kekeliruan fatal,
karena dakwah semulia-mulia ibadah, dan ibadah haruslah dibangun dengan ketawakalan yang
tinggi kepada Alloh, karena yang dia dakwahkan adalah agamaNya bukan agama Sarbini dan
Askari, dengan perkataan tersebut menunjukkan betapa jeleknya prasangka mereka terhadap
agama ini, yakni mereka menghawatirkan terpuruknya agama ini dengan sebab tidak
didakwahkan lewat yayasan, padahal kita semua sepakat bahwa Alloh sendirilah yang akan
menjaga agamaNya, akan tetapi dengan perkataan diatas seakan-akan mereka juga diberi
kelelusaan untuk ikut andil memberikan solusi agar agama ini bisa terjaga dengan cara mereka
yaitu dengan mendirikan yayasan sebagai payung dakwah. sungguh ini merupakan kedunguan.
YAYASAN ANTARA MASLAHAT DAN MENYELISIHI SYARIAT
Telah lewat maslahat yang mereka sangkakan dan damba-dambakan dengan mendirikan
Yayasan pada risalah-risalah mereka, namun di samping itu dalam jadwal kerjanya mulai dari
proses pembentukannya sampai setelah terbentuknya Yayasan itu, ternyata terdapat
penyelisihan-penyelisihan syariat yang tidak ringan, padahal menolak mafsadat itu lebih
diutamakan dari pada mendatangkan maslahat, silahkan pembaca merujuk ke kitab "Al-Jam'iyyat
Harokah bila Barokah" atau ke terjemahnya "Yayasan Sarana Dakwah Tanpa Barokah" di antara
penyelisihannya terhadap syari'at adalah:
Menyelisihi da'wah para Nabi
Menyelisihi da'wah para Salafus Sholeh
At Tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir,
Al 'Imaroh ('Amir) dalam keadaan mukim yang tidak syar'i,
Merendahkan diri dengan melakukan praktek meminta-minta harta manusia dan mengemis
kepada mereka.
Tersibukkan dari aktivitas Tholabul Ilmi,
At Takalluf (memberat-beratkan diri),
Menabung dan menyimpan uang di Bank Ribawi,
Foto tanpa adanya hal yang darurat,
Tunduk dengan undang-undang Hukum buatan manusia atau Berhukum dengan selain hukum
Allah subhanahu wa Ta'ala
Al Wala Wa Al Baro' (Sikap Loyalitas dan Berlepas diri) yang sempit
Mengikuti dan mentaati aturan dan undang-undang yang dibuat dan disepakati oleh pihak
Yayasan yang kebanyakannya menyelisihi Syari'at. Keorganisasian yang tidak memiliki contoh
dari syari'at, dari pemilihan ketua, wakil, sekertaris, bendahara, dan seterusnya.
Sering kami dapati Yayasan ini dijadikan sebagai sarana untuk meminta-minta karena lebih
menarik hati para muhsinin dan kepercayaan mereka baik itu dari kalangan awam, pejabat atau
selainnya , juga tidak pernah ada di zaman salafush sholeh bahkan di zaman Nabi Shallallohu
alaihi wa sallam bersamaan dengan adanya faktor-faktor yang menuntut untuk mendirikannya
dan lain sebagainya dari penyelisihan.
Bagaimana kiranya wahai para pembaca yang budiman jika dakwah yang murni ditopang dengan
Yayasan yang dilumuri dengan kemaksiatan dan penyelisihan syariat, padahal dakwah tanpa
Yayasan adalah suatu hal yang bisa dilakukan sebagaimana fakta dan realita yang ada dan
sebagaimana pengakuan Sarbini Ashlahahullh-, dan telah diterapkan oleh sebagian du'at
hafidzohumulloh-
PERSAKSIAN
Sebagai bukti akan kebenaran ucapan kami, kita memaparkan beberapa saksi yang pernah terjun
langsung atau menyaksikan sepak terjang Yayasan:
Al-Akh Abu Abdis Salam Abdul Wahhab hafidzahullah Kalimantan, mantan pendiri Yayasan
Ma'had ibnul Qoyyim Balik Papan bersaksi:
LATAR BELAKANG MEMBUAT YAYASAN DI DALAM DAKWAH SALAFIYYAH DI
DAERAHKU:
1. Agar supaya mendapat pengakuan resmi (legalitas) dari pemerintah Indonesia dan kita
berharap ketika suatu saat dakwah mengalami benturan atau bersinggungan dengan masyarakat
atau suatu kelompok maka pemerintah akan melindungi markaz dakwah kita karena dibawah
naungan yayasan yang resmi menurut hukum NKRI. Akan tetapi ketika ana masuk ke kantor
PEMDA bagian KESBANGLINMAS (dahulu namannya sospol) kepala bagian itu mengatakan
"Sebenarnya kalau kalian ingin dakwah/markaz kalian dikatakan resmi dan akan mendapatkan
perlindungan dari pemerintah kalian cukup memberi laporan tentang keadaan markaz seperti
nama dan alamat markaz, nama para pengajar, jumlah santri apa saja yang diajarkan dan lain-
lain. Laporan ini kalian laporkan kepada kami setiap tiga bulan, untuk selanjutnya laporan ini
akan kami sampaikan ke lembaga-lembaga terkait seperti koramil, polres dll. Sehingga ketika
markaz mendapati suatu permasalahan dengan masyarakat maka kami akan menanganinya."
Alhasil kalau kita ingin mendapatkan pengakuan resmi dan perlindungan dari pemerintah tidak
perlu membuat Yayasan tetapi cukup membuat laporan berkala setiap tiga bulan kepada PEMDA
setempat.
2. Latar belakang yang kedua agar mendapat pengakuan dari masyarakat bahwasanya dakwah
kita adalah dakwah yang terang-terangan bukan sembunyi-sembunyi dengan begita kita berharap
tidak ragu dengan dakwah kita dan mereka mau mendukung berupa dukungan moril
(kepercayaan) dan dukungan dana. Maka ikhwah fillah sekalian dari atar belakang yang kedua
inilah yang menjadikan sebab yang yang paling besar rusaknya dakwah yang suci ini dengan
masuknya Yayasan di dalamnya. Mengapa demikian? Ketika kita memiliki yayasan kita merasa
telah mendapat kepercayaan dan dukungan dari masyarakat dan yang selanjutnya kita akan
terjatuh pada penyimpangan yang besar di antaranya:
1. Kita merasa dakwah ini tidak aman padahal yang menjaga dan melindungi dakwah ini adalah
Allah subhanahu wa ta'ala. Bahkan di antara kita ada yang mengatakan Yayasan itu sebagai
payung pelindung dakwah ahlus sunnah.
2. Dengan mudah dan ringannya kita mengharap harta kaum muslimin dengan mengemis (minta-
minta) kepada masyarakat agar angan-angan atau hawa nafsu kita terpenuhi seperti ingin punya
markaz yang besar, ingin punya lahan/tanah yang luas, ingin punya maktabah, ingin ini ingin itu
dan semua keinginan dunia yang harus diperoleh dengan cara maksiat kepada Allah dan
rasulNya.
3. Menuntut kita harus bermuamalah dengan banyak orang terutama orang yang punya
pengaruh/jabatan atau orang kaya dan bahkan ahlul bid'ah sekalipun.
4. Mengakibatkan aktivitas kita sibuk di samping dakwah kita juga harus mengurus urusan dunia
yang kelewatan dan tidak ada habis-habisnya yang akhirnya membebani kita sendiri.
PASAL SEPUTAR AKTE NOTARIS
1. Yayasan dikatakan legal/resmi apabila punya nomor akte notaris, untuk mendapatkan akte
tersebut kita harus:
- Mengisi blanko (lembaran isian) pendirian yayasan yang isinya sebagian besar berkaitan
dengan demokrasi dan asas hukum Negara Indonesia yakni Pancasila dan UUD 1945 dan juklak
(petunjuk pelaksanaan) pendirian yayasan.
- Ketika antum masuk ke kantor notaris antum akan berhubungan dengan sekertaris notaris
mungkin dengan perempuan yang telanjang dan bersolek atau dengan laki-laki yang mubantol,
cukur jenggot, perokok dan sebagainya dan itu butuh dialog berkali-kali.
- Memenuhi dan mengikuti persyaratan yang disyaratkan oleh notaris (pemerintah) seperti harus
mencantumkan asas dan tujuan yayasan, harus ada struktur kepengurusan dan badan pendiri,
harus punya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yayasan, harus melapor
setiap kali ada perubahan di dalam struktur organisasi yayasan harus membayar sejumlah uang
untuk mendapatkan nomor akte notaris. Oleh karena itu tidak benar ketika seseorang mengatakan
"Yayasan itu hanya sebagai formalitas saja adapun prakteknya kita tidak pakai semua itu".
Kenyataannya tidak demikian bahkan kami sempat berusaha untuk mengurus formalitas yayasan
sampai tingkat mentri kehakiman.
- Menempatkan akte notaris dan nama yayasan di amplop surat resmi yayasan di balnko yayasan,
di proposal, di bulletin jum'at yang dikeluarkan oleh yayasan agar yayasan tersebut terkenal di
masyarakat.

- Akte notaris kita gunakan sebagai alat untuk mempermudah mendapatkan pengakuan tertulis
(rekomendasi) dari lembaga dakwah pemerintah seperti MUI, DEPAG, dan BAZIZ yang mana
sebagaimana diketahui siapa orang-orang yang ada di lembaga-lembaga itu, kalangan politikus,
ahlul bid'ah hizbiyyun dsb. Dan kita mau tidak mau memohon, meminta, dan mengemis kepada
mereka hanya karena kita ingin mendapatkan rekomendasi dari lembaga-lembaga tersebut.
PASAL SEPUTAR STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN
1. Pendirian yayasan
- Yayasan berpedoman dengan sesuatu yang datangnya bukan dari dienul islam yaitu kekuasaan
tertinggi dan kekuasaan mutlak di tangan pendiri yayasan. Pendiri yayasan punya hak penuh
untuk mendirikan dan membubarkan yayasan. Pendiri yayasan menguasai semua harta yayasan
dan berhak mengangkat dan memberhentikan ketua yayasan.
- Begitu penting dan strategisnya posisi pendiri yayasan maka biasanya mau tidak mau posisi ini
harus ditempati oleh orang yang paling berpengaru di dalam memimpin dakwah yakni para
asatidzah sehingga mau tidak mau seorang ustadz yang kedudukannya sebagai pendiri yayasan
harus mempelajari ilmu organisasi dan demokrasi dan apa yang berkaitan dengan keduanya.
- Seorang ustadz terkadang enggan untuk masuk ke dalam urusan organisasi (yayasan) dan
menyerahkan kepada orang yang dianggap paham tentang yayasan. Akibatnya betapa banyak
kerusakan karena yayasan itu dikendalikan sama orang yang baru belajar agama belum paham
manhaj dan hakikat dakwah ahlus sunnah wal jama'ah.
- Beban yang sangat besar bagi Ustadz yang menempatkan diri sebagai pendiri yayasan karena
dialah orang yang paling bertanggung jawabterhadap apa saja yang dilakukan yayasan baik
secara hukum pemerintah terlebih lagi dalam hukum syar'i, seperti masalah pengurusan yayasan,
hubungan dengan masyarakat, tasawwulat, pemakaian harta yayasan dll, sehingga mau tidak mau
dia harus terjerumus dan terpengaruh dengan urusan organisasi. Sebab dia hidup dan berdakwah
di bawah naungan yayasan dan ditanggung seluruh kebutuhannya oleh yayasan. Bagaimana
mungkin dia mau lari dari perkara ini atau membubarkan yayasan yang dia dirikan sementara dia
sangat butuh dan bergantung kepada yayasan itu.
- Timbul permasalahan yang besar dan rumit ketika pendiri yayasan itu lebih dari satu orang,
terlebih lagi yang berkaitan dengan seluruh harta yayasan, siapa yang mewarisi?
- Seorang ustadz sudah jatuh wibawanya ketika sudah sangat bergantung kepada yayasan seperti
masalah insentif (mukafa'ah) bulanan dan segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan dan
pembiayaan dirinya, keluarganya dan markaznya maka bukan sesuatu yang mustahil ketika
yayasan sudah tidak butuh lagi sama ustadznya atau terjadi perselisihan di antara keduanya maka
ustadznya ditinggalkan dan diusir.
- Antara ustadz dan pengurus yayasan sulit untuk menerapkan amar ma'ruf nahi mungkar, sebab
keduanya saling bergantung saling berkait dan saling mengambik manfaat.
- Seorang ustadz ketika akan mendirikan yayasan atau ketika sedang merumuskan program kerja
dan kegiatan yayasan tidak pernah bertanya kepada ulama bahkan tidak pernah menjelaskan
kepada pengurus yayasan tentang hukum yayasan di dalam mengurus dakwah. Sehingga
akibatnya betapa banyak penyimpangan syar'i yang dilakukan dikarenakan penggunaan yayasan
untuk mengurus dakwah.
2. Pengurusan yayasan
- Pengurus yaaysan biasanya orang yang paham tentang ilmu organisasi walaupun ilmu
agamanya kurang, dan juga biasanya pengurus itu diambil dari orang-orang kaya atau orang yang
punya pengaruh.
- Pengurus yayasan yang aktif dan mencurahkan semua tenaga waktu dan pikirannya untuk
yayasan mendapatkan tunjangan setiap bulan dari yayasan. Keadaan ini menjadikan seorang
pengurus menjadi terikat dan tergantung kepada yayasan.
- Pengurus yayasan yang aktif biasanya tidak ihtimam dan tidak bersemangat di dalam menuntut
ilmu (dars hifdzul qur'an, atau ahadits) di antaranya diseabkan sibuknya di yayasanterlebih lagi
ketika yayasan sedang melakukan program kerja yang besar seperti pembebasan lahan dll.
- Pengurus yayasan terkadang begitu semangat aktif di yayasan Karena dia merasa di semangati
oleh ustadznya bahwasanya dia punya keutamaan atau fadhilah di dalam dakwah ini.
- Pengurus yayasan terkadang merasa terbebani dengan aktif di yayasan berkaitan dengan waktu
dan tenaga yang mereka kerahkan untuk yayasan sementara urusan pribadi dan rumah tangga
dikebelakangkan.
PASAL AKTIVITAS YAYASAN
1. Rapat yayasan
- Rutin setiap bulan dan rapat khusu (tertentu).
- Di dalam rapat bulanan semua pengurus harus melaporkan di dalam tugasnya menjalankan
program kerja satu bulan dan membuat rencana program kerja 1
2. Lobi dengan proposal ke baitul mal perusahaan atau baitul mal pemerintah (BAZIZ) dengan
rekomendasi DEPAG, MUI, akte notaris.
3. Lobi ke manajemen/pempinan perusahaan agar bisa menggalang dana secara langsung kepada
seluruh kariyawan perusahaan yang bersangkutan.
4. Menempatkan ikhwah salafi yang punya jabatan atau kedudukan di perusahaan untuk
penggalangan dana.
5. Menerima uang risywah untuk biaya program yayasan di antaranya untuk pembebasan lahan.
6. Merangkul orang kaya (kontraktor perusahaan dll) menempatkan mereka di pengurusan
yayasan atau sebagai donatur.
7. Menghimbau semua ikhwah dan akhwat untuk menjadi donatur tetap di antaranya dengan cara
membuat kartu/lembaran infak perbulan.
8. Menyebarkan proposal berupa lembaran ke mana saja yang berisi himbauan untuk berinfak
sekaligus mencantumkan rekening bank yayasan dan dan mencantumkan kuitansi, dan lembaran
ini sampai ribuan exemplar.
9. Mengerahkan semua ikhwah salafi untuk terlibat dalam penggalangan dana dengan cara
menyebarkan proposal di kalangan karib kerabat atau teman kerjanya begitu seterusnya secara
berantai.
10. Menyearkan proposal lewat internet dengan cara mengirim proposal tersebut ke email para
muhsinin.
11. Mengadakan publikasi/sosialisasi program yayasan diselingi dakwah para asatidzah untuk
memacu kaum muslimin untuk berinfak.
12. Meminta-minta di mesjid-mesjid, para peminta (ikhwah salafi) berdiri di depan pintu masjid
ketika jama'ah shalat jum'at hendak keluar masjid.
13. Mengiklankan program yayasan di buletin jum'at yang dikeluarkan pondok setempat yang
jumlahnya ribuan disuplay setiap jum'at.
14. Menghimbau para ikhwah atau donatur untuk menyalurkan zakat hartanya ke kas yayasan.
15. Menghimau para donatur untuk berlomba-lomba berinfak ke yayasan dalam pembangunan
asrama, kantor yayasan, mesjid dll.
16. Membuat selebaran himbauan agar ikhwah menyalurkan zakat fitrahnya ke yayasan. Seagian
hasilnya akan disalurkan kepada fakir miskin dan sebagian di simpan untuk makan santri. Beras
yang terkumpul biasanya 2 ton.
17. Himbauan untuk berinfak untuk berbuka puasa.
18. Melobi pihak PLN/PDAM agar mau memberikan fasilitas khusus serta minta agar supaya
harga listrik dan airnya lebih murah.
PASAL PROPOSAL
Isi dan bentuk proposal
Berupa tulisan, gambar, hitungan, rincian pembiayaan suara yang semuanya itu dicantumkan
dengan tujuan mempengaruhi orang yang membacanya agar mau mengeluarkan uang dan
mendukung program yayasan yang tertuang di dalam proposal tersebut.
penjelasannya
Di antara beberapa program kerja yayasan adalah:
1. Legalisasi yayasan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat mentri kehakiman.
2. Pembebasan lahan untuk lokasi markaz.
3. Pembangunan masjid
4. Pembangunan asrama tadribud du'at, tadribun nisa, dan tadribul awlad.
5. Pembangunan kantor yayasan beserta seluruh perlengkapan administrasinya (lemari, kursi,
computer, alat tulis, telepon, faksimali dll.
6. Pembangunan perumahan asatidzah
7. Pengadaan maktabah (berupa gedung dan buku-buku
8. Membuat dan meletakkan papan nama yayasan dan markas di depan jalan (bayar pajak setiap
bulan).
9. Pembangunan poliklinik
10. Pembangunan work shop (bengkel)
11. Mengadakan pemancar radio FM
12. Mencetak bulletin jum'at (3000 lembar/jum'at)
13. Usaha yayasan (kebun jati, sayur mayur, bengkel dll)
14. Penggalangan dana (untuk biaya rutin bulanan, untuk iaya pembangunan, untuk biaya
dakwah (dauroh) dll)
PASAL SUMBER DANA YAYASAN
Dana yang dimaksud adalah untuk semua aktivitas dan program yayasan:
1. BAZIS kotamadya dan provinsi.
2. Baitu mal perusahaan yang besar dan kaya.
3. Kontraktor perusahaan
4. Karyawan/pejabat perusahaan
5. Pejabat pemerintah
6. Sisi dana proyek pembangunan.
7. Pengusaha/orang kaya.
8. Seluruh ikhwah salafi.
9. Simpatisan dakwah.
Trik/cara mendapatkan dana
1. Ketuk pintu rumah (sesama ikhwah salafi atau simpatisan dakwah).
* naskah berikutnya juga sobek dari kelengkapan pasal ini.
Al-Akh Utsman bin Khairuddin Al-Makassari hafidzohullah bersaksi:
Saya dulu sempat menjadi bendahara di ma'had Bajirupa Makassar yang memiliki Yayasan yang
bernama "MANIS", yang saya ketahui adalah sebagai berikut:
-Proposal pembangunan masjid lantai 2, saya memberi stempel proposal tersebut yang dicetak
ribuan exemplar hingga tengah malam untuk disebarkan ke sebagian profinsi, hal ini terjadi
sekitar tahun 2005.
-Demikian juga untuk pembebasan tanah dibuat kartu untuk diberikan kepada donatur, harga satu
kartu itu sejumlah Rp. 400.000.
-Saya juga mendapati kotak infak yang diletakkan di toko-toko, tertulis padanya "Ma'had As-
Sunnah Bajirupa", di cek perbulan, uangnya dipakai untuk keperluan seperti makanan atau iuran
listrik
-Awal saya mondok dan berpuasa Ramadhan di Bajirupa saya melihat nasinya/makanannya
untuk berbuka puasa difoto (sebagai tanda bukti) untuk dikirim keluar negri (Kuwait atau Qatar)
makanannya ayam. Hal ini terjadi tahun 2004.
-Sebelum Saya berangkat ke Yaman mereka sempat rapat hingga tengah malam sekitar pukul 1
atau 2 malam untuk menetapkan siapa yang menjadi ketua, kepala sekolah TK, SD,dan
anggota-anggotanya kemudian proposalnya dikirim ke Saudi.
-Santri juga disuruh membuat kartu pengenal resmi atas nama Yayasan "MANIS" yang disertai
foto santri tersebut.
Al-Akh Abu Sholih Muslih -hafidzohulloh- bersaksi:
-Kotak-kotak infak di wartel-wartel, toko-toko dan lain-lain.
-Proposal permohonan dana
-Rekening bank: diantaranya pakai nomor rekening dulu (BNI)
-Surat permohonan untuk menyumbang makanan dan minuman buka puasa jama'iy bulan
Ramadhan.
-Ketika rapat membahas acara daurah, datang waktu sholat kemudian diakhirkan shalatnya
karena pembahasan acara belum selesai.
Al-Akh Abu Abdirrahman Utsman As-Semarangi hafidzahullah bersaksi:
-Ana dulunya mantan sekertaris Yayasan "Lu'lu' wal Marjan" di Semarang, setiap bulan kami
membagikan proposal atas nama Yayasan kepada muhsinin di antaranya ikhwan yang mampu,
orang-orang awam dan universitas-universitas.
-Apabila ada daurah proposalnya diperbanyak dan kotak-kotak infak (infak pengajian).
-Foto-foto pengurus Yayasan (ketua, sekertaris, bendahara) diserahkan kepada notaris.
-Membuat rekening Bank atas nama Yayasan di Bank Muamalah Indonesia cabang Semarang.
-Tanazulat (mengalah, bersifat lumer) terhadap UUD dan hilah (tipu daya) supaya bisa membuat
yayasan (ADRT) karena asalnya yayasan di Indonesia harus berdasarkan Pancasila dan undang-
undang (thoguthi) akhirnya kami melakukan hilah dengan menyatakan (dengan tulisan):
"Yayasan ini, didirikan di Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan UUD," yang kami
maksudkan ketika itu: Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD, bukan Yayasan kami.
-memperbaharui Yayasan setiap empat tahun sekali.
-Sebagai pelajaran: dulu kami (ikhwan-ikhwan yang lama/qudama) sebelumnya membuat
yayasan kalau tidak salah namanya "Nurus Sunnah" yang diketuai oleh Faqih Edi Susilo, lalu
kami dimudahkan membangun Masjid "Nurus Sunnah" dengan uang hasil proposal (minta-
minta) setelah selesai pembangunannya dengan ta'awun, terjadilah fitnah Sururiyyah, akhirnya
Karena ketua yayasannya terkena fitnah sururiyyah maka mesjid tersebut jatuh ketangan mereka,
mesjid ini adalah asal tempat mubahalah Ja'far Thalib dan Fu'ad Haza (orang mesir).
Ya Ari Sasongko dari jalan mana kamu bisa berdusta atau menutup-nutupi apa yang pernah
terjadi di daerah kita!
Abu Yusuf Abdul Malik Al-Amboni -hafidzohulloh- berkata:
Beberapa tahun yang lalu ana bersama abang Husein (Ketua Yayasan Abu Bakar As-Shiddiq
Ambon) menyodorkan proposal untuk pembangunan masjid dan ma'had, di kantor pusat PLN
Ambon (Ana bertaubat dari perbuatan ini dan menyesal dari perkara ini).
Ana juga dulunya sebagai bendahara masjid Al-Ma'ruf Ambon, yang setiap jum'at ana
mengumpulkan uang untuk dakwah dari kotak-kotak infak karena dulunya ana tidak tahu dalil
larangan meminta-minta dan para ustadz di Ambon tidak ada pengingkaran di dalam perkara ini.
Abul Jauhar Adam Al-Amboni -hafidzohulloh- berkata:
Ketika saya keluar dari mesjid setelah kepulangan saya dari Tembagapura saya bertemu dengan
Ustadz Azhari yang sedang membawa beberapa proposal. Beliau bertanya kepada saya: Mana
Subhan Umar? (dia adalah salah satu ikhwah yang bekerja di Tembagapura) Saya menjawab:
Ada keperluan apa? beliau mengatakan: saya ingin memberikan proposal-proposal ini kepada dia
dalam rangka untuk pembangunan "Tahfidz Putri" (kalau tidak salah).
Al-Akh Umair bin Mursalim hafidzohulloh berkata:
Sarbini hadahulloh pernah mengatakan sebelum pergi dari pangkep yang maknanya: "Saya bisa
tetap tinggal di sini (Pangkep Yayasan Riyadhus Sholihin) dengan syarat saya yang menjadi
ketua Yayasan".
Abu 'Abdirrohman Shiddiq Al-Bugisi hafidzahullah berkata:
Dulu ketika ana masih di Soroako Sulawesi sebelum meninggalkan sekolah dan berangkat untuk
mondok, kami sempat beberapa kali mengundang Ustadz Askari hadahulloh- untuk mengisi di
sana. Ketika dia datang ke sana, sempat sekali ana melihat lembaran-lembaran yang dipegang
oleh seorang ikhwah berisi foto-foto bangunan pondok pesantren pangkep yang belum jadi,
dugaan ana yang kuat lembaran-lembaran itu adalah proposal untuk menggalang dana. Wallahu
A'lam, kalau tidak, apa tujuan mereka mengambil foto ma'had yang belum jadi?
Al-Akh Abul 'Abbas Khadir bin Nursalim hafidzahullah berkata:
-Khaliful Hadi berkata: "Kalau pemerintah sudah mengeluarkan uang yayasan ini, kita pakai
uangnya untuk maktabah (perpustakaan) pondok kita".
- Khaliful Hadi juga pernah berkata: "Dzulqornain (Makassar) telah berjanji akan memberikan
dana untuk pembangunan masjid ini (masjid Yayasan Darul Atsar) ketika Dzulqornain masih di
Saudi, dan ketika kami di Ma'had Dhiyaus Sunnah Cirebon ada sebagian kawan kami
memperlihatkan foto masjid Kuningan milik Fathur Rohman bahwa masjid tersebut dibangun
atas dana dari Dzulqornain, maka timbul dibenak kami, Dzulqornain ini sering ke Saudi untuk
belajar atau untuk mencari dana?
-Saya melihat di Masjid As-Sunnah (Yayasan Markaz An-Nasyad Al-Islami Bajirupa) ketika
peresmian masjid untuk khutbah jum'at maka dipesanlah minbar sekalian dua kotak infak yang
terbuat dari kayu berkaki empat yang dipajang di pintu sebelah kiri masjid dan dipajang di pintu
depan, dan kami juga melihat di toko milik bapaknya Dzulqornain terdapat kotak infak yang
terbuat dari kaca berkaki empat dari alumunium.
Salah satu bukti proposal untuk meggalang dana:


YAYASAN ASY SYARIAH
NOTARIS Mohammad Agus Hanafi, SH.
No. 16 Tanggal 31 Mei 2005
Alamat kantor jl. Gedean Km. 5 Gg Kenanga No. 26 B Patran Yogyakarta Telp. (0274) 626139 /
Hp. 08157911895
- ;-=,- Q-=,- = ;~
No. : 01/PD IV/V/2008
Hal : Permohonan Penggalangan Dana
Kepada Segenap Asatidzah
;---- >~- -',- = -=
Segala puji hanya bagi Allah , shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi,
keluarganya, shabatnya, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
- ;- '- '- ;--- ,-- _-- ;- '- ) _- -- -~ -- -- ;-- -- ;- '- ( '--
Q- Q-- Q- ;-~ --- = _-~ = ;~ '- '- ,-, - Q- = Q-- '-- -- , Q- -, Q-;-
-, -- -'--- ;- , Q- ,~- ,~- _-- ,~- Q- '--~- ,-~ Q- ,=7 '-- -- - --- =
'- --- ;- - = ,=7 '-- -- - = - ,-~ -- Q---- '--,= 4-~ Q- -= ;- - --- '
)~ '--- -=- _- '--,= - = J
Dauroh masyaikh IV di Yogyakarta Insya Alloh akan dilaksanakan 24 juli -4 Agustus 2008, di
antara masyaikh yang Insya Alloh akan hadir adalah:Asy syaikh Muhammad bin Hadi Al
Madkholi, Asy Syaikh Abdullah Al-Bukhari, Asy-Syaikhh Abdullah Al-Mar'i, AsySyaikh
Abdurrahman Al-Mar'i, AsySyaikh Muhammad bin Umar Bazmul, Asy-Syaikh Ahmad bin
Umar Bazmul, Asy-Syaikh Khalid Adz Dzufairi.
Dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan dauroh tersebut diperkirakan sebesar Rp.
439.825.000,00. Oleh karena itu kami mengharapkan ta'awun dari asatidzah untuk melakukan
penggalangan dana di daerah.
Pengiriman dapat dilakukan lewat rekening BCA KCU Yogyakarta no. rek. 0372529740 an.
Ilyas bin Thohir
Jazakumullahu khairan
- - -= ,'= `-' -'
Yogyakarta, 6 Mei 2008
Al Ustadz Usamah Mahri, Lc. Al Ustadz Qomar ZA
Al Ustadz Hanan Bahanan Al Ustadz Abdul Jabbar
* Dilengkapi dengan tanda tangan para ustadz tersebut.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA-FATWA ULAMA YANG DINUKIL
TANGGAPAN TERHADAP FATWA ASY-SYAIKH AL-ALBANI RAHIMAHULLAH
Kelengkapan fatwa beliau adalah sebagai berikut sebagaimana pada kasetnya, setelah
menyebutkan point kedua dari jawaban beliau dan yang dinukil Askari adalah point pertama:
,-= ;-- -- '--'- : --=- -- , - _-- ~-' '-=,-~ '- ,~ Q- ~;- Q- -=- -- '--'-
;~ '- ,=- , --- ---=- 4-- .
J-'~- '- : '-- '---'- ,-~ '- '-= -=- -- '-- -- ~- --=- 4--- - '-'~= _---
'~=- ;-- -= 4--- - '-- - '=- , ) =~ ,-- '-> = -= _-~- ;--- ( '=- '~=-
'~=- Q-- ')-=-~- - '- V -,~ '=- '-= ~- --'-- .
_-~- '- : ,~-- -)- --- - - , -=-- ;----- V ' '- '---~ , '-,- -- -- ---- V , '----
;-- '-;~ - '-- " '- ')--- -'=- " " -'=- ')--- '- " ~~V _-- ;-- ;-- -- '--=- J
;=- ~-~- 4--- - '-- -- _-- ;-- = ,- '- ,-- -'=- , =-=-- ;)~- Q- Q-- '--' , ~- '-
----- '-- ;- V Q---V --'-- -='- --- =-'=--- 4--- - , - - - ;- -;-
;)~-- Q---~-- -=;- -~=-' ;)- J-- ;-~ --- = _-~ = ;~ ,~ '- ;~-- -- --~
J--~ - ~- -- -'-=- -=- >- -~=- ,-'~ - _--- ;~- '~=~ -=- V ,-= ,~- -
=~- - -= ;- ')-'- _-- --'- -=-~- - V -- -- '-- -)- -'-= - -=;- -=-~
-=;- ;- '- - ;-~ V J--'- _~- V '-'- --,~- -->~ -,-= --= J=- ,-',- -- -- V
~--=- J-'~;- '- ;=- - ~--- -V V --- --=- --=- V --,~ -~'-- - ;- ,~-
~ --V - ;- '- ;~- - Q- ~-- _~- V '- 4--- -~>= - '- ~-= '---' ~-- Q--- Q-
,--~('- - -- ,~ '- ,~-- ,-~- Q--- ' V J-- - J-- - Q- - ;=-
-- '- --'-- ;-=- '-- ,~ ;- ---- -='- '-- - -- -- _-~- '-- Q- ,~--
=-= - ,-,= '-- -,---- Q-- '~- .
J-'~- '- : --=- ~- ,-- _-~- V ;=--'- --=- ')-~ ~- '- .
. _-~- '- : ;)- - , -;= ;)- - ;)-
J-'~- '- : ;- , ~--=- ,- -~-- - ;-=-'- >-- ;----- '- -- -=-- - ~-=- - ~-'= -
-V
_-~- '- : -- = )- '--- J=-- ~=- ~-'=V -- ,- - : ( _-- Q-- ;-- ; ;-~-- ;,- >- )
] ;=-- / 32 ... _-
Ketiga; dan barangkali ini yang terakhir, apakah Jum'iyyah ini apabila berjalan di atas syariat
sebagaimana yang kami syaratkan, ada pertanyaan, harta yang dikumpulkan oleh jum'iyyah itu di
manakah disimpan? Di mana diamankan? Barangkali engkau (wahai penanya) bisa
menjawabnya
Si penanya berkata: Adapun harta yang dikumpulkan, mentri keamanan mensyaratkan untuk
membuka rekening bank dan menaruh uang di situ sampai selesai upah pelayanan, bukan
termasuk bunga. Sebagian mereka berusaha agar mengambil harta yang terkumpul pertama kali
masuknya langsung diserahkan kepada orang yang berhak.
Asy-Syaikh berkata: Ini cukup sebagai dalil untuk membatalkan kegiatan jum'iyyah ini, Apabila
tidak memungkinkan bagi kalian mengadakan kotak yang tidak dilumuri amalan riba, Di Suriyah
ada pepatah yang mengatakan: "Hal ini mendatangkan bencana", "Hal ini mendatangkan
bencana" Sangat disayangkan, disebabkan tatanan pemerintah yang menyelisihi apa yang Alloh
turunkan akhirnya semua Jam'iyyah yang didirikan masa sekarang ini diharuskan untuk
menyimpan uang di bank, sebagian mereka benar sebagaimana yang engkau sebutkan, tidak
mengambil ribanya, namun dari segi penerapannya tak mungkin bisa kecuali menyimpan uang di
bank dengan alasan untuk menjaganya, fenomena ini disebabkan karena kaum muslimin sendiri
tidak berada pada permisalan yang dimisalkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
'bagaikan satu jasad', apabila salah satu anggota jasadnya itu merasa sakit, anggota badannya
yang lainpun akan merasakannya, Jama'ah yang berupaya di jalan atau proyek kebaikan, tidak
mampu mendapatkan orang yang dapat dipercaya menyimpan uangnya, kemudian kalaupun
dapat terkadang orang itu tidak mampu mendapati tempat untuk menjaganya. Apabila tidak
diperkenankan bagi jum'iyyah khairiyyah islamiyyah tersebut mengadakan tempat penyimpanan
uang baginya, maka saya tidak menasehatkan untuk mendirikannya, bukan karena Jum'iyyah ini
adalah perkara muhdats dan bid'ah, tidak, dan telah lewat jawabannya karena sarana-sarana
(kebaikan) bermacam-macam, tapi dengan syarat menghantarkan kepada tujuan-tujuan yang
disyari'atkan.

Dan ketahuilah saya menyatakan ini karena aku juga telah ditanya melalui via telepon dengan
pertanyaan yang serupa dari Yaman dan saya telah menjawabnya yang intisarinya seperti
jawaban ini, oleh karena itu saya tidak menasihatkan untuk terus melanjutkan amalan ini kecuali
apabila memungkinkan untuk memperkecil proyek sebagaimana yang aku isyaratkan kepadanya
diawal jawabanku atau hal ini dari sisi amalan, kemudian apabila setelah diperkecil mungkin saja
pemerintah setempat mengizinkan untuk tidak menyimpan uang tersebut di bank dan
menyimpannya di tempat yang aman dengan penjagaan orang yang terpercaya.
Penanya berkata: Bagaimanapun keadaannya selama namanya adalah Jum'iyyah pemerintah
tidak akan mengizinkan Jum'iyyah manapun.
Asy-Syaikh berkata: Hal ini sudah dipahami, ini telah diketahui dan dipahami jawabannya.
Penanya berkata: Na'am (Iya)-selesai yang diinginkan-
Pada jawaban beliau pada point ketiga tampak jelas beliau mengatakan batalnya proyek
jum'iyyah ini hanya karena menyimpan uang di Bank, bagaimana kiranya jikalau beliau
Rahimahullah mengetahui lebih dari hal ini dari penyelisihian terhadap syariat yang telah tertera
pada kitab "Al-Jum'iyyaat Harokah bila Barokah" juga beliau tidak menasihatkan untuk terus
berjalan pada kegiatan ini kalau tidak bisa berlepas diri dari menyimpan uang di Bank. Kami
bertanya kepada Askari hadahulloh apakah yayasan ma'had kamu yang kamu sedang
'mendulang' maksiat darinya- telah berlepas dari mu'amalah dengan bank? kami tidak mengira
hal itu, kalau toh sudah berlepas diri apakah bisa terlepas dari perkara-perkara yang menyelisihi
syariat lainnya yang paling minim adalah salah satu kabair (dosa besar)??
Kita juga tidak mengingkari bahwa Asy-Syaikh Al-Albani Rahimahullah tidak mengatakan Al-
Jum'iyyah itu bid'ah, Namun kami mengatakan fatwa beliau bahwa Jum'iyyah bukan bid'ah
adalah keliru sebagaimana kelirunya beliau pada fatwa bolehnya bagi seorang akhwat untuk
tidak menutup mukanya, karena hal itu tidak wajib, dengan meyakini bahwasanya beliau adalah
seorang mujtahid beliau mendapat satu pahala jika salah dalam ijtihadnya, bahkan beliau adalah
imam tanpa diperselisihkan, namun bukan berarti beliau itu ma'shum. Adapun contoh yang
disebutkan oleh Asy-Syaikh Rahimahulloh seperti pesawat, alat rekam, mobil...; kami katakan,
semua hal itu belum ada pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan zaman tabi'in dan
tabi'ut tabi'in, adapun Yayasan untuk membuatnya adalah suatu hal yang memungkinkan pada
waktu itu namun mereka -para salaf- tidak mengadakannya. Lagi pula sekedar alat-alat tersebut
tiada kemungkaran pada asalnya.
Juga perlu diingatkan bahwa yang bertanya kepada beliau adalah orang dari Jum'iyyah Al-
Hikmah Yaman yang telah di vonis oleh Syaikh Muqbil Rahimahullah sebagai hizbiyyah
(namanya Abdul Majid Ar-Roimi salah satu pembesar surury sebagaimana kata Syaikhuna
Thoriq Al-Ba'dany hafidzahullah), pada pertanyaannya mereka menyebutkan misi-misi mereka
yang dihiasi dengan berpegang teguh dengan kitab dan sunnah dan pemahaman salaf menurut
sangkaan mereka, ternyata dibalik semua itu adalah hizbiyyah yang terselubung, padahal para
masyayikh sunnah di Yaman bersamaan dengan semangat mereka untuk berdakwah dan berbuat
kebaikan, tidak ada di antara mereka yang mendirikan Jum'iyyah. Kami khawatir maksud mereka
dengan pertanyaan mereka ini menuduh kegiatan tersebut adalah bid'ah, mereka maksudkan Asy-
Syaikh Muqbil Rahimahullah. Dan telah lewat ucapan (jarh) Asy-Syaikh Muqbil terhadap
mereka sebagaimana pada risalah "Untaian Mutiara" milik Al-Akh Abu Turob hafidzahullah,
dan juga pada terjemahan Mukhtashor Bayan, walhamdulillah.
Dapat diambil faidah dari fatwa ini bahwasanya Asy-Syaikh Al-Albani tidak memiliki ataupun
mendirikan Jum'iyyah dan tidak pula mengetahui seluk beluknya secara mendalam, karena
memang beliau tidak terjun langsung pada kegiatan yayasan, salah satu buktinya beliau
menanyakan contoh satu soal saja yang barangkali kalau beliau menanyakan lebih dari itu tentu
lain hukumnya. Wallahu a'lam.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA ASY-SYAIKH BIN BAAZ RAHIMAHULLAH
Pada fatwa beliau ini mereka menyebutkan kebaikan-kebaikan yang menjadi misi mereka yang
dihiasi dengan kitab dan sunnah sebagaimana yang mereka sangkakan -padahal Jum'iyyah
Anshorus Sunnah di Sudan merupakan Jum'iyyah hizbiyyah- sampai-sampai Asy-Syaikh Muqbil
Rahimahullah mengatakan "Anshorul bid'ah" , telah lewat ucapan Asy-Syaikh Muqbil
sebelumnya, hal ini mengingatkan kita dengan Jama'ah Tablig, tatkala Asy-Syaikh bin Baaz
berfatwa yang mendukung mereka, dengan gencar mereka sebar luaskan dan bergembira dengan
fatwa tersebut, namun ketika beliau telah mengetahui hakikat mereka, beliaupun berfatwa
mengenai kekeliruan mereka.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA ASY-SYAIKH MUQBIL RAHIMAHULLAH
Adapun ini wahai Askari fatwa dulu, setelah itu beliau berfatwa sebagai berikut:
--,=- _- --~;- --,=- _- _-,=- ;- --~- - --~ ;= '- -- '--=-.
Dan jam'iyyah-jam'iyyah ini ya ikhwn merupakan waslah (perantara) dan juga kotak-kotak
infaq, sungguh betul (itu merupakan) jalan menuju kepada hizbiyyah perantara kepada
hizbiyyah." Selesai [dari kaset "Asilah Bani Bakr", pada tahun 1421H, Setahun sebelum
wafatnya Al-Imm Al-Wdi' rahimahullah]
Sebelumnya beliau berkata: "Yayasan pada zaman Nabi sama sekali tidak ada, akan tetapi
datangnya dari musuh-musuh Islam yang kemudian diikuti oleh sebagian kaum muslimn. Dan
kebanyakan yayasan di dalamnya terdapat penyimpangan-penyimpangan, -sampai perkataan
beliau- Betul, kita tidak mengharomkan bagi masyarakat apa yang Allh halalkan, akan tetapi,
yang kita takutkan ini hanyalah tipu muslihat saja, -sampai perkataan beliau- Yayasan-yayasan
ini wahai ikhwah dia adalah sarana demikian pula kotak amal-kotak (sedekah) jalan menuju
hizbiyyah dan sarana menuju hizbiyyah. (Disadur dari pertanyaan Bani Bakr di Yfi' pada tahun
1421 H).
Wasilah kepada keharoman hukumnya juga harom sebagaimana yang diketahui bersama, dan
hizbiyyah hukumnya harom
Dan seorang Ulama terkadang membolehkan sesuatu karena belum nampak dan jelas baginya
bahaya, kebobrokan dan kerusakan ataupun kmuhdatsan sesuatu itu, kemudian setelah nampak
baginya al-haq pada permasalahan itu ia-pun mengambil al-haq tersebut dan tidak mengindahkan
dan tidak pula malu untuk taroju' dari fatwanya yang dulu, contohnya Asy-Syaikh ibn Baz
rahimahullah pada fatwa beliau memuji Jama'ah Tablig, demikian juga Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullah, dulu beliau pernah berfatwa akan bolehnya pemilu dan menasihatkan untuk
memilih orang yang sholeh, kemudian setelah nampak bagi beliau keharamannya beliau taroju'
dan berkata saya dulu membolehkannya dan menyuruh memilih orang yang sholeh, maka saya
salah dan saya memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadanya dinukil secara makna
sebagaimana dikabarkan kepada kami Syaikhuna Yahya Al-Hajuri hafidzahullah-. Sebelum
semua itu Ibnu 'Abbas Rodhiyallohu 'anhu pernah berpendapatbahwa orang yang membunuh
jiwa yang diharamkan membunuhnyadengan sengaja tiada taubat baginya, kemudian setelah itu
beliau berkata kepada seorang yang membunuh dengan sengaja: bertaubatlah kepada Allah,
sebagaimana di kitab Adabul Mufrod milik Imam Al-Bukhori rahimahullah.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA ASY-SYAIKH RABI' HAFIDZAHULLAH
Jelas sekali beliau mengatakan pada fatwa ini bahwa mendirikan Jum'iyyah di negri Su'udiyyah
tidak boleh karena keberadaan jum'iyyah atau partai akan menyebabkan perpecahan ummat ini
dan bertentangan dengan perkataan Allah:
( ;- ,-- '- '--= -- J-=- ;-~-- ) ] ,-- ' / 103 ]
"Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah
belah."
Jadi dapat kita pahami pada fatwa beliau ini, jum'iyyah atau partai adalah sebab dan wasilah
yang akan mengakibatkan perpecahan ummat, dan bahwasanya keberadaannya bertentangan
dengan perkataan Allah yang telah lewat yang mengandung larangan kepada kita semua untuk
berpecah belah dengan kata lain menyelisihi syari'at atau menyelisihi perintah Allah agar jangan
berpecah belah. Dan juga perlu diingat 'berpecah belah' atau memecah belah kesatuan kaum
muslimin, hukumnya haram.
Hanya saja dapat dipahami pada fatwa beliau apabila pemerintah memaksa dan tidak bisa tidak
kecuali demikian, maka tidak mengapa mendirikan Jum'iyyah untuk berdakwah sebagaimana di
India, Kami katakan: kalau memang keadaannya demikian maka sama halnya dengan perkara
haram lainnya yang diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukannya, contohnya membuat
passfort yang digunakan untuk berhaji yang merupakan perkara yang muhdats bahkan di
dalamnya terdapat foto yang haram, maka dosanya ditanggung oleh orang yang mewajibkannya
dan membuat-buat perkara yang mungkar tersebut (sebagaimana fatwa Syaikh Muqbil dan selain
beliau dari ulama), disertai dengan pengingkaran dan rasa benci kita terhadap kemungkaran
tersebut sekurang-kurangnya dalam hati dan jika mampu dengan memberi nasihat kepada
pemerintah dalam rangka menunaikan kewajiban menasihati dan pengingkaran dan sekaligus
berlepas diri dari kemungkaran tersebut. Bukan malah mengatakan itu adalah barokah atau
mendulang berkah dengan membuatnya dan tetap memanfaatkan 'akte notaris'nya untuk
membuat proposal juga tidak perlu menaruh uang di Bank ribawi demikian pula tidak sepatutnya
menilai orang yang mengingkarinya dan menghukuminya sebagai suatu hal yang muhdats dan
harom dengan ungkapan 'lisan-lisan kotor' atau menggelarinya 'turobi', cukup katakan benar
demikian namun kami terpaksa karena pemerintah mengharuskan hal itu. Ini kalau keadaannya
demikian, bagaimana kalau ternyata berdakwah tanpa Yayasan itu bisa dilakukan di negri
pertiwi? Bukankah lebih baik dan berbarokah kalau berdakwah tanpa Yayasan? Jadi jum'iyyah
itu asal membuatnya haram kecuali terpaksa sebagaimana di India dan dosanya ditanggung orang
yang mewajibkannya sebagaimana yang telah lewat.
Juga dapat diambil faidah dari sini bahwasanya Asy-Syaikh Rabi' hafidzahullah tidak memiliki
ataupun membuat Jum'iyyah dan melarang membuatnya di negri yang bukan sekuler atau yang
tidak melarang berdakwah tanpanya, adakah yang mengambil pelajaran?...
Barangkali kamu wahai Askari atau pembaca sepakat bahwa fatwa ini justru hujjah bagi kami
dan hujatan atasmu, namun kamu tidak menyadarinya, wallahul musta'an.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA BAKR ABU ZAID RAHIMAHULLAH TA'ALA
Pada akhir penukilan ucapan tersebut beliau berkata: "Namun perubahan ini dibatasi dengan
koridor syari'at, diukur berdasarkan timbangan al-kitab dan as-sunnah, yang apabila ada sesuatu
yang menyimpang darinya, maka wajib untuk dijauhkan dan berlepas diri darinya."

Telah lewat penyebutan beberapa penyimpangan-penyimpangan Yayasan dari al-kitab dan as-
sunnah sebagaimana telah lewat pada makalah ini dan sebagaimana pada risalah "Jum'iyyah
Harokah bila Barokah" dan telah selesai penerjemahannya bihamdillah, jadi tinggal
mengaplikasikan ucapan beliau: "maka wajib untuk dijauhkan dan berlepas diri darinya."

Dan di antara penyimpangannya adalah: Menyimpan uang di Bank ribawi, pada prosedur
pembuatannya menyerahkan foto tanpa darurat, merupakan sebab perpecahan ummat yang
menyelisihi larangan Allah dalam Al-Qur'an agar tidak berpecah belah lihat kembali fatwa Asy-
Syaikh Rabi' yang dinukil oleh Askari di makalahnya itu- mencanangkan Al-Waro wal Baro
yang sempit sebagaimana yang kita dapati sekarang di Indonesia tidak seorangpun yang
mengingkari Yayasan tersebut kecuali mereka musuhi dan menggelarinya dengan gelar turoby,
tidak didapati seorang salafpun yang mendirikannya dan Jum'iyyah-jum'iyyah terutama di
Yaman hanyalah dimiliki oleh para hizbiyyin contohnya: Jum'iyyah Ihsan, Jum'iyyah Al-hikmah,
perlu diketahui tak seorangpun dari ulama sunnah Yaman yang mendirikan Jum'iyyah dan di luar
Yaman jum'iyyah Al-Bir di Dubai, Jum'iyyah At-Turots di Kuwait, Jum'iyyah Anshorus Sunnah
di Sudan , sementara Allah Ta'ala berkata:
~'-- ; 4-- ;)~-- ;'~-'- -- ;~- Q- --' ;-;-- '- ) ( ;- ] ,~=- / 19 ] .
"Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri-diri mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik."[QS. Al-Hasyr: 19]
Dan termasuk dari golongan 'orang-orang yang lupa kepada Allah' dan termasuk golongan
'orang-orang fasik' adalah: ahlul bida' dan hizbiyyah termasuk kebid'ahan, oleh karena itu Imam
Ahmad rahimahullah membenci membiasakan atau sering memangkas rambut sampai gundul
karena itu adalah kebiasaan ahlu bida' dari kalangan khawarij. Demikian juga hadits Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam:
((;)-- ;)- ;-- -~- Q- ,- ~-'= Q- _-- '~- --- ~-=))
Dan ditimpakan kehinaan dan kerendahan bagi siapa yang menyelisihi perintahku, dan
barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.
Tidakkah kita mengamalkan ayat dan hadits di atas untuk tidak menyerupai kebiasaan para ahlul
bathil di antaranya adalah para hizbiyyin?
Faidah: Asy-Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali di tanya ketika berkunjung ke Dammaj sebagai
berikut:
V ;~- : '-'=--V ,-=- Q-- - ;-- '-- '--=- '--=- '= '-
;=- : '- '-- --- _-- ~~~ ')-;- --,- Q-- '--=- '- ~- '- ,=-- _- ',-~-
---- - -- -,=-- V --= ') V --,=- Q- ---- ;=- ')- --,=- Q- ---
')-'-- ')-'-- '- J--- = ;= Q- V -,=-- ')- '--=-'- ')--- Q-- ')-=-- --,- ~~=
'--=- -- - -,-= ~~= --- ~~=
Apa hukum Jam'iyyah secara umum? Dan apa pendapatmu terhadap orang yang membolehkan
pemilu?
Jawab: "Adapun Jam'iyyah maka pengetahuanku tentang kondisi aslinya, walaupun didirikan
pada mulanya atas dasar tolong-menolong, namun dalam perjalannya menuju hizbiyyah. Aku
tidak melihat sebuah jam'iyyah pun kecuali dia itu hizbiyyah. Walaupun tampak pada awalnya
jauh dari hizbiyyah atau dia telah berusaha untuk menyelamatkan diri dari hizbiyyah, namun
taring-taring hizbiyyah telah mencengkramnya, Maka semua jam'iyyah adalah menimbulkan
hizbiyyah, kecuali yang Alloh rahmati dan itu sangat sedikit. Ini sebatas pengetahuanku dan
ilmuku serta pendalamanku tentang jam'iyyah tersebut.
Kemudian beliau ditanya lagi setelahnya sebagai berikut:

->)- ;--~ ;-,-- _-~- = ;-~ ;--- : V --= ;-,- V Q- V --,= ; '- J--- = ;=
'---~V - Q-- ;;~-- '- ,-= = ;,= .

;=- : --;- ,-- _-= -,-=--- --,= ~~-- --= '- -= ;-- '---~V - Q- -~- --
'--=- Q-.
Syaikh yang mulia, Salim Al Hilaly Semoga Alloh mengokohkanmu- Anda mengatakan bahwa
anda tidak mengetahui jam'iyyah melainkan ada hizbiyyahnya, kecuali yang Alloh rahmati yang
jumlahnya sedikit. Apa maksud dari perkataan ini?? Dan siapakah yang dikecualikan??
Jazakumullohu Khoiron.
Jawab: Maksudku dengan pengecualian ini adalah barangsiapa yang mengetahui bahwa disana
ada sebuah jam'iyyah yang tidak hizbiyyah maka beri tahukan kepadaku, supaya aku mengubah
sikap terhadap jam'iyyah-jam'iyyah (tersebut).
TANGGAPAN TERHADAP FATWA SYAIKH SHALIH ALUS SYAIKH
HAFIDZAHULLAH TA'ALA
Sunhanallah sungguh aneh kamu wahai Askary, fatwa yang seharusnya menjadi hujjah bagi
lawanmu kamu tarik-tarik supaya seolah-olah itu adalah hujjah bagimu, nampaknya kamu
terburu-buru dalam menukil fatwa ini, bacalah ucapanmu pada muqoddimah makalahmu ini
sebagai nasihat agar jangan terburu-buru-, coba perhatikan lagi fatwa beliau ini, pada fatwa ini
tidak ada sama sekali beliau menyinggung Yayasan yang beliau singgung adalah Jama'ah yang
berkumpul untuk berdakwah, berbuat kebaikan, menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar,
melakukan bimbingan dan perbaikan, bukankah kita semua dalam suatu ma'had terutama di sini
demikian adanya -walillahil hamd- yang satu mengajar yang lain menuntut ilmu dan yang lain
merangkap sebagai mas'ul (penanggung jawab) dalam suatu bidang tertentu jika mashlahat
menuntut untuk itu seperti mas'ul sakan, mas'ul khutbah hari jum'at (mengatur siapa yang akan
berkhutbah di masjid ini dan siapa yang di masjid lainnya agar tidak terjadi tabrakan), mas'ul
masak, mas'ul durus (mengatur durus yang akan dibuka, tempat dilangsungkannya dan
pengajarnya agar tidak bertabrakan satu sama lain dan dapat berjalan dengan lancar)? Bukankah
kami di sini dan beberapa du'at yang tidak membuat Yayasan di sana juga bisa melakukan
kerjasama dalam kebaikan semacam ini tanpa menuntut adanya Yayasan?
Yang ada adalah kerjasama sebagaimana fatwa beliau ini, demikian juga bersatu dan tidak
berselisih sebagaimana perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bukti bahwa fatwa ini adalah hujjah bagi kami dan bukan bagimu bahkan fatwa ini adalah
hujjatan bagimu adalah ucapan beliau: "Adapun ta'at dalam artian: yang mengikuti harus ta'at
atasannya, yang diperintah harus ta'at kepada pimpinannya, maka ini tidak diperbolehkan di
negara Islam. Sebab ini merupakan keta'atan khusus, yang tidak ada nashnya yang menyebutkan
hal itu, yang ada adalah ketaatan dalam keadaan safar, karena ada yang menyebabkan adanya hal
itu. Adapun di saat hadhar (bukan safar) dan dalam keadaan mukim, apabila penguasa secara
syar'i tegak, dan bai'at telah ditegakkan, maka tidak boleh ada ketaatan yang bersifat independent
pada waktu hadhar, tanpa ta'at kepada penguasanya, namun yang ada adalah kerjasama."
Semua yang disebutkan oleh beliau pada ucapannya di atas dari hal yang tidak diperbolehkan
terdapat pada Yayasan, apabila kamu memahaminya yaitu adanya amir/ketaatan yang bersifat
independent pada waktu hadhar (keadaan mukim), dan ketaatan yang harus kepada pemimpin
Yayasan, kalau tidak, ketua Yayasan bisa memecatnya dari jabatannya meskipun terkadang yang
benar ada pada bawahan, bahkan terkadang seorang ustadz harus ikut aturan dan kemauan ketua
Yayasan kalau tidak, dia bisa dipecat dan tidak mendapat tunjangan bulanan dan tidak boleh lagi
ngisi/ngajar di tempat itu atau disuruh angkat kaki dari tempat itu atau selainnya.
Juga perlu diperhatikan ucapan beliau: "menegakkan amar ma'ruf nahi mungkardst" Apakah
kemungkaran dan penyimpangan yang telah lewat penyebutannya merupakan hasil dan buah
ditegakkannya amar ma'ruf nahi mungkar, bimbingan dan perbaikan serta perbuatan kebaikan
pada tubuh Yayasan ataukah sebaliknya?
TANGGAPAN TERHADAP FATWA SYAIKH ABU ABDIL MU'IZ MUHAMMAD
FIRKUZ HADAHULLAH
Ucapannya: "Maka berkumpul dengan cara hizbi adalah tercela[sampai ke ucapannya]maka
berkumpul dengan cara hizbi tidak diperbolehkan."Kami katakan: Telah lewat ucapan Asy-
Syaikh Rabi' hafidzahullah yang bermakna adanya Jum'iyyah ini merupakan sebab terpecah
belahnya ummat dan menyelisihi larangan Allah agar tidak berpecah belah.
Ucapannya: "Sebagaimana termasuk pula dalam keumuman perintah untuk berta'awun yang
bersifat syar'idst"
Kami katakan: Yang kami ingin tekankan adalah tolong menolong (ta'awun) yang disyari'atkan
dan dianjurkan oleh agama yang lurus ini adalah tolong menolong di atas kebaikan dan
ketakwaan sebagaimana ayat yang telah diketahui bersama, jadi apabila tolong menolong
tersebut ternodai dengan suatu maksiat, atau penyimpangan syari'at seperti halnya Yayasan ini
terlebih lagi dengan bid'ah atau hizbiyyah, maka itu bukanlah tolong menolong yang dianjurkan
dan disyari'atkan bahkan wajib menjauhinya sebisa mungkin, dan masuk dalam keumuman
larangan Allah Ta'ala yang berkata:
( -- ;- '- _-- ;- '- '- ) ] --'-- / 2 ].
"Dan janganlah kalian tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." [QS. Al-Maidah:
2].
Sama saja apakah ta'awun tadi bersama pemerintah atau rakyat biasa, dan telah diketahui
bersama hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori di Shahih-nya pada Bab. "Mendengar
dan Ta'at kepada Pemerintah Selama Bukan Maksiat" no. 6726, dan di Shahih Muslim, no. 1840
pada Bab. "Wajibnya mentaati Pemerintah pada selain Maksiat", dari hadits Ali Rodhiyallohu
'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
(( ,-- - -'=- '-- ))
"Hanyalah ketaatan itu pada hal yang ma'ruf."
Pada lafadz lain di Muslim:
(( ,-- _- -'=- '-- -- -~- _- -'= V ))
"Tiada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, hanyalah ketaatan itu pada hal yang ma'ruf."
Demikian juga perkataan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
((_-'=- -~- - ;-=-- -'= V))
"Tiada ketaatan bagi seorang makhlukpun dalam bermaksiat (durhaka) kepada Kholiq
(Pencipta)."
Yang perlu diperhatikan pula ucapannya: "adanya kesempatan untuk ta'awun yang dibangun di
atas persaudaraan yang terikat dengan syari'at dan dibangun di atas kebaikan dan takwa"
Adapun Jum'iyyah atau Yayasan tidaklah terikat dengan syari'at tidak pula dibangun di atas
kebaikan dan takwa, sebagaimana yang telah kami paparkan di atas. pahamilah ini wahai
salafiyyun

Juga perlu diketahui adalah Asy-Syaikh Firkuz hadahullah dan al-haq diucapkan- pada dewasa
ini timbul beberapa yang mengerutkan kening para salafiyyin yang murni, di mana dia mengajar
di tempat ikhtilath, membolehkan pemilu, dan setelah dinasihati dari orang Al-Jazair di sini
demikian juga oleh Syaikhina Yahya hafidzahumullah malah mulai melarang orang belajar di
Dammaj wallahul musta'an semoga Allah memberinya taufik dan hidayah untuk kembali ke
jalan yang lurus bersama orang-orang yang gigih dan tulus mengemban dakwah salafiyyah yang
murni.
TANGGAPAN TERHADAP FATWA ULAMA YAMAN
Perhatikan ucapan Askari: "yang tidak dicampuri dengan noda hizbiyyah, bid'ah dan perkara
haram"
Telah lewat penyebutan yang menunjukkan bahwa Yayasan itu tercampuri dengan perkara-
perkara tersebut.
Demikian pula bunyi kesepakatan mereka: "jika bukan merupakan sarana menuju hizbiyyah"
Kesepakatan ini diselisihi oleh Al-'Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i (guru mereka semua atau
kebanyakan mereka) sebagaimana telah lewat penukilannya bahwasanya beliau berkata: "Dan
jam'iyyah-jam'iyyah ini ya ikhwn merupakan waslah (perantara) dan juga kotak-kotak infaq,
sungguh betul jalan menuju kepada hizbiyyah perantara kepada hizbiyyah.", maka tiada ijma'
pada permasalahan ini dan kembalinya kepada hujjah , di mana hujjah menunjukkan bahwa
Yayasan inilah sumber petaka, dan maksiat yang telah disebutkan di atas. Dan yang benar adalah
Yayasan atau Jum'iyyah itu merupakan sarana menuju hizbiyyah, karena dia dibangun di atas
kemaksiatan dan tidak dibangun di atas pondasi takwa dari awal harinya maka tidak heran kalau
dia bisa menyeret pelakunya kalau Allah tidak menyadarkannya dan menyelamatkannya serta
menyusulnya dengan rahmatNya yang luas - kepada kemaksiatan yang lebih besar baik itu
hizbiyyah atau yang lebih buruk dari itu, wal 'iyadzubillah.
Ucapan mereka: "Dan tidak terdapat padanya hal-hal yang menyelisihi syari'at, maka hal
tersebut tidak terlarang."
Sudah lewat bihamdillah penyebutan hal-hal yang menyelisihi syari'at yang terdapat pada
Yayasan. Jadi kami dapat pahami dari ucapan mereka: "Maka hal tersebut tidak terlarang" yaitu
dengan syarat sebelumnya "tidak terdapat padanya hal-hal yang menyelisihi syari'at", kalau
ternyata terdapat padanya hal-hal yang menyelisihi syari'at maka hal tersebut terlarang.
Walhamdulillah.
Ucapan mereka: "Namun karena kami melihat pengaruh perselisihan yang mempengaruhi
dakwah kamidst"
Berarti mereka juga ketika itu telah merasakan dampak negatif dengan keberadaan Jum'iyyah
namun karena belum nampak bagi mereka secara jelas sebagaimana yang nampak bagi guru
mereka Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dan Syaikhuna sekarang ini akan kebobrokannya,
merekapun mengatakan demikian yang menunjukkan sikap waro' (kehati-hatian) mereka dalam
menghukumi sesuatu hafidzohumullah dan seandainya nampak bagi mereka hal itu niscaya
mereka akan mengemukakannya dengan lantang sebagaimana yang dilakukan oleh Syaikhina
sekarang ini, dan pemahaman dan jangkauannya setiap ulama pada setiap masalah berbeda-beda
sesuai dengan keadaan mereka dan apa yang Allah bukakan bagi mereka, terkadang sebagian
mereka memiliki pengetahuan pada sesuatu secara mendalam dan terperinci yang terkadang
tidak dicapai/dijangkau oleh sebagian lainnya. Oleh karena itulah ada kaidah "Barangsiapa yang
tahu adalah hujjah atas siapa yang belum tahu", "Yang menetapkan sesuatu dikedepankan
daripada yang meniadakan", demikian juga kaidah "Jarh yang terperinci dikedepankan daripada
rekomendasi yang bersifat global". Wallahul Muwaffiq.
Dapat dipahami dari ucapan mereka bahwasanya mereka itu tidak memiliki Yayasan, dan inilah
yang maklum pada mereka dari dulu sampai sekarang.
Tidak lupa kami mengingatkan dengan rasa prihatin hal tiga peserta penandatangan pada
kesepakatan tersebut, yaitu Abul Hasan Al-Mishri sebagaimana yang telah maklum bagi kita
kehizbiyahannya , 'Abdurrohman Al-'Adeni yang telah menyimpang dengan fitnah dunia, yang
menyeretnya menjadi hizbi yang fajir, di mana pengikutnya mulai menggembar gemborkan
Jum'iyyah 'Salafiyyah' menurut sangkaan mereka- seperti Hani Buroik , kemudian termasuk
yang terkena fitnahnya dan menjadi pembela setianya adalah Muhammad bin 'Abdil Wahhab Al-
Wushobi hadahullah, semoga Allah mengembalikan mereka sebagaimana sedia kala di atas
istiqomah. Sesungguhnya Allah maha kuasa dan Maha Mampu atas itu. Kalau tidak semoga
Allah menghacurkan tipu muslihat dan makar para pengkianat.
Ucapan Askari: "Para ulama tidak mengharamkan Jum'iyyah atau Yayasan secara mutlak, namun
dilihat kegiatan dan sepak terjangnya dalam medan dakwah, apakah dibangun di atas sunnah atau
tidak."
Jelas sekali kegiatan dan sepak terjangnya dalam dakwah tidak dibangun di atas sunnah, asalnya
saja dari salafus sholeh tidak ada, dalilnya pun tidak nampak, prosedur pembuatannya dilumuri
maksiat, kegiatan dan sepak terjangnya setelah pembuatannya digunakan untuk membuat
proposal/meminta-minta dan mengadakan 'rekening bank' kalau ada yang mengingkarinya
dimusuhi dikatakan lisannya kotor atau dijuluki turobiyyah atau mutasyaddid (garis keras).
TANGGAPAN TERHADAP KESIMPULAN
1. KESIMPULAN PERTAMA
Ucapannya: "atau gerakan sirriyyah atau melakukan perkara-perkara haram, maka Jum'iyyah
atau yayasan tersebut adalah haram.
Berarti kita semua sepakat bahwa yayasan ma'had ibnul qoyyim yang kamu sedang mendulang
'berkahnya' (baca; comberannya) dan yayasan-yayasan semacamnya hukumnya haram, karena
terdapat padanya perkara-perkara yang haram, sadarlah wahai Askari lihat baik-baik apa yang
sedang kamu dulang! Sebelum menyesal
Ucapannya: "bahkan dianjurkan."
Subhanallah sejak kapan agama ini menganjurkan sesuatu yang muhdats, dilumuri dengan
maksiat?! Kami menuntut Askari untuk mendatangkan salafnya dari tiga generasi terbaik yang
menganjurkan hal itu.
2. KESIMPULAN KEDUA
Ucapanya: "hanyalah sebagai wasilah/sarana,(sampai ke ucapannya)sarana memiliki
hukum yang sama dengan tujuannya "
Iya betul sarana itu memiliki hukum yang sama dengan tujuannya, selama sarana/wasilah
tersebut bukan suatu hal yang haram atau menyelisihi syari'at seperti halnya Yayasan, jangan
sampai kamu terjerumus ke dalam kaidah bathil orang Yahudi yang digunakan oleh para
hizbiyyin dari kalangan ikhwanul muslimin dan orang-orang semacam mereka, yang kami
maksud adalah kaidah:
(( --~;- ,-- -'- )).
"Tujuan membolehkan segala sarana."
Oleh karena itu kita dapati mereka sengaja melakukan suatu keharaman seperti masuk dalam
parlemen dengan alasan demi kemaslahatan dakwah, memakai celana pantaloon, mencukur
jenggotnya, kalau ditanya kenapa? Demi kemaslahatan dakwah, segala sarana boleh baik itu
halal maupun haram selama tujuannya baik menurut sangkaan mereka-, karena kebodohan
mereka dengan hal ini atau hawa yang ada pada mereka.
Berkata Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah di "Tawassul Anwa'ihi wa Ahkamihi" 1/11:
-;-- J-'~;- '- _)- ,= ; '- ')-- - = '-- ; '- ')-- - --- _-~ '--- , -- -- =
'-- ;)- '-- ')--;-- J-'~;- -- Q- , 4- Q-- - - -~-- _- V;~;- '='-- -;-=- --
-- '--- -,~-- ,-- -,~-- --;-- J-'~;- _-- ---V - .

Q-- ,~- --- '=- ,- _-- ;~=- ~~--- -,~-- --;-- J-'~;- -,- '=--
'-,-'- ,-( -,=-- --;-- J-'~;- Q- '=( ,~--- -,~- Q- '--=V --- --
Q- J--'--- ;-=- -- _-'- -;- 4- - : - -- J= ) ( '- ,- ,= -- [ ,--- / 275 ]
-'-- ,= V J= _-'- = Q-- ,- ~~-- -; ~-~ '-,- --- Q- J--.
')---,~- J-'~;- =~ ,- ~-:
_- ;=,- ; --,~- --;-- J-'~;- --,~- -,-- _-=~- _-,=- '-- ~---- -~- '---
- '-)~;~- VV - ,=-- ')-- '-)- --- 4--- ,=' _-,= '- Q-- .
,~- - '='-- ;-- V '- -; ~-~ '--~ ;=- '=,~ '-)- ~-- -- ;-- -'--
Q=- _-- 4- ~-- ;-=--- ---=-.
-- ,~- - ')-;-- V ')-- ,-~- >- --,~- --~;- '- ,-- Q .
"Sesungguhnya sarana-sarana yang bersifat alami di antaranya ada yang dibolehkan dan
diidzinkan oleh Allah, dan ada yang haram hukumnya dan Allah melarang darinya, telah saya
sebutkan beberapa contoh dari saranasarana yang haram ini yang kebanyakan orang salah
dalam memahaminya, dia mengira hal itu mubah dan dengannya dapat mencapai maksudnya,
namun kenyataannya hal itu sebaliknya (haram hukumnya), saya akan menyebutkan berikut ini
beberapa sarana-sarana yang bersifat alami yang disyari'atkan dan yang tidak disyari'atkan:
Termasuk sarana-sarana yang bersifat alami yang disyari'atkan untuk mencari dan memperoleh
rezki adalah dengan menggunakan sarana jual-beli, perdagangan, pertanian dan persewaan,
adapun sarana-sarana yang bersifat alami yang diharamkan adalah meminjamkan uang dengan
riba/bunga (lintah darat), jual-beli secara 'ienah, menimbun barang, menipu, mencuri, berjudi,
menjual minuman keras yang memabukkan, dan menjual berhala-berhala (patung), salah satu
dalilnya adalah perkataan Allah Ta'ala:
( '- ,- ,= --- -- J= ) ] ,--- / 275 ]
"Sementara Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." [QS. Al-Baqarah: 275]
Maka jual-beli dan riba adalah sebab (sarana/wasilah -pent) alami untuk memperoleh rezki,
namun Allah Ta'ala menghalalkan yang pertama dan mengharamkan yang kedua.
BAGAIMANA ENGKAU MENGETAHUI BAHWA SARANA-SARANA TERSEBUT
BENAR DAN SYAR'I ?
Metode yang benar untuk mengetahui syar'inya sarana-sarana yang alami ataupun sarana-sarana
syar'iyyah tersebut adalah dengan merujuk kepada kitab dan sunnah dan memastikan
keberadaannya pada keduanya, dan memperhatikan makna-makna dalil-dalil tersebut, tidak
terdapat metode lain untuk itu sama sekali.
Jadi terdapat dua syarat untuk menggunakan suatu sarana alami, pertama sarana tersebut
hukumnya mubah dalam syariat, kedua telah diketahui secara pasti bahwa tujuan itu akan
tercapai dengan menggunakan sarana tersebut atau dengan dugaan yang kuat tujuan itu akan
tercapai dengannya.
Adapun sarana-sarana syar'iyyah maka tidak ada syaratnya melainkan sarana tersebut harus
terdapat pada syari'at, tidak lain dari itu.-selesai-
Maka kami tanya Askari, sebenarnya menurut kamu Yayasan itu sarana alami atau sarana syar'i?
Kalau kamu menjawab sarana alami, maka kamu telah melanggar syarat pertama, karena
yayasan bukanlah perkara mubah, sebab paling tidak pada Yayasan terdapat hal-hal yang haram
sebagaimana yang telah lewat, bahkan yang rajih (benar) dia adalah perkara muhdats, haram
mendirikannya.
Kalau kamu menjawab sarana syar'i, maka lebih parah lagi, karena Yayasan tidak ada dalilnya
sama sekali bahkan menyelisihi syari'at dan nash-nash kitab dan sunnah.

Ataukah mungkin masih ada pembagian sarana lain di sisi Askari yang belum disebutkan oleh
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah pada ucapannnya ini.
Faidah: Berkata Asy-Syaikh Sholeh Al-Fauzan hafidzahullah dalam menyebutkan sebab
dibuatnya patung-patung orang sholeh yang akhirnya diibadahi oleh kaum Nabi Nuh 'Alaihis
Sholatu was Salam, beliau berkata:
... ;-'- '--- - ,- : ;-'- ;)- -= -~ - - '-,= ;)--- ;-,= '=-~- J-~'- ;)--- ;-- ---~ -
= -- - '~ ;)-- -='- -- '- ;)--- '~ ,--- --=- ')-='- _~-- ','= ;~-- ;)---
-- ;)---'-- ;~- : - -= J J--'-- J-~ _-- ;~ ;)- ;-=- J--'--- -- ;-~-- ;~
'-- _-- ;=~-- J= Q- ;)~-'=- _-- ;'= ;)- '-- _-- ;=~-- ;)--'= ,-- ;
_~-- '- Q- '-- _-- '~--- --~ -- ,-=- ','= ;~-- ;)--- '~ ;---
;~ V;)- ---( >~- ;)=>~ ,-- ; --- -=-~- ,'= - ;)- ---'- ;)--'=
-V ;)- ,--- Q='-- - --- _-,- _- -,- - = -- - -'-- '-=V _- ~-;- _- ,=-- - Q~;-
V; ,- -'- V -'-- '-=>- '~V - ;-- '- -- ;)- '- ;=;- --=;-- _ - ;,-- Q-
J= ,- = '-- ---- -- ;---- ,-= ')- ','= V ;~-- -- ;---- .
,-=- ')-'=~ -- ~-' ,-=- ','= ' ;=- V --- _-- J-- -.
"Tatkala mereka (orang-orang sholeh di zaman itu) meninggal dan diriwayatkan: bahwasanya
mereka meninggal pada tahun yang sama- yang membuat mereka sangat bersedih hati, dan
menangisi mereka, lalu Syaithan baginya laknat Allah- menggunakan perasaan mereka ini
untuk mengajukan sarannya kepada mereka dengan suatu saran yang lahiriyyahnya bagaikan
nasihat, namun batiniyahnya mengandung tipuan dan makar, ia menyarankan mereka agar
memahat patung mereka, yaitu: agar mereka menjadikan patung-patung dengan rupa mereka,
setiap orang sholeh itu dibuat patungnya, dan agar patung-patung ini diletakkan di tempat duduk-
duduk mereka, supaya mereka bisa semangat dalam beribadah, apabila mereka melihat patung
mereka, merekapun akan mengingat keadaan orang-orang sholeh tersebut dulunya (dari ibadah
dan kebaikan) yang akan mendorong mereka untuk bersemangat dalam beribadah, jadi syaithan
mendatangi mereka dari pintu nasihat, dan memberi mereka saran yang kelihatannya kebaikan,
bahwa ini adalah sarana/wasilah untuk bersemangat dalam beribadah, sarana yang mendorong
kepada ketakwaan, kebaikan, dan sarana untuk menjadikan mereka sebagai panutan, manakala
mereka melihat rupa/patung mereka, merekapun mengingat kembali kebaikan dan keadaan
mereka dulunya yang akan mendorong mereka untuk meneladani orang-orang sholeh tersebut,
saran ini kelihatannya suatu nasihat, namun pada hakikatnya dia berlaku makar terhadap mereka,
ia semoga Allah melaknatnya- melempar sasaran yang jauh (rencana jahat jauh hari
sebelumnya), dia melihat kepada akibat setelahnya pada generasi selanjutnya, dia
mempersiapkan ini untuk menyesatkan generasi berikutnya, karena dia tahu bahwa orang-orang
yang ia sarankan itu selama ilmu masih ada, dan selama mereka di atas tauhid- tidak akan
meninggalkan peribadatan kepada Allah 'Azza wa Jalla, maka merekapun menerima sarannya ini
karena zahirnya kebaikan, merekapun mengadakan bid'ah ini.
Dan ini adalah dalil bahwasanya bid'ah itu tidak boleh walaupun nampaknya baik, meskipun niat
para pelakunya baik-selesai- ["I'anatul Mustafid" 1/265-266].
3. KESIMPULAN KETIGA
Masalah ta'awun telah kami bahas pada tanggapan terhadap fatwa Asy-Syaikh Muhammad
Firkuz hadahullah. Dan sebelumnya telah dibahas di artikel Al-Akh Abul Husain hafidzahullah
yang bejudul "Al-Jam'iyyah Harokah bila Barokah" kemudian diterjemah dengan tema "Yayasan
Sarana Dakwah Tanpa Barokah".

4. KESIMPULAN KEEMPAT
Telah lewat pembahasannya, untuk yang lebih lengkap silahkan merujuk ke artikel kami yang
bertema "Mengingatkan Ahlus Sunnah" di mana kesimpulannya bahwa ijma'/kesepakatan itu
harus bersandarkan dengan kitab dan sunnah, dan suatu ijma'/ketetapan ulama apabila diselisihi
oleh seorang ulama saja apalagi ulama tersebut terpandang dari sisi ilmu dan fiqih akan
meruntuhkan ijma'/ketetapan tersebut dan kembalinya kepada hujjah dan burhan (bukti),
walillahil hamd.
5. KESIMPULAN KELIMA
Telah lewat bahwa berdakwah di Indonesia itu bisa dan telah dilakukan oleh beberapa du'at,
maka atas dasar apa hingga kita butuh membuat Yayasan? Bukankah cukup kita duduk bermajlis
dan mengajar di masjid atau tempat-tempat yang layak diberlangsungkan padanya proses belajar-
mengajar seperti rumah atau selainnya sebagaimana hal para salaf terdahulu? Kemudian jika ada
orang atau beberapa orang yang datang hendak belajar di hadapan da'i tersebut lalu tinggal di
situ, siapakah yang melarang selama dia tidak mengadakan kerusakan dan keonaran di tempat
tersebut, metode inilah yang ditempuh oleh Al-'Allamah Muqbil bin Hadi rahimahullah dalam
berdakwah di Negri Yaman, dan perlu diketahui bahwa Negara Yaman juga republik
sebagaimana halnya negri kita Indonesia.
Ucapannya: "Tidak membuat Yayasan berarti akan menelantarkan sekian banyak kemaslahatan
dalam penyebaran dakwah"
Justru dengan membuat Yayasan akan menelantarkan dan menghilangkan banyak kemaslahatan
bahkan mendatangkan mafsadat pada agama dan dakwah, karena maksiat adalah sebab turunnya
adzab dan hilangnya barokah dalam dakwah kepada Allah Ta'ala, dan maklum bagi kita semua,
kaidah:
-~--- , =-~-- ~-= Q- _-
"Menolak mafsadat (kerusakan), lebih utama daripada mendatangkan maslahat."
Salah satu dalilnya adalah perkataan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
(( ;)-'--- _-- ;)->-= ;)-;~ ;---- ' Q- 4- '-- ;--,- '- -;- -;---='- ~ Q- ;---)- '-
;-=-~ '- -- ;-'- ,-'- ;--,- ))
"Biarkanlah saya dan janganlah kalian mananyaiku, hanyalah yang membinasakan ummat-
ummat sebelum kalian adalah (banyak) tanya dan berselisihnya mereka terhadap Nabi-Nabi
mereka, maka apabila saya telah melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah hal itu, dan apabila
saya menyuruh kalian dengan sesuatu maka datangilah sesuai kemampuan kalian." (HR. Bukhori
dan Muslim dari hadits Abi Hurairah Rodhiyallohu 'anhu)
Adapun ucapannya: "dan bahkan menimbulkan kemudharatan yang besar, (sampai ke
ucapannya)sehingga terpaksa menyekolahkan anak-anaknya di tempat-tempat ikhtilathdst."
Wahai Askari, kebanyakan kita pernah sekolah dan keluar darinya dan tidak ada di antara kita
yang diharuskan oleh Negara untuk tetap sekolah atau kembali sekolah di tempat maksiat
tersebut.
Dan berapa banyak anak-anak kecil yang tidak sekolah baik itu dari anak-anak ikhwah atau
selain mereka, tidak ada di antara mereka yang dipaksa oleh pemerintah untuk memasukkan
anaknya ke sekolah ikhtilath tersebut.
PENUTUP
Setelah adanya penjelasan ini, kami harap dapat meminimalisir dan menghilangkan adanya
ucapan kotor yang berbunyi "Mendulang Berkah Dengan Membuat Yayasan Salafiyyah",
sekaligus meminimalisir dosa yang akan dipikul oleh Askari disebabkan tergelincirnya dan
bergelimangnya sebagian orang dalam perkara yang muhdats dan dilumuri maksiat karena
membaca buku 'sesat' yang dia tulis ini. Allah Ta'ala berkata:
Q- -'--- ;- --' ; ;--=-- ) '- '~ '- ;-- ,-- ;)-;-~- Q- -- ( ,- ] J=-- / 25 ].
"Supaya mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sempurna pada hari kiamat, dan dari dosa-
dosa orang yang mereka sesatkan tanpa ilmu. Ketahuilah, Amat buruklah dosa yang mereka
perbuat itu." [QS.An-Nahl: 25].
Hendaknya kita senantiasa merasa takut dan diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena
kepadaNya-lah kita kan kembali dan mempertanggung jawabkan apa-apa yang telah kita perbuat
di dunia, Allahul Musta'an.
4-- ;- ,--~ ~- V - V -)~ --=- ;)-- 4-'=-~
Daftar isi
1. Kata pengantar
2. Kapankah salafus shalih mengenal yayasan ?
3. Mengenal hakekat hizbiyyah
4. Mencari kebenaran dari fatwa para ulama
5. Tidak sembarang orang menggunakan qiyas
6. Mendirikan yayasan bukanlah solusi memecahkan problematika dakwah
7. Berdakwah tanpa yayasan apakah bisa ?
8. Yayasan antara maslahat dan menyelisihi syariat
9. Persaksian
o Al-akh abu abdis salam abdul wahhab hafidzahullah kalimantan, mantan pendiri
yayasan ma'had ibnul qoyyim balik papan bersaksi
o * Latar belakang membuat yayasan di dalam dakwah salafiyyah di daerahku
o * Pasal seputar akte notaris
o * Pasal seputar struktur organisasi yayasan
o * Pendirian yayasan
o * Pengurusan yayasan
o * Pasal aktivitas yayasan
o * Pasal proposal
o * Isi dan bentuk proposal dan penjelasannya
o * Pasal sumber dana yayasan
o * Trik/cara mendapatkan dana
o * Al-akh utsman bin khairuddin al-makassari hafidzohullah bersaksi
o * Al-akh abu sholih muslih -hafidzohulloh- bersaksi:
o * Al-akh abu abdirrahman utsman as-semarangi hafidzahullah bersaksi
o * Abu yusuf abdul malik al-amboni -hafidzohulloh- berkata
o * Abul jauhar adam al-amboni -hafidzohulloh- berkata
o * Al-akh umair bin mursalim hafidzohulloh berkata
o * Abu 'abdirrohman shiddiq al-bugisi hafidzahullah berkata
o * Al-akh abul 'abbas khadir bin nursalim hafidzahullah berkata
o * Salah satu bukti proposal untuk meggalang dana
o * Yayasan asy syariah
10. Tanggapan terhadap fatwa-fatwa ulama yang dinukil
11. Tanggapan terhadap fatwa asy-syaikh al-Albani rahimahullah
12. Tanggapan terhadap fatwa asy-syaikh bin Baaz rahimahullah
13. Tanggapan terhadap fatwa asy-syaikh Muqbil rahimahullah
14. Tanggapan terhadap fatwa asy-syaikh Rabi' hafidzahullah
15. Tanggapan terhadap fatwa Bakr Abu Zaid rahimahullah
16. Tanggapan terhadap fatwa syaikh Shalih alus Syaikh hafidzahullah
17. Tanggapan terhadap fatwa syaikh Abu Abdil Mu'iz Muhammad Firkuz hadahullah
18. Tanggapan terhadap fatwa ulama yaman
19. Tanggapan terhadap kesimpulan
20. Kesimpulan pertama
21. Kesimpulan kedua
22. Bagaimana engkau mengetahui bahwa sarana-sarana tersebut benar dan syar'i ?
23. Kesimpulan ketiga
24. Kesimpulan keempat
25. Kesimpulan kelima
26. Penutup

Anda mungkin juga menyukai