Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

MORBUS HANSEN MULTIBASILER


TIPE BORDERLINE BORDERLINE
OIeh:
Junita AIIodatu
EndriIe BaIansa
Joshua Runtuwene
Pembimbing:
Prof. dr. P. L. SuIing, Sp.KK (K), M.Sc
PENDAHULUAN
DEFINISI
W Kusta (lepra atau Morbus Hansen) Penyakit infeksi yang
berlangsung dalam waktu lama,
W Penyebabnya Mycobacterium leprae (M. leprae) yang
bersifat tahan asam
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
W Menyebar hampir di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang, insiden paling banyak di Afrika
W Angka insidens paling tinggi : Dekade 2 dan 3 dan yang
paling sedikit wanita dan anak-anak
W umlah kasus kusta (seluruh dunia, selama 12 tahun)
menurun 85 di sebagian besar negara/wilayah endemis
W Kasus (1997) kurang lebih 890.000 penderita
W Di Indonesia (1997) : 31.699 orang
W Prevalensi 1,57/10.000 penduduk
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
W Menyebar hampir di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang, insiden paling banyak di Afrika
W Angka insidens paling tinggi : Dekade 2 dan 3 dan yang
paling sedikit wanita dan anak-anak
W umlah kasus kusta (seluruh dunia, selama 12 tahun)
menurun 85 di sebagian besar negara/wilayah endemis
W Kasus (1997) kurang lebih 890.000 penderita
W Di Indonesia (1997) : 31.699 orang
W Prevalensi 1,57/10.000 penduduk
PENDAHULUAN
KLASIFIKASI
W Klasifikasi berdasarkan WHO (1981) dan
modifikasi WHO (1988) adalah:
(1) Morbus Hansen Pausibasiler (MHPB) dan
(2) Morbus Hansen Multibasiler (MHMB)
W Menurut Ridley-opling:
MHPB terdiri atas %uberculoid (TT), Borderline
%uberculoid (BT), dan Indeterminate (I)
Tipe Multibasiler terdiri atas Borderline Borderline
(BB), Borderline Lepromatous (BL) dan Lepromatous
(LL)
PENDAHULUAN
GEALA KLINIK
W Gejala klinis yang khas (tanda Kardinal):
bercak kulit yang mati rasa,
penebalan saraf tepi, dan
ditemukannya kuman batang tahan asam
W Ditegakkan bila ditemukan minimal 1 dari 3 tanda
tersebut, apabila tidak ditemukan maka penderita dapat
didiagnosis sebagai tersangka kusta dan harus diobservasi
selama 3 - 6 bulan kemudian diperiksa kembali
PENDAHULUAN
GEALA KLINIK
W Gejala klinis yang khas (tanda Kardinal):
bercak kulit yang mati rasa,
penebalan saraf tepi, dan
ditemukannya kuman batang tahan asam
W Ditegakkan bila ditemukan minimal 1 dari 3
tanda tersebut, apabila tidak ditemukan maka
penderita dapat didiagnosis sebagai tersangka
kusta dan harus diobservasi selama 3 - 6 bulan
kemudian diperiksa kembali
PENDAHULUAN
TERAPI
W Standar WHO Pengobatan MDT, tda:
Rifampisin 600 mg/bulan,
DDS 100 mg/hari dan
Lamprene 300 mg/bulan atau 50 mg/hari
selama 12 bulan untuk MH-MB dan selama 6
bulan tanpa lamprene pada MH-PB
PENDAHULUAN
PROGNOSIS
W "uo ad vitam dubia ad bonam
W "uo ad functionam dubia ad bonam jika tanpa kecacatan
W "uo ad sanationam dubia
PENDAHULUAN
IDENTITAS PENDERITA
W Nama : MW
W Umur : 22 tahun
W enis Kelamin : Perempuan
W Status : Menikah
W Agama : Islam
W Suku / Bangsa : awa / Indonesia
W Pendidikan terakhir : SMA (tamat)
W Pekerjaan : Ibu rumah tangga (Merawat bayi)
W Alamat : Amurang Lingkungan II, No 12
W Tgl pemeriksaan : 25 anuari 2011
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
W Benjolan pada wajah dan bercak kehitaman di punggung yang kurang
rasa
Riwayat Penyakit Sekarang
W Benjolan kurang rasa pada wajah, timbul sejak satu tahun yang lalu
W Mula-mula timbul bercak merah berukuran sebesar biji jagung di
wajah dan punggung
W Bertambah banyak dan menyebar
W Bercak-bercak merah di wajah berkembang menjadi benjolan-
benjolan berukuran sebesar bji jagung
W Bercak-bercak merah di punggung ini berdiameter 4cm-10cm dengan
tepi lebih merah
W Tidak gatal dan tidak nyeri, namun terasa tebal dan kurang rasa
Anamnesis..
W Penderita juga mengeluh nyeri tulang dan kram-kram
pada lutut kanan
W Penderita belum pernah berobat
W Sebelumnya tidak ada keluhan seperti ini
W Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga
W Tetangga yang memiliki keluhan seperti ini disangkal
penderita
W Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan paket
atau obat-obatan yang dapat menyebabkan warna merah
pada air seni sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu
W Penderita belum pernah menderita penyakit kulit
sebelumnya.
W Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, paru, hati
dan ginjal disangkal penderita.
Riwayat Alergi
W Makanan : disangkal
W Obat : disangkal
Riwayat Atopi
W Bersin pagi hari : disangkal
W Asma : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
W Kakak penderita memiliki keluhan berupa bercak merah
serupa di lengan namun belum pernah berobat.
Riwayat Kebiasaan
W Penderita mandi satu kali sehari menggunakan sabun
lifebuoy batangan, dipakai bersama anggota keluarga lain.
Handuk dipakai sendiri, dicuci satu kali seminggu.
Sumber air sumur bor.
Riwayat Sosial
W Rumah permanen, lantai beton, atap seng.
W Kamar mandi berada dalam rumah, terpisah dengan WC.
W Kepadatan penghuni rumah :
jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 2 orang dewasa dan 1
anak.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
W Keadaan Umum : Cukup
W Kesadaran : Kompos Mentis
W Tanda Vital : T 120/70 mmHg N 84 x/m
W R 24 x/m Sb 36,8C
W Kepala : Konjungtiva anemis(-), Sklera ikterik(-)
W pupil bulat anisokor, refleks cahaya-/+,
madarosis (-)
W Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
W Aksila & Supraklavikular : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pemeriksaan Fisik
Thoraks : Cor SI-II normal, bising (-)
Pulmo suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar/lien : tidak teraba
Ekstremitas Superior et Inferior : Akral hangat, edema (-)
claw hand (-), drop foot (-)
Inguinal : Pembesaran KGB(-)
Status Dermatologis
Regio fasialis: nodul eritematosus multipel dan plak
eritematosus multipel, batas tegas, ukuran numuler-
plakat, skuama (-), erosi (-)
Regio skapularis: makula hipopigmentasi, dengan tepi
eritematosus, jumlah multipel, berbatas jelas, ukuran
plakat, skuama (-).
Pemeriksaan Sensibilitas
W Rasa suhu : Hipestesi (+) pada semua lesi
W Rasa nyeri : Hipestesi (+) pada semua lesi
W Rasa raba : Hipestesi (+) pada semua lesi
Pemeriksaan PenebaIan Saraf
ervus Dekstra Sinistra
. aurikularis magnus (+) (+)
.ulnaris - -
.peroneus lateralis - -
Pemeriksaan Penunjang
W Bakterioskopik BTA : solid (+), fragmen (+), granul (+),
globi (+)
W Pemeriksaan KOH 20 : Hifa panjang bersepta (-)
W Pemeriksaan Gram :
Regio Fasialis : spora (-), budding cell (-), pseudohifa (-),
coccen (-).
DIAGNOSA
W Morbus Hansen Multibasiler tipe Borderline Borderline
(BB)
DIAGNOSIS BANDING
W R. Fasialis : Akne vulgaris & Dermatitis seboroik
W R. Skapularis : Tinea korporis
PENATALAKSANAAN
W MDT MB selama 12 bulan (26 anuari 2011 s/d 26
anuari 2012)
W Neuroroboransia (Vitamin B Kompleks 2x1 tab)
ANURAN
W Minum obat secara teratur
W aga kebersihan tubuh
W Istirahat yang cukup
W Makan makanan yang bergizi
W Kontrol Poli Kulit & Kelamin secara teratur
PROGNOSIS
W "uo ad vitam : bonam
W "uo ad functionam : dubia ad bonam
W "uo ad sanationam : dubia
DISKUSI
W Diagnosis MHMB tipe BB pada penderita
ini ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis,
Pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan khusus (pemeriksaan
sensibilitas dan pemeriksaan saraf,
bakterioskopik)
Pemeriksaan penunjang.
W Morbus Hansen Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
M. leprae yang bersifat tahan asam dan berbentuk batang
dengan ukuran 1-8 dan lebar 0,2-0,5 .
W Saraf perifer Organ yang paling pertama diserang
kulit dan mukosa saluran napas atas dapat ke organ lain
kecuali susunan saraft pusat
Cara masuk M. leprae ke dalam tubuh :
Kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin
Mukosa nasal.
W Pengaruh M. leprae pada kulit bergantung pada :
Faktor imunitas seseorang,
Kemampuan hidup M. leprae pada suhu tubuh yang
rendah,
Waktu regenerasi yang lama,
Sifat kuman yang virulen dan non-toksik.
M. leprae : parasit obligat intraseluler
sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada
dermis atau sel Schwann di jaringan saraf tubuh akan
bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit
darah) untuk menfagositnya.
W umlah kasus kusta di seluruh dunia selama 12 tahun
terakhir telah menurun 85 di sebagian besar negara
atau wilayah endemis
W Kasus yang terdaftar pada permulaan tahun 1997 kurang
lebih 890.000 penderita
W Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat pada akhir
tahun 1997 adalah 31.699 orang dengan prevalensi
1,57/10.000 penduduk
Anamnesis
Keluhan benjolan-benjolan merah di wajah dan bercak-bercak putih
dengan tepi lebih merah di punggung yang timbul mulai 1 tahun lalu.
Benjolan-benjolan dan bercak tersebut tersebut tidak gatal, tidak
nyeri, terasa tebal dan kurang rasa
Berdasarkan teori lesi kulit MHMB
W Kehilangan sensasinya kurang jelas, selain lesi mati rasa bisa juga
berupa lesi yang terasa baal dan hipestesi
W Pada pasien ini Lesi yang terasa baal dan hipestesi.
W Nyeri tulang dan kram-kram pada lutut kanan
W Riwayat kontak yang lama dan erat dengan penderita dengan keluhan
seperti ini disangkal penderita Kakak penderita mempunyai keluhan
bercak meninggi pada lengan dan disangka alergi
Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologi
W Nodul eritematosus multipel + plak eritematosus multipel,
batas tegas, ukuran numuler-plakat, skuama (-), erosi (-).
W Regio fasialis makula hipopigmentasi, tepi eritematosus,
jumlah multipel, berbatas jelas, ukuran plakat, skuama (-).
W MHMB tipe BB pada pasien ini Lesi ditemukan
berbentuk makula dan plak dengan jumlah yang masih
dapat dihitung dan masih ada kulit sehat, permukaan agak
kasar, batas agak jelas dan anestesi yang kurang jelas
W Beberapa lesi punched out pada punggung penderita.
W Kepustakaan : tipe BB memiliki lesi berbentuk plakat dan
punched out dengan jumlah yang dapat dihitung, kulit
sehat masih ada, distribusi asimetris, permukaan agak
kasar, batas agak jelas dan anestesi kurang jelas
Pemeriksaan sensibilitas :
Hipestesia pada daerah makula
Pada pemeriksaan penebalan saraf ditemukan adanya
penebalan pada . Aurikularis sinistra et dekstra
Kepustakaan, lesi MHMB dapat berupa makula, plak,
papul, infiltrat atau nodus dengan permukaan halus
mengkilat, jumlah lesi > 5, hilangnya sensasi kurang jelas,
dan pada pemeriksaan saraf ditemukan penebalan saraf
tepi, pada . Aurikularis magnus, . Ulnaris, dan .
Peroneus lateralis.5
W Pemeriksaan laboratorium/bakterioskopik
Serum darah kerokan telinga kiri dan kanan, dan pada
lesi kulit ditemukan adanya
Kuman BTA solid, fragmen, granul dan globi.
Teori: Pengambilan sediaan lokasi pengambilan minimum
dilaksanakan di tiga tempat, yaitu: cuping telinga kiri dan
kanan, serta pada bercak yang paling aktif
MHMB kuman BTA jumlahnya lebih banyak sehingga
mudah didapatkan
Tipe pausibasiler jumlahnya sedikit sehingga sangat
jarang ditemukan secara mikroskopik.
W Diagnosis dengan MHMB berdasarkan :
umlah lesi > 5, berupa bercak hipopigmentasi,
Hilangnya sensasi, dan
Mengenai satu cabang saraf yaitu . aurikularis sinistra et
dekstra,
Pemeriksaan bakteriologis BTA positif dalam tiga tempat
pengambilan yaitu pada cuping telinga kiri dan kanan
serta pada bagian lesi kulit.
Diagnosis Banding
Akne vulgaris dan dermatitis seboroik regio fasiali
Akne vulgaris lesi kulit ditemukan adanya benjolan pada
wajah yang timbul sejak satu tahun yang lalu
Mula-mula timbul bercak merah berukuran sebesar biji
jagung di wajah dan punggung bertambah banyak dan
menyebar
Bercak-bercak merah di wajah berkembang menjadi
benjolan-benjolan berukuran sebesar bji jagung.
Akne vulgaris tempat predileksi terutama pada bagian
wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas
Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah
satunya komedo, papul yang tidak meradang dan pustul,
nodus dan kista yang meradang.
W Dermatitis seboroik pada penderita ditemukan lesi
eritematosus pada wajah yang multipel, batas tegas,
ukuran numuler-plakat dan pada regio supraorbita dan
infraorbita terdapat kelopak mata yang bengkak dan
merah
W Namun lesi pada wajah ini tidak disertai dengan skuama
halus dan berminyak serta dari hasil pemeriksaan gram
tidak ditemukan adanya spora, budding cell, pseudohifa
dan coccen yang memberi gambaran tentang salah satu
penyebab dermatitis seboroik yaitu Pityrosporum ovale.
W Tinea korporis makula eritematosus batas tegas,
multipel, ukuran lentikuler sampai numular tersebar di
bagian punggung.
W Namun tidak ditemukan adanya central healing dan tepi
aktif. Sehingga efloresensi pada regio skapularis ini lebih
tertuju pada punched out lesion yang khas pada MH.
Pemeriksaan KOH 20 yang dilakukan juga hasil tidak
ada hifa panjang bersepta.
W Penatalaksanaan pasien ini sesuai dengan rekomendasi
dari WHO dengan regimen menggunakan MDT di
Indonesia penyakit kusta tipe multibasiler:
rifampisin 600 mg, DDS 100 mg, dan lamprene 300 mg
diminum sekaligus di depan petugas pada waktu kontrol
sebulan sekali di Puskesmas.
Rumah, DDS 100 mg/hari dan lamprene 50 mg/hari
dengan pengobatan selama 12 bulan dengan toleransi
diselesaikan selama 18 bulan.
W Prognosis 6uo ad vitam pada pasien ini adalah bonam
karena keadaan umum penderita yang baik dan tidak
menyebabkan kematian,
W Prognosis 6uo ad functionam adalah dubia ad bonam
karena tidak ditemukan adanya tanda-tanda kecacatan
akibat penyakit ini saat penderita didiagnosis
W Prognosis 6uo ad sanationam adalah dubia.

Anda mungkin juga menyukai