Anda di halaman 1dari 3

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Singkong atau ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan bahan

pangan potensial masa depan dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak dulu hingga sekarang ubi kayu berperan cukup besar dalam mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai sumber karbohidrat yang efisien, murah dan dapat digunakan sebagai suplemen bahan pangan, pakan dan bahan baku industri makanan. Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang banyak dijumpai di daerah Kabupaten Bondowoso dengan luas lahan 6.552 ha, produksi pertahun sebesar 121.076,1 ton. Harga per kg ubi kayu relatif rendah berkisar antara Rp. 800,- hingga Rp. 1200 ,- per kg. Ubi Kayu ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk kegunaan terlebih-lebih dalam rangka mempopularitaskan Ethnic food di Indonesia yang dirasakan semakin menurun apabila dibandingkan dengan berbagai jenis pangan impor yang sangat gencar promosinya. Perubahan ini umumnya terasa di daerah perkotaan dan generasi muda menjadi konsumen utamanya. Dalam rangka gerakan memasyarakatkan Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI) oleh pemerintah, diperlukan peranan teknologi tepat guna dan reka boga untuk memperbaiki citra pangan tradisional agar mampu memenuhi selera masyarakat masa kini dan sejajar dengan produk pangan fast food impor. 0leh karena itu perlu dihasilkan produk pangan tradisional (ethnic food) yang mempunyai nilai tambah, mudah didistribusikan, mudah dikonsumsi, mudah disajikan dan bergizi. Menurut (Haerah, 1997) peluang diversifikasi pangan didukung berbagai faktor antara lain : 1. Meningkatnya pendapatan penduduk di kota maupun di desa, sehingga secara langsung mempengaruhi keragaman pilihan yang sesuai dengan selera keluarga. 2. Mutu pendidikan yang lebih baik, mendukung pengetahuan mengenai kebutuhan gizi yang diperlukan serta kecenderungan untuk memilih bahan

makanan berserat tinggi (membuka peluang untuk diversifikasi pangan dan pemilihan bahan-bahan pangan non beras). 3. Perubahan pola makan akibat berkembangnya lapangan kerja di luar sektor pertanian, yaitu peningkatan kesukaan terhadap makanan yang siap hidang (siap saji) atau mudah dimasak tetapi bergizi. 4. Khusus untuk produk pangan tradisional (ethnic food), pengembangannya diprediksi akan lebih mudah diterima oleh masyarakat karena telah lebih lama dikenal. Diversifikasi ethnic food hanya dapat dicapai melalui perbaikan teknologi dalam tahap pengolahan, distribusi dan pemasaran secara terpadu. Salah satu makanan tradisional Indonesia yang dimaksud dalam gerakan ACMI adalah ethnic food yang terbuat dari bahan baku ubi kayu seperti gaplek, tepung gaplek, tepung asia dan tepung tapioka. Upaya pengolahan lanjut ubi kayu diperlukan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan berdampak pada peningkatan nilai tambah komoditas sehingga derajat komoditas serta pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan juga ikut terangkat. Pengolahan ubi kayu menjadi bahan setengah jadi merupakan salah satu untuk menghambat kerusakan, sehingga akan

memperpanjang waktu pemasaran. Pengolahan makanan dari ubi kayu diantaranya adalah tape singkong, keripik singkong, serta aneka kue basah dan kue kering, selain itu ubi kayu juga dapat diolah menjadi tiwul instan. Tiwul instan yang diperoses dengen baik dikenal mempunyai daya simpan yang relatif lama ( 6 bulan belum menunjukan perubahan fisik). Tiwul lebih mudah dan lebih cepat dimasak jika dibandingkan beras. Karena tiwul termasuk makanan instan yang dibuat secara tradisional.

1.2

Perumusan masalah Beberapa masalah yang timbul dan menjadi kendala dalam Proyek Usaha

Mandiri (PUM) di antaranya adalah mutu produk : 1. Produksi Tiwul Instan masih menggunakan teknologi yang tradisional. 2. Sebagai produk diversifikasi Tiwul Instan perlu adanya upaya untuk mempromosikan ke masyarakat. 3. Kurangnya masyarakat di daerah Bondowoso yang memproduksi Tiwul Instan.

1.3

Tujuan program

Tujuan dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini adalah : 1. Mencari Bahan baku Ubi kayu yang baik dan metode proses pengolahan Tiwul Instan. 2. Melakukan upaya untuk Promosi produk Tiwul Instan pada kalang masyarakat 3. Memproduksi dan memasarkan Tiwul Instan.

1.4

Luaran yang diharapkan Luaran yang diharapkan dari adanya Kegiatan Proyek Usaha Mandiri

(PUM) ini adalah produk Tiwul Instan yang menarik dari sisi kemasan, sifat organoleptik (warna, tekstur, rasa), serta berwirausaha. dapat membuka peluang untuk

1.5

Keguanaan program Manfaat yang diambil dari adanya kegiatan Proyek Usaha Mandiri (PUM)

ini adalah : 1. Meningkatkan nilai ekonomis ubi kayu. 2. Membuka peluang kerja bagi wirausahawan. 3. Pemanfaatan ubi kayu sebagai pangan fungsional dan diversifikasi produk.

Anda mungkin juga menyukai