Anda di halaman 1dari 8

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

2.

Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan


Perencanaan pemeriksaan atas LKPD meliputi sepuluh kegiatan sebagai berikut: (1) pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan, (2) pemenuhan kebutuhan pemeriksa, (3) pemahaman atas entitas, (4) pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan atas LKPD sebelumnya, (5) pemahaman sistem pengendalian intern, (6) pemahaman dan penilaian risiko, (7) penentuan materialitas dan kesalahan yang dapat ditoleransi, (8) penentuan metode uji petik, (9) pelaksanaan prosedur analitis awal, serta (10) penyusunan program pemeriksaan dan penyusunan program kerja perorangan.

Perencanaan pemeriksaan atas LKPD meliputi 10 kegiatan sebagai berikut.

a. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan


Tujuan pemeriksaan LKPD adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah LKPD telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dengan memperhatikan: kesesuaian LKPD dengan Standar Akuntansi Pemerintahan; kecukupan pengungkapan; kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; efektivitas sistem pengendalian intern. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, penugasan atas pemeriksaan keuangan memiliki harapan-harapan (expectation) dari pemberi tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapan-harapan penugasan secara tertulis dari pemberi tugas. Hal ini untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa. Harapan penugasan bukan membatasi pemeriksa pada aspek tertentu, tetapi harapan tersebut merupakan fokus atau sasaran yang harus diperhatikan pemeriksa. Dalam harapan penugasan pemeriksaan atas LKPD, kepala perwakilan menegaskan kembali tentang hasil-hasil keputusan yang telah diisepakati dalam rapat koordinasi teknis (rakornis) di lingkungan AKN IV untuk pelaksanaan pemeriksaan LKPD. Harapan dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan. Contoh dokumentasi harapan penugasan dapat dilihat dalam Lampiran 3.1

b. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa


1) Persyaratan Kemampuan/Keahlian
Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional.

SPKN mengatur bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan, memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan, dan memenuhi persyaratan kemampuan/keahlian pemeriksa.

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

10

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

Kualifikasi tim pemeriksa

Selain itu, pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memenuhi kualifikasi tambahan, yaitu memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa, dan sebaiknya memiliki sertifikasi keahlian. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam rangka pemeriksaan LKPD dapat ditentukan kebutuhan atas kuantitas dan kualifikasi pemeriksa sebagai berikut :

a) Tim

Pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman yang cukup atas SAP dan pengetahuan yang memadai atas pemeriksaan keuangan, yang dapat dibuktikan dengan sertifikasi dan/atau surat keterangan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan dan/atau penugasan yang diberikan oleh pemberi tugas. jawab pemeriksaan atas LKPD bersertifikasi akuntan dan memiliki pengalaman melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Apabila memungkinkan, penanggung jawab pemeriksaan tersebut menduduki jabatan struktural dan/atau memiliki jabatan fungsional paling tidak auditor ahli. memadai paling tidak 1 (satu) kali melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan/atau pemeriksaan pada pemerintah daerah.

b) Penanggung

c) Ketua Tim harus memiliki memiliki pengalaman yang

d) Apabila di dalam tim pemeriksa dibutuhkan pengendali


teknis, maka pengendali teknis tersebut harus memiliki pengetahuan dan pengalaman pemeriksaan terkait dengan pengelolaan keuangan daerah, dan/atau pernah menjadi ketua tim pemeriksa yang terkait paling tidak 1 (satu) kali, dan/atau menduduki jabatan struktural, dan/ atau menduduki jabatan fungsional, paling tidak auditor ahli.

e) Dalam hal LKPD disusun dengan menggunakan sistem


yang terkomputerisasi, maka paling tidak 1 (satu) orang dalam Tim Pemeriksa memiliki pengetahuan dan/atau keahlian di bidang teknologi informasi dan/atau pemeriksaan teknologi informasi.
Persyaratan Independensi

2) Persyaratan Independensi SPKN mengatur bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya. Apabila pemeriksa atas LKPD memiliki gangguan independensi seperti disebutkan dalam SPKN tingkat indepensinya, maka pemeriksa tersebut membuat surat pernyataan gangguan independensi untuk mendapatkan pertimbangan atas penugasannya. Penanggung jawab harus mempertimbangkan dampak dari kondisi tersebut

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

11

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

terhadap pemeriksaan yang dilakukan. Surat Pernyataan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.2.

c. Pemahaman atas Entitas


Pemahaman entitas dapat diperoleh dari survai pendahuluan, informasi LHP sebelumnya, LHP interim, catatan atas laporan keuangan yang diperiksa, KKP tahun sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa tahun sebelumnya dan database aplikasi dosir.

Pemahaman atas entitas dapat diperoleh dari survai pendahuluan atau informasi dalam laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, laporan hasil pemeriksaan interim, catatan atas laporan keuangan yang diperiksa, kertas kerja pemeriksaan tahun sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa tahun sebelumnya, pemantauan tindak lanjut, dan database yang ada pada aplikasi dosir pada kantor perwakilan BPK. Pemahaman atas entitas tersebut meliputi pemahaman atas latar belakang/dasar hukum pendirian pemerintah daerah, kegiatan utama entitas termasuk sumber pendapatan daerah, lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai dengan 2 tingkat vertikal ke bawah di bawah kepala daerah, dan kejadian luar biasa yang berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pemahaman pemeriksa atas entitas harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP). Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas dapat dilihat pada Lampiran 3.3.

d. Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Sebelumnya


Pemantauan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan sebelumnya atau laporan hasil pemeriksaan interim.

Laporan

Hasil

Pemeriksa harus memantau tindak lanjut pemerintah daerah atas laporan hasil pemeriksaan atas LKPD tahun sebelumnya atau laporan hasil pemeriksaan interim, terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang diberikan. Pemantauan tersebut meliputi tindak lanjut rekomendasi yang diberikan terkait dengan efektivitas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemeriksa harus meneliti pengaruh tindak lanjut terhadap LKPD yang diperiksa. Hal ini terkait dengan kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau perkiraan pada neraca yang diperiksa. Dokumentasi hasil penilaian tindak lanjut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.4.

e. Pemahaman Sistem Pengendalian Intern


Pemahaman sistem pengendalian intern : desain dan implementasinya.

Pemeriksa harus memahami sistem pengendalian intern yang didesain dan diselenggarakan oleh entitas. Pemahaman atas desain pengendalian intern dilakukan dengan melihat peraturan perundang-undangan dan peraturan dan atau kebijakan tertulis/formal kepala daerah terkait dengan sistem pengendalian intern. Pemahaman atas penyelenggaraaan pengendalian intern dilakukan dengan melihat praktik pengendalian intern pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, pemeriksa perlu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

12

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian mendalam. Pemahaman atas sistem pengendalian intern tersebut membantu pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan,(2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif. Pemahaman sistem pengendalian intern tersebut harus meliputi juga pemahaman atas penggunaan teknologi informasi di dalam sistem pengendalian intern. Hal ini untuk mempertimbangkan pengujian pengendalian dan subtantif yang akan dilakukan dengan menggunakan pemeriksa yang memiliki keahlian tentang teknologi informasi dan pemeriksaannya. Pemahaman sistem pengendalian intern meliputi pemahaman atas komponen-komponen sistem pengendalian intern. Pemahaman sistem pengendalian intern dilakukan terhadap pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan atau kebijakan tertulis kepala daerah. Hasil pemahaman SPI menjadi dasar dalam penilaian risiko pengendalian. Pemahaman sistem pengendalian intern baik desain dan penerapannya didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan seperti dalam Lampiran 3.5. Selain pemahaman SPI di atas, pemeriksa dapat menggunakan kriteria transparansi fiskal seperti yang diatur di dalam Pedoman Transparansi Fiskal yang dikeluarkan IMF. Pemeriksa mengidentifikasi usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah baik dalam bentuk desain maupun implementasi unsur-unsur transparansi fiskal. Berdasarkan hal tersebut pemeriksa mengidentifikasi langkah-langkah pemeriksaan yang diperlukan. Formulir pemahaman transparansi fiskal dapat dilihat pada Lampiran 3.6.

f. Pemahaman dan Penilaian Risiko


Pemahaman dan penilaian risiko inheren, risiko pengendalian, risiko deteksi, dan risiko pemeriksaan.

Dalam pemahaman dan penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan risiko-risiko sebagai berikut: (1) risiko inheren, (2) risiko pengendalian, (3) risiko deteksi, dan (4) risiko pemeriksaan. Penetapan risiko dilakukan dengan ukuran kualitatif. Risiko pemeriksaan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: (1) sangat rendah, (2) rendah, dan (3) menengah 1 . Untuk risiko audit lainnya (risiko inheren, risiko pengendalian

Risiko pemeriksaan tidak ditetapkan tinggi karena pemeriksa tidak mungkin menetapkan suatu risiko bahwa pemeriksa gagal menyatakan opini yang tepat atas laporan keuangan yang memuat salah saji yang material (Messier, 2006 hal 83).

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

13

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

dan risiko deteksi) dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (1) rendah, (2) menengah dan (3) tinggi. Risiko pemeriksaan merupakan risiko kemungkinan pemeriksa gagal menyatakan opini yang tepat atas laporan keuangan yang memuat salah saji yang material. Risiko inheren ditetapkan berdasarkan hasil pemahaman atas entitas, risiko pengendalian ditetapkan berdasarkan pemahaman atas pengendalian intern, sedangkan risiko deteksi diperoleh dengan menggunakan model risiko sebagai berikut:

DR =

AR IR * CR

Keterangan: DR : Risiko Deteksi AR : Risiko pemeriksaan IR : Risiko inheren CR :Risiko pengendalian Contoh:
Risiko Pemeriksaan Risiko Inheren Risiko Pengendalian Risiko Deteksi

Sangat rendah Rendah Menengah

Tinggi Rendah Tinggi

Tinggi Tinggi Rendah

Rendah Menengah Menengah

Petunjuk pemahaman dan penilaian risiko tersebut dan dokumentasinya dapat dilihat pada Lampiran 3.7.

g. Penetapan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir


Penetapan tingkat materialitas awal sebesar 0,5 5 % dari total realisasi belanja dan kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 50% dari total materialitas.

Pemeriksa mempertimbangkan tingkat materialitas dalam perencanaan pemeriksaan. Pertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan: (1) Penetapan Tingkat Materialitas Awal (Planning Materiality/PM) dan (2) Penetapan Kesalahan yang dapat Ditolerir (Tolerable Error/TE). PM merupakan tingkat materialitas pada keseluruhan laporan keuangan, sedangkan TE merupakan materialitas pada tingkat akun. Penetapan PM yaitu sebesar 0,5% sampai dengan 5,0 % dari total belanja. Untuk pemeriksaan pertama kali, PM sebaiknya ditetapkan pada tingkat materialitas terendah. Pada pemeriksaan selanjutnya, PM dapat ditingkatkan jika penyajian laporan keuangan entitas yang diperiksa menunjukkan perbaikan. Hal ini disebabkan batas materialitas untuk penugasan pemeriksaan cenderung untuk konservatif. Penetapan PM dari posisi keuangan dalam hal ini aset, kewajiban, atau ekuitas tidak tepat, karena sampai saat ini neraca daerah belum dapat diandalkan secara memadai dan belum dapat diyakini kewajarannya. Selain itu, pos-pos neraca di dalam pemerintahan relatif tidak menjadi

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

14

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

pertimbangan utama di dalam pengambilan keputusan oleh pengguna LPKD dibandingkan dengan realisasi pendapatan, belanja, atau surplus/defisit. Oleh karena itu, penetapan materialitas ditetapkan sesuai dengan cara di atas. Pemilihan penetapan materialitas pada tingkat laporan keuangan tersebut dipengaruhi oleh keyakinan pemeriksa atau penanggung jawab pemeriksaan atas risiko pemeriksaan dan risiko pengendalian serta risiko deteksi. Risiko pemeriksaan dan pengendalian yang tinggi, mengakibatkan materialitas rendah. Tingkat materialitas yang kecil berdampak pada pengambilan sample yang luas. Setelah menentukan materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan, pemeriksa mengalokasikan PM untuk setiap akun utama yang disebut Kesalahan tertolerir (Tolerable Error/TE). Penetapan TE dapat dilakukan dengan 2 pendekatan. Pertama, untuk memudahkan, TE setiap akun ditetapkan 50% dari PM. Contoh perhitungan materialitas awal, TE dan alokasi kepada setiap akun atau pos laporan keuangan dengan pendekatan pertama dapat dilihat pada Lampiran 3.8. Pendekatan kedua dilakukan dengan memperhitungkan sigifikansi setiap akun terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Pada pendekatan ini, TE dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

TE = PM *

N T

Dimana: TE : Tolerable Error PM : Planning Materiality N : nilai akun T : nilai total akun yang akan diperiksa. Perhitungan tersebut merupakan salah satu pertimbangan untuk mengalokasikan materialitas awal. Pertimbangan lain adalah hasil pemahaman dan penilain risiko. Pemeriksa awal tersebut ke melakukan alokasi materilaitas akun/perkiraan berdasarkan Penjelasan mengenai formula diatas serta contoh perhitungan materialitas awal, TE dan alokasi kepada setiap akun atau pos laporan keuangan dengan pendekatan kedua dapat dilihat pada lampiran 3.9. Selain faktor kumulatif, faktor kualitatif berikut perlu dipertimbangkan: (1) signifikansi kesalahan tersebut bagi entitas dan (2) sifat serta dampak kesalahan terhadap laporan keuangan.

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

15

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

h. Penentuan Metode Uji Petik


Penentuan metode uji petik: statistik dan non statistik.

Penentuan uji petik merupakan elemen uji yang diambil dari pemeriksa untuk memberikan keyakinan tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Pemeriksa menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Metode uji petik yang dilakukan dapat menggunakan metode statistik atau non-statistik. Penentuan uji petik dengan metode non statistik ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional pemeriksa dengan memperhatikan antara lain cakupan dan lingkup pemeriksaan, risiko dan tingkat materialitas, sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh entitas yang diperiksa, serta dengan memperhatikan asas manfaat (costs and benefits). Penentuan uji petik dengan metode statistik, dapat dilakukan dengan attribute sampling, monetary-unit sampling, dan classical variables sampling. Penggunaan metode uji petik baik metode statistik maupun non statistik harus didokumentasikan di dalam kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi tersebut antara lain mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji petik tersebut.

Contoh penentuan uji petik dengan menggunakan statistik atau non-statistik dapat dilihat pada Lampiran 3.10.

i. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal


Prosedur analitis awal: analisa data, teknik prediktif, serta analisa rasio dan tren.

Prosedur analitis merupakan evaluasi atas informasi keuangan dalam laporan keuangan dengan melihat hubungan antar data keuangan yang ada dan atau antara data keuangan dan data non-keuangan yang tersedia. Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk menilai semua asersi. Asersi keberadaan tidak dapat diuji dengan prosedur analitis. Prosedur analitis dapat membantu pemeriksa untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan lainnya termasuk dalam penentuan sampel yang akan diambil. Selain itu prosedur analitis juga memuat pemahaman dan penilaian risiko yang dapat merujuk kapada Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP). Prosedur analitis yang dapat dilakukan meliputi (1) Analisa Data, (2) Teknik Prediktif, dan (3) Analisa Rasio dan Tren. 1) Analisa Data Sebelum dilakukan analisa data, pemeriksa harus melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah secara umum dan memastikan bahwa laporan keuangan keuangan tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang terkait dengan perencanaan keuangan daerah. Analisa data merupakan kegiatan menganalisa setiap unsur dalam populasi untuk mengidentifikasi data yang

Analisa data: analisa unsur yang tidak umum.

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

16

Juknis Pemeriksaan LKPD

Bab III Petunjuk Pemeriksaan

Teknik prediktif : kegiatan menghitung jumlah dan membandingkan dengan rumusan lain.

Analisa rasio dan tren : analisa data keuangan/non keuangan untuk melihat perubahannya.

tidak umum (unusual items). Contoh data yang tidak umum adalah realisasi belanja yang melebihi anggarannya dan kenaikan realisasi belanja pada bulan Desember. Analisa dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi, yaitu dengan penggunaan perangkat lunak seperti Audit Command Language (ACL), dan teknik manual. Hal tersebut tergantung pada sistem pengolahan data pada pihak yang diperiksa. 2) Teknik Prediktif Teknik prediktif merupakan kegiatan menghitung jumlah tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain. Contoh teknik ini adalah penghitungan dana perimbangan, penghitungan pajak daerah, penghitungan retribusi, dan penghitungan belanja bunga. 3) Analisa Rasio dan Tren Analisa rasio dan tren merupakan kegiatan untuk menganalisa data keuangan dan atau non keuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh analisa rasio dan tren adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain atau belanja tertentu tahun sebelumnya. Contoh lain adalah membandingkan realisasi belanja modal dengan kenaikan aset tetap.

j. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan


Program pemeriksaan atas LKPD dan Program Kerja Perorangan disusun berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas.

Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, pemeriksa menyusun program pemeriksaan atas LKPD. Program pemeriksaan mengungkapkan antara lain (1) dasar pemeriksaan, (2) standar dan pedoman pemeriksaan, (3) entitas yang diperiksa, (4) tahun anggaran/tahun buku yang diperiksa, (5) identitas dan data umum entitas yang diperiksa, (6) tujuan pemeriksaan, (7) metodologi pemeriksaan, (8) sasaran yang diperiksa, (9) pengarahan pemeriksaan, (10) jangka waku pemeriksaan, (11) susunan tim pemeriksaan, (12) instansi penerima hasil pemeriksaan, (13) kerangka isi laporan. Berdasarkan program pemeriksaan yang ditetapkan oleh Tortama/Kepala Perwakilan, ketua tim pemeriksa membuat pembagian tugas dan pemeriksa menyusun program kerja perorangan (PKP) dan disampaikan kepada ketua tim untuk mendapatkan persetujuan. Bentuk Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan terdapat pada Lampiran 3.11 dan Lampiran 3.12.

3.

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan


Pelaksanaan pemeriksaan atas LKPD meliputi 9 (sembilan) kegiatan, yaitu: (1) pelaksanaan pengujian analitis terinci, (2) pengujian sistem pengendalian intern, (3) pengujian substantif atas transaksi dan saldo, (4) penyelesaian penugasan, (5) penyusunan ikhtisar koreksi, (6) penyusunan konsep temuan

Pelaksanaan pemeriksaan meliputi 9 kegiatan sebagai berikut:

Litbang Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan

17

Anda mungkin juga menyukai