Penurunan harga juga terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Harga beras kelas premium turun dari Rp. 8.700 menjadi RP.7.900 per kilogram. Harga beras kelas medium turun dari Rp.7.500 menjadi Rp.6.700 per kilogram. Hal ini dipicu, salah satunya, oleh masa panen padi di DIY yang sudah dimulai pada akhir Februari lalu. Pelaksana tugas Kepala Seksi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil-Menengah DIY, Sugiyono, menyatakan padi jenis Ciherang, Inpari 13, serta IR 1 dan IR 2 sudah dipanen. RAFIKA | ROSALINA | UKKY PRIMARTANTYO | MUH SYAIFULLAH | RR ARIYANI http://id.berita.yahoo.com/ada-31-persen-rtm-tidak-memperoleh-raskin160804728.html
Pattiro adalah organisasi non-pemerintah yang didirikan pada 17 April 1999. Saat ini, Pattiro sedang melakukan program pengembangan sistem integritas dan proses akuntabilitas dari penggunaan anggaran pemerintah di sektor pendidikan, pertanian dan kesejahteraan sosial. Dengan dukungan dari USAid/Indonesia, Pattiro bergerak pada riset dan pengawasan di tiga isu, yaitu Biaya Operasional Sekolah (BOS), Pupuk Bersubsidi dan Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin).
http://www.bisnis.com/articles/penyaluran-raskin-mestinya-pemerintah-ikuttanggung-ongkos-distribusi
JAKARTA: Pemerintah perlu menyiapkan anggaran Rp210 miliar guna mereduksi ongkos distribusi beras miskin (raskin) yang disalurkan langsung ke setiap rumah tangga. Koordinator Advokasi Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Iskandar Saharudin mengungkapkan selama ini pembengkakan ongkos penyaluran raskin dari titik distribusi tidak pernah menjadi perhatian pemerintah. Dia mencatat kealpaan pemerintah tersebut membuat masyarakat harus menanggung beban transportasi sebesar Rp 1000Rp 2000. Raskin yang seharusnya bisa dibeli Rp 1.600 per kilogram, justru membengkak hingga Rp 2.500Rp 3.000 per kilogram, ujarnya Senin 5 Maret 2012.
Iskandar menilai minimnya dukungan distribusi membuat program raskin tidak dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat yang membutuhkan. Dia mencatat sepanjang tahun lalu pemerintah hanya memasok 17, 5 juta, atau 69,4% dari total pendataan masyarakat miskin yang dirilis oleh BPS. Dengan begitu, menurutnya, program raskin tidak memberikan jawaban terhadap seluruh persoalan pangan yang dibutuhkan masyarakat miskin. Dia juga menilai banyak penyimpangan pengelolaan yang melibatkan rantai pasokan raskin. Iskandar menduga praktik mafia beras banyak terjadi di daerah. Sejumlah pedagang dan oknum pemerintah daerah cenderung memanfaatkan situasi sebagai spekulan harga. Bahkan, Dia menduga ada pedagang yang mengantongi stok beras melebihi Bulog. Ada pertanyaan mengapa BLT bisa dicabut sementara kebijakan raskin dipertahankan. Indikasi ini jelas adanya desakan kepentingan, katanya. (ra)
http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/03/raskin-pemerintah-siapkan-danarp210-miliar/
JAKARTA: Pemerintah perlu menyiapkan anggaran sebesar Rp210 miliar guna mereduksi ongkos distribusi beras miskin (raskin) yang disalurkan langsung ke setiap rumah tangga. Koordinator Advokasi Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) Iskandar Saharudin mengungkapkan selama ini pembengkakan ongkos penyaluran raskin dari titik distribusi tidak pernah menjadi perhatian pemerintah. Dia mencatat kealpaan pemerintah tersebut membuat masyarakat harus menanggung beban transportasi sebesar Rp 1000Rp 2000. Raskin yang seharusnya bisa dibeli Rp 1.600 per kilogram, justru membengkak hingga Rp 2.500Rp 3.000 per kilogram, ungkapnya pada jumpa pers hari ini. Iskandar menilai minimnya dukungan distribusi membuat program raskin tidak dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat yang membutuhkan. Dia mencatat sepanjang tahun lalu pemerintah hanya memasok 17, 5 juta, atau 69,4% dari total pendataan masyarakat miskin yang dirilis oleh BPS.
Dengan begitu, serunya, program raskin tidak memberikan jawaban terhadap seluruh persoalan pangan yang dibutuhkan masyarakat miskin. Dia juga menilai banyak penyimpangan pengelolaan yang melibatkan rantai pasokan raskin. Iskandar menduga praktik mafia beras banyak terjadi di daerah. Sejumlah pedagang dan oknum pemerintah daerah cenderung memanfaatkan situasi sebagai spekulan harga. Bahkan, Dia menduga ada pedagang yang mengantongi stok beras melebihi Bulog. Ada pertanyaan mengapa BLT bisa dicabut sementara kebijakan raskin dipertahankan. Indikasi ini jelas adanya desakan kepentingan, katanya. Selain itu, Iskandar menilai kualitas raskin perlu menjadi perhatian primer yang harus diperhatikan pemerintah. Masyarakat justru tidak memeroleh akses untuk menyampaikan keluhan akibat minimnya sosialisasi dari pemerintah. Kami banyak mendapatkan raskin yang disebar berbau apek dan berwarna kuning, serta banyak pecahan rontok. Intinya, raskin itu tidak layak makan, jelasnya. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan pemerintah berencana menganggarkan penambahan subsidi raskin pada tahun ini sebesar Rp 5,2 triliun. Dia menjamin harga raskin tidak naik dari banderol Rp 1.600 per kg dengan alokasi 15 kg per bulan selama 13 bulan. Namun subsidi tersebut diasumsikan kalau harga pembelian pemerintah naik 28%, sedangkan kondisi lainnya seperti harga raskin, jumlah RTS, volume masih tetap, maka dibutuhkan tambahan subsidi Rp5,2 triliun, ujarnya. Dia menjelaskan asumsi tersebut merupakan satu dari sekian alternatif yang disiapkan pemerintah. Alternatif lainnya, katanya, jika jumlah penerima raskin, volume, dan durasi masih tetap, tetapi harga raskin dinaikkan dari Rp1.600 per kg menjadi Rp2.000 per kg mulai April sampai dengan Desember 2012, maka subsidi tambahan sekitar Rp 4,2 triliun. Sutarto mengungkapkan kecukupan stok beras di gudang Bulog bergantung pada penyerapan beras di dalam negeri, sedangkan pengadaan beras itu akan bergantung pada produksi gabah. Bulog sedikitnya harus memiliki stok beras 1,5 juta ton. Hal itu, katanya, membuat Bulog terus mengimpor beras pada 2010 sebanyak 1,8 juta ton dan pada tahun lalu 1,8 juta ton. [Surya Mahendra Saputra/roy]
http://pedomannews.com/sosial-budaya/11307-distribusi-raskin-pemerintah-perlusiapkan-anggaran-rp210-m%27
Dibaca: 339 kali JAKARTA, PedomanNEWS - Pemerintah perlu menyiapkan anggaran Rp210 miliar guna mereduksi ongkos distribusi beras miskin (raskin) yang disalurkan langsung ke setiap rumah tangga. Koordinator Advokasi Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro) Iskandar Saharudin mengatakan, selama ini pembengkakan ongkos penyaluran raskin dari titik distribusi tidak pernah menjadi perhatian pemerintah. Dia mencatat kealpaan pemerintah tersebut membuat masyarakat harus menanggung beban transportasi sebesar Rp 1000Rp 2000. Raskin yang seharusnya bisa dibeli Rp 1.600 per kilogram, justru membengkak hingga Rp 2.500Rp 3.000 per kilogram, ujarnya di Jakarta, Senin (5/3). Ia menilai, minimnya dukungan distribusi membuat program raskin tidak dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat yang membutuhkan. Sepanjang 2011, lanjut Iskandar, pemerintah hanya memasok 17, 5 juta, atau 69,4% dari total pendataan masyarakat miskin yang dirilis oleh BPS. Persoalan integritas pemerintah ini harus menjadi perhatian dan fokus bersama seluruh stakeholder bangsa. Rendahnya kualitas mutu dari beras raskindan tingginya indikator administrasi menyebabkan berbagai keluhan mengenai mutu dan kualitas dari beras yang di distribusikan ke sepuluh daerah. Dengan begitu, imbuh Iskandar, program raskin tidak memberikan jawaban terhadap seluruh persoalan pangan yang dibutuhkan masyarakat miskin. Banyak penyimpangan pengelolaan yang melibatkan rantai pasokan raskin. Ia menduga, praktik mafia beras banyak terjadi di daerah. Sejumlah pedagang dan oknum pemerintah daerah cenderung memanfaatkan situasi sebagai spekulan harga. Ada pertanyaan mengapa BLT bisa dicabut sementara kebijakan raskin dipertahankan. Indikasi ini jelas adanya desakan kepentingan, pungkasnya. CR/2/R http://kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=128130 Selasa, 06 Maret 2012 , 06:49:00
Kami mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa memang ada mafia yang membeli beras dulu dari Bulog sebelum dibagikan ke warga, ujar koordinator program monitoring raskin Pusat Telaah Informasi Regional (Pattiro) Rohidin Sudarno dalam diskusi di Bakoel Kopi, Jakarta kemarin (5/3). Mafia itu disebut-sebut mempunyai kemampuan menimbun beras setara dengan Bulog. Seharusnya informasi ini diselidiki lagi oleh pihak berwenang, sebab kami tak punya hak (investigasi), kata Rohidin. Pattiro telah melakukan monitoring program raskin selama 12 bulan bekerjasama dengan USAID, dari Amerika Serikat. Mereka memantau 10 kota yakni Aceh Besar, Bandung, Gresik, Pekalongan, Serang, Semarang, Solo, Jeneponto, Lombok Barat dan Jayapura. Problemnya karena beras yang dari Bulog itu harus dibeli atau ditebus dulu oleh warga, karena belum ada uang maka dibayar dulu oleh tengkulak, kata Rohidin yang akrab disapa Roi ini. Ujungnya, beras raskin yang seharusnya harganya Rp 1.600 per kilogram dijual Rp 2.100 per kilogram. Memang kesannya hanya selisih 500 per kilo tapi ini dikalikan dengan ratusan ton, kata Rohidin. Selain itu, kutipan liar juga sering dilakukan oleh oknum pejabat lokal seperti lurah atau pegawai kecamatan. Setiap rumah tangga sasaran seharusnya dapat 15 kg per bulan, tapi praktiknya sangat kurang, disunat dulu, ujar aktivis asal Brebes ini. Problem lainnya adalah kualitas beras yang sangat jelek. Kami temukan di Solo, beras raskin berbau apek, banyak kutu, dan warnanya sangat kusam. Tidak layak dimakan, tambahnya. Koordinator Advokasi Kebijakan Pattiro Iskandar Saharudin mengatakan Pattiro akan segera menemui Wakil Presiden Boediono untuk membahas temuan riset ini. Sebab, beliau juga ketua tim penanggulangan kemiskinan pemerintah, katanya. Alumni Fakultas Hukum Undip ini menyebut data warga miskin yang digunakan sebagai rujukan pemerintah masih menggunakan data lama. Seharusnya ada 25 juta rumah tangga miskin atau rumah tangga sasaran namun beras hanya disediakan untuk 17 juta rumah tangga sasaran, katanya. Itu berarti ada 8 juta rumah tangga miskin yang tak dapat jatah. Jika diasumsikan satu rumah tangga terdiri dari empat orang (ayah ibu, dua anak) maka setidaknya ada 32 juta jiwa yang tidak terbantu oleh program ini. Selain itu, jika warga dirugikan, pemerintah juga tak menyediakan ruang untuk komplain. Mereka bingung mau mengeluh kemana? Ke Bulog atau ke kecamatan, tidak jelas, lanjutnya. Program raskin, menurut Iskandar tidak perlu dihentikan. Sebab, sangat dinantikan oleh jutaan warga, hanya penyelewengannya harus dibenahi,katanya. (rdl/jpnn/obi)
http://kaltengpos.web.id/?menu=detail_atas&idm=6711
pemerintah juga tak menyediakan ruang untuk komplain. "Mereka bingung mau mengeluh kemana?. Ke Bulog atau ke kecamatan, tidak jelas," katanya. Program raskin, menurut Iskandar tidak perlu dihentikan. "Sebab, sangat dinantikan oleh jutaan warga, hanya penyelewengannya harus dibenahi," katanya.(rdl/jpnn)
http://m.koran-jakarta.com/?id=85203&mode_beritadetail=1
pada penelitian Pattiro sebaiknya pelaksanaan program Raskin untuk tahun mendatang harus ada perbaikan, terutama pada sisi distribusi dan kualitas beras. Kualitas beras yang rendah meski dibeli dengan harga subsidi tinggi menunjukkan sikap diskriminasi pemerintah pada warga miskin. Pada 2011, harga pembelian beras oleh pemerintah sebesar 6.450 rupiah per kg dengan harga tebusan masyarakat 1600 per kg atau subsidi harganya mencapai 4.850 rupiah per kg. "Tapi, dari harga sebesar ini, masyarakat hanya mendapatkan mutu rendah," ujar Iskandar. hay/E-3 wartanews.com