Anda di halaman 1dari 2

Korupsi menurut pandangan adat papua.

Dalam adat papua membunuh dan melarikan anak gadis orang memang dipandang sebagai kejahatan tetapi pelakunya mendapat apresiasi sebagai orang yang hebat oleh keluarga atau sukunya. Karena dianggap hebat maka keluarga atau sukunya rela mengumpul uang sebagai uang tebus kepala pada kasus pembunuhan yang akan dibayarkan kepada keluarga atau suku yang terbunuh. Tetapi dalam kasus pencurian, tak ada apresiasi kepada pelakunya sehingga pelaku harus menanggung sendiri perbuatannya. Ketika korupsi disamakan dengan mencuri maka secara adat papua para pelaku korupsi dipandang sebagai perbuatan tercela atau kejahatan yang tak diapresiasi sehingga pelakunya harus menanggung sendiri resikonya. Hal ini berbeda dengan kasus pembunuhan atau melarikan anak gadis orang. Dengan demikian korupsi menurut adat papua lebih tercela dibanding membunuh atau melarikan anak gadis. Dalam adat papua, pelaku pencurian dalam hal ini korupsi hukumnya adalah dipanah . Paradoks Kasus Korupsi di Indonesia Terdapat beberapa paradox dari kasus korupsi di Indonesia antara lain : 1. Pelaku korupsi selalu dari suku yang secara adat melarang keras pencurian (baca : korupsi) 2. Pelaku kurupsi selalu dari orang berpendidikan tinggi, paham hukum, dan mengetahui agama serta adat. 3. Terkadang di daerah terdapat kepala daerah yang bersih dari korupsi tetapi korupsi masih terjadi di daerahnya karena bawahannya yang merupakan SKPD tetap melakukan korupsi. Ide pemberantasan korupsi Pertemuan ini melahirkan sebuah gagasan agar proses hukum para koruptor diserahkan ke hukum adat atau pengadilan adat papua. Jadi penanganan kasus korupsi harus menggunakan pola piker orang papua. Contoh prakteknya misalnya jika terjadi korupsi dalam pembangunan infrastruktur di suatu daerah, maka pelakunya harus membayar denda kepada masyarakat di daerah tersebut jadi uang dendanya tidak dikembalikan ke Negara tetapi ke masyarakat setempat. Tetapi menurut KP. KAMDA papua, sebelum gagasan ini diberlakukan maka pragmatism dari masyarakat setempat harus diperhitungkan karena jangan sampai terjadi main mata antara masyarakat setempat dengan pelaku korupsi. Jika ini terjadi pragmatism masyarakat akan semakin terbangun. Gagasan dari KAMMI Daerah Papua 1. Penanganan korupsi jangan menggunakan sistem main tangkap tetapi sebaiknya harus diciptakan sistem yang kondusif yang membuat orang yang berpotensi melakukan korupsi tidak melakukannya. Seperti peningkatan kesejahteraan pegawai, pembenahan aturan yang lebih manusiawi, dll. 2. Hal yang harus dipikirkan adalah jangan sampai upaya pemberantasan korupsi menghambat pembangunan. Contonya dengan gencarnya pemberatasan korupsi dengan segopok aturan di dalamnya membuat eksekutor pembangunan merasa takut melakukan pembangunan karena takut terkena kasus korupsi. Ketakutan itu karena adanya aturan yang terlampau banyak sehingga dapat dimainkan oleh orang tertentu untuk menjeratnya walaupun sebenarnya mereka tidak korupsi.

3. Terkait dengan adanya kasus kepala daerah yang anti korupsi tetapi korupsi masih berlangsung di daerahnya maka penangannnya adalah reedukasi kepada bawahanyaa yang bertujuan merubah pola pikir (mindset) serta perbaikan sistem di dalamnya

Anda mungkin juga menyukai