dan/atau disempurnakan agar memiliki pola yang sama dengan mahakarya tersebut. Pada saat itu saya sadar, kesempurnaan ternyata memiliki tujuan jangka panjang.Seperti bisa dilihat pada beberapa kasus di atas, saya atau mungkin pembaca lain sering kali mengalami dilema dimana kita dihadapkan pada dua pilihan yang harus diambil: kesempurnaan vs waktu, kesempurnaan vs sumber daya, kesempurnaan vs efisiensi, atau kesempurnaan vs target. Kedua pilihan ini seakan-akan seperti dua sisi mata uang yang saling berlawanan. Harus ada yang dikorbankan jika ingin mendapatkan salah satunya. Dan memang hampir sebagian besar terjadi seperti itu pada kasus-kasus yang saya alami: harus ada pengorbanan.Mungkin saya kurang cerdas dalam mengambil keputusan. Mungkin saya tidak bisa adil dan seimbang dalam kedua pilihan yang ada. Mungkin saya tidak mengerti kalau kesempurnaan itu bersifat subjektif. Marilah kita terus belajar mencapai kesempurnaan yang seimbang.