Anda di halaman 1dari 11

QIRAAT AL-QURAN

Disusun guna untuk memenuhi tugas Ulumul Quran Dengan dosen pengampu : Dr. Naqiyah, M.Ag.

Disusun oleh : Mufti Hasan (1123201008) Iis Mariyah (1123201019) Niatun Soliah (1123201031)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

PURWOKERTO

2012

PENDAHULUAN Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam Ulum al-Quran, namun tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya, yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan ilmu qiraat tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui oleh peminat ilmu qiraat ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Quran secara mendalam dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Quran merupakan salah satu kunci memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas dalam berbagai seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan berbagai macam qiraat dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini. Hal-hal inilah barangkali yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer. Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan mengajarkan berbagai cara membaca al-Quran yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Para ahli qiraat telah mencurahkan segala kemampuannya demi mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Quran terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak kemurnian al-Quran.

PEMBAHASAN A. Pengertian Qiraatul Quran Secara etimologi, lafadz qiraat ( ) merupakan bentuk mashdar dari ( ) yang artinya bacaan. Sedangkan menurut terminologi, terdapat berbagai pendapat para Ulama yang sehubungan dengan pengertian qiraat ini. Menurut Al-Dimyathi sebagaimana dikutip oleh Dr. Abdul Hadi al-Fadli bahwasanya qiraat adalah: Suatu ilmu untuk mengetahui cara pengucapan lafal-lafal al-Quran, baik yang disepakati maupun yang diikhtilapkan oleh para ahli qiraat, seperti hazf (membuang huruf), isbat (menetapkan huruf), washl (menyambung huruf), ibdal (menggantikan huruf atau lafal tertentu) dan lain-lain yang didapat melalui indra pendengaran. Sedangkan menurut Imam Shihabuddin al-Qushthalani, qiraat adalah: Suatu ilmu untuk mengetahui kesepakatan serta perbedaan para ahli qiraat, seperti yang menyangkut aspek kebahasaan, irab, isbat, fashl dan lain-lain yang diperoleh dengan cara periwayatan. Dari definisi-definisi di atas, tampak bahwa Qiraat Al-Quran berasal dari Nabi Muhammad SAW, melalui al-sima ( ) dan an-naql ( .)Berdasarkan uraian di atas pula dapat disimpulkan bahwa: 1. Yang dimaksud qiraat dalam bahasan ini, yaitu cara pengucapan lafadz-lafadz alQuran sebagaimana diucapkan Nabi atau sebagaimana diucapkan para sahabat di hadapan Nabi lalu beliau men-taqrir-kannya. 2. Qiraat al-Quran diperoleh berdasarkan periwayatan Nabi SAW. Jadi bersifat tauqifi, bukan ijtihadi. 3. Ruang lingkup perbedaan qiraat itu menyangkut persoalan lughat, hadzaf, irab, itsbat, fashl, dan washl. Selain itu ada beberapa ulama yang mengaitkan definisi qiraat dengan madzhab atau imam qiraat tertentu. Muhammad Ali ash-Shabuni misalnya, mengemukakan definisi sebagai berikut: Qiraat merupakan suatu madzhab tertentu dalam cara pengucapan al-Quran, dianut oleh salah satu imam qiraat yang berbeda dengan madzhab lainnya, berdasarkan sanadsanadnya yang bersambung sampai kepada Nabi SAW.

Sehubungan dengan ini, terdapat beberapa istilah tertentu dalam me-nisbat-kan suatu Qiraat al-Quran kepada salah seorang imam qiraat dan kepada orang-orang sesudahnya. Istilah tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. : Apabila Qiraat al-Quran dinisbatkan kepada salah seorang imam qiraat tertentu seperti qiraat Nabi umpamanya. 2. : Apabila Qiraat al-Quran dinisbatkan kepada salah seorang perawi qiraat dari imamnya. 3. : Apabila Qiraat al-Quran dinisbatkan kepada salah seorang pembaca al-quran berdasarkan pilihannya terhadap versi qiraat tertentu. B. Macam-macam Qiraat 1. Dari Segi Kuantitas a. Qiraah Sabah (Qiraat Tujuh)
Yaitu tujuh versi qiraat yang diisbatkan kepada para imam qiraat yang berjumlah tujuh orang, yaitu: 1. Abdullah bin Amir Yahshubi (w. 118 H) Beliau adalah seorang qari dari Syam. Dua perawinya adalah Hisyam bin Ammar dan Ibnu Dzakwan. Keduanya hidup sezaman dengan Ibnu Amir. 2. Abdullah bin Katsir Darimi (w. 120 H) Beliau adalah seorang qari dari Mekkah. Dua orang perawinya adalah Bazzi dan Qunbul. Keduanya tidak sezaman. 3. Ashim bin Nujud Asadi (w. 128 H) Beliau adalah seorang qari dari Kuffah. Dua perawinya adalah Hafsh bin Sulaiman dan Syubah bin Ayyasyi. Kedaunya hidup sezaman. 4. Abu Amr (Zabban) bin Ala Mazni (w. 154 H) Beliau adalah seorang qari dari Bashrah. Dua perawinya adalah Duri Hafsh bin Umar dan Shalih bin Ziyad. Keduanya tidak sezaman. 5. Hamzah bin Habib Zayyat (w. 156 H) Beliau adalah seorang qari dari Kuffah. Dua perawinya adalah Khalaf bin Hisyam dan Khallad bin Khalid. Keduanya tidak sezaman. 6. Nafi bin Abdurrahman Laitsi (w. 169 H) Beliau adalah seorang qari dari Madinah. Dua perawinya adalah Isa bin Mina (Qalun) dan Utsman bin Said. Bacaan ini populer di negara Arab bagian barat. 7. Ali bin Hamzah (w. 189 H) 4

Beliau adalah seorang qari dari Kuffah. Dua perawinya adalah Laits bin Khalid dan Duri. Qiraat ini dikenal di dunia Islam pada akhir abad ke-2 hijrah, dan di bukukan pada akhir abad ke-3 hijrah di Baghdad, oleh seorang ahli qiraat bernama Ibn Mujahid Ahmad Ibn Musa Ibn Abbas.

b. Qiraah Asyarah (Qiraat Sepuluh) Yang dimaksud qiraat sepuluh adalah qiraat sabah ditambah dengan tiga qiraat berikut : 1. Khalaf bin Hisyam (w. 229)
Beliau adalah seorang qari dari Baghdad. Dua perawinya adalah Abu Yaqub dan Abul Hasan. 2. Yaqub Hadhrami (w. 205) Beliau adalah seorang qari dari Bashrah. Dua perawinya adalah Ruwais dan Ruh. 3. Abu Jafar Makhzumi (w. 130) Beliau adalah seorang qari dari Madinah. Dua perawinya adalah Ibnu Wirdan dan Ibnu Jammaz.

c. Qiraah Arbaat Asyrah (Qiraat Empat Belas) Yang dimaksud dengan Qiraah Arbaat Asyrah adalah Qiraat Asyrah ditambah dengan empat qiraat qurra lain yang bacannya syadz (berbeda dengan bacaan masyhur), tetapi diterima semua kalangan. Empat Qurra tersebut adalah : 1. Hasan bin Yasar (w. 110 H)
Beliau adalah seorang qari dari Bashrah. Dua perawinya adalah Syuja Balkhi dan Duri. 2. Ibnu Muhaishan (w. 123 H) Beliau adalah seorang qari dari Mekkah. Dua perawinya adalah Bazzi dan Ibnu Syanbudz. 3. Yahya bin Mubarak (w. 202 H) Beliau adalah seorang qari dari Bashrah. Dua perawinya adalah Sulaiman bin Hakam dan Ahmad bin Faraj Dharir. 4. Sulaiaman bin Mihran Asadi (w. 148) Beliau adalah seorang qari dari Kuffah. Dua perawinya adalah Syanbudz dan Muthawwii.

2. Dari Segi Kualitas Dari uraian tentang pengertian qiraat dapat diketahui bahwa qiraat bukanlah merupakan hasil ijtihad para Ulama, karena ia bersumber dari Nabi SAW. Namun untuk membedakan mana qiraat yang berasal dari Nabi SAW dan mana yang bukan, maka para Ulama menetapkan pedoman atau persyaratan tertentu. Ada 3 persyaratan bagi Qiraat al-Quran untuk dapat digolongkan sebagai qiraat shahih, yaitu:
5

1. 2. 3.

, harus memiliki sanad yang shahih. , harus sesuai dengan rasm mushaf salah satu mushaf Utsmani. , harus sesuai dengan kaidah Bahasa Arab. Jika salah satu dari persyaratan ini tidak terpenuhi, maka qiraat itu dinamakan

qiraat yang lemah, syadz atau bathil. Berdasarkan kualitas sanad, maka para ulama mengklasifikasikan Qiraat al-Quran kepada beberapa macam tingkatan. Sebagian ulama membagi qiraat kepada 6 macam tingkatan, yaitu sebagai berikut: 1. : Qiraat yang dinukil oleh sejumlah besar periwayat yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta. Qiraat Sabah dan Qiraat Asyrah termasuk di dalamnya. 2. : Qiraat yang shahih sanadnya tetapi tidak mencapai derajat mutawatir dan sesuai dengan kaidah Bahasa Arab juga rasm Utsmani. Contoh : Qiraah Sabah yang disampaikan melalui jalur berbeda-beda 3. : Qiraat yang shahih sanadnya tetapi menyalahi rasm Utsmani ataupun kaidah Bahasa Arab. Qiraat ini tidak termasuk qiraat yang diamalkan. Contoh : Qiraat Aisyah yang diriwayatkan Hakim 4. : Qiraat yang tidak shahih sanadnya Contoh : 5. : Qiraat yang tidak ada asalnya (palsu). Contoh : Qiraat Al-Khazzani 6. : Qiraat yang berfungsi sebagai tafsir atau penjelas terhadap suatu ayat alQuran (Qiraat sisipan) Contoh : Qiraat Abi Waqash

C. Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qiraat Mengenai hal ini, terjadi perbedaan pula dari para Ulama tentang apa sebenarnya yang menyebabkan perbedaan tersebut. Berikut pendapat para Ulama: 1. Sebagian Ulama berpendapat bahwa perbedaan Qiraat al-Quran disebabkan karena perbedaan qiraat Nabi SAW, artinya dalam menyampaikan dan mengajarkan alQuran, beliau membacakannya dalam berbagai versi qiraat. Contoh: Nabi pernah membaca ayat 76 surat ar-Rahman dengan qiraat yang berbeda. Ayat tersebut berbunyi: Lafadz ( ) juga pernah dibaca Nabi dengan lafadz ( ,) demikian pula dengan lafadz ( ) pernah dibaca ( ,) sehingga menjadi: 2. Pendapat lain mengatakan: Perbedaan pendapat disebabkan adanya taqrir Nabi terhadap berbagai qiraat yang berlaku dikalangan kaum muslimin pada saat itu. Sebagai contoh: ( ) dibaca ( ,) atau ( ) dibaca ( .) Alasan didukung dengan hadits nabi sebagai taqrir atas qiraat Hisyam bin Hakim Memang begitulah Al-Quran diturunkan. Sesungguhnya Al-Quran ini diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah oleh kalian apa yang kalian anggap mudah dari tujuh huruf itu. 3. Suatu pendapat mengatakan, perbedaan qiraat disebabkan karena perbedaannya qiraat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi melalui perantaraan Malaikat Jibril. 4. Jumhur Ulama ahli qiraat berpendapat perbedaan qiraat disebabkan adanya riwayat para sahabat Nabi SAW menyangkut berbagai versi qiraat yang ada. 5. Sebagian Ulama berpendapat, perbedaan qiraat disebabkan adanya perbedaan dialek bahasa di kalangan bangsa Arab pada masa turunnya al-Quran. 6. Perbedaan qiraat merupakan hasil ijtihad atau rekayasa para imam qiraat. Bayhaqi menjelaskan bahwa mengikuti orang-orang sebelum kita dalam hal-hal qiraat merupakan sunnah, tidak boleh menyalahi mushaf dan tidak pula menyalahi qiraat yang masyhur meskipun tidak berlaku dalam bahasa Arab.

D. Bentuk-Bentuk Perbedaan Qiraat Menurut penelitian Sayyid Ahmad Khalil, perbedaan qiraat bermula dari cara seorang qari membacakan qiraatnya kepada murid-muridnya. Para Ulama merangkum bentuk-bentuk perbedaan cara melafalkan Al-Quran sebagai berikut: No. 1. Bentuk Perbedaan Perbedaan dalam irab atau harakat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat Perbedaan dalam irab atau harakat yang mempengaruhi makna Contoh Ayat Penjelasan Kata Al-bakhl yang berarti kikir bisa dibaca dengan Al-bukhli dan juga Albakhli. 2. baid berarti Kata jauhkanlah, karena sighatnya fiil amr. Boleh juga dibaca baada menggunakan madhi, telah jauh. 3. Perbedaan pada perubahan huruf antara perubahan irab dan bentuk tulisannya, sementara maknanya berubah nunsyizuha yang Kata artinya Kami menyusun kembali, diganti dengan nunsyiruha yang artinya Kami hidupkan kembali. 4. Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tetapi maknanya tidak berubah Kata Al-Ihni diganti dengan kata Ash-shufi yang samasama berarti bulu-bulu. Perubahan dibenarkan Ulama. 5. Perbedaan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya berubah 6. Perbedaan pada mendahulukan dan mengakhirkannya Kata Tahlhin diubah menajdi Thalin. dengan maut.
8

sighat

fiil

sehingga

artinya

seperti oleh

tidak para

Menukar posisi kata haqq

Qiraat seperti ini tidak dapat digunakan karena menyalahi syarat. 7. Perbedaan dengan menambah dan mengurangi huruf.
QS. Al-Baqarah : 25

Pada al-Baqarah ayat 25 terdapat kata min, sedangkan pada at-Taubah ayat 100 kata min dibuang.


QS. At-Taubah : 100

E. Kegunaan Mempelajari Qiraat Dengan bervariasinya qiraat, maka banyak sekali manfaat atau faedahnya, diantaranya: 1. Menunjukkan betapa terpelihara dan terjaganya kitab Allah dari perubahan dan penyimpangan. 2. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-Quran. 3. Bukti kemukjizatan al-Quran dari segi kepadatan makna, karena setiap qiraat menunjukkan sesuatu hukum syara tertentu tanpa perlu pengulangan lafadz. 4. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qiraat lain. 5. Memperbesar pahala.

KESIMPULAN

1. Secara etimologi, lafadz qiraat ( ) merupakan bentuk mashdar dari ( ) yang artinya bacaan. Sedangkan menurut terminologi, terdapat berbagai pendapat para Ulama yang sehubungan dengan pengertian qiraat ini. 2. Skema pembagian hadits :

Al-Qira'at
Kuantitas
Qira'at Sab'ah Qira'at 'Asyarah Qira'at Arba'a 'Asyarah Mutawatir Masyhur

Kualitas
Ahad Syadz Maudhu' Mudraj

3. Latar belakang perbedaan qiraat menurut para Ulama : a) Perbedaan qiraat Nabi SAW dalam menyampaikan dan mengajarkan al-Quran. b) Adanya taqrir Nabi terhadap berbagai qiraat yang berlaku dikalangan kaum muslimin pada saat itu. c) Perbedaan qiraat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi melalui perantaraan Malaikat Jibril. d) Perbedaan dialek bahasa di kalangan bangsa Arab pada masa turunnya al-Quran. e) Hasil ijtihad atau rekayasa para imam qiraat.
4. Bentuk-bentuk perbedaan qiraat menyangkut aspek kebahasaan, irab, itsbat, fashl dan

lain-lain yang diperoleh dengan cara periwayatan. Perbedaan ini ada yang bisa digunakan dan ada pula yang tidak bisa digunakan.
5. Kegunaan dari mempelajari qiraat di antaranya adalah untuk mempermudah

membaca dan memahami al-Quran.


6. Perbedaan qiraat dapat menimbulkan perbedaan istinbat hukum

10

DAFTAR PUSTAKA

Abidin S., Zainal, Drs., Seluk Beluk al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 Anwar, Rosihon, DR., Ulum Al-Quran, Bandung:Pustaka Setia, 2010 As-Shalahi, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu al-Quran, Jakarta, Pustaka Firdaus, 2001 Hasanuddin AF, Anatomi Quran; Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbat Hukum dalam al-Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995 Ismail, Syaban Muhammad, Dr., Mengenal Qiraat al-Quran, Semarang: Bina Utama, 1993 Marifat, M. Hadi, Sejarah Al-Quran, Jakarta, Al-Huda, 2007 Mudzakkir AS, Drs., Studi Ilmu-ilmu al-Quran, Jakarta: Lintera Antar Nusa, 1994

11

Anda mungkin juga menyukai