Anda di halaman 1dari 6

Dermaga Sape Dikuasai Aparat, Massa Aksi Meradang Duka

Arif Rahman, Salah seorang Korban Tewas tertembak pada Insiden LAMBU BERDARAH BABUJU Report, Blokade Dermaga Penyebrangan Ferry antar pulau yang menghubungkan NTB dan NTT di Sape kabupaten Bima yang dilakukan oleh massa aksi Forum Rakyat Anti Tambang (FRAT) selama 5 hari terakhir, berhasil dibuka oleh aparat keamanan, sabtu, 24/12 tadi. Operasi Fajar yang dilakukan tepat pada pukul 06.00 Wita tersebut mengagetkan massa aksi yang masih tertidur pulas di Dermaga Sape. Upaya persuasif melalui negosiasi terlebih dahulu dilakukan oleh aparat kepolisian dengan koordinator Massa, tarik ulur pemahaman yang terjadi selama negosisasi berlangsung membuat negosiasi tersebut berlangsung hingga satu jam. Memperhatikan kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus melakukan negosiasi, pihak aparat mengambil sikap tegas dengan memperingatkan massa aksi yang mulai bertambah tersebut untuk segera keluar dari dermaga dan kembali kerumah masing-masing. Namun akibat sudah saling terprovokasi, massa mulai mengacungkan senjata tajam yang dimiliki, aparat pun bergegas melakukan penembakan peringatan dan mulai lah terjadi penembakan membabi buta dalam menangkap dan melumpuhkan massa aksi yang ada. Massa tidak sempat bentrok karena kalah jumlah dengan aparat yang telah bersenjata lengkap. Tembak datar dan aksi kejar-kejaran antara aparat dan massa yang telah panik pun tak terelakkan. Akibat letusan senjata aparat yang semakin membabi buta menarik perhatian warga sekitar yang tidak jauh dari dermaga Sape. Mobilisasi massa pun sempat terjadi antara lain warga

Bugis, Soro dan Rato. Namun mampu dihalau oleh pasukan Ranmob yang sudah disiapkan dengan peralatan lengkap siap tempur. Serta brimob perbantuan dari Detasemen Pelopor kab dompu dan Brimop Polda NTB. Tidak terhitung jumlah bunyi rentetan senjata yang berlangsung selama 35 40 menit tersebut. Lima unit Ambulance Dinas Kesehatan Kabupaten, Puskesmas Keliling serta Ambulance dari Kepolisian sendiri yang terparkir diperempatan Soro dengan sigap putar haluan dan menuju Dermaga Sape. Satu per satu Ambulance tentu berisikan korban yang tertembak melaju kencang dari arah Dermaga langsung menuju PKM Wawo dengan kawalan Ranmob yang telah disediakan.

Aparat Kepolisian Memblokade Jalan menuju Dermaga Sape di Perempatan Soro pada saat Peristiwa LAMBU BERDARAH Terjadi Keadaan semakin tegang karena teriakan-teriakan masyarakat Bugis dan Soro. Nampak dari di bagian Utara perempatan Soro, masyarakat berlarian dan berhamburan karena rentetan tembakan yang terjadi. Jika dilihat dari cara Aparat menembak, besar kemungkinan banyak korban yang berjatuhan. Jika begini cara pihak kepolisian menangani warga yang hanya berbekal golok. Polisi tidak akan tenang hidup ditanah Sape lambu teriak salah seorang warga Rato yang kebetulan dilarang melintas di Perempatan tersebut. Truck Dalmas dan Mobil Aparat Buser mulai nampak satu persatu dari arah pelabuhan dengan kecepatan tinggi. Truck dan Mobil Buser tersebut nampak mengangkut para Demontran yang ditangkap, baik dalam keadaan terluka maupun sehat wal afiat. Nampak pula anak-anak dan perempuan diatas mobil tersebut. Beberapa saat kemudian, Pihak kepolisian melakukan aksi penyisiran perkampungan Guda, wilayah yang berdekatan langsung dengan Dermaga Sape karena diduga, banyak massa aksi yang masih bersembunyi didalam rumah-rumah warga. Hingga pukul 11.15 Wita, penyisiran yang dilakukan oleh Brimob Polda NTB masih berlangsung.

Salah seorang Korban Luka Tembak pada Insiden LAMBU BERDARAH Sementara itu, para korban yang meninggal maupun terluka parah langsung dilarikan ke PKM Wawo, beberapa menit kemudian dirujuk ke RSUD Bima. Dari data yang kami himpun. Korban yang meninggal dilokasi akibat tembakan pihak kepolisian ada dua orang atas nama ARIF RAHMAN (19), SAIFUL Warga RT 2 RW 4 Desa Sumi (17), Alamsyah RT 10, RW 05, Desa Sumi. Sedangkan korban luka-luka adalah 14 orag karena tertembak, 8 warga karena popor senjata, Diantaranya 7 Kritis. 32 ditangkap. Jumlah tersebut yang dapat dihitung dari operasi Serangan Fajar Dermaga Sape dari Pukul 06.50 Wita sampai 08.35 Wita. Korban lain bertambah pada saat aparat melakukan penyisiran ke kecamatan Lambu melalui Desa Soro, Malayu, Sumi, hingga Rato. Sedangkan desa Lanta, Simpasai, Kaleo, tidak dilakukan penyisisran karena warga sudah siap dengan segala konsekwensi. Hal ini dilakukan oleh Aparat sekitar pukul 13.20 Wita dan mengakibatkan 7 warga terluka tembak, 4 warga terluka oleh Popor senjata, semua warga yang terluka dibawa oleh warga lain ke PKM Lambu yang ada diwilayah Desa Rato. Aparat melakukan penyisiran terhadap warga beberapa desa kecamatan Lambu karena diduga masih ada warga yang membawa bom ikan untuk dirakit dan digunakan pada saat warga reaksi menyerang polsek Sape. Selain itu, aparat mencari para pelaku yang diduga membakar beberapa kantor pemerintahan kecamatan seperti Mapolsek Lambu yang sudah rata dengan tanah, Kantor Unit Pelaksana Tekhnis Dinas (UPTD) Dikpora, UPTD Kehutanan serta Kantor Camat Lama. Namun aparat telat beberapa lama karena semua telah hangus terbakar.

Hasnah, Korban Luka Tembang dibagian Kaki pada Insiden LAMBU BERDARAH Selain itu, akibat amukan massa yang tidak menerima sanak keluarganya meninggal, terluka karena tertembak serta yang ditangkap oleh pihak Kepolisian, massa mendatangi rumahrumah para warga yang diduga Pro Pertambangan di wilayah kecamatan Lambu khususnya di Desa Soro, Lanta, Sumi dan Rato. Akibatnya belasan rumah dirusak massa. Untuk hal tersebut, aparat tidak mencampuri atau terkesan ada pembiaran. Hingga sore hari, korban meninggal bertambah satu orang, atas nama ISMAIL (50) Warga Lambu, korban meninggal akibat mengalami pendarahan karena tertembak dan langsung diamankan oleh warga untuk dikubur oleh pihak keluarga. Sedangkan para korban luka tembak yang masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bima masih berjumlah 8 orang yaitu; SAHRUDIN (31) Warga Desa Soro, terluka akibat tertembak di lengan. ILYAS SULAIMAN (25) Warga Desa Rato tertembak pada pangkal paha, IBRAHIM (45) luka robek kepala bagian kiri, diduga terkena serempet peluru. HASNA (39) Desa Sumi Rato RT 02/RW 01, tertembak pada tumit kiri. Selanjutnya, AWALUDDIN (24) Petani asal Rato tertembak pada lutut kanan, SUHAIMIN (23) Warga desa Lanta terserempet peluru pada hidung. MIFTAHUDIN (18) luka tembak pada tangan. MASNUN (15) Pelajar, Warga Rai Oi Sape, terluka tembak pada lutut kiri. Korban tembak tiba di RSUD Bima pada pukul 09.35 Wita setelah sebelumnya dilakukan Pertolongan pertama di PKM Wawo. Sedangkan korban luka tembak yang sempat menyelamatkan diri dan merawat sendiri lukanya ada 4 orang yaitu, SAFINA (16) warga Sumi, WARSIN (25) Warga Lanta, satu Orang Warga Soro dan satu orang lainnya adalah warga Lanta juga yang belum berhasil kami identifikasi.

Korban Penembakan pada saat Insiden LAMBU BERDARAH sedang di rawat di RSUD Bima Sejak aparat melakukan Pengambilalihan Dermaga dari tangan para Pendememo Tolak Tambang Lambu dan penyisiran Perkampungan, telah ditahan 31 orang yang diduga massa aksi yang melakukan perlawanan terhadap aparat. Kini mereka ditahan disel tahanan Reskrim Polres Bima Kota di Kompleks Gunung Dua. Hal ini dibenarkan oleh Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman, Kepala Divisi Humas Mabes Polri. Jumlah Massa yang diamankan dan diambil keterangan di Polres Kota Bima sebanyak 31 orang. Diantaranya 25 orang dewasa dan 6 orang anak-anak Ujarnya via pesan singkat yang diterima. Masih menurut Saud Usman, bahwa dalam pengejaran dan penangkapan Massa aksi juga ikut tertangkap tiga orang yang diduga sebagai provokator dan dalang dari aksi Pendudukan Dermaga Sape selama 5 hari tersebut. Provokator dan dalang aksi sudah kami tangkap juga, mereka adalah H (DPO Polda NTB & NTT), A alias O, dan SY ungkapnya. Sementara itu dari informasi yang dapat dihimpun, ada pula seorang PNS yang diduga juga sebagai provokator dan yang melakukan mobilisasi massa aksi. Hal ini terungkap dari Foto HP yang diambil oleh salah seorang kontributor Televisi nasional. Dari Foto ini sangat jelas bahwa dia seorang PNS. Sebab baju keki nya memiliki lambang Depdagri dan beberapa embling lainnya. Dia berada diantara massa Anti Tambang tanpa diganggu serta dilihat sebagai musuh. Sangat jelas dalam foto ini Ungkapnya menganalisah. Tengah hari, Kapolresta Bima, AKBP Kumbul, SH, S.IK memerintahkan satu Dalmas Sampta meluncur ke Kota Bima karena ada puluhan massa aksi dari mahasiswa Bima yang melakukan aksi Solidaritas atas Peristiwa Lambu. Informasi yang berhasil dihimpun, Aksi Mahasiswa sempat anarkis dengan melakukan upaya pembakaran kantor DPRD Kab Bima. Karena Sigap aparat, kebakaran tersebut mampu dijinakan. Dan Api hanya membakar kursi DPRD kab Bima. Atas peristiwa tersebut, 9 orang mahasiswa ditangkap, termasuk diantaranya, Ketua BEM STISIP. Hingga pukul 14.00 Wita, pihak kepolisian masih melakukan penyisiran diwilayah Lambu. Peristiwa yang dikenang dengan sebutan LAMBU BERDARAH ini diakibatkan oleh masuknya Pertambangan di wilayah kecamatan Lambu, Langgudu dan Karumbu. Pertambangan tersebut dikelalola oleh PT Sumber Mineral Nusantara (SMN). PT SMN mendapatkan disposisi Bupati dalam hal pengelolaan (eksplorasi) Tambang emas di lambu melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 188.45/347/004/2010 Tanggal 28 april 2010.

Atas hal itu, masyarakat Lambu yang merasa tanahnya masuk wilayah tambang menolak dengan tegas karena tanah yang kini masuk dalam areal rencana Tambang emas tersebut adalah tanah yang telah menghidupan keluarga, anak serta masyarakat Banyak. Sehingga masyarakat yang kontra dengan tambang membentuk diri dalam sebuah kelompok bernama FRAT (Forum Rakyat Anti Tambang). FRAT dalam eksistensitas nya telah melakukan berbagai bentuk aksi penolakan tambang selama kurun waktu satu setengah tahun terakhir. Aksi besar sebelumnya pada bulan Pebuari 2011 yang lalu, massa FRAT menjadi bringas karena pernyataan Camat Lambu yang mengakibatkan kantor camat hangus dibakar massa bersama beberapa unit mobil operasional. Aksi FRAT kali ini merupakan aksi yang sangat terkoordinir dan terorganisir, FRAT selalu belajar dari pengalaman aksi-aksi sebelumnya. Sehingga Menduduki Dermaga Sape adalah target yang harus diraih dengan harapan menjadi sorotan publik dan sorotan nasional karena Dermaga Sape adalah satu-satunya dermaga yang menghubungkan perekonomian NTT pada umumnya. Aksi kedua yang terbesar setelah aksi pembakaran kantor camat lambu bulan Pebuari yang lalu menuntut hal yang sama, yaitu pencabutan SK terkait Tambang Lambu. Bentrok fisik dilakukan karena massa merasa buntu melakukan komunikasi dan dialog dengan Aparat pemerintah. Hal ini terpicu dari pernyataan Bupati Bima bahwa SK tambang Lambu tidak bisa dicabut dan hanya bisa dilakukan melalui penghentian sementara selama satu tahun. Mencabut SK terkait Pertambangan Lambu tidak bisa kami lakukan, sebab UU sangat jelas mengatur itu. kecuali Menghentikan sementara waktu dan UU menetapkan 1 tahun utk penghentian sementara atas Pertambangan yg dimaksud Ungkap Bupati Bima, di Sape, pada hari selasa 21/12 yang lalu. Atas nihilnya dialog yang berakhir dengan pernyataan tersebut, 4 nyawa demosntran melayang, 19 terluka tembak, dan 40 warga ditahan. (Liputan: Rangga/Dhan/Bhiken/Ivan/Annisa/Ahyar)

Anda mungkin juga menyukai