Anda di halaman 1dari 7

Halaman 3 Kini bayang-bayang samar itu mulai berbentuk. Bertahuntahun silam. Perempuan cantik itu, dia mamaku.

Gambar 1 : Mom, aku berangkat sekolah. Oh, ya, sekolah yang pintar ya, nak. Gambar2 : Jangan jajan yang aneh-aneh ya. Bekalnya dimakan waktu istirahat. Gambar 3 : Ya, Mom. Sudah, sana berangkat, jangan sampai telat.. Gambar4 : Daaaag Mom Ya, hati-hati Gambar 5: Sekolah memang selalu menyenangkan. Belajar seperti bermain-main. Waktu terasa singkat. Belajar, istirahat, kemudian bel pulang berbunyi. Dan itulah bel sekolah terakhir yang pernah kudengar. Halaman 4 Gambar 1 : Hari itu aku pulang seperti biasa. Siang yang terik. Karena itu aku ingin cepat-cepat sampai di rumah. Sambil membayangkan Mommi yang sudah menunggu di depan pagar rumah, merangkulku, mengucapkan katakata sayang dan masuk kedalam sambil bergandengan tangan. Gambar 2: Tapi, hari itu mommi tak menyambutku. Rumah terasa sangat sepi. Moommm Moommm Gambar 3 : Pot-pot bunga berantakan. Tempat sampah terguling. Hhhhh Mommmm.. mommm Halaman 5 Sesuatu yang dingin teracung menyambutku. Sepucuk pistol, mengarah ke belakang kepalaku. (gambar 1, 2, 3). Gambar 4: Kini tepat menempel di kepala. Aku merasakan dinginnya logam. Gambar5 : Namun yang kudengar selanjutnya justru suara yang ramah. Kami sedang bermain Nak Mari ambil bagian.

Gambar 6: Masuk ruang tengah, Papa dan Mamaku terikat jadi satu. Mulut keduanya di-lak ban. Itu mereka menunggumu. Mommm, Papi. Gambar 7 : Ayo kita siapkan gamenya Mom Papi

Halaman 6 Gambar 1: Aku digiring ke luar ruangan. Gambar 2: Tangisku tak berhenti. Jangan menangis, cari senjatamu. Gamenya harus dimulai. Gambar 3: Masuk ruang kerja papa. Aku ingat papa sering menyimpan semua paralatannya yang aneh-aneh di tempat ini. Meski menangis melihat papa-mamaku terikat, aku mulai tertarik dengan game yang dijanjikan. Gambar 4: Ayo cari Gambar 5 : Mana senjatamu, keburu game over Gambar 6 : kardus-kardus kubongkar. Mencari sesuatu yang bisa kupakai. Halaman 7 Gambar 1: laci-laci kubongkar. Gambar 2 dan 3: tak menemukan apa-apa. Aku mulai gugup. Gambar 4: Nah, ini dia. Gambar 5: berat dan dingin. Pegang begini nak. Ini senjataku? Gambar 6: Selanjutnya berlangsung cepat. Gambar 7: aku bergerak cepat. Dor..dor..dor. berkali-kali senjataku meletup. Gambar 8: musuh-musuhku berjatuhan. Gambar 9: aku capek, tapi puas. Gambar 10: Orang itu tertawa puas. Hahahaha Kau menang dengan sempurna Halaman 8 Ternyata permainan berlanjut. Orang itu tersenyum puas. Menyulut rokok, mengembuskan asapnya ke udara (gambar 1,2, dan 3). Gambar 4: tokoh-tokoh lain bermunculan. Gambar 5: saling berdebat. Gambar 6: Aku pusing, pistolku diambil. Gambar 7: wajah seram. Gambar 8 ;suara tembakan lagi. Gambar 9: tubuh-tubuh

bertabrakan. Gambar 10, 11, 12, 13, dan 14. Ada orang berlarian, perhiasan yang berjatuhan, bingkai foto yang bergoyang, dan semua mulai samar-samar kembali. Aku menangis, dan ingatanku tiba-tiba melompat, jauh ke depan

Halaman 9 Gambar 1 : Kini aku berada di sebuah kamar yang nyaman, luas, dengan jendela menghadap Timur. Sebuah foto keluarga ada di atas meja belajarku; Papa, Mama, dan aku. Aku selalu tidur nyenyak, dan akan bangun dengan tubuh yang segar. Gambar 2 : Hari sudah sudah terang. Gambar 3 : aku harus bersiap. Gambar 4 : aku harus lebih rajin dan cepat-cepat membereskan kuliahku. Gambar 5: aku boleh saja idealis. Namun, aku juga harus realis. Gambar 6 : aku melihat banyak teman-temanku sekarang hanya asal lulus. Mereka tak pernah berpikir mau jadi dokter macam apa. Yang penting menghafal dan lulus, dan dapat duit dengan memasang tarif berobat gilagilaan. Halaman 10 Gambar 1 : Aku ingin hidup berarti. Gambar 2 : Aku punya keluarga yang baik. Aku ingin mereka bangga punya anak yang bukan sekadar dokter. Gambar 3 : aku ingin jadi dokter yang bisa menyehatkan orang banyak. Aku kuliah dulu, Ma. Gambar 4 : aku hampir tak pernah bawa mobil ke kampus, bikin orang malas. Aku harus sehat, karena itu aku pakai kendaraan yang menyehatkan. Gambar 5: kedua orangtuaku selalu memperhatikan aku berangkat. Gambar 6 : Meski tak pernah mengatakan sesuatu, aku selalu menangkap ada yang mereka sembunyikan. Aku tak pernah tahu itu apa. Gambar 7 : Aku kadang melihat Papa berusaha menenangkan Mama. Sudahlah, biarkan dia dewasa Gambar 8 : Aku kadang melihat diam-diam mama menangis. Gambar 9 : Ah, biarlah. Aku harus kuliah.

Halaman 11 Gambar 1 : Kampus memang tempat yang menyenangkan. Gambar 2 : Bertemu teman, bicara segala hal, dan melakukan apa yang kusuka. Gambar 3 : aku sendiri tak tahu sejak kapan ingin menjadi dokter. Ingatan masa kecilku begitu suram dan samar-samar. Aku merasa seperti pernah tinggal di suatu tempat lain, dengan orang tua yang lain. Namun semua ingatan itu lenyap bila aku masuk halaman kampus.

Halaman 12 Gambar 1 : Kuliahku selalu berjalan lancar. Aku sering jadi tempat bertanya teman-temanku. Gambar 2 : Bagiku, tak ada yang sulit mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan diri sendiri : tubuh manusia. Gambar 3 : mempelajari ilmu kedokteran adalah mempelajari kehidupan. Itu yang selalu berusaha aku jelaskan pada teman-temanku yang berminat. Memang banyak yang tak peduli, namun ada beberapa yang dengan antusias sependapat denganku. Gambar 4 : Namun, setelah semuanya pergi, kini tinggal akulah yang tetap asyik sendiri. Bagiku tubuh manusia tetaplah misteri yang tak terpecahkan. Mungkinkah aku melangkah untuk membuka misteri-misteri itu? Halaman 13 Gambar 1 : Menunggu kuliah berikutnya, aku sering memilih menunggu di dalam, dengan tidur sekejap. Gambar 2 : Kuliah anatomi lanjut, salah satu favoritku. Tapi, yang juga merupakan momok. Gambar 3 : Karena berlanjut dengan praktek. Gambar 4 : Dan itu berarti berjam-jam di ruang operasi. Gambar 5 : Dengan bimbingan senio dokter berpengalaman aku harus memulai. Kamu sudah siap? Gambar 6 : Pertama, kenali semua alat-alat, dan Gambar 7 : fungsinya Gambar 8 : Lalu lihat tubuh yang ada di meja operasi. Gambar 9 : Kenali bagian-bagian, dan fungsinya. Gambar 10 : Keringat dingin membasahi wajahku.

Halaman 14 Gambar 1 : Darah, darah, darah Gambar 2 : Tanganku mulai kaku, tubuh gemetar. Gambar 3 : Pikiran mulai kacau. Gambar 4 : Tanganku goyah. Semua yang sudah kupelajari menguap. Gambar 5 : Mataku mulai nanar. Gambar 6 : Syukurlah. Rangkulan lembut seniorku menyelamatkanku. Dia mengajakku menepi. Halaman 15 Gambar 1 : Seniorku menggumam tak jelas. Matanya bertanya-tanya. Gambar 2 : Aku, mahasiswa terpandai di angkatan, mengapa gagal saat praktek baru dimulai? Aku tak tahu. Tiba-tiba kepala berat, tangan tak bergerak. Gambar 3 : Di belakangku berbagai suara terdengar dari teman-temanku. Ada yang bersimpati, ada yang heran, ada yang mengolok-olok. Gambar 4 : Seniorku meminta aku istirahat sejenak, untuk menenangkan diri. Gambar 5 : Temanku yang lain maju menggantikanku di meja operasi. Gambar 6 : Si pengolok datang mendekatiku. Wajahnya sinis, mulutnya tajam. Ah, bagaimana si pintar kehilangan sentuhannya? Gambar 7 : Jangan menghina, atau Aku tak menghinamu, nyatanya Halaman 16 Gambar 1 : Darahku mendidih. Aku tak mau diremehkan. Gambar 2 : Namun dengan cepat aku tenang. Aku justru mulai memperhatikan Si pengolok tampaknya menikmati serangannya kepadaku. Kau takut darah ya Gambar 4 : Takut darah jangan jadi dokter, sana jadi petani Gambar 5 : Sambil mengamati wajahnya, aku menjauhinya. Gambar 6,7, dan 8 : Aku tak takut darah, aku hanya tak ingin sesuatu yang buruk akan terjadi. Seperti padamu Halaman 17 Gambar 1 : Pagi itu kuliah berlanjut. Pokok bahasan praktek operasi yang dilakukan mahasiswa kemarin. Semua hadir. Kecuali si pengolok. Gambar 2 : Ah, dia tak akan hadir lagi. Hari ini. Gambar 3 : Besok. Gambar 4 : atau sampai kapan pun. Kelas ini tak membutuhkan

seorang pengolok. Gambar 5 : Baiklah, kuliah hari ini selesai. Gambar 6 : Jam berakhir, dan si pengolok tak muncul. Rasanya, untuk selamanya Gambar 7 : Ada sesuatu di kepalaku. Gambar 8 : Aku ingin sesuatu yang lain. Gambar 9 : Buku ini mungkin bisa menjadi selingan. Hmm keluarga yang sehat? Halaman 18 Gambar 1 : Rasanya aku punya keluarga yang sehat. Gambar 2 : Tapi itu mengingatkan.. Gambar 3 : Pada sesuatu Gambar 4 : yang mengerikan Gambar 5 : Darah, mayat, darah Gambar 6 : Tap, tap, tapGambar 7 : Ada apa dengan kepalaku Gambar 8 : Ada apa ini Gambar 9: Srrrttt, srrttt. Crrrrr Aku harus mendinginkan kepalaku dulu

Halaman 19 Gambar 1: Akhirnya saat itu tiba. Aku harus melakukan operasi. Ayo kawan, bersiaplah. Baik. Gambar 2 : Semua siap, operasi sesuai standar. Gambar 3: Langkah pertama, ok. Gambar 4: Berikutnya, semua peralatan. Semua pendukung berfungsi baik. Gambar 5: !!!!! Gambar 6: Perhatikan betul fungsi jantung lewat indicatorindikatornya. Gambar 7 : Baiklah. Semua oke. Gambar 8: Operasi dimulai.. Halaman 20 Gambar 1: !!!!??? Tidak Tidak Gambar 2: Bukan itu! Aku pasti bermimpi. Gambar 3: Aaahhh, kau datang lagiiii Aku Gambar 4 : HHHhhhh.Aaaa. Gambar 5: Aku gagal. Gagal! Bajingan itu, si pembunuh itu, ada di siniiii di meja operasiku Gambar 6 : Kawan, apa yang terjadi? Sadarlah Kau sakit? Gambar 7 : Pulanglah, kita akan memulai lagi nanti. Jangan terlalu dipikirkan

Halaman 21 Gambar 1: Kini semua terang benderang. Tak salah lagi. Gambar 2: Akulah orangnya. Gambar 3: Si pembunuh keji

itu, akulah Gambar 4: Mama, mati ditanganku.. Gambar 5: Papa, juga kubunuh. Gambar 6: Semua kuhabisi. Habis. Gambar 7: Tak ada yang tersisa. Gambar 8: Tunggu dulu Halaman 22 Gambar 1: Kedua orang tua angkatku sedang di ruang tamu. Benarkah itu mereka? Gambar 2 : Tidak. Itu bukan mereka. Inilah penjahat yang memaksaku membunuh keluargaku. Gambar 3 : Aku tidak salah, itulah mereka. Gambar 4: Bukan, itu orangtua angkatku. Gambar 5 : Tidak, itu penjahat. Tak boleh terlambat. Hyyaaat Gambar 6: Tak menyangka diserang anak angkatnya sendiri, orang tua tak bersalah itu terkejut bukan kepalang. !!!!!!. Gambar 7: Jrssssjresssjresss Aaaaaaaaa !!!!!!.. Naaakk Apa yang kau lakukan Halaman 23 Gambar 1: Dulu kalian telah memaksaku. Sekarang ini terima pembalasanku. Gambar 2 : Ya Tuhan. Praaang nggg Srettt sreett Gambar 3 : Hari itu, semua kutuntaskan. Semua habis. Selesai sudah. Gambar 4 : Tapi, mengapa aku tak merasa lega. Siapa sesungguhnya mereka? Gambar 5 : Kini, aku benar-benar tak tahu. Yang kutahu semua telah mati. Gambar 6: Hanya satu yang tersisa. Ini dia yang kucari

Halaman 24 Gambar 1: Kisah ini harus diakhiri. Dan aku tahu siapa yang har mengakhiri. Gambar 2: Aku harus cermat. Tak boleh gagal. Gambar 3: Semua sudah menunggu. Sekarang tinggal penutupnya. Mereka semua pasti menunggu. Aku si orang terakhir, yang akan melengkapi kisah ini sebagai Gambar 4: sebuah keluarga bahagia. Dooorrrr Tamat.

Anda mungkin juga menyukai