Oleh
LUSIANA CHANDRA
LANDASAN PEMIKIRAN
Adapun menjadi azas-azas yang diperhatikan dalam pengelolaan BMN adalah sebagai
berikut :
1. Azas Fungsional
Yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dibidang pengelolaan
barang milik daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna
barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan
tanggungjawab masing-masing;
2. Azas Kepastian Hukum
Yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum
dan peraturan perundang-undangan;
3. Azas Transparansi
Yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah harus transparan
terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar;
4. Efisiensi
Yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah
digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam
rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan
secara optimal;
5. Akuntabilitas Publik
Yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik daerah harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
6. Kepastian Nilai
Yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketepatan
jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah
Daerah.
SIKLUS PENGELOLAAN
PEMBAHASAN
Berikut akan dibahas dengan rinci mengenai siklus pengelolaan barang milik daerah
dan pengelolaan BMN oleh Badan Layanan Umum, BMN berupa Rumah Negara serta
terkait dengan ganti rugi dan sanksi.
A. Perencanaan
Perencanaan Kebutuhan BMN/D disusun dengan memperhatikan kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi kementrian/lembaga/Satker. Perencanaan kebutuhan ini
meliputi :
1. Pengadaan
2. Pemeliharaan
3. Pemanfaatan
4. Pemindahtanganan
5. Penghapusan
Perencanaan Kebutuhan BMN disusun dalam RKA setelah memperhatikan ketersediaan
BMN dengan berpedoman pada standar :
Standar barang : merupakan spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan
perhitungan pengadaan barang dalam perencanaan kebutuhan
Standar kebutuhan : adalah satuan jumlah barang yang dibutuhkan sbg acuan
perhitungan pengadaan dan penggunaan BMN dlm perencanaan kebutuhan
Standar harga : yakni satuan biaya yg ditetapkan Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran
B. Pengadaan
Pengadaan secara Elektronik adalah Pengadaan Barang/jasa pemerintah wajib
dilaksanakan secara elektronik dimulai saat Perpres 4/2015 berlaku. Ruang lingkup
pengadaan secara elektronik adalah e-tendering dan e-purchasing yang berarti
penunjukan langsung, pengadaan langsung, kontes, dan sayembara dilaksanakan secara
non elektronik. Terdapat percepatan pelaksanaan e-tendering terkait Vendor
Management System, data penyedia sudah terdapat pada sistem, persaingan hanya
terjadi pada sisi harga karena barang/jasa yang diadakan sudah bersifat jelas dan tegas.
Pada tanggal 6 Desember 2007 dibentuklah LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah) berdasar Perpres 106/2007 (yang telah dirubah dengan
Perpres 157/2014). LKPP berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementrian
dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden, yang bertugas mengembangkan dan
merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa. Secara spesifik fungsi dan kewenangan
LKPP adalah penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah. Dengan berbagai pelayanan yang meliputi : Pengembangan e-
Procurement, Sertifikasi profesi pengadaan, Pelatihan Keahlian Pengadaan, s/d
Pembinaan ULP.
Adapun yang menjadi prinsip dalam pelaksanaan pengadaan adalah :
1. Efisien, artinya setiap pengadaan barang/jasa harus menggunakan dana dan daya
yang terbatas, dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
2. Efektif, artinya pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan
sasaran yang ditetapkan.
3. Terbuka dan Bersaing, artinya pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi
syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentun dan prosedur yang
4. Transparan, artinya semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa harus terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta
bagi masyarakat luas pada umumnya. Jadi semua informasi tentang syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon
penyedia barang/jasa harus dinformasikan secara terbuka.
5. Adil, artinya memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak memberikan keuntungan hanya kepada pihak tertentu saja,
dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, artinya pengadaan barang/jasa harus mencapai sasaran baik fisik,
keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta
ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
C. Penggunaan
D. Pemanfaatan
Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah berupa:
1. Sewa, pemanfaatan dengan bentuk sewa tidak akan merubah status kepemilikan
tanah/bangunan. Jangka waktu penyewaan maksimal 5 tahun, tetapi dapat
dilakukan perpanjangan masa sewa.
2. Pinjam Pakai, seperti halnya pemanfaatan dengan bentuk sewa, pemanfaatan
dalam bentuk pinjam pakai juga tidak merubah status kepemilikan. Akan tetapi,
jangka waktunya maksimal 2 tahun, dan dapat dilakukan perpanjangan masa
pinjam pakai.
3. Kerjasama Pemanfaatan, kerjasama pemanfaatan dilakukan untuk
mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah serta
meningkatkan penerimaan daerah. Jangka waktunya maksimal 30 tahun, dan
dapat dilakukan perpanjangan kerjasama pemanfaatan. Kerjasama pemanfaatan
barang milik daerah dapat dilaksanakan dalam bentuk :
Kerjasama pemanfaatan barang milik daerah atas tanah dan/atau
bangunan yang sudah di serahkan oleh pengguna kepada pengelola;
Kerjasama pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau bangunan yang
masih digunakan oleh pengguna
Kerjasama pemanfaatan atas barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan.
4. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna, Bangun Guna Serah dan Bangun
Serah Guna barang milik daerah dapat dilaksanakan apabila Pemerintah Daerah
memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah
untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi. Akan tetapi, tanah milik pemerintah daerah telah diserahkan oleh
pengguna kepada Kepala Daerah dan tidak tersedia dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah untuk penyediaan bangunan dan fasilitas tersebut.
E. Pengamanan
Kewajiban Pengamanan BMN/D terletak pada:
i. Pengelola Barang
ii. Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang
Kedua pihak ini wajib melakukan pengamanan BMN/D yang berada dalam
penguasaannya.
Pengamanan BMN/D terdiri dari 3, yaitu pengamanan Administrasi, Pengamanan Fisik
dan pengamanan Hukum.
Tata cara Pengamanan Administrasi
• Bukti kepemilikan BMN/D wajib disimpan dengan tertib dan aman
• Penyimpanan bukti kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan
dilakukan oleh Pengelola Barang
• Penyimpanan bukti kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan
dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
• Penyimpanan bukti kepemilikan BMD dilakukan oleh Pengelola Barang
Penegakan hukum pada BMN/D terbagi atas empat hal, sebagai berikut:
1. BMN/D berupa Tanah, maka pengamanannya adalah Sertifikat atas nama
Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
2. BMN/D berupa Bangunan, maka pengamanannya adalah Bukti kepemilikan atas
nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah Daerah
yang bersangkutan
3. BMN selain tanah/bangunan, maka pengamanannya adalah Bukti Kepemilikan
atas nama Pengguna Barang
4. BMD selain tanah/bangunan, maka pengamanannya adalah Bukti Kepemilikan
atas nama Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
F. PEMELIHARAN
Poin penting dalam tahapan Pemeliharaan BMN/D adalah sebagai berikut:
• Pengelola Barang, Pengguna Barang, atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung
jawab atas pemeliharaan BMN/D yang berada di bawah penguasaannya.
• Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang.
• Biaya pemeliharaan BMN/D dibebankan pada APBN/D.
• Dalam hal Barang Milik Negara/Daerah dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak
Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa,
peminjam, mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun Serah
Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
G. Penilaian BMN/D
I. PEMUSNAHAN
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan BMN/D
yang dapat dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, dan ditenggelamkan
atau cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemusnahan
BMN/D dilakukan dalam hal:
a) BMN/D tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat
dipindahtangankan; atau
b) Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan
atau cara lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pemusnahan BMN dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang. Sedangkan pemusnahan BMD dilakukan oleh Pengguna
Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota. Pelaksanaan
pemusnahan tersebut kemudian dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada:
1) Pengelola Barang, untuk BMN; atau
2) Gubernur/Bupati/Walikota, untuk BMD.
J. PENGHAPUSAN
Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN/D dari daftar barang dengan
menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola
Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
KESIMPULAN
1. Seiring dengan optimalisasi pengelolaan BMN/D yang semakin berkembang dan
kompleks, maka Pengelola BMN tidak hanya cukup melaksanakan tugas sebagai
asset administrator semata, tetapi juga melaksanakan tugas sebagai asset manager
dengan berdasarkan pada penggunaan prinsip-prinsip dalam pengelolaan BMN,
yaitu efisiensi, akuntanbilitas, fungsional, transparansi, kepastian
nilai dan kepastian hukum.
2. PP 27 / 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah sebagai pengganti
PP 38 / 2008 jo. PP 6 / 2006 diterbitkan untuk memenuhi perkembangan
kebutuhan
dan praktik di bidang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan mendorong
investasi di bidang infrastuktur.
3. Regulasi terhadap pengelolaan BMN/D bertujuan untuk memastikan pengelolaan
BMN/D di Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah telah berjalan
baik dan memenuhi prinsip tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib fisik.
Meskipun pembaharuan peraturan telah dilakukan dalam menghadapi
kompleksitas pengelolaan BMN/D, sebuah sistem yang baik juga harus didukung
dengan kompetensi Sumber Daya Manusia yang baik.
REFERENSI
Peraturan :
PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Permendagri No. 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang
Milik Daerah
Permenkeu 50/PMK.06/2014 tentang Penghapusan BMN
Permenkeu 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN
Permenkeu 244/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pengawasan dan
Pengendalian BMN/D.
Internet
https://www.academia.edu/11353359/PENGHAPUSAN_DAN_PEMINDAHTANGANAN_
BARANG_MILIK_DAERAH diakses tanggal 11 Desember 2015