Anda di halaman 1dari 23

Tolong Dengar Tuhan Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Oh Tuhan Apakah kau dengar?

Jerit umatmu Diselah tebalnya debu Oh Tuhan Adakah kau murung? Melihat beribu wajah berkabung Disisa gelegar Galunggung Oh Tuhan Tamatkan saja Cerita pembantaian orang desa Yang jelas hidup tak manja Oh Tuhan Katanya engkau maha bijaksana Tolong Galunggung pindahkan ke kota Dimana tempat segala macam dosa Berat beban kau datangkan Pada mereka disana Cela apa nista apa Hingga engkau begitu murka Sungguh ku tak mengerti Hingar tangis karena adabmu Setiap detik duka berpadu Semakin keras jerit tak puas Dari mereka yang resah bertanya Adilkah keputusanmu? Acap kali rintih memaki Setiap duka tuding Ilahi Jangan salahkan kecewa kami Bosan dalam irama takdirmu Walau ku tak terganggu Bukankah kau maha tahu Pengasih penyayang Namun mengapa selalu saja Itu hanya cerita Oh Tuhan Tolong hentikan Oh Tuhan Dengar rintihan Amuk lahar yang datang hanguskan bumi Tinggalkan arang penghuni desa pergi Gemuruh batu hancurkan saudaraku Ulurkan tangan bantulah sesamamu Tuhan Salah apakah mereka? Serdadu Iwan Fals ( Album Sugali 1984 )

Isi kepala di balik topi baja Semua serdadu pasti tak jauh berbeda Tak peduli perwira bintara atau tamtama Tetap tentara Kata berita gagah perkasa Apalagi sedang kokang senjata Persetan siapa saja musuhnya Perintah datang karang pun dihantam Serdadu seperti peluru Tekan picu melesat tak ragu Serdadu seperti belati Tak dirawat tumpul dan berkarat Umpan bergizi titah bapak menteri Apakah sudah terbukti ? Bila saja masih ada buruknya kabar burung Tentang jatah prajurit yang di kentit Serdadu seperti peluru Tekan picu melesat tak ragu Serdadu seperti belati Tak dirawat tumpul dan berkarat Lantang suaramu otot kawat tulang besi Susu telur kacang hijau ekstra gizi Runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini Serdadu harus tahu pasti Serdadu baktimu kami tunggu Tolong kantongkan tampang serammu Serdadu rabalah dada kami Gunakan hati jangan pakai belati Serdadu jangan mau di suap Tanah ini jelas meratap Serdadu hoi jangan lemah syahwat Nyonya pertiwi tak sudi melihat Azan Subuh Masih Di Telinga Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Ketika fajar menjelang Terlihat dia melangkah enggan Seirama dengan dendang subuh Yang singgah di hati keruh Sempit jalan berdesak bangunan Memandang sinis mendakwa bengis Perempuan satu dan hitamnya waktu Dihapusnya gincu dengan ujung baju Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu Hari pagi menyambut kau kembali Mengusap nadi mengelus hati Sesal di hatimu kian mengganggu Kau reguk habis semua doa doa

Dari surau depan rumah yang kau sewa Tak terasa surya duduk di kepala Azan subuh masih di telinga Terdengar renyah tawa gadis sekolah Menyibak tabir cerita lama Didepan retaknya cermin yang telah usang Menari dia seperti dahulu Terdengar pelan ketuk pintu Tegur anakmu buyarkan lamunan Perempuan satu kian terbelenggu Dihapusnya gincu dengan ujung baju Dibuangnya dengus birahi sejuta tamu Maaf Cintaku Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Ingin kuludahi mukamu yang cantik Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik Ingin kucongkel keluar indah matamu Agar engkau tahu memang indah matamu Harus kuakui bahwa aku pengecut Untuk menciummu juga merabamu Namun aku tak takut untuk ucapkan Segudang kata cinta padamu Mengertilah Perempuanku Jalan masih teramat jauh Mustahil berlabuh Bila dayung tak terkayuh Maaf cintaku Aku menggurui kamu Mengertilah Perempuanku Jalan masih teramat jauh Mustahil berlabuh Bila dayung tak terkayuh Maaf cintaku Aku nasehati kamu Maaf cintaku Aku menggurui kamu Maaf cintaku Aku nasehati kamu Maaf cintaku Aku menggurui kamu Berkacalah Jakarta Iwan Fals ( Album Sugali 1984 & Album Mata Dewa 1989 )

Langkahmu cepat seperti terburu Berlomba dengan waktu Apa yang kau cari belumkah kau dapati Diangkuh gedung gedung tinggi Riuh pesta pora sahabat sejati Yang hampir selalu saja ada Isyaratkan enyahlah pribadi Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka Mengejek langkah kura kura Ingin sesuatu tak ingat bebanmu Atau itu ulahmu kota Ramaikan mimpi indah penghuni Jangan kau paksakan untuk berlari Angkuhmu tak peduli Luka di kaki Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari Bila luka di kaki belum terobati Berkacalah Jakarta Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka Mengejek langkah kura kura Ingin sesuatu tak ingat bebanmu Atau itu ulahmu kota Ramaikan mimpi indah penghuni Jangan kau paksakan untuk berlari Angkuhmu tak peduli Luka di kaki Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari Bila luka di kaki belum terobati Berkacalah Jakarta Sugali Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Sua sua sua suara berita Tertulis dalam koran Tentang seorang lelaki yang sering keluar masuk bui Jadi buronan polisi Dar der dor suara senapan Sugali anggap petasan Tiada rasa ketakutan punya ilmu kebal senapan Semakin lupa daratan Lihat sugali menari Di lokasi WTS kelas teri Asik lembur sampai pagi Usai garong hambur uang peduli setan Di di du Di du da di du Di di du di du du

Di di du Di du da di du Di du da di du di da di du di da du Ramai gunjing tentang dirimu Yang tak juga hinggap rasa jemu Suram hari depanmu Rasa was was mata beringas Menunggu datang peluru yang panas Di waktu hari naas Oh bisik jangkrik ditengah malam Tenggelam dalam suara letusan Kata berita di mana mana Tentang Sugali tak tenang lagi dan lari sembunyi Tar ter tor suara senapan Sugali anggap petasan Tiada rasa ketakutan punya ilmu kebal senapan Sugali makin keranjingan Lihat sugali menari Di lokasi WTS kelas teri Asik joget sampai lecet Genit gelitik cewek binal paling busyet Di Di Di Di di du Di du da di du di du di du du di du Di du da di du du da di du di da di du di da du

Nak Karya : Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Jauh jalan yang harus kau tempuh Mungkin samar bahkan mungkin gelap Tajam kerikil setiap saat menunggu Engkau lewat dengan kaki tak bersepatu Duduk sini nak dekat pada bapak Jangan kau ganggu ibumu Turunlah lekas dari pangkuannya Engkau lelaki kelak sendiri Rindu Tebal Karya : Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Sewindu sudah lamanya waktu Tinggalkan tanah kelahiranku Rinduku tebal kasih yang kekal Detik ke detik bertambah tebal Pagi yang kutelusuri

Riuh tak bernyanyi Malam yang aku jalani Sepi tak berarti Saat kereta mulai berjalan Rinduku tebal tak tertahankan Terlintas jelas dalam benakku Makian bapak usir ku pergi Hanya menangis yang emak bisa Dengan terpaksa kutinggalkan desa Seekor kambing kucuri Milik tetangga tuk makan sekeluarga Bapak tak mau mengerti Hilang satu anak tuk harga diri Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak Yang membuat malu keluargaku Kuingin kembali mungkinkah mereka mau terima Rinduku Maafkan semua kesalahanku Kursi kereta yang pasti tahu Siang Seberang Istana Karya : Iwan Fals ( Album Sugali 1984 ) Seorang anak kecil bertubuh dekil Tertidur berbantal sebelah lengan Berselimut debu jalanan Rindang pohon jalan menunggu rela Kawan setia sehabis bekerja Siang di seberang sebuah istana Siang di seberang istana sang raja Kotak semir mungil dan sama dekil Benteng rapuh dari lapar memanggil Gardu dan mata para penjaga Saksi nyata yang sudah terbiasa Tamu negara tampak terpesona Mengelus dada gelengkan kepala Saksikan perbedaan yang ada Sombong melangkah istana yang megah Seakan meludah diatas tubuh yang resah Ribuan jerit didepan hidungmu (matamu) Namun yang ku tahu tak terasa mengganggu Gema azan ashar sentuh telinga Buyarkan mimpi sikecil siang tadi Dia berdiri malas melangkahkan kaki Diraihnya mimpi digenggam tak dilepaskan lagi

Salah Siapa Iwan Fals / Richard Kyoto ( Album Barang Antik 1984 ) Kala surya kan tiba Tuk menyinari semua Isi alam semesta Embun pagi gelisah Enggan untuk berpisah Ingin lenyapkan hati yang resah Jauh jauh kau datang Hanya untuk memandang Betapa indah alam Sekejap kau terdiam Saat senja kan jelang Tangis perpisahan tak tertahan Oh Adakah semua ini Engkau ciptakan Berapa dosa yang telah ia lakukan Tiada damai di hati ia rasakan Siapa kan menjawabnya? Jika ia ingin bertanya Salahku dimana? Tunjukkan dimana? Yang ini salah siapa? Neraka Yang Asyik Iwan Fals / Willy & Tommy ( Album Barang Antik 1984 ) Oh oh oh kenikmatanmu Oh oh oh memanggil hasratku Bangkitkan khayal biru Memacu rindu dan nafsu Oh oh oh kau wanita cantik Oh oh oh neraka yang asyik Diantara gerakmu Janjikan surga dan madu Setiap jengkal tubuhnya Adalah kemesraan Namun mampu runtuhkan dunia Hanya dengan senyumnya Oh oh oh setan yang menarik Oh oh oh rumit juga unik Semua punya cerita Yang sama tapi berbeda Oh oh oh keindahannya Oh oh oh kelembutannya Hadirkan cinta dendam Damai dan sengketa Setiap jengkal tubuhnya Adalah kemesraan

Namun mampu runtuhkan dunia Hanya dengan senyumnya Jalan Yang Panjang Berliku Iwan Fals / Willy & Tommy ( Album Barang Antik 1984 ) Jalan panjang yang berliku Jalan lusuh dan berbatu Namun kuharus mampu menempuh Bersama beban dibatinku Kudatang berlumur debu Kupergi bersama bayu Diantara gelisah dan ragu Kucoba untuk tetap kukuh Tiadakah tempat kuberteduh Dikala luka membiru Segenggam harapan dalam jiwa Hilang punah tiada kesan Dikegelapan Kumenanti Seorang Kekasih Iwan Fals / Yoesyono ( Album Barang Antik 1984 ) Bila mentari bersinar lagi Hatiku pun ceria kembali (asyik) Kutatap mega tiada yang hitam Betapa indah hari ini Kumenanti seorang kekasih Yang tercantik yang datang dihari ini Adakah dia akan selalu setia Bersanding hidup penuh pesona harapanku Jangan kau tak menepati janji Datanglah dengan kasihmu Andai kau tak datang kali ini Punah harapanku Sunatan Massal Iwan Fals / Chilung Ramali ( Album Barang Antik 1984 ) Bukan lantaran kerjaan brutal Ujungnya daging harus dipenggal Di bumi insan makin berjejal Hingga terjadi sunatan massal Tersenyum ramah si bapak mantri Kerja borongan dapat rejeki Berbondong bondong bocah sekompi Mesti dipotong ya disunatin Si bapak mantri bukannya bengis Meskipun tampak sedikit sadis Kerinyut hidung bocah meringis Sedikit tangis anunya diiris

Buyung menginjak masa remaja Seiring doa ayah dan bunda Sebagai bekal masa depannya Agar menjadi anak yang berguna Hei sunatan massal Aha aha Sunatan massal Aha aha Ditonton orang berjubal jubal Banyak tercecer sepatu dan sandal Hei hari bahagia Aha aha Bersuka ria Aha aha Ada yang berjoget tari India Stambul cha-cha dan tari rabana Hei sunatan massal Aha aha Ditonton orang Sunatan massal berjubal jubal Banyak tercecer sepatu dan sandal Barang Antik Iwan Fals / Diat ( Album Barang Antik 1984 ) Berjalan tersendat Diantara sedan sedan licin mengkilat Dengan warna pucat Dan badan penuh cacat sedikit berkarat Hei oplet tua dengan bapak sopir tua Cari penumpang dipinggiran ibukota Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota Kini kau tersingkirkan oleh mereka Bagai kutu jalanan Di tengah tengah kota metropolitan Cari muatan Untuk nguber setoran sisanya buat makan Hei oplet tua dengan bapak sopir tua Cari penumpang dipinggiran ibukota Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota Kini kau tersingkirkan oleh mereka Berjalan zig zag ngebut Nggak peduli walau mobil sudah butut Suara bising ribut Yang keluar dari knalpotmu bagai kentut Hei oplet tua dengan bapak sopir tua Cari penumpang dipinggiran ibukota Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota Kini kau tersingkirkan oleh mereka Oh bapak tua Pemilik oplet tua Tunggu nanti di tahun dua ribu satu

Mungkin mobilmu Jadi barang antik Yang harganya selangit Oh bapak tua Pemilik oplet tua Tunggu nanti di tahun dua ribu satu Mungkin opletmu Jadi barang nyentrik Yang harganya selangit Nyanyianmu Iwan Fals / Yosi ( Album Barang Antik 1984 ) Kau petik gitar nyanyikan lagu Perlahan usap hatiku Terucap janji ku untukmu Tenggelam ku di tembangmu Tulikanlah kedua telingaku Butakanlah kedua bola mataku Agar tak kulihat dan kudengar Kedengkian yang mungkin benam Memang aku jatuh Dalam cengkeramanmu Sunggu aku minta Teruskanlah kau bernyanyi Kan ku dengar itu pasti Teruskanlah kau bernyanyi Dan jangan lagumu terhenti Asmara dan Pancaroba Iwan Fals / Jaya Susanto ( Album Barang Antik 1984 ) Awan hitam semakin legam Hujan panas silih berganti Gelombang panas menyengat bumi Insan merintih tak berhenti Rintih tangis di malam hari Jerit pilu menyayat kalbu Wajah sendu menanti pagi Hujan badai berhenti Kicau burung ramai bernyanyi Tanda musim berganti Kasihku kan datang berlari Menjemput hatiku yang sepi Kini ku bersama kembali Seperti dahulu berseri Asmaraku yang telah pergi Kini bersemi lagi Tante Lisa Iwan Fals / Dama ( Album Barang Antik 1984 )

Dirumah megah ada seorang nyonya Ramping bodinya Lagaknya centil dan tak mau kalah Dengan gadis remaja Melirik matanya Bila melihat pemuda Yang gagak perkasa Apalagi dia orang kaya Hei tante Lisa Wajahmu kini semakin mempesona Hei tante Lisa Setahun sudah kau jadi janda Perceraian terjadi Gara gara sang suami Tak tahan melihat Tante Lisa bercumbu dengan tetangga Hei tante Lisa Wajahmu kini semakin mempesona Hei tante Lisa Setahun sudah kau jadi janda Hei tante Lisa Banyak tuan tuan berkencan bersamamu Hei tante Lisa Lihat usiamu yang semakin tua Jangan Bicara Karya : Iwan Fals ( Album Barang Antik 1984 ) Jangan bicara soal idealisme Mari bicara berapa banyak uang dikantong kita Atau berapa dahsyatnya Ancaman yang membuat kita terpaksa onani Jangan bicara soal nasionalisme Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri Atau tentang kita yang buta Bisul tumbuh subur diujung hidung yang memang tak mancung Jangan perdebatkan soal keadilan Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan Jangan cerita soal kemakmuran Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan Polan Lihat disana Si Urip meratap Di teras marmer direktur murtad Lihat disana Si Icih sedih Diranjang empuk waktu majikannya menindih Lihat disana Parade penganggur Yang tampak murung ditepi kubur Lihat disana Antrian pencuri

Yang timbul sebab nasinya dicuri Jangan bicara soal runtuhnya moral Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti Atau tentang tanggung jawab Yang kini dianggap sepi

Timur Tengah II / Bakar Iwan Fals ( Album Aku Sayang Kamu 1986 & Mata Dewa 1989 ) Tuhan tolong dengarkan Nyanyian pinggir jalan Malam dibawah bulan Dalam waktu yang rawan Marah dibawah tanah Dilangit ada merah Menuju satu arah Bakar bakar Disana ada bohong Disana ada mayat Disana ada suara Bom bom Raut muka resah Orang orang susah Ada banyak mata Buta Resah luka kaki Semakin menjadi Ada banyak kuping (telinga) Tuli Malam hampir pagi Debu jalan datang lagi Malam hampir pagi Bising mesin bunyi lagi Malam hampir pagi Kelicikan mulai lagi Malam hampir pagi Teriakku hilang lagi P.H.K. Iwan Fals ( Album Wakil Rakyat 1987 & Mata Dewa 1989 ) Lelaki renta setengah baya Geram di trotoar jalan Saat panas tikam kepala Seorang buruh disingkirkan Bising mesin menyulut resah Masih bisa engkau pendam Canda anak istri dirumah Bangkitkan kau untuk bertahan Oh yaya Oh yaya Oh Yaa Oh yaya Oh yaya Oh Yaa

Pesangon yang engkau kantongi Tak cukup redakan gundah Tajam pisau kepalan tangan Antar kau ke pintu penjara Oh yaya Oh yaya Oh Yaa Oh yaya Oh yaya Oh Yaa Sedanau nanah dari matamu Tak mampu jatuhkan hati mereka Serimba luka didalam jiwa Juga tak berarti Hitam benak kini mulai akrab Hitam benar isi hari harimu Kau tafakur dibalik jeruji pengap Kau menjerit coba melawan

Nona Iwan Fals ( Album Mata Dewa 1989 ) Sudah cukup jauh Perjalanan ini Lewati duka lewati tawa Lewati segala persoalan Kucoba berkaca Pada jejak yang ada Ternyata aku sudah tertinggal Bahkan jauh tertinggal Bodohnya diriku Tak percaya padamu Lalu sempat aku berfikir Untuk tinggalkan kamu Nona maafkan aku Nona peluklah aku Nona begitu perkasanya dirimu Yakiniku Nona marahlah padaku Nona Nonaku Aku tak peduli Apa kata mereka Hari ini engkau disini Esok tetap disini Nona maafkan aku Nona peluklah aku Nona begitu perkasanya dirimu Yakiniku Nona marahlah padaku

Nona Nonaku Nona maafkan aku Nona nona nona nonaku Nona nona nona nonaku Puing II Iwan Fals ( Album Sumbang 1983 & Mata Dewa 1989 ) Perang perang lagi Semakin menjadi Berita ini hari Berita jerit pengungsi Lidah anjing kerempeng Berdecak keras beringas Melihat tulang belulang Serdadu boneka yang malang Tuan tolonglah tuan Perang dihentikan Lihatlah ditanah yang basah Air mata bercampur darah Bosankah telinga tuan Mendengar teriak dendam Jemukah hidung tuan Mencium amis jantung korban Jejak kaki para pengungsi Bercengkrama dengan derita Jejak kaki para pengungsi Bercerita pada penguasa ( Bercerita pada penguasa ) Tentang ternaknya yang mati Tentang temannya yang mati Tentang adiknya yang mati Tentang abangnya yang mati Tentang ayahnya yang mati Tentang anaknya yang mati Tentang neneknya yang mati Tentang pacarnya yang mati ( Tentang ibunya yang mati ) Tentang istrinya yang mati Tentang harapannya yang mati Perang perang lagi Mungkinkah berhenti Bila setiap negara Berlomba dekap senjata Dengan nafsu yang makin menggila Nuklir pun tercipta ( nuklir bagai dewa ) Tampaknya sang jenderal bangga Dimimbar dia berkata

Untuk perdamaian (bohong) Demi perdamaian (bohong) Guna perdamaian (bohong) Dalih perdamaian (bohong) Mana mungkin Bisa terwujudkan Semua hanya alasan Semua hanya bohong besar

Pinggiran Kota Besar Iwan Fals ( Album Mata Dewa 1989 ) Pinggiran kota besar Nafasmu makin bingar Kudengar dari sini Bagai nyanyiannya oh Cerobong asap pabrik Berlomba ludahi langit Barisan mobil besar Gelisah angkut barang Ada kabar engkau tuli Pinggiran kota besar Kulihat tidur mendengkur Diranjang banyak orang Peduli kau bermimpi Selagi cukup nyenyak Asiknya buang kotoran Lukai hari kami Cemari hati ini Ada kabar engkau buta Sungai kotor bau dan beracun Penuh limbah kimia Kita mandi mencuci disana Lihatlah lihatlah Ikan ikan pergi atau mati Tak kulihat yang pasti Kau yang tidur bangunlah segera Lihatlah lihatlah Telanjang anak kecil Berenang disungai kotor Tertawa riang bercanda Sambil menggaruk koreng Pinggiran kota besar Merasa tidur terganggu Beranjak dari ranjang Tutup pintu jendela Nutup pintu jendela Sungai kotor bau dan beracun Penuh limbah kimia

Kita mandi mencuci disana Lihatlah lihatlah Ikan ikan pergi atau mati Tak kulihat yang pasti Kau yang tidur bangunlah segera Lihatlah lihatlah Hitam kaliku Hitam legam hatiku Legam hariku Legam hitam kaliku

Berkacalah Jakarta Iwan Fals ( Album Sugali 1984 & Album Mata Dewa 1989 ) Langkahmu cepat seperti terburu Berlomba dengan waktu Apa yang kau cari belumkah kau dapati Diangkuh gedung gedung tinggi Riuh pesta pora sahabat sejati Yang hampir selalu saja ada Isyaratkan enyahlah pribadi Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka Mengejek langkah kura kura Ingin sesuatu tak ingat bebanmu Atau itu ulahmu kota Ramaikan mimpi indah penghuni Jangan kau paksakan untuk berlari Angkuhmu tak peduli Luka di kaki Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari Bila luka di kaki belum terobati Berkacalah Jakarta Lari kota Jakarta lupa kaki yang luka Mengejek langkah kura kura Ingin sesuatu tak ingat bebanmu Atau itu ulahmu kota Ramaikan mimpi indah penghuni Jangan kau paksakan untuk berlari Angkuhmu tak peduli Luka di kaki Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari Bila luka di kaki belum terobati Berkacalah Jakarta Air Mata Api Iwan Fals ( Album Mata Dewa 1989 )

Aku adalah lelaki tengah malam Ayahku harimau ibuku ular Aku dijuluki orang sisa sisa Sebab kerap merintih kerap menjerit Temanku gitar temanku lagu Nyanyikan tangis marah dan cinta Temanku niat temanku semangat Yang kian hari kian berkarat semakin berkarat Aku Aku Aku Aku berjalan orang cibirkan mulut bicara mereka tutup hidung tersinggung peduli nilai nilai datangi dengan segunung api

Mereka lari ke ketiak ibunya Ku tak peduli marahku menjadi Mereka lari ke meja ayahnya Aku tak mampu tenagaku terkuras Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam Orang sisa sisa menangis Orang sisa sisa menangis Air matanya Air matanya Air matanya Api Aku Aku Aku Aku berjalan orang cibirkan mulut bicara mereka tutup hidung tersinggung peduli nilai nilai datangi dengan segunung api

Mereka lari ke ketiak ibunya Ku tak peduli marahku menjadi Mereka lari ke meja ayahnya Aku tak mampu tenagaku habis terkuras Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam Orang sisa sisa menangis Orang sisa sisa menangis Air matanya Air matanya Air matanya Api Air matanya Air matanya Air matanya Api

Mata Dewa Iwan Fals ( Album Mata Dewa 1989 ) Diatas pasir senja pantai Kuta Saat kau rebah di bahu kiriku

Helai rambutmu halangi khusukku Nikmati ramah mentari yang pulang Seperti Seperti Seperti Seperti mata mata mata mata dewa dewa dewa dewa

Aku berdiri tinggalkan dirimu Waktu sinarnya jatuh di jiwaku Gemuruh ombak sadarkan sombongku Ajaklah aku wahai sang perkasa Seperti Seperti Seperti Seperti Yang Yang Yang Yang mata mata mata mata dewa dewa dewa dewa tinggalkan diriku lupakanlah aku tinggalkan diriku lupakanlah aku

menangis menangis menangis menangis

Senja di hati Lidah gelombang jilati batinku Belaian karang sampai kejantungku Jingga matahari ajak aku pergi Kasihku tulus setulus indahmu Seperti Seperti Seperti Seperti Yang Yang Yang Yang mata mata mata mata dewa dewa dewa dewa tinggalkan diriku lupakanlah aku tinggalkan diriku lupakanlah aku

menangis menangis menangis menangis

Senja di hati Seperti mata Seperti mata Senja di hati Seperti mata Senja di hati Seperti mata Senja di hati dewa dewa dewa dewa

Perempuan Malam Iwan Fals ( Album Mata Dewa 1989 ) Perempuan malam mandi di kali Buih buih busa sampo ketengan Di atas kepala lewat kereta Yang berjalan lamban nakal menggoda Disambut tawa renyah memecah langit Dengus kereta semakin hening

Semua noda coba dibersihkan Namun masih saja terlihat kotor Karena kereta kirimkan debu Yang datang tak mampu ia tepiskan Perempuan malam kenakan handuknya Setelah usap seluruh tubuhnya Hangatkan tubuh di cerah pagi Pada matahari Keringkan hati yang penuh tangis Walau hanya sesaat Segelas kopi sebatang rokok Segurat catatan yang tersimpan Perempuan malam menunggu malam Untuk panjangnya malam Perempuan malam diikat tali Di hidup di mimpi di hatinya Aku hanya lihat dari jembatan Tanpa mampu untuk melepaskan Perempuan malam dipinggir jerami Nyanyikan doa nyalakan api Perempuan malam dipinggir jerami Nyanyikan doa nyalakan api 14 April 2006 Yang Terlupakan Karya : Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981 & Album Mata Dewa 1989 ) Denting piano kala jemari menari Nada merambat pelan dikesunyian malam Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang Yang pernah terlupakan Hati kecil berbisik untuk kembali padanya Seribu kata menggoda seribu sesal didepan mata Seperti menjelma waktu aku tertawa Kala memberimu dosa Oh maafkanlah Oh maafkanlah Rasa sesal didasar hati diam tak mau pergi Haruskah aku lari dari kenyataan ini Pernah ku mencoba tuk sembunyi Namun senyummu tetap mengikuti

Lirik Lagu Eny Sagita Ngamen 2 (Asolole Ichik-Ichik) Lyrics


mak iki anakmu perawan wiwit mbiyen ono ing perantauan melu ngewangi neng kantin sekolahan telung sasi mak aku urung bayaran

Source: http://liriklaguindonesia.net/eny-sagita-ngamen-2-asolole-ichikichik.htm#ixzz1fqt11eaN mak dongamu mandhi tenan dingijabahi marang gusti pengeran koyok ngene rasane wong ora duwe nduwe pisan di-ece karo kancane eling-eling manungso bakale mati yen wes mati dikubur sanak famili dipendem jero diapit bumi ono kubur iku akeh pandoso ulo kelabang kolojengking podo moro ono setan membo-membo dadi perawan ben no kerasan yen ono kuburan neng akhirat ora ono montor liwat neng akhirat ora ono sego berkat neng akhirat ora ono mejo biliard onone godo ne moloikat sak sugeh-sugihe wong mesti ono mlarate sak mlarat-mlarate wong mesti ono celenganne mangkane golek bojo ojo mandeng rupo rupo elek kuwi yo ora dadi ngopo mangkane golek bojo ojo mandeng bondo seng penting ora ngentekno warisan morotuwo

kowe pancen keren ser koyok bekas pacarku mbiyen eman-eman tenan kerenmu mung kanggo obralan obral-obral janji le urung mesti uripmu mulyo mulo aku wes kondo melu aku mulih nang deso ngiwangi gawe boto, menek kelopo nyeblok bongko mak iki anakmu perawan wiwit mbiyen ono ing perantauan melu ngewangi neng kantin sekolahan telung sasi mak aku urung bayaran mak dongamu mandhi tenan dingijabahi marang gusti pengeran koyok ngene rasane wong ora duwe nduwe pisan di-ece karo kancane eling-eling manungso bakale mati yen wes mati dikubur sanak famili dipendem jero diapit bumi ono kubur iku akeh pandoso ulo kelabang kolojengking podo moro ono setan membo-membo dadi perawan ben no kerasan yen ono kuburan neng akhirat ora ono montor liwat neng akhirat ora ono sego berkat neng akhirat ora ono mejo biliard onone godo ne moloikat sak sugeh-sugihe wong mesti ono mlarate sak mlarat-mlarate wong mesti ono celenganne mangkane golek bojo ojo mandeng rupo rupo elek kuwi yo ora dadi ngopo mangkane golek bojo ojo mandeng bondo seng penting ora ngentekno warisan morotuwo

kowe pancen keren ser koyok bekas pacarku mbiyen eman-eman tenan kerenmu mung kanggo obralan ngobral-obral janji le urung mesti uripmu mulyo mulo aku wes kondo melu aku urip nang deso

Source: http://liriklaguindonesia.net/eny-sagita-ngamen-2-asolole-ichikichik.htm#ixzz1fqsvx2cw
Panggilan dari gunung Turun ke lembah-lembah Kenapa nadamu murung Langkah kaki gelisah Matamu separuh katup Lihat kolam seperti danau Kau bawa persoalan Cerita duka melulu

Disini menunggu Cerita yang lain

Berapa lama diam Cermin katakan bangkit Pohon-pohon terkurung Kura-kura terbius
Dilihat 191 kali

Previous Song

Anda mungkin juga menyukai